India memiliki tingkat korupsi yang tinggi sehingga investor harus
mempertimbangkan dengan hati-hati sebelum melakukan investasi. Selain itu, investor harus melihat apakah perusahaan seperti Satyam merupakan perusahaan keluarga atau bukan, karena jika perusahaan keluarga maka risiko kecurangan akan lebih tinggi karena perusahaan akan memilih keluarganya dibandingkan para investor. Kemudian para investor sebaiknya melihat laporan keuangaan perusahaan bagaimana kenaikan laba perusahaan apakah meningkat terlalu tinggi atau tidak. Jika laba perusahaan meningkat terlalu tinggi dan terus menerus maka ada kemungkinan terjadinya kecurangan dalam perusahaan tersebut. 2. Struktur budaya perusahaan lebih ke senioritas, dimana senior melakukan segala hal dari perencanaan sampai pelaksanaan dan mengambil keputusan. Setiap departemen Satyam hanya mengerti laporan keuangannya sendiri dan tidak mengerti laporan keuangan departemen lainnya. Dimana laporan keuangan akan diserahkan ke CFO & timnya untuk digabungkan. Dimana dari hal tersebut dapat di lihat bahwa adanya red flag karena yang mengetahui kondisi laporan keuangan adalah CFO sedangkan yang lain tidak mengetahui kondisi laporan keuangan semua departemen. 3. Tantangan dalam menerapkan whistleblower: a. Adanya budaya senioritas dimana bawahannya pasti takut untuk melaporkan kesalahan atasannya sehingga whistleblower menjadi tidak efektif. b. Adanya benturan kepentingan oleh pihak yang mengelola whistleblower. Harusnya direksi menelusuri dan menginvestigasi apakah kecurangan yang disampaikan benar-benar terjadi dalam perusahaan atau tidak dan melindungi orang yang melaporkan kecurangan tersebut. 4. Karena Komisaris tidak independen dan lebih mengarah ke pemegang saham mayoritas. Hal ini dibuktikan oleh tidak adanya yang menanggapi komplain whistleblower mengenai kecurangan yang terjadi di perusahaan sehingga kecurangan tersebut tetap terjadi. 5. Seharusnya direktur tidak boleh mengundurkan diri dan mempertanggungjawabkan kesalahannya dengan menyelesaikan semua masalah yang ada dan melindungi kepentingan seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberitahukan publik apa yang terjadi (transparant), membenarkan laporan keuangannya dan siap menanggung akibat dari pengungkapan tersebut. 6. a. Raju karena dia yang memulai melakukan kecurangan b. Direksi (CFO) karena dia yang melakukan manipulasi laporan keuangan c. Komisaris karena tidak memenuhi tanggung jawabnya dalam memantau d. Auditor karena menyatakan kewajaran dalam laporan keuangan 7. Seharusnya memberikan efek positif karena adanya syarat tersebut direktur bisa lebih independen dan tidak mementingkan kepentingan mayoritas perusahaan.
Komisaris harus mengetahui peraturan UU yang berlaku, tidak memiliki hubungan
dengan pemegang saham agar tidak lebih mementingkan kepentingan pemegang saham mayoritas saja dan berani menolak keputusan pemilik saham mayoritas yang mementingkan kepentingan minoritas. 8. Ya, seharusnya direktur non-eksekutif independen (Krishna Palepu: komite audit yang mengawasi whistleblower) bertanggung jawab atas kecurangan yang terjadi. Karena terdapat laporan dalam whistleblower atas manipulasi laporan keuangan perusahaan namun tidak ada tindakan lebih lanjut untuk menelusuri kecurangan yang dilaporkan oleh salah satu karyawan perusahaan.