Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap anak mengalami proses tumbuh kembang yang berbeda-beda. Baik

menyangkut kecepatan dan percepatan proses tumbuh kembangnya, maupun

keunikan-keunikkan tersendiri yang terdapat pada masing-masing anak. Salah

satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi adalah tidur dan istirahat.

Tidur adalah suatu proses yang sangat penting bagi manusia, karena dalam tidur

terjadi proses pemulihan, proses ini bermanfaat mengembalikan kondisi

seseorang pada keadaan semula, dengan begitu, tubuh yang tadinya mengalami

kelelahan akan menjadi segar kembali (Ulimudin, 2011).

Berdasarkan data WHO tahun 2015, angka kejadian bayi mengalami

masalah tidur sebesar 47%. Di negara Australia didapatkan hasil 32% ibu

melaporkan terdapat kejadian berulang masalah tidur pada anak mereka. Hasil

penelitian tersebut menggambarkan bahwa masih banyak kejadian masalah tidur

yang dialami bayi dan kejadian tersebut bisa menetap ataupun terulang kembali

Salah satu penyebab masalah tidur nyatanya merupakan kesalahan orang tua

dalam menidurkan anak. Kebiasaan tidur yang sehat seharusnya ditanamkan

sejak bayi (WHO, 2015).

Jumlah bayi di Indonesia cukup banyak yang mengalami masalah tidur,

yaitu sekitar 48,7% bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun di
1
2

malam hari. Namun lebih dari 82% orang tua menganggap gangguan tidur pada

bayi bukan suatu masalah atau hanya masalah kecil. Bayi yang dipijat akan dapat

tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya akan

lebih penuh. Peningkatan kuantitas atau lama tidur bayi yang dilakukan

pemijatan disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang

dihasilkan pada saat pemijatan (Roesli, 2013).

Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi. Pada

saat tidur perbaikan sel-sel otak dan kurang lebih 75% hormon tubuh diproduksi.

Tahapan tidur pada bayi dan anak dapat dikelompokkan menjadi tidur aktif atau

REM (Rapid Eye Movement) dan tidur tenang atau non- REM. Pada bayi normal,

anak dan orang dewasa mempunyai periode REM dan non REM yang berubah-

ubah beberapa kali selama tidur malam hari. Pada tahun pertama, sebagian besar

bayi terbangun pada malam hari, dan ini tidak diketahui oleh orang tuanya karena

biasanya tidak menangis (Zulfa Hersis, 2012). Semakin bertambahnya usia, tidur

aktif juga akan semakin berkurang (Soejatmiko, 2012).

Pertumbuhan bayi mempengaruhi pola tidur bayi dimana aktivitas pergerakan

bayi semakin berkembang. Pada usia 4-6 bulan, bayi sudah mulai belajar telentang,

mengoceh, telengkup, bayi mulai belajar menegakkan kepalanya, menggenggam

benda-benda sekitarnya. Bayi mulai memasuki tahap perkembangan utama pada

usia 6 bulan, termasuk duduk, berguling, dan mungkin merangkak, berdiri,

bahkan belajar melangkah. Pada masa bayi terjadi beberapa perubahan pola siklus

tidur-bangun. Pola tidur bayi biasanya muncul pada usia 4 sampai 6 bulan,
3

dimana biasanya bayi akan lebih terpengaruh oleh lingkungan sekitar daripada

sebelumnya dimana bayi usia 4-6 bulan mudah merespon suara-suara

disekitarnya sehingga ketika bayi tidur kemudian mendengar suara keras

disekitarnya mudah terbangun dan akan tetap terjaga jika sedang menangis,

marah dan kelelahan. Selain itu pada usia 4-6 bulan, bayi menyadari

kemampuannya sehingga bayi mungkin terlalu gembira untuk jatuh tertidur atau

biasa suka terbangun di tengah malam hanya karena ingin berlatih. Bayi yang

tidak bisa menenangkan dirinya untuk kembali tidur cenderung akan rewel

sehingga diperlukan penanganan yang sesuai untuk membantunya tidur. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kuantitas tidur

bayi adalah dengan pijat (Roesli, 2013).

Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang telah

dipraktekan sejak berabad-abad silam. Bahkan, diperkirakan telah dikenal sejak

dari awal kehidupan manusia di dunia yang berhubungan erat dengan kehamilan

dan proses kelahiran manusia. Pijat pertama yang dialami setiap manusia terjadi

saat berada dalam rahim ibu, didekap oleh rahim ibu dan dibelai oler air ketuban

(Roesli, 2013).
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai keinginan

orang tua, namun pijat bayi lebih baik dilakukan pada umur bayi lebih dari 4

bulan karena umur dibawah 4 bulan kondisi fisik bayi masih sangat rentan, dapat

dilakukan pijatan dengan hanya dielus-elus saja. Tujuan diberikannya pijat bayi
4

salah satunya adalah untuk meningkatkan kuantitas tidur bayi dan meningkatkan

pertumbuhan bayi.
Manfaat pijat bayi sangat banyak, diantaranya pijat dapat merangsang

keluarnya hormon endorphin yang bisa menurunkan nyeri, sehingga bayi

menjadi tenang dan mengurangi frekuensi menangis dengan demikian pijatan

juga meningkatkan kuantitas tidur bayi. Pijat bayi diyakini merupakan salah satu

stimulus sentuhan (touch) yang bisa membantu mengoptimalkan tumbuh

kembang bayi dan berat badan bayi. Pijat bayi dapat membuat tubuh bayi

menjadi relax sehingga meningkatkan kuantitas tidur bayi dimana pijat bayi

melatih respon saraf karena pijat menyebabkan stres pada bayi akibat adanya

tekanan-tekanan pada tubuh. Tetapi adanya suara, sentuhan dan aroma tubuh

orang tua akan membuat tubuh bayi relaks. Kedua kondisi berbeda yang saling

menyeimbangkan itu ideal untuk melatih repon saraf bayi. Selain itu pijat bayi

menjadikan kualitas dan kuantitas tidur bayi meningkat (Prasetiyono, 2009).


Data dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu pada tahun 2015 diketahui jumlah

bayi yang ada di kota Bengkulu pada tahun 2013 berjumlah 6.426 orang, pada

tahun 2014 berjumlah 6.713 orang dan pada tahun 2015 berjumlah 6.924 orang.

Data dari keseluruhan puskesmas yang ada di kota Bengkulu jumlah bayi yang

tertinggi berada di puskesmas Jembatan Kecil yaitu 720 bayi (Dinas Kesehatan

Kota Bengkulu, 2015).


Hasil survei awal penelitian yang dilakukan pada tanggal 16-19 April 2016

di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil di ketahui jumlah bayi umur 4-6

bulan pada tahun 2013 sebanyak 245 orang, tahun 2014 sebanyak 310 orang dan
5

pada tahun 2015 jumlah bayi sebanyak 215 orang dimana terbagi dari 3

kelurahan yaitu kelurahan Jembatan Kecil 70 bayi, kelurahan Panorama 75 bayi

dan kelurahan Dusun Besar 70 bayi. Hasil observasi dan wawancara pada ibu-ibu

yang datang ke puskesmas Jembatan Kecil diperoleh data bahwa dari 10 orang

ibu bayi yang dilakukan wawancara 3 orang mengatakan mengatakan tahu dan

pernah melakukan teknik memijat yang benar, 7 orang mengatakan bayi nya belum

pernah di lakukan pijat bayi oleh ibu nya sendiri maupun oleh tenaga kesehatan.

Selain itu hasil wawancara akan pola tidur bayi, 6 orang ibu mengatakan bahwa

kuantitas tidur bayi nya kurang dimana sering terbangun ketika tidur dimalam hari,

menangis ketika terbangun dan sebagainya dan 4 orang ibu mengatakan bayinya

mendapat kuantitas tidur yang baik sesuai dengan usia nya (12-14 jam/hari).
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja

puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.


B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah masih kurangnya

kuantitas tidur bayi umur 4-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu

C. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh pijat bayi

terhadap kuantitas tidur bayi usia 4-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Jembatan

Kecil Kota Bengkulu ?


D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
6

Diketahuinya pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 4-6

bulan di Wilayah Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2016.


2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi rata-rata kuantitas tidur pada bayi umur 4-6 bulan

sebelum dilakukan pijat bayi di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu tahun 2016.


b. Diketahui distribusi rata-rata kuantitas tidur pada bayi umur 4-6 bulan

setelah dilakukan pijat bayi di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil

Kota Bengkulu tahun 2016.


c. Diketahui pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur pada bayi umur 4-6

bulan di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.


E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

masukan bagi ibu untuk dapat melakukan pijat pada bayi minimal 2 kali sehari

yaitu pagi dan siang hari untuk meningkatkan kuantitas tidur Bayi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi (Puskesmas)
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan materi pembelajaran

serta dapat memahami bagaimana cara pijat bayi yang benar.


b. Bagi Ibu Bayi
Dapat memberikan informasi yang berguna, khususnya dalam pelaksanaan

pijat bayi.
F. Keaslian Penelitian
Sepengetahuan peneliti belum ada yang melakukan penelitian dengan judul

yang sama. Tetapi terdapat beberapa penelitian yang menjadi pendukung yaitu :
1. Ns. Ni Made Aries Minarti, S.Kep.M. Ng (2012) dengan judul Pengaruh Pijat

Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan Pre


7

Eksperimental dengan rancangan One Group Pretest- Postest. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (70%) mengalami

peningkatan kualitas tidur setelah di berikan intervensi pijat bayi. Perbedaan

penelitian yaitu berbeda pada variabel dependen, tempat, waktu dan sampel.
2. Lilik Mardiana (2014) dengan judul pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kuantitas

Tidur Bayi usia 3-6 Bulan Di Desa Munungrejo kecamatan Ngimbang

Kabupaten Lamongan. Desain penelitian penelitian ini menggunakan Pra

Eksperimen Design dengan rancangan One Group Pretest- Postest Design.

Hasil penelitian menunjukkan kuantitas tidur bayi sesudah dilakukan

pemijatan lebih tinggi (13,77 jam/hari) daripada sebelum pemijatan (12,42

jam/hari).
3. Deni Nuryanti (2012), dengan judul Hubungan Pijat Bayi Dengan Frekuensi

Tidur Bayi Di Kecamatan Kartasura. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

adanya hubungan signifikan antara pijat bayi dengan frekuensi tidur bayi

(0-6 bulan) di kecamatan Kertasura. Perbedaan penelitian yaitu berbeda pada

variabel dependen, tempat, waktu dan sampel.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pijat Bayi
1. Pengertian
Pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan pada bayi

dengan terapi sentuh dengan teknik-teknik tertentu sehingga manfaat

pengobatan dan kesehatan tercapai (Roesli, 2013).


Pijat bayi adalah menekan dengan jari, mengurut bagian tubuh untuk

melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar dan pijat dapat

menyebabkan otot-otot mengalami relaksasi dan mengurangi tekanan

(Iskandar Ali, 2010).


Pijat bayi adalah suatu bentuk permainan gerakan pada bayi, untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan serta kemampuan pergerakan

bayi secara optimal (Sutini, 2012).


2. Manfaat Pijat Bayi
9

Para pakar telah dapat membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuh

khususnya pijat bayi, ternyata bermanfaat. Terapi sentuh, khususnya pijat

telah terbukti dapat menghasilkan perubahan fisoologis yang menguntungkan,

yang dapat di ukur secara ilmiah. Pengukuran secara ilmiah ini antara lain

dengan cara mengukur kadar cortisol ludah, kadar cortisol plasma secara

radioimmunoassa (Prasetyono, 2009).


Prasetyono (2009), menyatakan bahwa manfaat pijat bayi antara lain :
a. Meningkatkan berbagai sistem dan
9 fungsi tubuh bayi.
Pijatan rutin bisa membantu membangun sistem imun tubuh bayi,

mengembangkan sistem pernapasan, menstimulasi sistem sirkulasi, dan

menyeimbangkan sistem saraf anak.


b. Meningkatkan hormon oksitosin.
Pijatan pada bayi membantu otak anak memproduksi hormon

oksitosin, yang menurunkan kadar stres dalam otaknya. Dengan kata lain,

pijatan bayi bisa membantunya relaks, mengurangi lama ia menangis, dan

membantunya tidur. Selain itu, salah satu keuntungan lain untuk pijat bayi

adalah kemampuannya untuk memperkuat sistem pencernaannya, sehingga

membantu ketidaknyamanan yang dialami bayi, seperti masuk angin dan

sembelit.
c. Meningkatkan hormon pertumbuhan manusia/Human Growth Hormaon

(HGH)
Selain membantu sistem penting dalam tubuh si anak, memijat bayi

juga membantu pertumbuhannya. Saat kita memijat si bayi, sentuhan

tersebut mengirimkan sinyal kepada kelenjar pituitary di dalam otak si


10

kecil. Hal ini kemudian melepaskan HGH yaitu hormon pertumbuhan

manusia, yang artinya membantu si bayi tumbuh dan berkembang.

d. Meningkatkan oksitosin dan endorfin


Mengusir rasa tak nyaman ketika tubuh melepaskan oksitosin dan

endorfin. Keduanya adalah hormon pereda nyeri yang menyamankan bayi

saat tumbuh gigi, kolik dan stres.


e. Relaksasi bayi
Melatih respon saraf karena pijat menyebabkan stres pada bayi akibat

adanya tekanan-tekanan pada tubuh. Tetapi adanya suara, sentuhan dan

aroma tubuh orang tua akan membuat tubuh bayi relaks. Kedua kondisi

berbeda yang saling menyeimbangkan itu ideal untuk melatih repon saraf

bayi.
f. Memperbaiki kualitas tidur
Meningkatkan kualitas tidur, bayi tidur lebih lama dan lebih nyenyak

setelah dipijat.
g. Merangsang saraf vagus
Saraf vagus memiliki banyak sekali fungsi di antaranya

meningkatkan daya peristalsis (gelombang kontraksi berirama di perut dan

usus yang menggerakkan makanan melewati saluran pencernaan). Itu

sebabnya, pijat dapat menstimulasi dan membantu sistem pencernaan.


h. Bonding dengan orang tua
Membangun bonding antara orang tua terhadap bayi karena pijat

kaya akan unsur bonding seperti kontak mata, kontak kulit, aroma tubuh

dan suara.
i. Meningkatkan kesadaran bayi atas tubuhnya
Selagi memijat, namai bagian tubuh bayi untuk mengenalkan

anggota tubuhnya. Ketika dipijat kesadaran bayi akan tubuhnya juga


11

dibangun, seperti bahwa tangan dan kakinya menyatu dengan tubuh

dan lain-lain.
j. Memperkuat sistem imun
Pijat secara signifikan meningkatkan jumlah sel pembunuh alami

(Riset Touch Research Institute, Florida), yaitu sekelompok sel darah

putih yang bisa membunuh berbagai tipe sel yang terinfeksi virus.
k. Peningkatan berat badan
Di beberapa rumah sakit bahkan sudah mendorong para orangtua

untuk sering mengelus dan menyentuh bayi yang lahir prematur. Studi

sains menunjukkan, bayi yang lahir prematur dan sering mendapatkan

sentuhan atau pijatan, sekitar 15 menit, 3 kali sehari, selama 10 hari

berturut-turut memiliki peningkatan berat tubuh sekitar 50 persen lebih

banyak ketimbang yang tidak dipijat.


l. Pernyataan kasih sayang
Bayi akan merasakan kasih sayang dan kelembutan dari orang tua

saat dipijat. Kasih sayang merupakan hal yang penting bagi

pertumbuhan bayi. Sentuhan hangat dari tangan dan jari orang tua bisa

membuat bayi merasakan pernyataan kasih sayang orang tua.

m. Membuat bayi tenang


Dengan memijat bayi, sama seperti orang dewasa, akan membuat

bayi merasa rileks. Hal ini dapat membuat ia bisa tidur lelap lebih lama

dan akan lebih tenang.


3. Mekanisme Dasar Pemijatan
Mekanika dasar pemijatan merupakan hal yang sangat menarik yang belum

banyak diketahui pada penelitian tentang pemijatan bayi. Walaupun demikian,

saat ini para pakar sudah mempunyai beberapa teori mekanisme pemijatan
12

serta mulai menemukan jawabannya. Mekanisme dasar pemijatan bayi itu

antara lain sebagai berikut:


a. Pengeluaran Beta-endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan.
Pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sentuhan pijatan akan mempengaruhi pengeluaran hormon endorphin.


1) Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase), suatau enzim yang

merupakan petunjuk yang peka bagi pertumbuhan sel.


2) Penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.
3) Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon

pertumbuhan (Roesli, 2013).

b. Peningkatan Tonus Saraf Otak ke-10 Meningkatkan Produksi Enzim

penyerapan.
Penelitian Field dan Scanberg (2013) menunjukkan bahwa pada bayi

yang dipijat akan terjadi peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-

10). Peningkatan aktivitas nervus vagus akan menyebabkan peningkatan

produksi enzim penyerapan seperti gastrin dan insulin sehingga

penyerapan makanan menjadi lebih baik. Kondisi inilah dapat

menjelaskan mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih

banyak (Roesli, 2013).


c. Peningkatan Neurotransmitter serotonin Meningkatkan Daya Tahan

Tubuh
Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotinin,

yaitu meningkatkan glucocorticoid receptor-binding capasity sehingga


13

akan terjadi penurunan kadar hormon glucocoticoid seperti adrenalin

atau hormon stres lain. Hal ini akan meningkatkan daya tahan tubuh,

terutama IgM, dan IgG.


d. Perubahan Gelombang Otak Membuat Bayi Tidur Lelap
Pijatan dapat mengubah gelombang otak sedemikian rupa sehingga

terjadi penurunan gelombang alpha dan peningkatan gelombang beta,

serta tetha. Gelombang otak seperti ini akan membuat bayi tidur lelap dan

saat terbanguan nanti akan berada dalam keadaan siaga. Gambaran otak

ini dibuktikan dengan menggunakan EEG (electro encephalogram,

gambaran gelombang otak).


4. Petunjuk Pemijatan Bayi
a. Pelaksanaan Pemijatan pada Bayi
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai

keinginan orang tua. Jika pemijatan dilakukan setiap hari sejak kelahiran

sampai bayi berusia 6-7 bulan. Pemijatan dapat dilakukan pada pagi hari

pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru dan malam hari

sebelum tidur, ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih nyenyak.

(Roesli, 2013).
Sebelum melakukan peminjatan perhatikanlah hal-hal berikut, antara

lain:
1) Tangan harus bersih dan hangat.
2) Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan pada

kulit bayi.
3) Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap.
4) Bayi tidak selesai makan atau sedang tidak lapar.
5) Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum

selama 15 menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan,


14

6) Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas

permukaan kain yang lembut, rata, dan bersih, siapkanlah handuk,

popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil/ lotion), serta mintalah izin

pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah

dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara (Wicak, 2008).


b. Selama Pemijatan dianjurkan melakukan hal-hal
1) Memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan

berlangsung, bernyayi atau putarkan lagu-lagu yang tenang/lembut,

guna membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan

berlangsung.
2) Awal pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan kemudian secara

bertahap tambahkan tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya

apabila sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan

yang sedang dilakukan, sebelum melakukan pemijatan, lumurkan baby

oil atau lotion yang lembut sesering mungkin. sebaiknya, pemijatan

dimulai dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih menerima apabila

dipijat pada daerah kaki.


Dengan demikian, akan memberikan kesempatan pada bayi untuk

membiasakan dipijat sebelum bagian lain dari badannya disentuh.

Karenanya urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki,

perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung.

Tanggapan pada isyarat yang diberikan oleh bayi, jika bayi menangis

cobalah untuk menenangkan sebelum melanjutkan pemijatan.


15

Jika bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan karena

mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sudah

mangantuk dan sangat ingin tidur. Mandikan bayi segera setelah

pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah terlumuri

minyak bayi. Namun, kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi

cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak bayi (Roesli,

2013).
3) Dalam pemijatan pada bayi tidak dianjurkan untuk melakukan hal-hal

berikut ini:
a) Memijat bayi langsung setelah selesai minum seharusnya diberi jarak

kira-kira 15 menit setelah selesai minum.


b) Saat bayi dalam keadaan tidak sehat.
c) Memaksakan bayi dalam pijatan tertentu.
d) Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat (biasanya dengan tanda

bayi rewel, menangis, dan memberontak).


c. Prosedur Pijat bayi
1) Kaki
a) Perahan India
Peganglah bagian pangkal paha bayi seperti memegang pemukul

Softball, kemudian gerakkan tangan ke arah pergelangan kaki secara

bergantian seperti memerah susu

b) Gerakan peras dan memutar


c) Dengan arahan yang sama seperti perahan india, gunakan kedua

tangan secara bersamaan untuk gerakan seperti memeras, memijat,

dan memutar kedua kaki bayi secara lembut.


2) Perut
a) Gerakan Matahari
16

Buat lingkaran dengan ujung-ujung jari tangan kanan mulai dari

bagian perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) sesuai dengan

arah jarum jam, kemudian kembali ke arah kanan bawah (seperti

bentuk bulan sabit), diikuti oleh tanagn kiri yang selalu membuat

lingkaran penuh (seperti bentuk matahari).


b) Gerakan I Love You
I
Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan

menggunakan jari-jari tangan kanan seolah membentuk huruf I.


Love
Bentuklah huruf L terbalik, gengan melakukan pemijatan dari kanan

atas perut bayi ke kiri atas, kemudian ke kiri atas kemudian kiri atas

kiri bawah.
You
Bentuklah huruf U terbalik, dimulai dari kanan bawah (daerah usus

buntu) ke atas, kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut kiri

bawah.
3) Dada
a) Satu tangan diletakkan di dada
b) Tangan yang lain membuat gerakkan dengan tekanan lembut dari

bahu ke arah iga.


c) Ganti posisi tangan dan ulangi gerakan yang sama pada sisi yang

berbeda
4) Tangan
a) Perahan Idia
1) Peganglah lengan bayi dengan kedua telapak tangan mulai dari

pundak seperti memegang pemukul softball.


2) Gerakkan tangan kanan dan kiri ke bawah secara bergantian dan

berulang-ulang seolah memerah susu sapi.


b) Gerakkan peras dan putar
17

Dengan kedua telapak tangan lakukan gerakkan memeras,

memijat, dan memutarsecara lembut pada lengan bayi mulai dari

pundak ke pergelangan tangan.


5) Kepala/Muka
a) Dengan dua jari buat gerakan melingkar mulai dari dahi turun ke tepi

muka bayi di depan telinga dan berakhir pada pipi bayi.


b) Gerakan pada tepi hidung ke bawah mata dilanjutkan ke belakang

telinga dan ke bawah dagu.


6) Punggung
a) Letakkan kedua telapak tangan pada punggung bayi.
b) Diamkan untuk beberapa sat.
c) Dengan sedikit tekanan, gerakkan tangan dari bahu ke arah bawah

sampai di pantat.
Buatlah lingkaran-lingkaran kecil di sisi tulang belakang.

5. Usia Bayi Perlu Pemijatan

Pada dasarnya pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan,

sesuai keinginan orang tua, namun pijat bayi lebih baik dilakukan pada umur

bayi lebih dari 3 bulan karena umur dibawah 3 bulan kondisi fisik bayi masih

sangat rentan, dapat dilakukan pijatan dengan hanya dielus-elus saja. Tujuan

diberikannya pijat bayi salah satunya adalah untuk meningkatkan kuantitas

tidur bayi dan meningkatkan pertumbuhan bayi.

Pola tidur bayi biasanya muncul pada usia 4 sampai 6 bulan, biasanya

bayi akan lebih terpengaruh oleh lingkungan sekitar daripada sebelumnya dan

akan tetap terjaga jika sedang menangis, marah dan kelelahan. Bayi mulai

memasuki tahap perkembangan utama pada usia enam bulan, termasuk duduk,

berguling, dan mungkin merangkak, berdiri, bahkan belajar melangkah. Pada


18

usia ini bayi menyadari kemampuannya sehingga bayi mungkin terlalu

gembira untuk jatuh tertidur atau biasa suka terbangun di tengah malam hanya

karena ingin berlatih. (Guyton, 2013)

6. Lama Pemijatan

Pemijatan dapat dilakukan pada bayi usia 0-12 bulan. Untuk bayi yang

berusia dibawah 7 bulan, pemijatan dapat dilakukan setiap hari dengan waktu

pemijatan sebanyak 2x sehari pagi dan malam menjelang tidur. Total waktu

pemijatan disarankan sekitar 15 menit (Zufa Hersis, 2012)


B. Pertumbuhan dan Perkembangan Umur 4-6 Bulan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi

(bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan

sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan

sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2010).


Pada umur 4-6 bulan berat badan bayi sudah 2x lipat berat badan lahir dan

pertumbuhan lingkar kepala sudah mencapai 50%. Pada tiga bulan pertama, anak

berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti suatu obyek,

membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri dan bersuara.

Terpenuhinya rasa aman dan kasih sayang yang cukup mendukung


19

perkembangan yang optimal pada masa ini. Pada posisi telungkup, anak berusaha

mengangkat kepala. Jika tidur telentang, anak lebih menyukai sikap memiringkan

kepala ke samping. Pada tiga bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan

menoleh ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima bulan anak mampu

membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya, berusaha

meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut. Anak mampu

tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya diajak bercanda,

sebaliknya akan menangis pada suasana yang tidak menyenangkan.


C. Tidur
1. Definisi
Peryy dan Potter (2010), tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang.

Perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Tidur adalah

sebagai suatu dimana keadaan sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan

dengan pemberi rangsang sensorik atau dengan rangsangan lainnya

(Guyton, 2013).
2. Fisiologi Tidur
Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk jenis kegiatan

tidak sadar dari badan. Yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan

bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam

jangka waktu yang luar biasa panjang dan lama. Saat individu tidur sistem

retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak)

serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular

dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari

organ-organ serta sel-sel pengindera kulit.


3. Fungsi Tidur
20

Tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga

berikutnya selama tidur NREM, fungsi biologis menurun dan tubuh

menyimpan energi selama tidur, otot skelet bereaksasi secara progresif dan

tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

Penurunan laju metabolik basal lebih jauh menyimpan persediaan energi

tubuh (Potter, 2010).


4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Baik kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh banyak faktor.

Kualitas tidur mengandung arti kemampuan individu untuk tetap tidur dari

bangun dengan jumlah tidur REM dan NREM yang cukup, sedangkan yang

dimaksud dengan kuantitas tidur adalah total waktu tidur individu (Kozier,

2010).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur menurut kozier

2008, adalah faktor usia, lingkungan, kelelahan, gaya hidup dan sakit. Usia

merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kebutuhan tidur dan

istirahat seseorang. Semakin bertambah usia jumlah jam tidur semakin

berkurang.

Pola tidur menurut usia (Kozier, 2010).


a. Bayi baru lahir (0-3 bulan)
1) Tidur 14-18 jam perhari
2) 50% tidur REM
3) Lebih banyak tidur tahap 1 dan 4 REM
4) Siklus tidur kurang lebih 45-60 menit

b. Infant (4-12 bulan)


1) Tidur sampai 10-14 jam perhari
2) 20-30% tidur REM
3) Tidur panjang pada malam hari 8-10 jam
21

5. Tahapan Tidur
Sejak adanya alat EEG (Elecktro Encephalo Graph), maka aktivitas-

aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu grafik. Alat ini juga dapat

memperlihatkan fluktuasi energi (Gelombang otak) pada kertas grafik.


D. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap kuantitas Tidur Pada Bayi Umur 4-6 Bulan

Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena pada saat inilah terjadi

repair neuro-brain dan kurang lebih 75% hormon pertumbuhan diproduksi. Oleh

karenanya, kualitas dan kuantitas tidur bayi perlu dijaga. Kualitas dan kuantitas

tidur buah hati dapat dilihat dari cara tidurnya, kenyamanan tidur dan pola tidur.

Perkembangan tidur bayi berkaitan dengan umur dan maturitas otak, maka

jumlah total tidur yang diperlukan berkurang akan diikuti dengan penurunan

proporsi Rapid Eyes Movement (REM) dan non REM.

Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap lingkungannya. Bayi

usia 0-5 bulan akan menjalani hidup barunya dengan 80-90% tidur. Sesaat

setelah bayi lahir, ia biasanya tidur selama 16-20 jam sehari yang dibagi menjadi

4-5 periode. Memasuki usia 2 bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam

dibanding siang. Seorang bayi yang baru lahir sampai kira-kira usia 3 bulan, akan

menghabiskan waktu tidurnya sekitar 15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam

untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam. Semakin usia bayi bertambah,

jam tidurnya juga semakin berkurang. Pada usia 3-6 bulan jumlah tidur siang

semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus berkurang. Total jumlah waktu tidur

berkisar antara 13-15 jam/hari. Pada bayi usia 6 bulan pola tidurnya mulai

tampak mirip dengan orang dewasa (Gola, 2011).


22

Hasil penelitin ini sejalan dengan penelitian Ni Made Aries Minarti, (2012)

dengan judul Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan

Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2012 yang menunjukkan

bahwa sebagian besar responden (70%) mengalami peningkatan kualitas tidur

setelah di berikan intervensi pijat bayi.

Kebutuhan tidur harus benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk

terhadap perkembangannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan pijatan. Bayi yang dipijat akan

dapat tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun, daya konsentrasinya

akan lebih penuh (Roesli, 2013). Peningkatan kuantitas atau lama tidur bayi yang

dilakukan pemijatan disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin

yang dihasilkan pada saat pemijatan (Roesli, 2013). Serotonin merupakan zat

transmitter utama yang menyertai pembentukan tidur dengan menekan aktivitas

sistem pengaktivasi retikularis maupun aktivitas otak lainnya (Guyton, 2013).

Pendapat Masud (2011) menyatakan serotonin yang disintesis dari asam amino

tripthophan akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian

menjadi N-asetil serotonin yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin.

Melatonin mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap

pada saat malam hari (Pierpoli dan Regerson, 2009). Hal ini disebabkan karena

melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan gelap saat cahaya yang masuk

ke mata berkurang (Masud, 2011).


23

Didukung oleh penelitian yang dilakukan di Touch Reasearch Institute,

Amerika yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dipijat selama 2x15 menit

setiap minggunya dalam jangka waktu 5 minggu, tidurnya menjadi lebih nyenyak

sehingga pada waktu bangun konsentrasinya lebih baik dari pada sebelum diberi

pemijatan.

Peningkatan kuantitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan tersebut

disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan

pada saat pemijatan. Serotonin merupakan zat transmitter utama yang menyertai

pembentukan tidur dengan menekan aktivitas sistem pengaktivasi retikularis

maupun aktivitas otak lainnya. Serotonin yang disintesis dari asam amino

tripthopan akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian menjadi

N-asetil serotonin yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin ini

mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat

malam hari. Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi pada

keadaan gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang

E. Kerangka Konsep
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa kerangka konsep penelitian adalah

hubungan atau kaitan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain dari

masalah yang diteliti. Kerangka konsep penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Kuantitas Pijat Bayi Kuantitas


Tidur Bayi Tidur Bayi
24

1. ASI 1. Bukan BBLR


2. Melahirkan Normal 2. Bayi tidak lapar
3. Umur 4-6 bulan 3. Bayi mandi air hangat
4. Pijat 15 menit (2x 4. Jenis kelamin
sehari pagi dan sore) 5. Tingkat ekonomi

Variabel Kendali Variabel Pengganngu


Bagan 1
Kerangka Konsep

F. Hipotesis Penelitian

H1 : Ada pengaruh kuantitas tidur sebelum dilakukan pijatan bayi pada bayi

H2 : 4-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.


Ada pengaruh kuantitas tidur sesudah dilakukan pijatan bayi pada bayi

4-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.


25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment, dengan desain eksperimen yang

digunakan adalah one group before after atau pre-test and post test group design

(Notoadmojo, 2010). Rancangan ini terdiri dari satu kelompok eksperimen yang

diberi perlakuan berupa penerapan model. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut :
O1 (Pre test) X1 O2 (Post Test
Keterangan

O1 = Pre test (Kuantitas tidur sebelum diberi tindakan pijatan bayi )


X1 = Treatment atau perlakuan (Diberi pijatan bayi)
O2 = post test (Kuantitas tidur setelah diberi tindakan pijatan bayi )
26

B. Kerangka Penelitian

Kuantitas Tidur Terapi


BaganPijat
2 Kuantitas Tidur
sebelum dilakukan Bayi
Kerangka Penelitian setelah dilakukan
pijat bayi pijat bayi

C. Definisi Operasional
Tabel 1
29
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Skala


Opersional Ukur Ukur ukur
Variabel Dependen
Pijat Bayi Berupa pijatan Prosedur Memberikan Pemijatan
lembut pada bayi Pijat perlakuan
umur Bayi pemijatan
(4-6 bulan) selama
15 menit dengan 2
kali pemijatan
yaitu pagi dan
siang setiap hari
selama 1 bulan
dengan teknik
gerakan memutar
yang memberikan
manfaat bagi
perkembangan
otak, mental dan
panca indera.
Variabel Independen
Kuantitas Kuantitas tidur Lembar Observasi Kuantitas Jam
Tidur bayi dikatakan observasi tidur
terpenuhi dengan dan 12-14 jam
baik jika tidur bayi Lembar
dari 12-14 jam. Check
List
27

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di puskesmas Jembatan Kecil pada

tanggal 01 Juni sampai dengan 01 Juli 2016.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek atau himpunan yang memiliki ciri

yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang berada pada

wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu pada tahun 2015

sebanyak 215 bayi


2. Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau bagian dari suatu populasi atau

objek yang memiliki karaktristik sama (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu pengambilan

sampel secara acak pada populasi yang homogen.

Untuk penelitian eksperimen yang sederhana yaitu menggunalan

kelompok eksperiment maka jumlah anggota sampel antara 10-20 (Sugiono,

2013). Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 10 bayi dimana

peneliti mengambil jumlah sampel terkecil.

Teknik penarikan sampel dengan sistem radom sampling ini di peroleh

deng0061n cara dimana jumlah sampel 10 orang tersebut selanjutnya diambil

secara bertingkat sesuai dengan populasi pada tiap kelurahan. Untuk


28

menentukan banyaknya sampel tersebut digunakan perhitungan banyaknya

populasi tiap kelurahan dibagi dengan jumlah total populasi kemudian

dikalikan dengan jumlah sampel yang akan ditentukan (Sugiyono, 2013).

Tabel 2.
Jumlah sampel

No Kelurahan Populasi Cara Sampel


Perhitungan
1 Jembatan Kecil 70 70/215 x 10 3
2 Panorama 75 75/215 x 10 4
3 Dusun Besar 70 70/215 x 10 3
Total 215 10
Kriteria inklusi :
a) Bayi umur 4-6 bulan
b) Bayi dalam keadaan sehat
c) Ibu bayi bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi :
a) Bayi dalam keadaan sakit
b) Ibu bayi tidak bersedia menjadi responden
F. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap yaitu yang pertama

pengambilan data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh

berdasarkan kunjungan ibu yang memiliki bayi umur 4-6 bulan ke puskesmas

jembatan kecil sedangkan tahap kedua yaitu pengambilan data primer dimana

pengambilan data yang diambil secara langsung dari responden melalui

observasi secara langsung terhadap kuantitas tidur bayi. Observasi dilakukan

sebelum (pretest) dan sesudah (post test) pijat bayi.\


2. Pengelolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap sebagai berikut :


29

a. Editing

Dilakukan untuk meneliti kembali data yang terkumpul apakah telah sesuai

dengan yang diharapkan.

b. Coding

Pada tahap ini dilakukan pemberian kode terhadap data yang terkumpul

untuk mempermudah pengolahan data.

c. Processing

Setelah semua ini format pengumpulan data diperiksa dan melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya memperoses data dengan komputer

agar dapat dianalisa.

d. Cleaning

Merupakan kegiatan mengecek kembali data yang sudah diperoses apakah

ada kesalahan atau tidak pada masing-masing variabel yang sudah diproses

sehingga dapat diperbaiki dan dinilai.

e. Tabulating
Penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

G. Analisis Data
1. Analisis Univariat

Untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi frekuensi dan

karakteristik masing-masing variabel, data yang ditampilkan dalam bentuk

tabel dan analisa secara deskriptif.


30

F
P x100%
n

Keterangan :

P : Jumlah presentasi yang dicari

F : Jumlah frekuensi untuk alternatif jawaban

n : Jumlah subjek penelitian

Dari rumus diatas kualitas proporsi didapat dalam bentuk persentase

yang dapat diinterprestasikan dengan menggunakan skala (Notoatmodjo,

2010) :

0% = tidak satupun dari responden

1 % - 25% = sebagian kecil dari responden

26 % -49 % = hampir sebagian dari responden

50 % = setengah dari responden

51 % -75 % = sebagian dari responden

76 % - 99 % = hampir seluruh responden

100 % = seluruh responden

2. Analisis Bivariat
Yaitu metode statistik yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui

hubungan antara persentase variabel dependent dan independent. Analisis

ini bertujuan untuk mengetahui satu hubungan atau perbedaan anatara satu

variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui


31

pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas tidur digunakan uji statistik uji t

dependen dengan tingkat keyakinan 95% atau 0,05 dan bila 0,05

berarti terdapat pengaruh sedangkan bila > 0,05 yang berarti tidak

terdapat pengaruh.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan penelitian. Tahap persiapan meliputi survei pendahuluan ke daerah

yang direncanakan untuk diteliti, konsultasi judul dengan pembimbing,


32

menetapkan juduI, studi pustaka, mempersiapkan rencana penelitian, seminar

proposal dan perbaikan, serta pengurusan surat izin untuk penelitian.


Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2016

di puskesmas Jembatan Kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah balita usia 4-6

bulan sebanyak 10 orang dengan teknik pengambilan sampel Random Sampling.

Data diperoleh dari observasi tentang penerapan terapi pijat bayi dan pengukuran

kuantitas tidur bayi. Setelah melakukan olah data kemudian dilakukan analisa

secara analisis univariat dan bivariat menggunakan uji t-test yaitu Paired sample

t-test dimana uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan

rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan).

1. Rerata Kuantitas Tidur Bayi Umur 4-6 Bulan Sebelum Dilakukan Pijat
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2016
Tabel 2.
Kuantitas Tidur Bayi Sebelum Pijat Bayi
Pre Test
Pagi Siang Malam Total
(Jam) (Jam) (Jam) (Jam)
2 1 8 11
2 1 8 11
1,5 2 7,5 11
1,5 1,5 7 10
1 1 7 9
2 1 7 10
2 2 7 11
2 2 7 11
1 1 7 9
1,5 1 7,5 10
33

Hasil pada penelitian ini diperoleh bayi mengalami gangguan tidur

dimana kuantitas bayi tidur kurang dari 12-14 jam perhari


2. Rerata Kuantitas Tidur Bayi Umur 4-6 Bulan Sesudah Dilakukan Pijat
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu
Tahun 2016
Kuantitas Tidur Bayi Setelah Pijat Bayi
Post Test
Pagi Siang Malam Total
(Jam) (Jam) (Jam) (Jam)
3 2 8 13
3 2 9 14
2 3 8 13
2 2 8 12
2 2 10 14
2,5 2 7,5 12
2,5 2,5 8 13
2 2 8 12
2 2 9 13
2 2 10 14
Hasil pada penelitian ini diperoleh bayi mengalami peningkatan jumlah

jam tidur setelah dilakukan pijat bayi yaitu 12-14 jam perhari.
3. Rata-rata Kuantitas Tidur Bayi Umur 4-6 Bulan Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Pijat Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota
Bengkulu Tahun 2016

Tabel 4.
Distribusi Kuantitas Tidur Bayi Umur 4-6 Bulan Sebelum dan Sesudah
Pijat Bayi
Mean Min Max Standar Deviasi
Pre Test 10,30 9 11 0,823
Pos Test 13,00 12 14 0,816

Berdasarkan tabel diatas diketahui rerata kuantitas tidur bayi sebelum

terapi pijat bayi adalah 10,30 jam dan setelah terapi pijat bayi kuantitas

tidurnya menjadi 13,00. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan

kuantitas tidur bayi dengan dilakukannya terapi pijat bayi.


34

4. Pengaruh Terapi Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu Tahun 2016.

Tabel 5
Pengaruh Terapi Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi
Kuantitas Mean SD SE P Value Thitung Ttabel
Tidur Bayi
Pretest 10,30 0,823 0,260 0,000 -6,821 2,093
Posttest 13,00 0,816 0,258

Berdasarkan tabel diatas diketahui hasil uji statistik didapat nilai

p = 0,000, berarti < 0,05 yang artinya ada pengaruh terapi pijat bayi terhadap

kuantitas tidur bayi.

B. Pembahasan

1. Kuantitas Tidur Bayi Sebelum Dilakukan Pijat Bayi

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pijat

bayi, peneliti mengukur kuantitas tidur bayi dimana diperoleh 10 bayi yang

menjadi responden tidur kurang lebih 11 jam/hari. Responden pada penelitian

ini mengalami gangguan tidur, hal ini dapat dilihat dari jumlah jam tidur

kurang dari 12-14 jam/hari untuk bayi umur 4-6 bulan. Rerata kuantitas tidur

bayi sebelum dilakukan pemijatan adalah 10,30 jam/hari.

Gangguan tidur yang dialami responden dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu kelelahan dimana pada usia 4-6 bulan, bayi mulai belajar

membalikkan badan, mencoba menelungkup, berlatih menenggakkan kepala

dan aktivitas lainnya. Bayi sudah mulai susah diajak berdiam diri sehingga
35

pada akhirnya bayi mengalami kelelahan. Kondisi diri yang lelah

menyebabkan tidur bayi menjadi gelisah, sedikit-sedikit terbangun dan

menangis. Lingkungan juga menjadi faktor penyebab bayi mengalami

gangguan tidur. Pada penelitian ini faktor lingkungan tidak dikendalikan

secara ketat, sehingga menimbulkan pengaruh pula terhadap kuantitas

tidurnya, dimana berdasarkan hasil observasi diketahui responden berada pada

lingkungan yang ramai dan berisik dekat wilayah pasar dan padat rumah

penduduk. Suara-suara anak-anak sekitar lingkungan yang sedang bermain

menyebabkan responden sedikit-sedikit terjaga dan akhirnya terbangun.

Lingkungan didalam rumah yang juga berisik dimana suara televisi yang

bervolume cukup tinggi ketika menonton pada saat responden tidur dan

percakapan antar anggota keluarga dengan suara bervolume menyebabkan

responden mengalami gangguan tidur.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ni Made Aries Minarti (2012)

yang bejudul Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-6

Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2012 dengan

hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (70%)

mengalami peningkatan kualitas tidur setelah di berikan intervensi pijat bayi

Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena pada saat inilah

terjadi repair neuro-brain dan kurang lebih 75% hormon pertumbuhan

diproduksi. Oleh karenanya, kualitas dan kuantitas tidur bayi perlu dijaga.

Kualitas dan kuantitas tidur buah hati dapat dilihat dari cara tidurnya,
36

kenyamanan tidur dan pola tidur. Perkembangan tidur bayi berkaitan dengan

umur dan maturitas otak, maka jumlah total tidur yang diperlukan berkurang

akan diikuti dengan penurunan proporsi Rapid Eyes Movement (REM) dan

nonREM. Kebutuhan tidur pada masa bayi terutama umur 4-6 bulan harus

benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap

perkembangannya.

Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan tidur pada responden di

penelitian ini sependapat dengan teori yang dikemukakan oleh Rini (2010)

yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang ikut mempengaruhi

kuantitas tidur bayi. Faktor tersebut mencakup faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor eksternal diantaranya adalah faktor lingkungan. Lingkungan

yang ramai dan tidak kondusif akan mempengaruhi kuantitas tidur bayi

tersebut. Faktor minum susu yang mempengaruhi kuantitas tidur sejalan

dengan Widianto (2006) yang menyatakan bahwa kebiasaan minum susu

sebelum tidur juga akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas tidur

bayi. Susu mengandung alfa protein yang dapat meningkatkan kadar

triptophan. Triptophan merupakan prekursor dari hormon melatonin dan

serotonin yang bertugas sebagai penghubung antar syaraf (neurotransmitter)

serta pengatur kebiasaan (neurobehavioral) yang berpengaruh pada pola

kesadaran, persepsi dan rasa sakit juga akan berpengaruh terhadap pola tidur.

2. Kuantitas Tidur Bayi Setelah Dilakukan Pijat bayi


37

Pada penelitian ini, setelah dilakukan pengukuran kuantitas tidur bayi

sebelum dilakukan pijat bayi, peneliti melakukan pijat bayi sesuai dengan

standar operasi prosedur pijat bayi selama 15 menit pagi dan siang. Pada

penelitian ini, sebelum dilakukan pijat bayi peneliti membersihkan tangan dan

mengecek keadaan kuku apakah panjang atau tidak, melepas perhiasan yang

dipakai. Setelah itu peneliti menyiapkan ruangan pijat dalam kondisi hangat

dan tidak pengap. Kemudian memastikan bahwa bayi dalam kondisi baik

tidak lapar dan tidak kekenyangan. Setelelah semua persiapan telah selesai

maka peneliti meluangkan waktu 15 menit untuk melakukan tahapan pijat

bayi.
Sesudah dilakukan pemijatan pada bayi, diketahui bahwa seluruh

responden mengalami peningkatan kuantitas tidur. Secara tidak langsung,

pemijatan pada bayi memberikan efek yang positif, salah satunya yakni dapat

meningkatkan kuantitas tidur bayi. Hasil pengukuran kuantitas bayi setelah

dilakukan pijat bayi diperoleh bayi mengalami peningkatan jam tidur diatas

12-14 jam/hari dengan rerata peningkatan 2,30 jam. Hasil penelitian ini

menunjukkan efek positif terhadap kuantitas tidur bayi dimana dengan pijat

bayi, bayi memperoleh tidur yang nyenyak dan sesuai kebutuhan umurnya 4-6

bulan sebanyak 12-14 jam/hari.


Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Lilik

Mardiana (2014) yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dipijat selama

2x15 menit setiap minggunya dalam jangka waktu 4 minggu, tidurnya


38

menjadi lebih nyenyak sehingga pada waktu bangun konsentrasinya lebih baik

daripada sebelum diberi pemijatan.

Pijat bayi adalah teknik menekan dengan jari, mengurut bagian tubuh

untuk melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar dan pijat dapat

menyebabkan otot-otot mengalami relaksasi dan mengurangi tekanan

(Iskandar Ali, 2010). Pijatan bayi bisa membantu bayi menjadi relaks,

mengurangi lama ia menangis, dan membantunya tidur sehingga bayi tidak

mengalami gangguan tidur. Selain itu, salah satu keuntungan lain untuk pijat

bayi adalah kemampuannya untuk memperkuat sistem pencernaannya,

sehingga membantu ketidaknyamanan yang dialami bayi, seperti masuk angin

dan sembelit.

Peningkatan kuantitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan tersebut

disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan

pada saat pemijatan, disamping itu pada pemijatan juga terdapat perubahan

gelombang otak yaitu terjadinya penurunan gelombang alpha dan peningkatan

gelombang beta serta theta yang dapat dilihat melalui penggunaan EEG

(Elektroensefalografi) (Roesli, 2013). Serotonin merupakan zat transmitter

utama yang menyertai pembentukan tidur dengan menekan aktivitas sistem

pengaktivasi retikularis maupun aktivitas otak lainnya. Menurut Masud

(2011), serotonin yang disintesis dari asam amino tripthophan akan diubah

menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP) kemudian menjadi N-asetil serotonin

yang pada akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin mempunyai peran


39

dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap pada saat malam hari.

Hal ini disebabkan karena melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan

gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang (Masud, 2011).

3. Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Kuantitas Tidur Bayi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan pijat bayi,

kuantitas tidur bayi kurang dari 12-14 jam/ hari dengan rata-rata 10,30

jam/hari. Pada penelitian sebelum dilakukan pijat bayi, terdapat 1 responden

dengan kuantitas tidur hanya 9 jam/hari. Pada penelitian ini terdapat beberapa

faktor yang ikut berpengaruh dalam peningkatan kuantitas tidur bayi

diantaranya adalah faktor lingkungan. Pada penelitian ini faktor lingkungan

tidak dikendalikan secara ketat, sehingga menimbulkan pengaruh pula

terhadap kualitas tidurnya. Lingkungan responden dikategorikan ramai dan

bising sehingga responden susah untuk tidur dan menjadi mudah terbangun.

Lingkungan yang ramai dan terdapat banyak anak-anak disekitarnya membuat

responden senang bermain.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sesudah dilakukan

tindakan pijat bayi, kuantitas tidur bayi meningkat dan memenuhi standar

kebutuhan tidur untuk anak seusia mereka yaitu 4-6 bulan dengan kebutuhan

tidur 12-14 jam/ hari. Setelah dilakukan pemijatan terhadap bayi terjadi

peningkatan jam tidur rata-rata sebanyak + 2-3 jam/hari. Pada penelitian ini

terdapat 1 responden yang mengalami peningkatan kuantitas tidur yang berarti

dimana sebelumnya responden hanya tidur 9 jam/hari setelah dilakukan pijat


40

bayi meningka menjadi 14 jam/hari. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti,

hal ini terjadi dikarenakan bayi benar-benar merasakan manfaat dari pijat bayi

dimana setelah dilakukan pijat bayi, badan bayi menjadi relax, rasa lelah

akibat terlalu banyak bermain menjadi berkurang sehingga bayi tidak rewel

dan tidur menjadi nyenyak sehingga tidak mudah terbangun meskipun

keadaan sekitar bising dan ramai. Berdasarkan data pendukung dari hasil

wawancara dengan ibu masing-masing bayi didapatkan bahwa sesudah

dilakukan pemijatan, bayi mereka tidurnya lebih tenang, bayi tidak rewel

ketika bangun tidur, buang air besar lancar dan nafsu makannya juga

meningkat dalam mengkonsumsi air susu ibu (ASI).

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan kuantitas

tidur bayi yaitu sebelum diberikan perlakuan (mean= 10,30) dan sesudah

diberikan perlakuan (mean= 13,00). Mean t-hitung <-t tabel yaitu -6,821 < -1,

943 dan signifikansinya kurang dari 0,05 (0,000) sehingga H0 ditolak. Dari

uraian tersebut diketahui bahwa terdapat perbedaan kuantitas tidur bayi

sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat bayi Sehingga kesimpulan yang

dapat diambil bahwa terdapat efek terapi pijat bayi terhadap kuantitas tidur bayi.

Sehingga kesimpulan yang dapat diambil bahwa terdapat efek terapi pijat bayi

terhadap kuantitas tidur bayi bayi sebelum dan setelah dilakukan pijat bayi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan Deni Nuryanti (2012), yang

berjudul Hubungan Pijat Bayi Dengan Frekuensi Tidur Bayi Di Kecamatan

Kartasura dengan hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan signifikan


41

antara pijat bayi dengan frekuensi tidur bayi (0-6 bulan) di kecamatan

Kertasura.

Pemijatan dapat meningkatkan kadar serotonin yang akan menghasilkan

melatonin yang berperan dalam tidur dan membuat tidur lebih lama dan lelap

pada malam hari. Seperti yang telah dijelaskan di atas, serotonin juga akan

meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid

(adrenalin, suatu hormon stress). Proses ini menyebabkan terjadinya

penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress) sehingga bayi yang diberi

perlakuan pemijatan akan tampak lebih tenang dan tidak rewel. Pemijatan

juga meningkatkan mekanisme penyerapan makanan oleh nervus vagus

sehingga nafsu makan bayi juga meningkat. Pijatan dapat mempengaruhi

keluarnya hormon tidur melatonin, dimana dengan hormon tersebut bayi dapat

memiliki pola tidur yang teratur. Pemijatan juga akan merangsang peredaran

darah dan menambah energi karena oksigen lebih banyak dikirim ke otak dan

ke seluruh tubuh. Peningkatan kualitas tidur pada bayi yang diberi pemijatan

tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi serotonin yang

dihasilkan pada saat pemijatan. Melalui pijat bayi, dimana ibu memberikan

sentuhan disertai dengan penekanan lembut pada bayi akan menyebabkan

ujung-ujung saraf yang terdapat di permukaan kulit bereaksi terhadap

sentuhan. Selanjutnya saraf tersebut mengirimkan pesan-pesan ke otak

melalui jaringan saraf yang berada di medula spinalis. Proses tersebut dapat

menyebabkan perangsangan pada reseptor saraf sensorik perifer terutama


42

reseptor tekanan. Rangsangan ini mengaktifkan sistem saraf parasimpatis.

Perangsangan sistem saraf parasimpatis yang paling utama terlibat dalam

proses tidur adalah beberapa area dalam saraf otonom parasimpatis nuclei rafe

dan nukleus tractus solitarius, yang merupakan regio sensorik medula dan

pons yang dilewati oleh sinyal sensorik viseral yang memasuki otak melalui

saraf-saraf vagus dan glosovaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur

(Roesli, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa pijat bayi

mempengaruhi terhadap kuantitas tidur bayi, hal ini ditunjukkan dengan

adanya peningkatan kuantitas tidur bayi sebelum dan sesudah pijat bayi.
43

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang pengaruh terapi pijat

bayi terhadap kuantitas tidur bayi usia 4-6 bulan di puskesmas Jembatan Kecil,

maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1 Kuantitas tidur bayi sebelum terapi pijat bayi rata-rata 10,30 jam/hari
2 Kuantitas tidur bayi sesudah terapi pijat bayi rata-rata 13,00 jam/hari
3 Ada pengaruh yang signifikan terapi pijat bayi terhadap peningkatan kuantitas

tidur bayi dimana nilai p = 0,000 < 0,05.


B Saran
Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah :
1 Teoritis
Pijat bayi dapat meningkatkan kuantitas tidur bayi, maka pijat bayi

sangat baik dilakukan 2x sehari..


2 Praktis
a. Puskesmas
44

Hendaknya pihak puskesmas mengadakan penyuluhan akan

pentingnya pijat bayi dalam mengatasi gangguan tidur pada bayi dan

puskesmas melaksanakan terapi pijat bayi seminggu 3 kali dengan

prosedur pijat bayi di sekitar wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil.


b. Ibu Bayi
Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran

bagaimana cara pijat yang baik dan benar

Anda mungkin juga menyukai