Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat Indonesia deasa ini masih tergolong cukup rendah, itu
dikarenakan sulitnya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor utama bagi masyarakat miskin tentu saja tidak
adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan di Indonesia yang
tergolong mahal.

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dalam bidang kesehatan,


pemerintah telah melakukan berbagai macam program seperti Jamkesmas, Askes, dan JKN.
Namun program program tersebut tetap saja masih memiliki kelemahan, terutama dari segi
kepesertaan. Banyak masyarakat di daerah daerah yang tergolong miskin namun tidak
terdata dalam kepesertaan JKN. Dari masalah tersebut, pemda Kab.Jepara memberlakukan
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin atau dalam praktiknya disebut Jamkesda
yang bertujuan untuk menampung masyarakat miskin di Kabupaten Jepara yang tidak
terdaftar dalam JKN maupun faskes lain dari Pemerintah Pusat.

Teori

Menurut Ismail Nawawi dalam bukunya Public Policy Analisis, jika ditinjau dari tujuannya
ada 2 tipe evaluasi, yang pertama yaitu evaluasi yang terfokus untuk menilai efektivitas dan
kedua terfokus pada proses atau implementasi dari berjalannya program tersebut. Pada
penelitian ini, peneliti akan mengevaluasi bagaimana proses/implementasi program Jamkesda
ini. Teori yang digunakan adalah teori dari George C. Edward III. Adapun variabel yang
digunakan menurut Teori Edward III adalah :

1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi

Komunikasi

Kegiatan sosialisasi penyelenggaraan Jamkesda pada awal adalah dengan cara para Kepala
Desa mendata warganya yang miskin dan layak untuk mendapat Jamkesda. Pada saat itu
terkumpul sejumlah 43.430 jiwa yang selajutnya menjadi data pokok atau awal dari program
ini. Tugas ditahun tahun selanjutnya adalah lewat media radio yang ada di Jepara seperti
Radio Kartini, Swara FM dan Pop FM cara pelaksanaannya adalah dengan cara mengadakan
sesi tanya jawab antara penyiar dengan pihak DKK pada suatu acara yang bertemakan
Jamkesda. Kedua, adalah mengadakan pertemuan yang diadakan di puskesmas puskesmas
di Kabupaten Jepara, pesertanya adalah perangkat puskesmas dan masyarakat di desa sekitar
yang sebelumnya telah diberi pengumuman oleh perangkat desa. Ketiga adalah kegiatan
sosialisasi tingkat kecamatan se Kabupaten Jepara, peserta pada sosialisasi terakhir ini adalah
para perangkat desa dari masing masing kecamatan, yang harapannya informasi yang
didapatkan dari sosialisasi akan berlanjut ke masyarakat melalui pertemuan rutin desa.
Materi yang disampaikan adalah seputar tentang program Jamkesda, pelayanan yang
didapatkan, syarat syarat kepesertaan, serta tentu saja tata cara pendaftaran

jumlah yang menjadi peserta Jamkesda tahun 2012-2014 ini adalah sejumlah :

Tabel 3.1

TAHUN JUMLAH
2012 43.450 jiwa
2013 3.839 jiwa
2014 2.913 jiwa
Sumber : Data Seksi Jamkes

Sumberdaya

Jumlah dana yang disiapkan untuk program kesehatan masyarakat miskin di


kabupaten Jepara ini diambil dari dana APBD dan selalu berbeda beda tiap tahunnya, untuk
tahun 2012 ada Rp. 14 M, tahun 2013 karena dana tidak habis diturunkan menjadi Rp. 9 M,
dan tahun 2014 selama tiga tahun terakhir adalah tahun pertama dana cukup tahun kedua
mengalami kekurangan dan pada tahun 2014 mengalami kelebihan. Surplus anggaran pada
2014 kemarin digunakan untuk menutup defisit pada anggaran tahun 2015. Untuk Sumber
daya manusia, Rumah Sakit Umum Daerah di Jepara masih kekurangan dokter spesialis,
yaitu RSUD Kartini dan RSI Sultan Hadirin, sehingga pasien yang membutuhkan perawatan
khusus harus segera di rujuk ke Rumah Sakit provinsi yang berjarak 100km. SDM
peyelenggara di seksi Jamkes Dinas Kesehatan Kabupaten juga masih sangat kurang, yaitu
hanya 4 orang dan harus mengurus semua pekerjaandibaikan kembali menjadi Rp. 12 M.
Sedangkan kecukupan dana program Jamkesda ini.

Disposisi

Tim seksi Jamkes telah merespon dengan baik apa yang telah menjadi tugas
pokoknya dalam menjalankan proses Jamkesda. Hasil pengamatan dilapangan (kantor seksi
Jamkes) peneliti menemukan beberapa hal yang menunjukkan komitmen yang baik dari
aparat penyelenggara. Seksi Jamkes hanya beranggotakan 4 orang staff yaitu Ibu Suratmi,
SKM, Ibu Endang Rahmawati S.Psi, Ibu Rina Budi Setiyorini, Amk dan Fariz Gawat
Komardianto SE dan Bapak Muslimin SKM, M.Kes sebagai kepala seksi, dan harus
mengurus 21 puskesmas, 2 Rumah Sakit Umum Daerah, 2 Rumah Sakit Provinsi dan seluruh
warga miskin di Kabupaten Jepara yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Meski telah
terbagi di bagian masing masing staff seksi Jamkes dituntut untuk siap melakukan tugas apa
saja meskipun diluar bagiannya, itu yang menurut Ibu Suratmi yang membuat kebanyakan
orang menolak untuk ditempatkan di seksi Jamkes.

Struktur Birokrasi
Meski diatas kita bisa melihat struktur tugas tugas dengan jelas, namun pada praktiknya,
karena keterbatasan staff, setiap staff harus bisa mengurus tiap aspek meskipun itu diluar
bidangnya. Jadi dalam seksi Jamkes, semua aspek yang dibutuhkan bisa dikerjakan oleh siapa
saja dari staff, asalkan tetap dengan aturan dan regulasi yang sesuai.

Mengenai regulasinya, masih dinilai terlalu rumit dan melalui proses yang lumayan panjang,
ditambah lemahnya kedisiplinan aparat di tingkat desa membuat pembuatan kartu
keanggotaan menjadi lebih lama. Kurangnya staff seksi jamkes juga membuat dokumen dari
calon peserta Jamkesda juga menumpuk karena keterbatasan tenaga manusia, sehingga
setelah dokumen lengkap pun masih harus menunggu antrian panjang.

HAMBATAN PROGRAM JAMKESDA

KOMUNIKASI
Demand
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan sebagai kebutuhan pribadi,
2. Masyarakat kurang aktif dan perduli terhgadap sosialisasi yang dilakukan,
3. Adanya prosedur migrasi cukup membuat masyarakat bingung dan malas untuk
mengurusnya. Akses jangkauan ke pelayanan kesehatan di daerah terpencil juga jauh
atau tidak terjangkau,
4. Masyarakat yang ingin rujukan ke rumah sakit butuh surat rujukan dari puskesmas,
5. Sedangkan puskesmas tidak buka 24 jam, ini membuat masyarakat yang pulang kerja
sore/malam tidak memiliki kesempatan mendapatkan pelayanan kesehatan di tingkat
pertama.
6. Informasi terkadang macet pada aparatur desa dan tidak diteruskan ke masyarakat.

Supply

1. Masih kurangnya sosialisasi terinci kepada masyarakat dan penyedia layanan kesehatan
sehingga mengakibatkan perbedaan pemahaman mengenai asuransi sosial.
2. Masih belum siapnya kesiapan infrastuktur pelayanan kesehatan secara penuh.
3. Masih kurangnya ketersediaan sumber daya manusia dibidang kesehatan.
4. Kurangnya staff seksi Jamkes membuat sosialisasi menjadi tidak maksimal.

Sumberdaya

1. Kurangnya tenaga medis maupun non medis yang disediakan rumah sakit umum daerah
dan Puskesmas, sehingga tidak semua kepentingan pengguna jasa kesehatan dapat
terpenuhi.
2. Kurangnya fasilitas / sarana kesehatan sehingga layanan kepada para pengguna jasa
kesehatan di rumah sakit tersebut belum sepenuhnya dapat terlayani sesuai yang
diharapkan.
3. Terbatasnya alokasi anggaran untuk keperluan kegiatan operasional, sehingga kepetingan
pengguna jasa kesehatan belum sepenuhnya dapat terlayani.
4. Masih kurangnya ketersediaan sumber daya manusia dibidang kesehatan, seperti :
a. Dokter umum dan spesialis, bidan, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. Tenaga
kesehatan yang memilih ditempatkan di daerah perkotaan sehingga pelayanan,
b. Tidak merata atau masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan seperti
ketersediaan tempat tidur rumah sakit.
c. Belum diprioritaskannya kesehatan oleh pemerintah daerah, terlihat dari anggaran
yang diberikan hanya sekedarnya tidak lebih dari 5%.
d. Ketidaksepahaman antara Pemerintah selaku pemberi dana dan pemberi pelayanan
yaitu lembaga kesehatan memungkinkan terjadinya fraud (kecurangan)

DISPOSISI

Disposisi dalam implementasi dan karakteristik adalah sikap yang dimiliki oleh implementor
kebijakan, seperti komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik dan sifat demokratis.
Penyimpangan akan mudah terjadi penyimpangan saat pelaksanaan program jaminan
kesehatan masyarakat miskin, tapi karena memang ketaatan pelaku khususnya yang ada di
DKK, berdasarkan hasil evaluasi sampai saat ini belum ditemukan penyimpangan yang
terkait dengan pendanaan namun terjadi beberapa penyimpangan di bidang administrasi, yang
paling mencolok adalah pada bidang kepesertaan, contohnya orang-orang yang dalam aturan
kepesertaan dia adalah mutlak harus orang miskin tapi ternyata tidak begitu miskin namun
sudah meminta kepesertaan Jamkesda. Hal yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten
Jepara terkait dengan kegiatan pengawasan terhadap program Jamkesda sebagai upaya
meminimalisasi terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh para staff atau dinas/instansi
terkait adalah melakukan pengawasan yang dilakukan terfokus pada tempat pemberi layanan
yaitu puskesmas dan Rumas Sakit, pertama kapan dia mengajukan klaim, kedua laporan
penyelenggaraan baik puskesmas maupun Rumah Sakit dan bagaimana pencatatan
pembukuannya.

STRUKTUR BIROKRASI

Hambatan dari sisi pelaksana dilapangan yang sering terlihat yaitu terjadi ketidakakuratan
pendataan oleh pihak perangkat desa sebagai alat pemilah paling awal dalam menetapkan
masyarakat yang benar-benar layak sebagai penerima program yaitu masyarakat miskin yang
membutuhkan. Pelayanan Jamkesda dinilai agak lambat dalam menyerap masyarakat miskin
karena memang ada tembok besar yang menghalangi calon peserta untuk menjadi anggota,
yaitu regulasi mengatakan bahwa salah satu syarat dasar untuk membuat kartu keanggotaan
Jamkesda adalah harus miskin dan dalam keadaan sakit, dibuktikan dengan surat pengantar
dari Puskesmas atau Rumah Sakit, jadi masyaratkat harus sakit dulu sebelum menjadi
anggota, menurut peneliti itu tidak efektif jika syarat tersebut tidak ada mungkin warga
miskin yang tersaring akan lebih banyak dan semakin mendekati pada tujuan Jamkesda untuk
menuntaskan masalah kesehatan masyarakat miskin di tahun 2019.

UPAYA PENANGGULANGAN

1. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yaitu kuratif, preventif, promotif harus
mampu dijalankan dengan seimbang dan holistik. Disini puskesmas merupakan tempat
yang cocok untuk menjadi pelaksana kegiatan, dimana puskemas dalam menjalankan
tugas pelayanan kesehatan harus benar-benar bertanggungjawab dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercipta.
2. Dilakukannya upaya peningkatan kesehatan preventif dan promotif oleh para tenaga
medis sehingga mampu menumbuhkan kesadaran pada masyarakat akan pentingnya
kesehatan, dan hidup sehat.
3. Upaya penyembuhan kuratif tidak hanya terbatas pada proses penyembuhan medis saja
akan tetapi juga non medis yaitu sebuah jaminan pelayanan bagi masyarakat miskin agar
tetap bisa memenuhi kebutuhan kesehatannya.
4. Dilaksanakannya kegiatan pengawasan terhadap program Jamkesda sebagai upaya
meminimalisasi terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh para staff atau
dinas/instansi terkait.

KESIMPULAN

1. Pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Daerah bagi masyarakat miskin yang


dikoordinasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara yang bekerjasama dengan semua
pihak-pihak pelayan kesehatan telah berjalan cukup baik dalam memberikan pelayanan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, sehingga tujuan untuk mensejahterkan
masyarakat melalui kesehatan dapat tercapai.
2. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan program jaminan kesehatan bagi masyarakat
miskin adalah masyarakat belum memahami benar akan keberadaan program jaminan
kesehatan ini, sering terjadi salah sasaran dalam pemberian sosialisasi sehingga sasaran
belum tepat pada pihak yang betul-betul membutuhkan, hambatan terbesar lainnya juga
berada pada internal penyelenggara sendiri, staff yang terlalu sedikit membuat para
pegawai harus bekerja ekstra keras untuk agar tetap bisa melayani masyarakat dengan
baik upaya dalam menangani permasalahan ini adalah dengan melibatkan semua pihak
terkait dari hulu hingga hilir beserta monitoring sehingga masyarakat pengguna adalah
benar-benar masyarakat miskin yang membutuhkan.
SARAN
Rekomendasi yang dapat penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian untuk
perbaikan kinerja program kesehatan masyarakat miskin oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Jepara adalah :
1. Meningkatkan kinerja mutu lembaga kesehatan dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat khususnya masyarakat miskin, khususnya Puskesmas dan Rumah Sakit
sebagai lembaga kesehatan milik pemerintah.
2. Memangkas alur birokrasi yang panjang dalam memberikan pelayanan kesehatan
khususnya dalam penanganan kasus yang bersifat darurat, sehingga masyarakat tidak
akan merasa dipersulit dengan pengurusan administratif.
3. Menambah jumlah staff Seksi Jamkes agar pekerjaan menjadi lebih tertata serta tiap
bagian mempunyai tugas dan fungsi masing masing dengan jelas supaya proses dapat
berjalan dengan efektif dan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai