tumbuhan pengganggu. Tapi Selviana Sholikah dan Natasha Salsabella menyulapnya menjadi permen yang berfungsi ganda: sebagai kudapan dan penghilang nyeri ketika haid. Umbi bernama Latin Cyperus rotundus itu mengandung beragam zat, termasuk fl avonoid. Zat ini efektif menekan rasa nyeri saat haid, kata Selviana, Jumat dua pekan lalu. Kedua siswi Jurusan Farmasi Sekolah Menengah Kejuruan Citra Medika, Sragen, Jawa Tengah, ini memulai risetnya pada awal tahun lalu, ketika masih duduk di kelas XI. Ide tercetus saat keduanya belajar ilmu farmakognosi di sekolah. Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari bagian-bagian tanaman dan hewan untuk digunakan sebagai obat Dari situ, keduanya mulai berjibaku dengan buku dan jurnal tentang tanaman. obat. Salah satu artikel yang mereka baca membahas tanaman yang mengandung fl avonoid, seperti rumput teki dan daun kemangi. Selanjutnya, mereka memilih umbi rumput teki karena ingin mengubah gulma itu menjadi tanaman yang bernilai. Saat riset, keduanya mengajak Risma Mustika, kakak kelas di SMK Citra Medika. Ketiganya meneliti umbi rumput teki di laboratorium sekolah. Dalam penelitian, tebersit gagasan membuat obat herbal yang berbeda dengan jamu berbentuk pil atau serbuk. Mereka memutuskan membuat obat anti- nyeri menyerupai permen berbentuk segi empat. Setiap permen mengandung dua miligram fl avonoid. Gula-gula ini sudah diuji coba pada siswi di SMK Citra Medika. Hasilnya memuaskan. Nyeri haid hilang dalam waktu 30 menit setelah siswi mengemut permen tersebut. Khasiatnya bisa mengatasi nyeri haid dan menekan rasa nyeri karena berbagai penyakit, ujar Natasha. Natasha mengatakan permennya masih punya banyak kekurangan. Bentuknya belum sebagus buatan pabrik. Bagian tengahnya berongga dan bergelembung serta permukaannya masih kasar. Walau begitu, gula-gula ini sudah dijual di lingkungan internal sekolah seharga Rp 500 per butir. Dalam sepekan bisa terjual 100 butir. Permen yang belum diberi nama ini menyabet gelar juara III lomba inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Sragen pada April lalu. Selviana dan Natasha juga mengikutkan karya mereka dalam Kreasi dan Inovasi Masyarakat Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah. Sampai Juni ini, ratusan karya inovasi yang diterima panitia masih diseleksi. Jika menang, Selviana dan Natasha akan mengurus izin produksi ke Badan Pengawas Obat dan Makanan.