Kajian Dunia Arab 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

Tugas : Kelompok

Mata Kuliah : Kajian Dunia Arab

MAKALAH
Struktur Sosial, dan Interaksi Sosial Masyarakat Arab
Jahiliah

DI SUSUN
OLEH :
KELOMPOK 4 :

Yuliana
Ernawati
Khairil

UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang atas rahmat,
petunjuk, dan hidayah-Nya makalah ini dapat terselesaikan. Salawat beserta salam semoga
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin
tabiatnya, dan semoga sampai kepada kita semua selaku umatnya.
Makalah ini berjudul Interaksi Sosial Masyarakat Arab Jahiliah yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kajian Dunia Arab yang dibimbing oleh Supratman
S.S.,M.A
Makalah ini di susun bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai struktur
sosial yang terdapat di masyarakat bangsa Arab jahiliah , baik itu interaksi sosialnya, maupun
masyarakat-masyarakat bangsa Arab.
Penulis sangat berterimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
dorongan, bantuan serta doanya sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Namun demikian penulis sangat memohon masukan dan kritikan dari berbagai pihak.
Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya. Aamiin.
Makassar, 28 Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Struktur Sosial Masyarakat Arab Jahiliah ................................................3
B. Interaksi Sosial Masyarakat Arab Jahiliah.................................................6
C. Cara Masyarakat Arab Memperaktekkan interaksi sosialnya... 6

BAB III KESIMPULAN...............................................................................8

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian Dunia Arab yang menurut bahasa Indonesia adalah Kebudayaan bangsa Arab,
merupakan satu mata kuliah yang didalamnya membahas mengenai kebudayaan yang
terdapat di bangsa Arab, meliputi masyarakat bangsa Arab, struktur masyarakat arab,
komunikasi atau interaksi bangsa Arab, dan budaya yang terdapat di bangsa Arab itu sendiri.
Bangsa Arab merupakan bangsa yang sangat penting untuk dikenal oleh seluruh umat
muslim didunia, sebab di Arablah tepatnya di kota Mekkah Nabi Muhammad SAW dilahirkan
sebagai masyarakat Arab.
Masyarakat Arab yang sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW merupakan
masyarakat Jahiliyyah berubah menjadi masyarakat yang lebih baik dengan datangnya Nabi
Muhammad SAW dengan membawa agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah dengan :
1. Bagaimana Struktur sosial masyarakat arab jahiliah?
2. Bagaimana Interaksi sosial masyarakat arab jahiliah?
3. Bagaimana Masyarakat arab jahiliah memperaktekkan interaksi sosialnya?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Mengetahui Struktur sosial masyarakat arab jahiliah.
2. Mengetahui Interaksi sosial masyarakat arab jahiliah.
3. Mengetahui Cara Masyarakat arab jahiliah memperaktekkan interaksi sosialnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Masyarakat Arab Jahiliah (Pra Islam)

Keseimbangan dalam semua aspek kehidupan adalah idealisme


Islam. Islam datang di tengah situasi dan kondisi sosial yang benar-benar
bobrok hingga disebut zaman jahiliyah. Strata sosial dalam masyarakat
Arab jahiliyah sangat timpang. Perbudakan merajalela, kaum wanita
ternista, moralitas berada di titik nadi, dan yang terjadi adalah hukum
rimba (homo homini lupus) artinya siapa yang kuat dialah yang
menguasai. Masyarakat Arab Pra Islam merupakan masyarakat yang
didominasi kaum laki-laki. Kaum wanita tidak memiliki stasus apapun
kecuali sebagai objek seks (pemuas nafsu birahi mereka). Jumlah wanita
yang boleh dinikahi seorang lelaki tidak terbatas jumlahnya. Bila seorang
laki-laki meninggal dunia maka putranya dapat mewarisi seluruh istri yang
ditinggalkannya, kecuali ibu kandungnya. Masyarakat Arab ketika itu
terdiri atas kabilah-kabilah atau suku-suku yang selalu berebut pengaruh
atau kekuasaan dan sumber-sumber ekonomi. Peperangan antar suku
dianggap hal biasa. Manusia dijadikan komuditas yang bisa dijual belikan.
Bahkan para isteri dianggap sebagai harta kekayaan yang kemudian
tatkala suaminya meninggal boleh diwariskan kepada anak-anaknya.
Sebelum Islam, masyarakat jazirah Arab terbagi menjadi Arab dan Arab.
Arab adalah penduduk yang bertempat tinggal di kota yang merupakan
pusat peradaban, mereka disebut dengan Ahl al-Madar (penduduk kota),
yakni pemilik rumah bangunan. Sedangkan Arab merupakan penduduk
yang bertempat tinggal di desa-desa dan disebut dengan Ahl al-Wabar
(penduduk desa) yakni mereka yang hidup di dalam tenda-tenda. Orang
Arab desa atau orang-orang Baduwi adalah suku-suku yang menempati
tenda-tenda dan hidupnya berpindah-pindah atau bersifat nomaden.
Meski disebut sebagai kota Negara (city-state), Mekah tetap merupakan
masyarakat kesukuan hingga akhir penaklukannya pada masa Nabi
Muhammad.

Dalam masyarakat arab terdapat organisasi clan (kabilah) sebagai


intinya dan anggota dari satu clan merupakan geneologi (pertalian darah).
Sistem kependudukan masyarakat dibangun menurut kabilah dimana
anak-anak dari satu suku dianggap saudara yang memiliki pertalian
hubungan darah. Seorang Arab tidak akan dapat memahami pemikiran
negara kebangsaan melainkan dalam konteks sistem kesukuan (kabilah).
Menurut Ibnu Hisyam "Adalah hubungan negara kebangsaan yang
mengikat keluarga ke dalam kesukuan,sebuah negara yang didasarkan
pada hubungan darah daging seperti halnya negara kebangsaan yang
dibangun di atas garis keturunan. Adalah hubungan kekeluargaan yang
mengikat semua individu ke dalam negara dan kesatuan. Hal ini dianggap
sebagai agama kebangsaan dan hukum perundangan-undangan yang
telah mereka sepakati. Suku merupakan kesatuan masyarakat artinya,
suku merupakan tempat munculnya (sumber) tatanan nilai-nilai
kemasyarakatan yang berkembang dalam masyarakat tersebut, bukan
keluarga. Setiap individu merasakan adanya hubungan persahabatan,
bukan karena kekeluargaannya saja, melainkan karena kesukuannya.
Perasaan inilah yang akan membelanya saat mereka mendapat serangan,
bahkan membela mati-matian. Di jalan ini, mati merupakan kemuliaan
yang tinggi sedangkan lari dari peperangan merupakan aib. Perasaan
seperti ini juga senantiasa menyertai dalam beberapa peperangan yang
dilakukan dengan suku-suku lain. Pada masing-masing suku baik Arab
ataupun Arab, terdapat kelas sosial yang dibangun atas dasar
kepemilikan materi sehingga muncullah kelas orang kaya dan miskin.
Diantara dua kelas ini terjadi jurang pemisah yang sangat tajam sehingga
menimbulkan jarak dan kerawanan sosial.

Salah satu bentuknya adalah kaum bangsawan menindas rakyat


jelata dengan sesuka hati dan segala cara. Realitas sosial seperti ini
diabadikan oleh para penyair padang pasir yang menyatakan bahwa
kendatipun seseorang memiliki nasab mulia dan kebaikan akan tampak
hina dan rendah dikala dalam kondisi fakir. Hal ini disebabkan karena
ukuran menilai seseorang dalam masyarakat dengan kepemilikan harta
benda. Bahkan bagi mereka yang bergelimang harta dapat melakukan
apapun, termasuk membeli manusia (perbudakan). Sistem perbudakan
yang berlangsung di masyarakat jazirah Arab memiliki titik korelasi
dengan tradisi bangsa-bangsa kuat seperti Yunani yang terkenal dengan
perbudakannya pada saat itu. Selain perbudakan, struktur masyarakat
menempatkan kaum perempuan pada posisi subordinat, bahkan
eksistensi seorang perempuan tidak dianggap sebagai manusia.

Perempuan tidak memiliki sektor publik dimana dia bisa


mengaktualisasikan diri bahkan kehadiran perempuan sering kali
dianggap sebagai aib dan beban hidup di masa depan sehingga untuk
mengantisipasinya, bayi perempuan dikubur hidup-hidup ketika baru
dilahirkan. Setiap anggota merupakan aset seluruh kabilah di mana
munculnya seorang penyair kenamaan misalnya, ahli perang pemberani,
orang terkenal dalam kebaikan dalam satu kabilah, akan membuat
kehormatan dan nama baik seluruh garis keturunannya. Di antara tugas
utama tiap pendukung kesukuan adalah mempertahankan bukan saja
terhadap anggotanya melainkan setiap mereka yang secara sementara
seperti tamu-tamu yang hadir di bawah bendera kabilah. Memberi
proteksi pada mereka merupakan suatu kehormatan yang dicapai. Oleh
karena itu, kota Mekah sebagai kota kenegaraan selalu siap menyambut
setiap pendatang menghadiri perayaan, melakukan ibadah haji, atau pun
sekadar lewat dengan rombongan berunta. Memberi pelayanan
permintaan ini memerlukan keamanan dan fasilitas yang memadai, dan,
oleh karena itu institusi kemudian dibangun di kota Mekah. Pada
masyarakat Arab Pra Islam, ikatan kekeluargaan dan kesukuaannya
sangat kuat. Saking kuatnya ikatan kekeluargaan dan kekerabatan suku,
bagi mereka tidak ada musibah yang lebih hebat dan menyakitkan selain
putus keanggotaan dengan suku mereka. Seseorang yang tidak memiliki
anggota suku manapun, disebuah negeri yang menganggap orang asing
sebagai musuh, mirip orang yang tidak memiliki tanah pada masa
feodalisme inggris. Meski pada dasarnya ditetapkan oleh sebab kelahiran
(nasab), hubungan persaudaraan klan bisa juga didapatkan oleh
seseorang dengan cara ikut makan atau minum bersama beberapa tetes
darah dari klan tertentu. Pada masa ini orang arab memandang dirinya
merupakan bangsa terbaik (khair al umam). Kemurnian darah, kefasihan
bahasa, keindahan puisi, kekuatan pedang dan kudanya, dan yang paling
penting kemuliaan keturunan (nasab) merupakan kebanggaaan utama
orang arab.

B. Interaksi sosial masyarakat Arab jahiliah (pra-


Islam)
Yang dimaksud dengan interaksi social di sini adalah hubungan
antara seseorang dengan istri, anak, keponakannya, dan hubungan antara
satu kabilah dengan kabilah yang lain.
Tanah Arab terdapat dua kelompok Bangsa Arab, yaitu: Bangsa Arab
Badawi dan Bangsa Arab Kota. Bangsa Arab Badawi adalah mereka yang
tinggal di padang pasir, sedangkan Bangsa Arab penduduk kota, mereka
adalah orang-orang yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian
dan perdagangan sehingga mereka berhasil meraih kekayaan dan
keuntungan besar.
Masyarakat Arab sebelum Islam masuk, penduduknya sangat taat
terhadap apa yang dilakukan oleh nenek moyang meraka, seperti dalam
perkawinan. Mayoritas diantara mereka baru memperistri seorang wanita
sesudah mendapat restu keluarga pihak istri, dan tradisi mereka, pada
umumnya terlebih dahulu mengajak bermusyawarah dengan para
puterinya dalam urusan calon suami mereka.
Tradisi sosial masyarakat Arab jahiliyah mereka akan selalu menolong,
dan membela saudara atau keponakan mereka baik dalam posisi sebagai
pihak yang benar maupun yang salah. Bahkan mereka lebih kuat
solidaritas antar sesama anggota satu kabilah daripada dengan kabilah
yang lain.
Fakta menjelaskan bahwa banyak budaya yang ada di masa pra-
Islam diadopsi dan dipraktekkan oleh nabi Muhammad. Hal ini
mengindikasikan bahwa Islam lahir tidak dalam rangka menghilangkan
seluruh kebudayaan yang berkembang dan dijalankan oleh masyarakat
Arab pra-Islam. Nabi Muhammad banyak menciptakan aturan-aturan yang
melegalkan hukum adat masyarakat Arab, sehingga memberi tempat bagi
praktek hukum Adat di dalam sistem hukum Islam. Signifikansi peran
budaya dalam hukum Islam kemudian diteruskan oleh para penerusnya.
Para sahabat mengadopsi beberapa budaya masyarakat hasil
ekspansinya, demikian juga dengan para imam madzhab yang juga
memposisikan budaya lokal daerahnya sebagai salah satu faktor penting
dalam teori hukumnya. Dengan demikian, budaya memiliki posisi yang
penting dalam sejarah hukum Islam.
C. Cara masyarakat arab jahiliah (Pra Islam)
memperaktekkan interaksi sosialnya.
Pada umumnya bangsa Arab sebelum Islam datang ( diutusnya Nabi
Muhammad) tidak memeluk agama tertentu, kecuali penyembahan berhala.
Berhala yang paling dikenal adalah Manata, Lata, dan Uzza. Tradisi lain,
mereka berkumpul setahun sekali setiap bulan zulhijjah dengan mengelilingi
Kabah dan menyembelihan hewan kurban yang darahnya dipersembahkan
untuk Tuhan. Dalam aspek peradaban Arab golongan Qahtaniyun pernah
mendirikan kerajaan Saba dan Himyar di Yaman. Kerajaan ini mampu
membangun bendungan raksasa yang menjadi sumber air untuk seluruh wilayah
kerajaan. Di Mekkah sebelum Islam datang, telah terdapat jabatan-jabatan
penting yang dipimpim oleh Qushai bin Qilab pada pertengahan abad ke-V M.
Ketika itu suku Quraisy mendominasi masyarakat Arab. Maka dibentuklah
jabatan suku Quraisy, yaitu Hijabah: penjaga kunci Kabah, Siqayah: pengawas
mata air zam-zam untuk para peziarah, Diyat: Kekuasaan hakim sipil dan
kriminal, Sifarah: kuasa usaha negara atau duta, Liwa: jabatan ketentaraan,
Rifadah: pengurus pajak untuk orang miskin, Nadwah: jabatan ketua dewan,
Khaimmah: pengurus balai musyawarah, Khazinah: jabatan keuangan, dan
Zalam: penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.

Masyarakat Arab Pra-Islam sesungguhnya memiliki berbagai sifat dan


karakter yang positif, seperti sifat pemberani, kekuatan fisik yang perima, daya
ingatan yang kuat, kesadaran akan harga diri dan martabat, cinta kebebasan,
setia tehadap suku dan pemimpinnya, pola kehidupan sederhana, ramah-tamah,
dan mahir dalam bersyair. Namun sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut
seakan tidak ada artinya karena suatu kondisi yang menyelimuti mereka, yakni
ketidak adilan, kesejahteraan terhadap tahayul.

Pada masa itu, kaum wanita menempati kedudukan yang rendah sepanajang
sejarah umat manusia. Masyarakat Arab Pra-Islam memandang wanita ibarat
binatang piaraan, atau bahkan lebih hina. Mereka sama sekali tidak mendapat
penghormatan sosial dan tidak memiliki hak apapun. Kaum laki-laki dapat saja
mengawini wanita sesuka hatinya. Bila mana seorang ayah diberitahukan atas
kelahiran seorang anak perempuan, seketika wajahnya berubah pasi lantaran
malu, terkadang meraka tega menguburkan bayi perempuan mereka hidup-
hidup. Mereka membunuhnya lantaran rasa malu dan khawatir bahwa anak
perempuan hanya akan menimbulakan kemiskinan. Kondisi semacam ini
dinyatakan oleh Al Quran sebagai berikut :
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.

Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita


yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-
hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. ( Al-
Nahl (16) : 58-59)

Pada masa itu, tidak hanya poligami yang berkembang di kalangan


masyarakat Arab Jahiliah, tetapi juga praktek poliandri. Seorang laki-laki di
samping mempunyai banyak istri, mereka juga memiliki sejumlah gundik.
Suami seringkali mengijinkan istrinya bargaul dengan laki-laki lain untuk
menambah penghasilan. Wanita-wanita lajang biasanya pergi ke luar kota untuk
menjalin pergaulan bebas dengan pemuda kampung. Seorang ibu tiri bisa saja
dikawini oleh anaknya dan bahkan sering terjadi perkawain sesama saudara
sekandung. Pada saat itu perempuan tidak memiliki hak warisan terhadap
kekayaan almarhum ayah dan suaminya, atau kerabatnya. Demikianlah,
sungguh rendah dan hina kedudukan wanita sebelum Nabi Muhammad lahir.
Nabi berjuang untuk mengentaskan jurang kehinaan wanita kepada keduduak
yang mulia dan terhormat.
BAB III
KESIMPULAN

Masyarakat Arab sebelum datang Islam adalah masyarakat yang disebut dengan
masyarakat Jahiliyah yang dalam hidup mereka ditentukan sejauhmana otoritas kesukuan dan
kekuasaan ekonomi mempengaruhi sebuah tatanan sosial. Bangsa Arab Jahiliyah adalah
penyembah berhala. Adapun perbuatan-perbuatan buruk masyarakat Arab adalah seperti
Minum minuman keras, berzina, memperkosa, memperlakukan wanita sebagai barang yang
diperjualbelikan, membunuh anak perempuan karena malu dan takut miskin, Mencuri,
merampok, merampas hak orang lain dan lain sebagainya.
Sedangkan kedatangan Islam di tengah-tengah masyarakat Arab menghapus
kebiasaan-kebiasaan buruk mereka dan menciptakan lingkungan yang lebih berlandaskan
Islam seperti rajin membaca Al-Quran, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam.

.
DAFTAR PUSTAKA
http://f-class-article.blogspot.com/2009/05/kondisi-masyarakat-arab-ketika-islam.html
http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/01/kondisi-sosial-masyarakat-makah-
sebelum.html
Yatim, Dr. Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai