LAPORAN PRAKTIKUM
INTRAPERITONEAL
Oleh :
AKADEMI FARMASI
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Farmakologi sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum
pada keterkaitannya yang erat dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik
tubuh, biokimia, dan ilmu kedokteran klinik. Pada uji farmakologi suatu
sediaan dilakukan uji praklinis dan uji klinik. dimana uji praklinik
dan kelinci (Oryctogal uscuniculus) dan untuk uji klinik dilakukan pada
manusia. Uji praklinik ini bertujuan untuk menguji produk pada hewan
klinik).
hewan uji.
2. Untuk mengetahui dengan tepat obat telah sampai di saluran
spoit 200.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proses sebelum tiba pada tempat tujuannya dalam tubuh, yaitu tempat
merupakan hasil dari banyak sekali proses dan umumnya ini didasari
Sulistia G, 1995) :
1. Fase Farmasetik
terlarutnya obat aktif. Karena itu fase ini utamanya ditentukan oleh
2. Fase Farmakokinetik
Fase ini meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme,
3. Fase Farmakodinamik
obat dalam tubuh. Suatu obat mungkin lebih efektif jika diberikan
melalui salah satu cara pemberian, tetapi tidak atau kurang efektif
pemberian.
Sulistia G, 1995) :
1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses perpindahan obat dari tempat
c. Dosis obat
h. Integritas membrane
mencapai tepat pada letak dari aksi harus melalui membrane sel
badan adalah:
3. Metabolisme
Biotransformasi atau metabolisme adalah proses perubahan
Pada proses ini molekul obat diubah menjadi bentuk yang lebih
polar atau lebih mudah larut didalam air dan sukar larut didalam
4. Ekskresi
pada ginjal juga dapat terjadi melalui air liur, keringat, air mata, air
kontak obat dan tubuh karakteristik ini berbeda karena jumlah suplai
bahwa jumlah obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu
tertentu akan berbeda, tergantung dari rute pemberian obat (Katzug,
B.G, 1989).
pula dengan jarum khusus ukuran 20 dan panjang kira-kira 5cm untuk
murah dan praktis (dapat dilakukan sendiri tanpa keahlian dan alat
gastrointestinal.
c. Pada keadaan pasien muntah-muntah sehingga obat tidak
dapat diabsorpsi.
d. Dikehendaki kerja awal yang cepat.
usus atau lambung karena obat yang tidak larut, misalnya obat
II.2.2 Aqua Pro Injeksi (Farmakope Indonesia Edisi III, 1979 : 97)
berasa
pembuatan
a. Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
b. Karakteristik Mencit
(feromon).
2. Penglihatan jelek karena sel konus sedikit sehingga tidak
4. Tingkah laku:
c. Morfologi
Ukuran lebih kecil, bulu berwarna putih, dan warna kulit lebih
BAB III
METODE KERJA
a. Baskom
b. Rang besi
c. Spidol
d. Spuit
e. Spuit oral
f. Timbangan
III.1.2 Bahan
a. Alkohol
b. Aquadest
c. Aqua pro injeksi
d. Kapas
e. Masker
f. Sarung tangan
spidol.
d. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis
pemberian obat.
e. Disiapkan dosis pemberian hewan uji.
f. Diangkat ujung ekor mencit dengan tangan kanan,
lahan spuit.
h. Setelah diberikan perlakuan, hewan uji dimasukkan ke
III.2.1 Intraperitoneal
spidol.
d. Diangkat ujung ekor mencit dengan tangan kanan,
menjepit ekor.
e. Dibersihkan disekitar rongga perut dengan alkohol
(antiseptik).
f. Dilakukan penyuntikan injeksi secara intraperitoneal
BAB IV
IV.1.1 Oral
a. Kelompok 1
b. Kelompok 2
c. Kelompok 3
d. Kelompok 4
IV.1.2 Intraperitoneal
a. Kelompok 1
c. Kelompok 3
d. Kelompok 4
IV.2 Gambar
IV.3 Pembahasan
Praktikum kali ini mempelajari tentang teknik pemberian oral
atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Dalam hal ini, alat
uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji in vivo). Mencit dipilih
pengamatan.
bertujuan agar mencit tidak stres sehingga mencit tenang dan mudah
di pegang. Untuk memegang mencit yang akan digunakan diperlukan
dahulu.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
bahwa :
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1985. Pengantar bentuk sediaan Farmasi, Edisi IV. UI Press:
Jakarta
Republik Indonesia:Jakarta.
Ganiswara, Sulistia G (Ed). 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Balai
Penerbit Falkultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Katzung, Bertram. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi III. EGC:
Jakarta
Surabaya