Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu dan teknologi terutama dibidang komunikasi

informasi dan komputerisasi telah mengubah wajah dunia konvensional

menuju dunia modern.pengaruh kemajuan tersebut tidak dapat

dihindari,hal ini berlaku juga dibidang perumahsakitan.Rumah sakit di

Indonesia saat ini berlomba-lomba mengembangkan diri dalam hal

kualitas manajemen pelayanan kesehatan dengan menerapkan sistem

informasi rumah sakit berbasis komputer untuk mendukung perubahan

dan perbaikan disemua aspek dan bidang layanan,termasuk

sarana,prasarana,finansial,perlengkapan alat-alat medis, logistik serta

sumber daya manusia.sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 14

tahun 2008 tentang keterbukaan informasi public (KIP) maka

tersedianya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan

layanan umum seperti rumah sakit. Data dan informasi tersebut setiap

tahunnya mengalami perubahan sering dengan perkembangan

jaman,sehingga revisi dalam sistem informasi Rumah sakit (SIRS) yang

sudah ada saat ini mutlak dibutuhkan.

SIRS adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan

penyajian data rumah sakit. Sesuai ketentuan Pasal 52 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, setiap

rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua

1
2

kegiatan penyelenggaraan rumah dalam bentuk sistem informasi

manajemen Rumah sakit (SIMRS). Pasal 3 ayat 1 dsari peraturan

Menteri Kesehatan republik Indonesia No.82 tahun 2013 tentang sistem

informasi Manajemen Rumah sakit (SIMRS) dinyatakan bahwa setiap

rumah sakit wajib menyelenggarakan SIMRS. Perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi bidang kesehatan di Indonesia semakin

berkembang. Sistem informasi kesehatan dibangun untuk

mengintegrasikan pengelolaan data dan informasi secara sistematis di

semua tingkat pemerintahan dalam mendukung manajemen kesehatan.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) menjadi sarana

yang diperlukan rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Rumah Sakit adalah salah satu pelaksana teknis pelayanan

kesehatan yang terlibat langsung dalam pengelolaan rekam medis.

Upaya mampu melaksanakan aturan-aturan yang telah digariskan

dalam sistem kesehatan Nasional. Pada umumnya setiap Rumah Sakit

telah melaksanakan pencatatan data pasien rekam medis, hanya saja

belum dilaksanakan dengan baik atau belum mengikuti sistem informasi

yang benar. Penataannya masih tergantung pada kemauan atau selera

pimpinan masing-masing Rumah Sakit. Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 10 Tahun 1960 tentang Rekam Medis, bahwa kepada semua

petugas kesehatan diwajibkan untuk menyimpan rahasia kedokteran,

termasuk berkas rekam medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 034/Birhup/1972 ada


3

kejelasan bagi Rumah Sakit, yang menyangkut kewajiban untuk

menyelenggarakan medical record. Pada umumnya tujuan dari

peraturan-peraturan tersebut adalah agar setiap Rumah Sakit dapat

menyelenggarakan Rekam Medis yang baik. Peraturan Menteri

Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam

Medis/Medical Record ditegaskan agar semua tenaga medis dan para

medis di rumah sakit yang terlibat di dalamnya dapat

menyelenggarakan rekam medis dengan baik dan benar sesuai dengan

ketentuan yang digariskan.

Hal ini sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan

Rekam Medik / Medical Record di Rumah Sakit dengan surat

Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik nomor HK.00.06.45.141

tentang Pembentukan Tim Penyusunan Revisi Buku Petunjuk Teknis

Manajemen Informasi Kesehatan Rumah Sakit,tanggal 13 April 2005.

Salah satu cara yang digunakan untuk melakukan pencatatan data

medis pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medis

dirumah sakit dan dilanjutkan dengan penanganan berkas medis.

Rekam Medis dapat meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta

pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani

permintaan / peminjaman apabila pasien membutuhkannya, maupun

keperluan-keperluan yang lainnya. Rekam medis merupakan bukti

tertulis atas segala tindakan yang telah diberikan kepada pasien dan

dapat melindungi kepentingan hukum baik untuk pasien, dokter, rumah


4

sakit, maupun tenaga kesehatan lainnya. Sistem informasi manajemen

rumah sakit juga mempunyai peranan yang sangat penting karena

merupakan sumber informasi. Informasi yang cepat, lengkap dan akurat

merupakan salah satu kunci suksesnya suatu Rumah Sakit didalam

memberikan pelayanan publik, agar tertata dengan rapih dan baik.

Sistem informasi manajemen rumah sakit adalah suatu tatanan

yang berurusan dengan pengumpulan data pasien, pengolahan data

pasien, penyajian informasi, analisa dan penyimpulan informasi yang

dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Maka dengan SIMRS yang

menggunakan sistem komputerisasi di dalam mengaplikasikan segala

data-data akan menjadi lebih mudah dikerjakan, sehingga pencatatan

data lebih cepat, akurat dan efisien. Sehingga dapat mengurangi waktu

pengerjaan dan menghindari kesalahan-kesalahan yang diakibatkan

kesalahan dalam pencatatan data-data pasien.

SIMRS sangat erat kaitannya dengan rekam medis karena

rekam medis merupakan sumber informasi yang berguna dalam

menyediakan data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kualitas

pelayanan kesehatan. Rekam medis mempunyai pengertian yang

sangat luas tidak hanya sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi

mempunyai pengertian sebagai suatu sistem penyelenggaraan rekam

medis. Kegiatan dalam pencatatannya sendiri hanya merupakan salah

satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.

Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan suatu proses


5

kegiatan yang dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit.

Kemudian diteruskannya kegiatan pencatatan data medis pasien

selama pasien itu mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit.

Penanganan rekam medis meliputi penyelenggaraan penyimpanan

serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani

permintaan atau peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan

lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Rara Syafara (2009) dalam

Skripsinya yang berjudul hambatan dalam pelaksanaan Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU Dr. Pirngadi

Medan, hambatan yang ada selain yang disebutkan diatas adalah pada

data, dimana pengaksesan data yang dilakukan operator di unit terkait

SIMRS sebagian besar tidak lengkap. Pelaksanaan SIMRS di RSU Dr.

Pirngadi Medan sejauh ini cenderung dimanfaatkan untuk

mempermudah pentransferan data yang terbatas pada instalasi rawat

jalan saja.

Penelitian lain juga yang dilakukan oleh Titania (2012) dalam

skripsinya yang berjudul evaluasi sistem informasi manajemen di

bagian rawat jalan rumah sakit Bhakti Yudha Depok, permasalahan

yang diungkapkannya adalah apabila terjadi kendala yang tidak umum

pada berjalannya sistem aplikasi, pihak operator SIM RS tidak dapat

melakukan perbaikan karena tidak menemukan sumber kode (source


6

code) sistem pada aplikasi tersebut hal ini dikarenakan pihak vendor

tidak memberikan source code tersebut.

Penyelenggaraan rekam medis dapat dilakukan secara manual

maupun elektronik. Beberapa rumah sakit di Indonesia membangun

sistem informasi rekam medis secara elektronik/ komputerisasi yang

terintegrasi dalam SIMRS. Saat ini, banyak rumah sakit di Indonesia

menggunakan sistem informasi rekam medis berbasis komputer untuk

mendukung kegiatan operasional pelayanan rumah sakit, demikian pula

dengan Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru.

RSUD Batara Guru merupakan pusat rujukan di wilayah

Kabupaten Luwu. Letaknya berada di Kel. Pammanu Kec. Belopa Utara

Kabupaten Luwu. RSUD Batara Guru sendiri telah memiliki sistem

informasi rekam medis berbasis komputer dan sedang melakukan

pengembangan sistem informasi.

Dalam mendukung kelancaran tugas SIMRS, telah dibentuk tim

tata kelola tekhnologi informasi di RSUD Batara Guru yang berfungsi

mengembangkan SIMRS di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu.

SIMRS di RSUD Batara Guru adalah suatu program yang berbasis

komputer tetapi dalam pelaksanaanya program SIMRS hanya berjalan

kurang lebih selama satu tahun sehingga mengakibatkan proses

majemen di RSUD Batara Guru terutama di bagian rekam medis

berjalan lambat dan harus kembali kepada pencatatan manual

sehingga data-data pasien yang telah melakukan kunjungan di rumah


7

sakit sulit di identifikasi karena harus di dacari datanya di buku

registrasi.

Berdasarkan survei awal dan wawancara kepada salah satu

pegawai yang menangani SIM RS Batara Guru masih di dapatkan

beberapa keluhan selama pelaksanaannya diantaranya adalah SIM

RSnya tidak berajalan dengan maksimal karena jaringan internet yang

kurang baik sehingga proses penginputan data terhambat. Berangkat

dari uraian latar belakang masalah ini maka peneliti merasa penting

untuk melakukan tinjauan tentang faktor penghambat implementasi

SIMRS di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu dibagian rekam medis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hambatan implemetasi Sistem informasi manajemen

rumah sakit pada ketegori Sumber Daya manusia (SDM) di bagian

rekam medis Rumah sakit Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu?


2. Bagaimana hambatan implemetasi Sistem informasi manajemen

rumah sakit pada ketegori Hardware di bagian rekam medis Rumah

sakit Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu?


3. Bagaimana hambatan implemetasi Sistem informasi manajemen

rumah sakit pada ketegori LAN di bagian rekam medis Rumah sakit

Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu?


4. Bagaimana hambatan implemetasi Sistem informasi manajemen

rumah sakit pada ketegori Monitoring di bagian rekam medis Rumah

sakit Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu?


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor yang

menghambat implementasi Sistem informasi manajemen rumah sakit


8

bagian rekam medis di Rumah Sakit Batara Guru Belopa Kabupaten

Luwu
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hambatan implemetasi Sistem informasi

manajemen rumah sakit pada ketegori Sumber Daya manusia

(SDM) di bagian rekam medis Rumah sakit Batara Guru Belopa

Kabupaten Luwu.
b. Untuk mengetahui hambatan implemetasi Sistem informasi

manajemen rumah sakit pada ketegori Hardware di bagian rekam

medis Rumah sakit Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu.


c. Untuk mengetahui hambatan implemetasi Sistem informasi

manajemen rumah sakit pada ketegori LAN di bagian rekam

medis Rumah sakit Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu.


d. Untuk mengetahui hambatan implemetasi Sistem informasi

manajemen rumah sakit pada ketegori Monitoring di bagian rekam

medis Rumah sakit Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu.


D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian faktor penghambat

implementasi sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD Batara

Guru Kabupaten Luwu yaitu :


1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu
Dinas kesehatan Kabupaten Luwu dapat mengetahui faktor

penghambat implementasi sistem informasi manajemen rumah sakit

di RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu. Yang dapat dijadikan

sebagai bahan eveluasi /masukan dalam penentuan arah kebijakan

manajemen sistem informasi manajemen rumah sakit.


2. Bagi Peneliti
Peneliti memperoleh pengalaman yang sangat berharga dalam

rangka memperluas wawasan keilmuan, serta dapat menerapkan


9

ilmu pengetahuan yan telah diperoleh selama mengikuti program

pendidikan.
3. Bagi Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan

pelaksanaan sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD

Batara Guru Kabupaten Luwu.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hambatan Dalam Pelaksanaan SIM RS

Perkembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) masih belum lancar dan banyak rumah sakit mengalami

kegagalan dalam aplikasinya karena adanya beberapa hambatan dan

kendala. Permasalahan yang menjadi kendala dan hambatan tersebut

adalah sebagai berikut: pemahaman para operator tentang

komputer yang masih kurang, pemahaman para spesialis bidang

informasi tentang bisnis dan peran manajemen yang masih minim,

relatif mahalnya harga perangkat komputer, dan ambisius para

pengguna yang terlalu yakin dapat membangun sistem informasi

secara lengkap sehingga dapat mendukung semua lapisan pegawai

(Rahayu, 2009).

Hari Kusnanto dalam makalahnya yang disampaikan pada

Kongres PERSI VII 1996, menyampaikan bahwa sistem informasi

rumah sakit amat berperan dalam memadukan berbagai kepentingan

dari berbagai pelanggan rumah sakit. Menurut aditama (2006) ada

beberapa alasan mengapa SIMRS belum berkembang pesat, antara

lain:

1. Konsep ekonomi informasi kesehatan belum dirumuskan secara jelas


2. Manajer belum betul-betul memahami perlunya SIMRS
3. Keasingan terhadap teknologi informasi
11

4. Kesulitan dalam menghadapi perubahan budaya dan perilaku dengan

diterapkannya SIMRS
5. Kurangnya saling pengertian antara klinisi, manajer, dan pengelola

SIMRS. Secara umum hambatan yang dihadapi dalam

pelaksanaan SIMRS ini biasanya hanya berupa hambatan

psikologis saja, yang mana hambatan tersebut dapat berasal dari

semua jenjang mulai dari dewan direksi sampai kepada pihak

pelaksana. Misalnya dewan direksi yang takut untuk melakukan

investasi yang relatif besar tanpa adanya kepastian dan

manfaatnya secara langsung, ataupun dari pihak pelaksananya

sendiri yang mana terdapatnya keengganan untuk beradaptasi

ataupun menggunakan sistem baru ini.


B. Tinjauan Umum Tentang Implementasi

Patton dan Savichi dalam Tangkilisan (2003) menyebutkan

bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang

diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini

eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan

menerapkan kebijakan yang telah diseleksi.

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses

kebijakan publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa

tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan

saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan

kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah


12

undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai

implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2002).

Ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah

keberhasilan maupun ketidakberhasilan dari suatu kebijakan publik

akan diketahui. Suat kebijakan publik dikatakan berhasil bila dalam

implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik.

Menurut Tangkilisan (2003), ada 3 (tiga) kegiatan utama yang paling

penting dalam implementasi keputusan yaitu :

b. Penafsiran, yaitu : merupakan yang menerjemahkan makna program ke

dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan


c. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan

program kedalam tujuan kebijakan.


d. Penerapan, yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi

pelayanan, upah dan lain- lainnya.


C.Tinjauan Umum Tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS)
1. Sistem Informasi Manajemen
Menurut Sabarguna (2005), Sistem adalah suatu kesatuan

yang utuh dan terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan atau

diperkirakan berhubungan serta satu sama lain mempengaruhi yang

kesemuanya dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Menurut Taurany (1986) adapun ciriciri sistem

adalah sebagai berikut :


a. adanya tujuan yang jelas
b. mempunyai struktur tertentu
13

c. terdiri dari kesatuan usaha dari bagian-bagian yang saling

tergantung dan berinteraksi satu sama lain.

Bentuk dasar dari sebuah sistem sangat sederhana, terdiri dari

Input, Proses dan Output. Informasi adalah data yang telah diolah

dan dianalisa secara formal, dengan cara yang benar dansecara

efektif, sehingga hasilnya bisa bermanfaat dalam operasional dan

manajemen. Sabarguna (2005) menyatakan informasi mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut :

a. data yang telah diolah


b. menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang

menerima
c. menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata
d. digunakan untuk mengambil keputusan.

Menurut Hasibuan (2002) mengemukakan bahwa Manajemen

adalah ilmu dan seni yang mengatur prosespemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Sutabri (2005),

Sistem Informasi Manajemen merupakan penerapan sistem

informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasiinformasi

yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Menurut Drs.

Soetedjo Moeljodihardjo (Sutabri, 2005) mendefinisikan Sistem

Informasi Manajemen sebagai suatu metode untuk menghasilkan

informasi yang tepat waktu bagi manajemen tentang lingkungan luar

organisasi dan kegiatan operasi di dalam organisasi, dengan tujuan


14

untuk menunjang proses pengambilan keputusan serta memperbaiki

proses perencanaan dan pengawasan.

Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Sistem

Informasi Manajemen adalah sistem buatan manusia yang berisi

himpunan terintegrasi dari komponen-komponen manual dan

komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk

menyediakan fungsi-fungsi operasional dan mendukung pembuatan

keputusan manajemen dengan menyediakan informasi yang dapat

digunakan oleh pembuat keputusan untuk merencana dan

mengontrol kegiatan perusahaan (Roslenni, 2004).

Menurut Roslenni (2004) sistem informasi manajemen adalah

sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari

komponen-komponen manual dan komponen-komponen

terkomputerisasi yang bertujuan untuk menyediakan fungsi- fungsi

operasional dan mendukung pembuatan manajemen dengan

menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh pembuat

keputusan untuk merencana dan mengontrol kegiatan perusahaan.

2. Sistem Informasi Rumah Sakit

Sistem Informasi adalah suatu cara tertentu untuk

menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk

beroperasi dengan cara yang sukses dan untuk organisasi bisnis

dengnan cara menguntungkan. Sistem informasi Rumah Sakit


15

menurut Sabarguna (2005) adalah suatu tatanan yang berurusan

dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi,

analisa dan penyimpanana informasi serta penyampaian informasi

yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Penerapan sistem

informasi rumah sakit meliputi medik, perawatan, administrasi dan

penunjang. Sistem Informasi Rumah Sakit terdiri atas :

a. Sistem Informasi Administrasi


Merupakan sistem informasi yang membantu pelaksanaan

administrasi rumah sakit. Misalnya: billing system, pelaporan data

obat-obatan, penggajian, dll.


b. Sistem Informasi Klinik
Merupakan sistem informasi yang secara langsung untuk

membantu pasien dalam pelayanan medis selama pasien di

rumah sakit. Misalnya: sistem yang membantu pelayanan

laboratorium, radiologi, obat-obatan, dll.


c. Sistem Informasi Manajemen
Merupakan sistem informasi yang membantu manajemen

rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Misalnya: sistem

informasi manajemen pelayanan, keuangan, dan pemasaran.

Siklus manajemen di rumah sakit penting diperhaitkan dalam hal:


1) Permintaan tujuan dan target
2) Memperhatikan kebutuhan pelayanan
3) Alokasi sumber daya
4) Pengendalian mutu pelayanan
5) Evaluasi program

Untuk memenuhi kegiatan manajemen itu diperlukan adanya

informasi, jadi informasi berperan dalam hal pengambilan

keputusan.
16

3. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


Dalam PERMENKES No. 82 Tahun 2013, Sistem Informasi

Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah suatu sistem teknologi

informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan

seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk jaringan

koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh

informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari

Sistem Informasi Kesehatan.


SIM RS sudah harus diadakan oleh setiap rumah sakit oleh

karena teknologi kedokteran kini semakin berkembang, semakin

kompleks dan semakin mahal biayanya, sehingga memerlukan

pengawasan yang ketat. Situasi lingkungan yang mengharuskan

pelayanan kesehatan di rumah sakit dilakukan seefektif dan seefisien

mungkin. Teknologi sistem informasi yang semakin canggih sehingga

memungkinkan pengawasan yang ketat dengan biaya yang wajar.

Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM RS) sering dianggap

sebagai senjata strategik manajemen dalam mengarungi kompetisi

yang semakin ketat dalam persaingan produk pelayanan kesehatan.

Sistem informasi menyajikan


mengenai kegiatan operasional organisasi kepada para pelaku

manajemen, sehingga dapat dilakukan perencanaan, pengendalian

dan pengembangan strategic organisasi tersebut. Sistem informasi

manajemen rumah sakit yang berlangsung menangkap, menyalurkan

dan merekam data untuk di tampilkan sebagai informasi penting bagi

manajemen (Mahmudin, 2003).


17

4. Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)


SIM RS sangat bermanfaat dalam membantu meningkatkan

kinerja rumah sakit, dari kegiatan pelayanan sampai kegiatan

administratif. Adapun manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit (SIM RS) tersebut terdiri dari :


1) Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit dimana

terjadi peningkatan pemahaman terhadap system


2) Merubah budaya kerja menjadi lebih disiplin, dimana setiap unit

akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya.


3) Meningkatkan koordinasi antar unit (Team working), yakni

mendukung kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar

bagian/unit dalam rumah sakit.


4) Lebih akurat dan transparan, karena mencegah terjadinya

duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu yang pasti akan

berakibat pada peningkatan pelayanan.


5) Lebih terintegrasi, bila dengan sistem manual, data pasien harus

dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut

cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja.


6) Peningkatan efisiensi dan efektifitas, yakni waktu yang dibutuhkan

untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi akan

berkurang serta mengurangi biaya administrasi.


7) Kemudahan pelaporan, yakni hanya memakan waktu dalam

hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk

menganalisa laporan tersebut dan juga kecepatan penyelesaian

pekerjaan-pekerjaan administrasi yang membuat efektivitas kerja

meningkat.
5. Komponen Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS)
18

Dalam pelaksanaan SIMRS terdapat 5 komponen utama yang

mendasarinya (Herlambang, 2005), yaitu:


1) SDM (Human Resources)
Sumber Daya Manusia merupakan petugas yang akan

menjalankan SIMRS sesuai dengan fungsi dan jabatan.

Secanggih apapun SIMRS yang dibuat, kalau sumber daya

manusia yang ada tidak siap dan belum memiliki kemampuan

yang mencukupi untuk mengoperasikan, kecanggihan system

tersebut menjadi tidak berarti.


2) Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware Resources)
Sumber daya berupa perangkat keras yang digunakan

dalam system informasi, tidak hanya berupa mesin (komputer,

printer, scanner), namun juga berupa media seperti database

(tempat penyimpanan data), disket, magnetic tape, optical disc,

compact disc, flashdisc, atau paper form.


3) Sumber daya jaringan komputer (Network Resources)
Sumber daya jaringan ini mencakup teknologi

telekomunikasi seperti internet, intranet dan ekstranet. Sumber

daya jaringan juga disebut juga Local Area Network (LAN).

Sumber daya ini menggunakan server untuk mendukungnya dan

letaknya juga jangan terlalu jauh atau terhalang-halang untuk

mendapatkan jaringan yang mendukung.

4) Pemantauan (monitoring)
Pemantauan merupakan suatu komponen penting

dilakukan, untuk memantau secara berkala data-data yang

dimasukkan, yang bertujuan untuk menjamin keakuratan informasi

yang tersedia.
19

D.Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit

Batasan rumah sakit banyak macamnya. Beberapa

diantaranya dipandang penting adalah:

a. Dalam (Hartono: 2010) rumah sakit dalam bahasa inggris disebut

hospital. Kata hospital berasal dari kata dalam bahasa latin

hospitalis yang berarti tamu. Secara luas kata itu bermakna

menjamu para tamu. Memang menurut sejarahnya, hospital atau

rumah sakit adalah suatu lembaga yang besifat kedermawanan

(charitable), untuk merawat pengungsi atau memberikan

pendidikan bagi orang-orang yang kurang beruntung (miskin),

berusia lanjut, catat, atau para pemuda.


b. (American Hospital Assosiation;1974) Rumah sakit adalah suatu

organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang

terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan

yang berkesinambungan diagnosis serta pengobatan penyakit

yang diderita oleh pasien.


c. (Wolper dan Pena:1987) Rumah sakit adalah tempat dimana

orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta

tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran,

perawat dan berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya

diselenggarakan.
20

d. (Association of Hospital Care) Rumah sakit adalah pusat dimana

pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan serta penelitian

kedokteran diselenggarakan.
2. Tujuan Rumah Sakit

Tujuan pengelolaan rumah sakit agar menghasilkan produk

jasa atau pelayanan kesehatan yang benar-benar menyentuh

kebutuhan dan harapan pasien dari berbagai aspek, menyangkut

mutu (medis dan non medis), jenis pelayanan, prosedur pelayanan,

harga, dan informasi yang dibutuhkan. Misi rumah sakit dalam

pemasaran dibedakan dengan pemasaran bisinis, antara lain :

b. Mekanisme kesejahteraan masyarakat lebih diutamakan

(kepuasan pasien, kesembuhan dan nilai tambah).


c. Tidak boleh ada supply induced demand (semakin banyak

penawaran, semakin banyak permintaan).


3. Sasaran Rumah Sakit
b. Masyarakat umum: golongan masyarakat yang bebas dan tidak

terikat oleh instansi apapun. Mereka bebas memilih pelayanan

rumah sakit mana pun bila dikehendaki.


c. Masyarakat yang terkoordasi: masyarakat dalam wadah suatu

organisasi, misalnya instansi, perkantoran, pabrik, hotel, dan lain-

lain. Dalam mencari pengobatan umumnya mereka terikat

peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, mereka tidak bebas menentukan rumah sakit

yang diinginkan.
d. Masyarakat keluarga: masyarakat yang telah mempunyai

langganan seorang dokter keluarga. Umumnya golongan ini bila


21

memerlukan pelayanan rumah sakit selalu berkonsultasi terlebih

dahulu dengan dokter keluarga. Hubungan timbal balik dokter

keluarga dengan keluarga dengan pihak rumah sakit dalam arti

komunikasi hasil rujukan (Supriyanto & Ernawaty, 2010).

Jika ditinjau dari kemampuannya yang dimiliki, rumah sakit di

Indonesia dibedakan atas lima macam yakni:

a. Rumah Sakit Kelas A

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan sub-

spesialis luas. Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A ini telah

ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top

referral hospital) atau disebut pula sebagai Rumah Sakit Pusat.

b. Rumah Sakit kelas B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis

terbatas. Direncanakan Rumah Sakit kelas B didirikan di setiap

ibukota Propinsi (Provincial Hospital) yang menampung pelayanan

rujukan dari rumah sakit Kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang

tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit

Kelas B.

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah sakit kelas C adalah Rumah Sakit yang mampu

memberikan pelayann kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini


22

ada empat macam pelayanan spesialis ini yang disediakan yakni

pelayan kesehatan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan

kesehatan anak serta pelayanan kebidanan dan kandungan.

Direncanakan rumah sakit kelas C ini akan didirikan di setiap

Ibukota Kabupaten (regency hospital) yang menampung

pelayanan rujukan dari Puskesmas.

d. Rumah Sakit Kelas D

Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat

transisi karena pada satu saat akan diitngkatkan menjadi Rumah

Sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan Rumah sakit kelas D

hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan

kedokteran gigi. Sama halnya dengan Rumah sakit kelas C,

Rumah Sakit kelas D ini juga menampung pelayanan rujukan yang

berasal dari Puskesmas.

e. Rumah Sakit Kelas E

Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (special

hospital) yang menyelenggarakan hanya satu pelayanan

kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah Sakit kelas E yang

telah ditemukan. Misalnya Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Kusta,

Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung,

Rumah Sakit Ibu dan Anak dan lain sebagainya (Azwar, 2010).

Sikap dokter yang perhatian, sesuai dengan firman Allah SWT

dalam Al-Quran surah Al-Qashash ayat 77, yang berbunyi :


23

Terjemahan :
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Q.S. Al-
Qashash ayat 77).

Mengenai hubungan antara dokter-pasien, juga dapat dilihat

dari : Ayyub As-Skihtiyani menuturkan seseorang tidak menjadi

mulia kecuali apabila dalam dirinya terdapat dua sifat : menjaga

kehormatan terhadap apa yang ada pada orang lain serta

memaafkan kesalahan mereka, maksudnya bahwa antara dokter

dengan pasien harus senantiasa saling menghargai dimana seorang

dokter harus menghormati hak-hak pasiennya, sedangkan seorang

pasien juga harus mempercayai bahwa segala hal yang dilakukan

dokter hanya semata-mata untuk kesembuhannya.

Sebuah rumah sakit yang responsif menaruh perhatian

besar terhadap bagaimana publiknya memandang dia dan

pelayanannya. Respon dari publik inilah yang dinamakan citra

(image), yang tidak selalu harus sama dengan kenyataan. Publik

yang menangkap citra negatif dari rumah sakit tadi akan

menghindari, mengabaikan, atau bahkan menghina rumah sakit

tersebut. Sedangkan publik yang menangkap citra positif oleh


24

sesuatu kelompok dan dalam waktu bersamaan dipandang negatif

oleh kelompok yang lain. Oleh karena itu sangat perlu bagi sebuah

rumah sakit untuk mencerminkan citra dirinya dikancah pasar dan

mengupayakan agar citranya itu posiitf bagi semua atau sebagian

besar publik (Hartono, 2010).


25

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti


Perkembangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

(SIMRS) masih belum lancar dan banyak rumah sakit mengalami

kegagalan dalam aplikasinya karena adanya beberapa hambatan dan

kendala. Permasalahan yang menjadi kendala dan hambatan tersebut

adalah sebagai berikut: pemahaman para operator tentang

komputer yang masih kurang, pemahaman para spesialis bidang

informasi tentang bisnis dan peran manajemen yang masih minim,

relatif mahalnya harga perangkat komputer, dan ambisius para

pengguna yang terlalu yakin dapat membangun sistem informasi

secara lengkap sehingga dapat mendukung semua lapisan pegawai.


Tanpa aplikasi SIMRS maka proses-proses sistem informasi

secara manual harus dilakukan pada pelayanan yang mana tiap-tiap

pasien datang kegiatan seperti pengambilan kembali dokumen serta

pengambilan informasi di dalamnya yang berlanjut pada penambahan

catatan secara manual, kondisi ini mempunyai beberapa kelemahan

yaitu relatif lamanya pengambilan dokumen, mudah rusaknya

dokumen karena kontak manual saat pengambilan dan penambahan

pencatatan, bentuk catatan manual sebagai informasi dalam

pengambilan keputusan medik kurang rapi dan jelas untuk dibaca

dibanding catatan secara elektronik dan proses pembuatan laporan

yang terasa menambah beban kerja serta inefisiensi kertas kerja dan
26

tempat dokumen. Beberapa kondisi tersebut kurang mendukung untuk

menciptakan dan memperlancar transaksi pelayanan medis yang

cepat, tepat dan handal.


B. Kerangka Konseptual

SDM (Human) Resources

Sumber Daya Perangkat


Keras (Hardware Resources)
SIM RS Batara
Sumber Daya Perangkat Guru
Lunak (Software Resources)
Sumber daya jaringan
komputer (Network Resources

Monitoring

3.1 Bagan Kerangka Konsep

Ket:

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

C. Definis Konseptual
1. Sumber Daya Manusia adalah orang yang menggunakan komputer

sebagai operator laporan SIMRS pada setiap unit di RS Batara

Guru Kabupaten Luwu yang dilihat berdasarkan: pernah atau tidak

pelatihan dalam bidang SIMRS sebelum kerja, pernah atau tidak

pelatihan dalam bidang SIMRS semasa kerja, ada atau tidaknya


27

penilaian prestasi kerja, kelengkapan data yang diisi, dan cara

memasukkan data.
2. Hardware berupa komputer yang diperuntukkan program SIMRS

yang dipergunakan oleh operator pengelola data-data untuk

laporan pada setiap unit di RS Batara Guru Kabupaten Luwu yang

dilihat berdasarkan: kondisi baik atau tidak dalam mendukung

SIMRS.
3. Software berupa program SIMRS yakni program komputer modul

aktif yang telah di-install pada komputer sebagai panduan bagi

operator pengelola laporan di setiap unit di RS Batara Guru

Kabupaten Luwu, yang dilihat berdasarkan: kondisi baik atau tidak

dalam mendukung SIMRS.


4. Local Area Network (LAN) yakni jaringan yang menghubungkan

setiap unit di RS Batara Guru Kabupaten Luwu, yang dilihat

berdasarkan: koneksi selalu terhubung atau terputus-putus, selalu

atau tidak terhubung (online) dengan pihak manajemen.


5. Monitoring yakni kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh pihak

manajemen di RS Batara Guru Kabupaten Luwu, yang dilihat

berdasarkan: Ada atau tidaknya rutinitas pengecekan data, kalau

ada berapa lama jangka waktunya. Ada atau tidak rutinitas

pengecekan komputer, kalau ada berapa lama jangka waktunya.

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
28

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode indepth interview (wawancara mendalam) dan

observasi yang bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam

tentang gambaran factor penghambat implementasi SIMRS pada

bagian rekam medika Rumah Sakit Batara Guru.


B. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan di RSUD Batara Guru

Kabupaten Luwu. Adapun Waktu penelitian akan dilaksanakan pada

bulan Februari-Maret 2016.


C. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini dipilih secara purposive

sampling.Informan dalam penelitian ini terdiri dari :


1. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala manajemen

Rumah sakit/ perencanaan Batara Guru Kabupaten Luwu


2. Informan biasa dalam penelitian ini adalah :
a) Kepala SDM Rs Batara Guru Kab.Luwu
b) Staf Rekam Medik Rs Batara Guru Kab.Luwu

D. Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti

mengumpulkan data sebagai berikut :


1. Data primer

Data primer diperoleh melalui hasil wawancara mendalam

(indepth interview) terhadap informan dengan menggunakan alat

bantu (tape recoreder), pedoman wawancara yang telah disiapkan,

pengamatan langsung (Observasi) dan telaah dokumen.

2. Data Sekunder
29

Data sekunder diperoleh dari Rumah Sakit umum daerah

Batara Guru seperti data rekam medic dan pelaporan jumlah

kunjungan pasien.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tape

recorder,kamera digital, catatan lapangan serta pedoman wawancara

serta hal yang penting adalah peneliti sendiri.


F. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara analisis data (content

analysis), dalam penyajian data disajikan dalam bentuk narasi, proses

analisis data dapat dilakukan dengan menganalisis mulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari

hasil wawancara berdasarkan hasil kuesioner, pengamatan yang

sudah ditulis dalam catatan lapangan serta dokumentasi.


G. Triangulasi
Untuk menetapkan keabsahan data agar validitas data tetap terjaga

pada penelitian ini, digunakan strategi sebagai berikut:


1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber ialah memberikan pertanyaan yang

sama pada orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda

untuk menjawab permasalahan yang sama, yaitu dilakukan untuk

melihat akurasi informasi yang diperoleh yaitu dengan

membandingkan (cross check) informasi yang diperoleh dari

informan kunci, informan biasa, dan data sekunder atau hasil

observasi.
2. Triangulasi Metode
30

Triangulasi metode ialah menggunakan metode yang

berbeda-beda untuk menjawab permasalahan yang sama, yaitu

dengan menggunakan metode in depth interview dan observasi.


3. Triangulasi Data
Triangulasi data ialah meminta umpan balik dari informan.

Umpan balik berguna untuk memperbaiki kualitas data dan

kesimpulan yang ditarik dari informasi yang didapatkan.

H. Jadwal Penelitian

Tahun 2016
No Urutan kegiatan
Feb Mar Apr

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan proposal

2 Seminar proposal

3 Pengumpulan data

4 Seminar hasil

5 Perbaikan hasil

6 Ujian skripsi

I. Organisasi Penelitian

Nama Peneliti : Musvirawati Muslim

Stambuk : 141 2012 0230

Pembimbing 1 : A. Rizki Amelia, SKM., M.Kes


Pembimbing 2 : Ella Andayanie, SKM.,M.Kes
31

Anda mungkin juga menyukai