BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada dasarnya konstruksi kapal terdiri dari badan kapal dan bangunan
atas.
Badan kapal dalam hal ini adalah lambung kiri dan kanan, dasar kapal
serta satu atau beberapa geladak (deck).
Bangunan atas (superstructure) yaitu bangunan tambahan diatas
badan kapal yang panjangnya sebagian panjang kapal dan dalam hal
tertentu bisa sepanjang kapal. Lebar bangunan atas sama dengan
lebar kapal, sedangkan bangunan yang lebarnya lebih kecil dari lebar
kapal disebut rumah geladak (deck house) yang terletak di atas
bangunan atas.
Dinding bagian depan dan belakang dari bangunan atas disebut sekat
bangunan atas, di mana konstruksi harus kedap walau sekiranya dipasang
pintu atau jendela. Dinding yang menutupi bagian atas bangunan atas
disebut geladak bangunan atas.
Ruang diantara geladak dan pelat alas dalam adalah ruang palka
sebagai tempat muatan dan untuk pemuatan pada geladak diberi lubang
palka (hatchway) yang dibatasi dengan dinding vertical yang disebut
ambang palka (hatch coaming). Geladak pada tinggi kapal disebut geladak
kekuatan yang harus menerus dari linggi buritan ke linggi haluan sekalipun
ada lubang palka tetapi kekedapannya harus dijamin. Untuk itu diberi
penutup palka.
2.4. Lunas
Lunas adalah balok memanjang ditengah dasar kapal yang memanjang
antara linggi haluan dan linggi buritan. Lunas kapal merupakan tulang
punggung dari lambung kapal atau kerangka kapal, sehingga merupakan
bagian konstruksi yang penting. Konstruksi yang mengikat pada lunas
bersama-sama menyalurkan beban secara merata keseluruh bagian kapal.
Pada pembangunan kapal, lunas adalah konstruksi yang paling utama yang
harus dirakit dan diletakkan pada balok-balok penyanggah.
Ada 5 macam lunas kapal :
1. Lunas Batang (Bar Keel); pada walnya lunas batang terbuat dari kayu
sebagai penguat yang terikat
2. antara dua baja siku dan diikat pada badan kapal dari baja. Kemudian
meningkat dengan menggunakan satu batang baja atau baja cor
dengan penampang segiempat pada pelat pengikat yang selanjutnya
diikat pada pelat dasar.
3. Lunas Lapis (Layer Keel); sejenis lunas batang, hanya konstruksinya
terdiri dari beberapa lapis pelat yang dikeling bersama-sama dengan
pelat kulit. Ukurannya sama dengan lunas abtang. Lapisan ditengah
merupakan kelanjutan lunas dalam tengah. Lunas berlapis
mempermudah pembuatan lunas batang dan memperbaiki hubungan
dengan pelat dasar dan balok-baloknya.
4. Lunas Pipa (Duct Keel); ditempatkan mulai dari sekat kamar mesin
bagian depan hingga ke sekat tubrukan dan digunakan untuk
penempatan pipa dan kabel, dapat pula difungsikan sebagai tangki
bahan bakar.
5. Lunas Pelat (Plate Keel); saat ini konstruksi lunas yang dipakai adalah
pelat dengan ketebalan yang lebih besar untuk menahan beban dan
terutama pada saat docking. Pelat lunas dipasang mulai dari linggi
haluan ke linggi buritan.
Tebal pelat lunas 30 50 % lebih tabal dari pelat kulit dasar atau lebih
tepatnya lihat BKI II tahun 2006.
6. Lunas Bilga (Bilge Keel); kebanyakan kapal mengikuti fungsi utama
lunas bilga yakni mencegah gerakan berputar dari kapal, mengurangi
olengan kapal atau goncangan yang keras ketika kapal berada di laut,
tetapi tidak mempunyai pengaruh pada stabilitas kapal. Selain itu
menjaga bilga didasar dan menambah kekuatan membujur pada bilga.
Wrang (Floor)
Wrang merupakan balok melintang dasar yang merupakan tumpuan
kulit dasar dan balok memanjang konstruksi. Untuk kekuatan wrang,
tingginya pada jarak 3/8 B di tengah kapal tidak boleh kurang dari tinggi
wrang ditengah kapal terutama pada kapal dengan rise of flour yang besar
untuk mengatasinya dianjurkan memperbesar wrang ditengah kapal atau
sisi atas wrang dibuat menanjak ke arah lambung sesuai garis lengkung
dasar di daerah tersebut.
Tinggi wrang tidak boleh kurang dari :
h = 55 B + 45 (mm)
h min = 600 mm
Pada lambung kapal wrang diikat pada gading dengan menggunakan bracket
(lutut bilga) yang tingginya pada lambung dua kali tinggi wrang ditengah
(2h) terhitung dari garis dasar.
Tebal bilah hadap wrang 2 mm lebih tebal dari pelat vertikal dan pada
daerah 0,2 L dari linggi haluan, luas penampang bilah hadap diperbesar.
Daerah haluan dan kamar mesin wrang dan flens dipertebal 0,5 mm dari
biasanya.
Tebal pelat vertikal tidak boleh kurang dari :
t = h/100 + 3 mm
a max = 1,0 m
ading-gading ceruk haluan dan ceruk buritan (di depan sekat tubrukan
dan di belakang sekat buritan) tidak boleh lebih besar dari jarak gading
normal atau yang ada diantara 0,2 L dari FP dan 0,2 L dari AP,
bagaimanapun tidak boleh lebih besar dari 600 m.
Pada kenyataannya untuk jarak yang sama yang diukur pada centre
line
Gading Utama
Gading-gading utama adalah gading yang membentang dari dasar
sampai kegeladak terendah dan jika kapal mempunyai lebih dari 3
geladak, maka sekurang-kurangnya sampai ke geladak di atas geladak
terbawah dan dalam arah memanjang dipasang disetiap jarak gading
normal (a).
Gambar 6. Sketsa nilai Z1 dan Z2 untuk kapal dengan satu deck Besar
modulus penampang gading ditentukan berdasarkan peraturan BKI.
Gading Besar
Gading besar terdiri dari pelat web dan pelat bilah (face plate),di
mana web sedapat mungkin lebih besar dari gading utama dan
ditempatkan disepanjang pelat sisi. Umumnya jarak gading-gading besar
tidak lebih dari 5 jarak gading utama dalam setiap deep tank yang
berbatasan dengan sekat tubrukan, serta pada tween deck di atas tangki
tersebut. Dibagian belakang after peak bulkhead disyaratkan
penempatannya disetiap 4 jarak gading utama, di mana dimaksudkan
untuk menambah kekakuan melintang kapal.
Dedi Irwansyah Arham | D311 12 10413
CONSTRUCTION OF SHIP
Gading Utama
Pada ujung kapal, daerah 0,25 L dari linggi haluan jarak gading mengecil
dan umumnya tidak lebih dari 700 mm. Pada ceruk haluan dan ceruk
buritan tidak lebih lebih dari 600 mm. Perubahan jarak gading normal
ditengah kapal berkurang keujung-ujung kapal sedikit demi sedikit agar
supaya beda jarak gading tidak lebih dari 50 mm dibitan kapal dan 25
mm dihaluan kapal.
- Pelat kulit lebih stabil dan tegar terutama dalam menahan beban-
beban memanjang
- Secara keseluruhan berat kapal menjadi lebih ringan.
Pada beberapa hal menyebabkan pemakaian sistem konstruksi
memanjang pada lambung sangat terbatas, karena ukuran pelintang sisi
menjadi sangat besar. Hal ini sangat mengganggu penempatan muatan
pada palka. Pada kapal-kapal penumpang disamping kesulitan dalam
pemasangan sistem-sistem pipa, ventilasi serta kabel-kabel listrik, juga
mengganggu arsitertur ruangan, terutama pada kabin penumpang.
2.6. Geladak
Geladak (deck) menyerupai struktur lantai di dalam sebuah rumah dan
digunakan dalam berbagai keperluan tergantung dari tempatnya di
dalam kapal. Dengan fungsi yang berbeda, yaitu
Pada kapal penumpang yang besar jarak antara geladak yang normal
adalah 2,4 m sampai 3,3 m atau kadang-kadang lebih didaerah salon.
Kapal penumpang yang lebih kecil atau kapal barang dan juga pada
geladak akil kapal penumpang besar, jaraknya berkisar antara 2,25 m
sampai 2,4 m. Jarak antara geladak diukur dari sisi bawah pelat geladak
yang satu ke sisi bawah pelat geladak berikutnya.
1. Balok Geladak
a. Penumpu geladak
b. Pengikat atau penopang sisi sisi kapal
c. Balok besar (web) di bawah pelat geladak untuk mencegah
keretakan pelat yang kemungkinan terjadi di kapal selama
pelayaran.
Pada dasarnya fungsi balok geladak yaitu menerima beban yang bekerja
pada geladak muat dan mentransfer ke gading-gading. Dalam hal ini
gading-gading bertindak sebagai pilar/topang dan meneruskan
gaya/beban ke daerah bawah yang didistribusi ke seluruh lantai bottom.
Jika geladak mendapat beban yang lebih berat , maka balok geladak
juga harus diperkuat secara sebanding, selanjutnya ukuran balok geladak
juga harus diperbesar untuk balok yang lebih panjang.
Balok geladak yang terletak pada sisi lubang palka harus dibuat lebih
kuat karena harus menerima beban yang lebih berat, sehingga harus
ditumpu di ujung-ujungnya.
4. Pelat Geladak
- Geladak pelat
- Geladak pelat yang dilapisi
- Geladak kayu dengan lapisan baja kedua sisi geladak.
a. Geladak pelat
Geladak pelat terdiri dari lajur-lajur pelat baja yang membentang dari
muka ke belakang. Pelat yang digunakan biasanya yang permukaannya
halus dan untuk kapal -kapal kecil sering digunakan pelat kembang.
Sambungan antara pelat diseluruh bagian pelat-pelat dilakukan dengan
sistem pengelasan dan untuk ketebalan pelat yang berbeda harus
berangsur-angsur dikikis/dikurangi sampai tebalnya sama dengan tebal
yang lebih kecil.
air, dan secara melintang dipasang sepanjang lubang palka dan rumah
geladak.
b. Tutup palka
Penutup palka dibuat untuk menjaga kekedapan dari pada geladak
atau melindungi muatan dari terpaan hujan dan panas.
dilengkapi dengan roda gigi yang dipasang pada sisi out board dan roda
tersebut dipasang permanen.
Tebal pelat lunas kurang lebih 30% sampai 50% dari tebal pelat dasar
atau lebih tepatnya menurut BKI Vol II 2006, bahwa tebal pelat lunas pada
0,7 L sekitar midship adalah :
tk = t + 20 (mm)
Dimana:
tk = tebal pelat dasar
Dimana:
Lbp = Panjang kapal (m)
b. Pelat Alas
Pelat alas adalah pelat dasar yang terletak antara pelat lunas dengan
pelat bilga yang tebalnya menurut BKI Vol II, 2006 adalah :
Untuk L < 90 m
t = 1,9.nf .a . .k + tk
Untuk L > 90 m
t = 1,9.nf .a . + tk
Dimana :
Nf = 1,0 ( untuk sistem memanjang )
a = jarak antara gading
Pb = beban luar alas kapal
= 10.T + Po.Cf
k = 1,0 untuk baja
tk = 1,5
Po = 2,1 (Cb + 0,7). Co. Cl. F (KN/m)
Lebar pelat dasar tidak ditentukan, tapi dapat diambil selebar
mungkin menurut lebar pelat standar yang ada di pasaran serta peralatan
yang tersedia untuk pengerjaanya. Untuk menghitung pelat alas dapat
dilihat pada rules BKI Vol II
Pelat bilga dipasang pada lengkungan radius bilga setelah pelat alas.
Lebar pelat bilga sesuai dengan BKI Vol II, 2006 tidak boleh kurang dari :
bi = 800 + 5 Lbp (mm)
bi min = 1800 (mm)
tebal pelat bilga di bagian melengkung sama dengan tebal pelat sisi
bila pada sisi digunakan sistem gading-gading melintang. Bila digunakan
sistem gading-gading membujur pada alas dari sisi kapal, tebalnya sama
dengan tebal pelat alas.
Pelat sisi dibatasi oleh sheer strike (lajur atas) di bagian atas dan
bilga strake di bawah. Pelat sisi biasa terdiri dari beberapa lajur pelat,
dimana lebar masing-masig lajur ditentukan berdasarkan lebar pelat
standar yang ada. Umumnya lebar pelat yang dipasang diambil 75 kali
tebalnya ditambah 25 28. Lebar pelat standar umumnya 6,8 7,4,
namun saat ini telah tersedia lebar pelat 8 ft 10 ft.
Hubungan antara pelat alas dengan lajur tepi geladak (stringer plate)
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
a b c
a. Gunwale bar
b. Gunwale angle
c. Welded connection
d. Rounded deck edge
d
Gambar 11. Hubungan antara pelat alas dengan lajur tepi geladak
(stringer plate)
Lebar pelat lajur atas ditentukan sama dengan lebar pelat bilga,
sedangkan tebalnya tidak boleh kurang dari :
dimana :
td = tebal pelat geladak
ts = tebal pelat sisi
pada hubungan yang dilengkungkan antara geladak kekuatan dan
pelat lajur atas, jari-jari lengkungan sekurang-kurangnya 15 kali tebal
pelat yang bersangkutan.
dari pelat yang relatif tipis. Tinggi bulwark tidak boleh kurang dari
1,0 m dan ditopang oleh stay di setiap gading.
m. Stay ini dipasang di atas balok geladak atau pelat penumpu
(bracket) dan gading-gading.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Masing-masing garis gading diukur seperti gambar di atas dan tiap garis
gading pada tepi geladak di hubungkan, maka di peroleh bukaan kulit.
Pembagian lajur pelat dimulai dari menarik lebar pelat lunas lalu
menentukan lebar dan posisi lajur pelat bilga. Antara lajur pelat lunas dan
bilga dibuatlah lajur-lajur pelat alas kapal. Pada tepi garis geladak ukur
lajur sheer strake menonjol 8 sampai 10 di atas garis geladak dari tepi
atas pelat diukurlah lebar pelat lajur sheer strake. Namun lajur sheer
strake dan lajur pelat bilga adalah lajur-lajur pelat sisi kapal.
Penyambungan panjang pelat dari masing-masing lajur harus diletakkan
pada daerah jarak gading, karena pada daerah tersebut diperkirakan
momen sama dengan nol.
BAB III
PENYAJIAN DATA
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
= 2.442
Pelat Samping ( side Girder )
Jumlah penumpu samping adalah dua Karena lebar kapal melebihi 8 m yaitu
9.41m
Lebar Pelat Penunjang ( Bpp )
Bpp = 0.75 x Hdb
= 0.75 x 1.1159
= 0.825 m
Lightening Hole ( LH )
1
LH = 2 x Bpp
1
= 2 x 0.825 m
= 0.4125 m
Man Hole
Panjang Man Hole = 0.75 x Hdb
= 0.75 x 1.1159
= 0.825 m
Lebar Man Hole = 0.50 x Hdb
= 0.50 x 1.1159
= 0.55 m
Jari-jari kelengkungan Man Hole
1
= 3 x Hdb
1
= 3 x 1.1159 m
= 0.183
Dimana :
T : 7.52 m
Cf : Faktor distribusi yaitu 1
Po : Beban Luas Dasar Dinamis
Po = 2.1 ( Cb + 0.71 ) x Co x Cl x f x Crw
= 2.1 ( 0.63 + 0.71 ) x 7.98 x 1 x 1 x 0.75
= 16.71
Co = 10.75-[300-L/100]1.5
= 10.75-[300-102.66/100]1.5
= 7.98
Cl = 1.0 ( untuk L 90 m )
Crw = koef. Daerah pelayaran ( 0.75
geladak cuaca
PB = ( 10 x T ) + ( Po x Cf )
= ( 10 x 7.52 ) + 16.71 x 1 )
= 91.91 m
Dimana :
L
a ( jarak antar gading )= 500 + 0.48
102.66
= 500 + 0.48
= 0.68
k = 1
c = 0.60
l2 = 2.8250
n = 0.70
W = n x c x a x l2 x PB x k
= 0.70 x 0.60 x 0.68 x 2.8250 x 91.91 x 1
= 209.4 cm3
Modulus penampang gading alas yang ada di ANNEX BKI 2006 adalah 230
cm3 dengan ukuran profil 150 x 90 x 12
Dimana :
= H Hdb
= 9.41 1.1
= 8.41
Vo
F = 0.11 L
15.5
= 0.11 102.66
= 0.16
av = 0.16 x 1
= 0.16
W = n x c x a x l2 x pi x k
= 202.08 cm3
Maka profil gading balik yang ada di ANNEX BKI adalah 230 cm 3 dengan profil
160 x 80 x 12
1
7.52
= 3
= 2.50
2.50
7.52
= 72.41
= 9.41 1.1 3
= 5.31
= 3 x Ao
= 3 x 0.68
= 2.04
W = 0.55 x e x l2 x ps x n x k
= 1260.1
Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI
adalah 1320 cm3 dengan profil T adalah 360 x 30 dengan bracket 470 x 15.0
Perencanaan profil T
h = 360 = 36
s = 30 =3
f = 0.05 x e x l x ps x k
= 39.22
= 9.53 = 0.95 cm
b = 40 x S
= 40 x 30 = 120 cm
Fs = hxs
= 36 x 3 = 108 cm
F = b x td
b` = f/s
= 39.22 / 3 = 13.07
Wo = wxfxh
= 0.43 x 114 x 36
= 1764
Profilnya yaitu
= 360 x 130 x 30
Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI dengan
perencanaan profil T adalah 1320 cm3 dengan 360 x 130 x 30 dengan bracket 470 x 15.0
Dimana :
Ps = 72.42
l = 3
e = 2
n = 0.55
W = 0.55 x e x l2 x ps x n x k
= 394.32
Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI
adalah 1320 cm3 dengan profil T adalah 260 x 18 dengan bracket 315 x 10.5
Perencanaan profil T
h = 260 = 26
s = 18 = 1.8
f = 39.22
= 9.53 = 0.95 cm
b = 40 x S
= 40 x 1.8 = 72 cm
Fs = hxs
= 36 x 1.8 = 46.8 cm
F = b x td
= 72 x 0.95 = 68.4
b` = f/s
Wo = wxfxh
= 0.71 x 46.8 x 26
= 1.262
Profilnya yaitu
= 360 x 217 x 18
Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI
adalah 64 cm3 dengan profil T adalah 140 x 10 dengan bracket 160 x 6.5
Perencanaan profil T
h = 140 = 14
s = 10 =1
f = 39.22
= 9.53 = 0.95 cm
b = 40 x S
= 40 x 1 = 40 cm
Fs = hxs
= 14 x 1 = 14 cm
F = b x td
= 40 x 0.95 = 38
b` = f/s
= 39.22 / 1 = 39.22
Fs/F = 14 / 38 = 0.36
Wo = wxfxh
= 1.05 x 38 x 26
= 1.037
Profilnya yaitu
= 140 x 392.2 x 10
Bracket= 160 x 65
1
7.52
= 3
= 2.50
2.50
7.52
= 72.41
= 5.31
W = n x c x a x l2 x Cr x ps x k
= 372.41 cm3
Sehingga profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI
dengan profil L adalah 210 x 90 x 10 cm3 dengan bracket 310 x 10.5
Dimana :
Ps = 72.42
l = 3
W = n x c x a x l2 x ps x n x k
= 273.35
Sehingga profil gading utama diatas geladak antara yang ada di ANNEX BKI
adalah 150 x 100 x 10 dengan bracket 220 x 17
Maka profil gading besar dibawah geladak antara yang ada di ANNEX BKI
adalah 66 cm3 dengan profil L adalah 100 x 75 x 10 dengan bracket 170 x 6.5
Lubang palka yang ditutup dengan kain terpal harus mempunyai ambang yang tinggi
minimumnya diatas geladak sebagai berikut :
Dimana :
Po = 16.71
Cd = factor distribusi yaitu 1
Z = jarak vertical dari pusat beban struktur dihitung dari garis
Datar
1
= H+( 50 B)
1
= 9.41 + ( 50 17.02 )
= 9.7504 m
(20 x T )
PD = Po x ( 10+ z T ) H x Co
( 20 x 7.52)
= 16.71 x ( 10+ 9.757.02 ) 9.41 x1
2513.18
= 119.78
= 20.98
Dimana :
c = 0.60
B
B
= (( )2 + ( 50 )2 ) 0.5
4
2
17.02
17.02
= (( )2 + ( 50 )2 ) 0.5
4
2
= 4.2583 m
W = c x a x l2 x po x k
= 154.62 cm3
Sehingga profil dari balok pelintang geladak adalah 160 x 80 x 10 dengan bracket
245 x 8.5
W = c x e x l2 x Pd x k
= 0.60 x 2.04 x 4.252 x 20.98 x 1
= 463.83
Sehingga profil dari penumpu dan pelintang geladak dengan profil T adalah 280 x
17 dengan bracket 340 x 11.0
Perencanaan profil T
h = 280 = 28 cm
s = 17 = 1.7 cm
f = 0.05 x e x l x p x k
= 9.09 cm2
= 9.53 mm = 0.95 cm
b = 40 x S
= 40 x 1.7 = 68 cm
Fs = hxs
= 28 x 1.7 = 47.6 cm
F = b x td
= 68 x 0.95 = 64.6
b` = f/s
Wo = wxFxh
= 0.37 x 64.6 x 28
= 669.256
Profilnya yaitu
= 280 x 54 x 17
Kelengkungan chamber ( Rc )
1
Rc = 50 B
1
= 50 17.02
= 0.34
Balok Palka
(125 x c x a x l 2 x p)
W = Tb
Dimana :
c = 1.0
l = 0.5 x B = 8.51
p = Pd = 20.98
= 0.68 x Rch
= 0.68 x 265
= 180.2
(125 x c x a x l 2 x p)
W = Tb
(125 x 1 x 0.68 x 8.51(2) x 20.98)
= 180.2
= 716.68
Bmax = 1800 mm
t mm = ( 4.4 + 0.05 . L ) K
= 9.53 mm
5. Pelat Sisi
( BKI Vol II. 2006 SEC.6 B.4 )
Untuk kapal dengan ukuran lebih dari L > 90 m
ts1 = 1.9 x nf x a
= 8.91 mm atau 9 mm
6. Pelat Lajur Atas ( Sheer Strake )
( BKI thn. 2006 vol. II Sec.6 C.2 )
Lebar pelat lajur atas tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L
= 800 + 5 x 102.66
= 1313.3 mm
Bmax = 1800 mm
Tebal pelat lajur atas secara umum tidak boleh kurang dari :
( BKI thn. 1996 vol. II sec. 6 C.3.2 )
t = 0.5 x ( Td + Ts )
= 0.5 x ( 10 + 9 )
Dimana :
Td = tebal pelat geladak
( BKI thn. 1996 vol.II sec. 7 A.6 )
= ( 4.5 + 0.05 L ) x k 0.5
= ( 4.5 + 0.05 x 102.66 ) x 1 x 0.5
= 9.63 mm atau 10 mm
Ts = tebal pelat sisi
= 9 mm
= 2.06 m
l = panjang stay
= 1m
Maka,
w = 4 x ps x e x l2
= 4 x 40.72 x 2.06 x 12
= 334.84 cm3
Setelah mendapatkan hasil perhitungan modulus maka modulus
yang tersedia pada modulus 334.84 cm3 adalah 200 x 100 x 12
dengan konstruksi bracket yaitu 300 x 10
t = Cp x Ao x P + tk
= 7.1 mm
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Konstruksi bangunan kapal adalah suatu struktur bangunan kapal yang
terdiri dari badan kapal serta bangunan atas. Untuk menyusun komponen
badan kapal, beserta bangunan atas dikenal 3 sistem konstruksi yang
biasa dipakai:
1. Sisem kontruksi melintang
2. Sistem kontruksi memanjang
3. Sistem kontruksi kombinasi
5.2. Saran
1. Dalam pengambilan data dilakukan
dengan teliti agar kesimpangsiuran data tidak menyita waktu.
2. Dibutuhkan koordinasi yang baik
antara pembimbing dengan mahasiswa.
3. Perlunya pemanfaatan yang
optimal dari studio gambar.
4. Dalam pengambaran agar
memperhatikan waktu yang diberikan dalam melaksanakan tugas.
5. Informasi yang berkenaan dengan
penggambaran baik mengenai waktu maupun transfer ilmu dan
lainnya diharapkan detailnya.
6. Asisten diharapkan mengawasi
hasil kerja gambar secara kontinu dan sabar tentunya.
7. Antar elemen yang terkait sangat
diperlukan kerja sama yang baik dan keikhlasan satu sama lain.