Anda di halaman 1dari 25

DEMAM BERDARAH

Demam Dengue
Masa inkubasi 4 6 hari
Gejala awal tidak spesifik : sakit kepala, malaise, sakit punggung.
Peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba disertai mengigil, sakit
kepala yang hebat, kemerahan pada wajah, nyeri retroorbital.
- Demam : Suhu tubuh biasanya mencapai 39 0 C
400C.
- Ruam Kulit : Kemerahan/bercak-bercak merah
menyebar pada wajah, leher, dada pada awal
demam.
Muncul pada akhir periode demam (fase
defersens) di daerah punggung kaki, tungkai,
lengan serta tangan
- Perdarahan Kulit : RL (+) atau petekie
Hasil Lab :
- Lekosit biasanya normal saat permulaan demam,
kemudian lekopeni terjadi dan terus berlangsung sampai periode
demam berakhir.
- Trombosit bisa normal atau menurun
- Enzim hati mungkin meningkat.
Demam Berdarah Dengue / DHF
Dx : Berdasarkan 4 gejala klinis dan 2 kriteria lab (WHO 1989)

Klinis : - Demam tinggi 2 7 hari


- Manifestasi perdarahan
- Hepatomegali
- Shock / gangguan sirkulasi

Laboratorium : - Trombositopenia
- Hemokonsentrasi / Hematokrit meningkat > 20%

Dx : Minimal 2 clinical + criteria lab.

Tingkat Keparahan DHF


I : Demam + Gejala umum non spesifik + RL (+)
II : I + Manifestasi perdarahan lainnya (spontan)
III : II + Kegagalan sirkulasi (denyut lemah dan cepat, tek.nadi
menurun hipotensi + kulit lembab & dingin + gelisah).
IV : Syok berat dengan tekanan darah dan denyut tidak terdeksi.

Dianosis Banding
1. Demam Infeksi bakteri / virus seperti bronkopneumoni, kolesistitis,
pielonefritis, demam tifoid, malaria, demam chikungunya.
2. Ruam akut morbili / campak
3. Hepatomegali hepatitis akut, leptospirosis
4. Perdarahan kulit ITP, leukemia stadium lanjut, anemia aplastik
5. Syok sepsis
6. Renjatan endotoksik.

Management
- Tirah baring
- Antipiretik atau kompres
Harus dilakukan untuk menjaga suhu tubuh tetap di bawah 40 0C.
Jangan beri aspirin karena dapat menyebabkan gatritis, perdarahan,
asidosis.
- Diet lunak
- Terapi elektrolit dan cairan secara oral : 50 ml / kgBB 4-6 hari
Volume yang dibutuhkan : Volume untuk mempertahankan
ditambah kekurangan 5-8%
Pada DSS : larutan ringer asetat atau D5% dalam NS 10-20
ml/kgBB/jam.
IVFD maintenance : 80 100 cc / kg / hari
Perhitungan Kebutuhan cairan infus untuk maintenance :
BB Volume cairan (ML/kgBB/hr)
< 10 100 / KgBB
10 20 1000 + 50 / KgBB (setiap kelipatan 10)
> 20 1500 + 20 / KgBB (setiap kelipatan 20)

Contoh : 40 Kg = 1500 + (20 x 20) = 1900 cc

Cairan Rekomendasi WHO :


- Cristaloid : D 5% / RL
D 5% / RA
D 5% / NaCL
D 5% / NaCL
- Colloid : Dextran L 40
Plasma

Komplikasi :
- Electrolite imbalance : 1. Na
2. Ca
- Fluid Overload
* RDS, dyspena, takipneu
* Asites
* Nadi cepat
* TD
* Ronchi
* Gangguan perfusi jaringan

Unusual Manifestation of DHF


- Encephatopathy
- Hepatic failure
- Renal failure
- Dual infection
- Sindrom uremik hemolitik
- Kejang, perubahan kesadaran
- Paresis sementara

Perubahan Patofisiologis utama yang menentukan tingkat keparahan penyakit


DHF dan membedakannya dengan DF adalah : Hemostasis yang abnormal
dan kebocoran plasma yang dimanifestasikan dengan trombositopenia dan
hematokrit yang meningkat > 20%.

Perbedaan DF & DHF : ada plasma leakage pada DHF (kebocoran


plasma) hematokrit .

Pemeriksaan Penunjang

1. Darah
- Lekopenia pada tahap awal (dominasi neutrofil)
- Trombositopenia
- Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%)
- Masa pembekuan normal
- Masa perdarahan memanjang (PT, TPT, TT)
- Penurunan Faktor II, III, V, VII, VIII, IX, X
- Hipoproteinemia, hiponatremia, hipocloremia
- SGOT meningkat sedikit
- Ureum dan pH darah meningkat.

2. Urin
- Albuminuria ringan

3. Tinja
- Sering ditemukan darah dalam tinja

4. Sumsum Tulang
- Pada awal : hiposelular jadi hiperselular hari ke 5 dengan
gangguan maturasi pada hari ke-10 sudah normal lagi.

5. Uji Serologi
- Pakai serum ganda, diambil pada masa akut dan konvalesen : Uji
pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), uji dengue blot
dicari kenaikan antibody antidengue minimal 4 kali.
- Pakai serum tunggal
Uji dengue blot, mengukur antibody antidengue tanpa pandang kelas
antibodinya
dicari ada tidaknya / titer tertentu antibody antidengue.

6. Isolasi Virus
yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringanemia

Kriteria untuk memulangkan pasien rawat inap DHF / DSS :


1. Demam tidak muncul selama 24 jam tanpa menggunakan antipiretik
dan nafsu makan kembali.
2. Kemajuan yang nyata dalam penampakan klinis
3. Kadar hematokrit stabil
4. Tiga hari setelah pulih dari syok
5. Trombosit > 50.000 / mm 3
6. Tidak terjadi gawat napas akibat efusi pleura.

Faktor-Faktor Resiko pada DHF


1. Status imun tiap individu
2. Strain / serotipe virus yang menginfeksi
3. Usia pasien
4. Latar belakang genetic pasien

Virus dengue Flavivirus :



serotipe : 1. DEN 1
2. DEN - 2
3. DEN - 3
4. DEN - 4
Infeksi yang terjadi dengan serotipe manapun akan memicu imunitas seumur
hidup terhadap serotipe tersebut.

Penyebab Kematian :
- Prolongad shock
- Fluid overload
- Massive bleeding
- Unusual manifestation

Patogenesis
- Infeksi I Imun spesifik relatif
- Infeksi II / > oleh virus dengan tipe lain

Hipotesis : the secondary heterogenous infection (Virus


replication antibody response Virus anti body complex
Complemen activation C3a C5a

- Aktivasi C3 & C5
- Pelepasan C3a & C5a (anafilatoxin)

peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
DEMAM TIFOID

Definisi : Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman


salmonella typhi atau salmonella paratyphi

Patogenesis :
Kuman masuk melalui mulut lambung sebagian kuman mati oleh asam
lambung, sebagian kuman diteruskan ke usus halus masuk ke plak payeri
ileum terminalis kuman mengeluarkan endotoksin terjadi reaksi dinding
/ inflamasi demam.
Bila kuman menembus lapisan lamina propia perdarahan dan perforasi

Gejala dan tanda Klinik :


- Gejala prodromal : selama masa tunas (10 20 hr)
1. Tidak enak badan / lesu
2. Nyeri kepala / pusing
3. Tidak bersemangat
4. Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi

- Gejala Lain :
1. Demam 3 minggu :
1) Minggu I : - Suhu meningkat bertahap tiap hari
- Pagi menurun, sore / malam meningkat
2) Minggu II : - Terus demam (39-40 0C)
3) Minggu III - Suhu menurun bertahap
- Normal akhir minggu III
2. Gangguan saluran pencernaan
- Lidah beslag : Dibagian tengah lidah kotor, dengan bagian tepi
berwarna merah disertai dengan tremor
- Anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi
- Hepatomegali, splenomegali
3. Gangguan kesadaran
4. Bradikardi relatif
5. Epistaksis, roseola

Pemeriksaan Penunjang & Diagnosis


1. Darah tepi : - Lekopeni
- Limfositosis relatif
- Eosino fillia
- Anemia ringan
- Trombositopenia ringan
- SGOT, SGPT meningkat
- LED meningkat
2. Biakan Empedu
3. Test widal : Peningkatan titer > 4 x lipat setelah 1 minggu
Titer tunggal : Antibody O 1/320
+ Gejala klinis khas
Antibodi H 1/640

Diagnosis Banding :
- Infeksi virus
- Dengue
- Malaria
- GE

Komplikasi :
1. Komplikasi Intestinal :
- Perdarahan usus
- Perforasi usus
- Peritonitis
2. Komplikasi. Ekstraintestinal :
- Kardiovaskuler : gagal sirkulasi perifer (syok, sepsis), dehidrasi
miokarditis, tromboflebitis.
- Darah : anemia hemolitik, trombositopenia, sindrom
uremia hemolitik.
- Hepar : hepatitis, kolesistitis
- Ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
- Tulang : osteomielistis, spondilitis, artritis
- Neurologi : delirium, meningitis

Pengobatan :
1. Bed rest
2. Diet : - Cukup cairan, kalori, tinggi protein
- Tidak banyak serat
- Tidak merangsang
3. Obat : Drug of choice : Kloramfenikol 4 x 500 mg/hari (7 hari)
Alternatif :
1. Tiamfenikol 4 x 500 mg /hari (7 hari)
2. Kotrimoksasol 2x2 tab (400 mg sulfametoksazol 80 mg trimetropin (2
minggu).
3. Ampisilin / amoxicilin 50 150 mg / kgBB (2 minggu)
4. Sefalosporin Gen. III :
- Seftriakson 3-4 gr/hr (3 hr)
- Sefotaxim 2-3 x 1 gr (3-5 hr)
- Sefoperazon 2 x 1 gr (3-5 hr)
5. Fluorokuinolon
- Siprofloksasin 2 x 500 mg / hr (6 hari)
- Norfloksasin 2 x 400 mg/hr (14 hr)

Hati-hati pada pemakaian kloramfenikol !


bisa menyebabkan anemia aplastik oleh karena efek samping
kloramfenikol menyebabkan penekanan sumsum tulang.

Bradikardi relative pada typhoid disebabkan :


toksin yang menghambat hantaran jantung
LEPTOSPIROSIS

Definisi : Penyakit zoonis yang disebabkan oleh spiroketa patogen dari famili
leptospiraceae.

Etiologi : Resovoar
Leptospira interogans L. Icterohaemorhagie : Tikus
L. Canicola : anjing
L. Pomona : Sapi dan babi

Diagnosis :
- Riwayat pekerjaan pasien : berpergian ke hutan, rawa, sungai, petani
- Anamnesis : demam tinggi, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, mual,
muntah, diare.
- Px Fisik : Ikterik, injeksi konjungtiva, fotofobia, hepatomegali,
splenomegali, nyeri otot (terutama gastronemeus), bradikardi, ruam pada
kulit, penurunan kesadaran.
- Lab : Lekositosis, normal, menurun disertai gambaran neutrofilia
dan LED meningkat.
Peningkatan amilase, lipase dan CK, gangguan fungsi hati,
gangguan fungsi ginjal, serologi leptospira positif (fiter > 1/100
atau terdapat peningkatan > 4 kali pada titer ulangan) urin :
proteinuria, leukosituria dan sedimen sel torak.

Diagnosis Banding :
- Hepatitis tifosa
- Ikterus obstruktif
- Malaria
- Kolangitis
- Hepatitis Fulminan
- FUD (Fever of Unknown Origin)

Terapi :
- Bed rest
- Simtomatis
- Antimikroba : drug of choice : Penisilin G 4 x 1,5 juta U (5 7 hr)
alternatif : tetrasklin, eritromisin, doksisiklin, sefalosporin
generasi III, fluorokuinolon.
MALARIA

Definisi : Penyakit Infeksi yang disebabkan parasit plasmodium yang hidup


dan berkembang biak dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara
alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Spesies plasmodium pada manusia :


1. Plasmodium Falsiparum M. Tropika
2. Plasmodium Vivax M. Tersiana
3. Plasmodium Ovale M. Kuartana
4. Plasmodium Malariae M. Malariae

Siklus hidup plasmodium

1. Siklus pada manusia

Siklus Ekso Eritrositer


Waktu anopheles menghisap darah manusia, sporozoit dari liur nyamuk
masuk keperedaran darah manusia sporozoit masuk ke hati jadi tropozoid
hati skizon merozoit :
pada vivax dan ovale : tropozoid tidak berkembang langsung jadi
skizon, tapi jadi hipnozoid (bentuk dormant) dapat tinggal berbulan-
bulan relaps

Siklus Eritrositer
Merozoid dari skizon hari pecah masuk peredaran darah
menginfeksi eritrosit dalam eritrosit, parasit berkembang, stadium
tropozoid skizon merozoid menginfeksi sel darah merah lainnya.
Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoid membentuk
stadium seksual (gametosit & )

2. Siklus pada nyamuk anopheles


Bila nyamuk menghisap darah yang mengandung gametosit, dalan tubuh
nyamuk mengandung gamet & melakukan pembuahan jadi
zigot berkembang jadi ookinet menembus dinding lambung nyamuk
pada dinding luar lambung : ookinet jadi ookista sporozoid
bersifat infektif siap ditularkan
SKEMA DAUR HIDUP PARASIT MALARIA

Manusia Nyamuk Antopheles


Dalam hati Dalam kelenjar liur

Vivax & Ovale


Hipnozoid Sporozoid

Falciparum
Skizon skizon

Merozoid Ookista

Dalam darah Dalam lambung

Trofozoid

Skizon

Merozoid

Makrogametosit Makrogamet
Zigot => Ookinet

Mikrogametosit Mikrogamet

Perjalanan Infeksi Malaria :


a. Serangan primer: keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan peroksismal yang tdd dingin / menggigil, panas dan
berkeringat.
b. Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasistemia
selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi antara 2 keadaan
paroksismal.
c. Recrudensi : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam
masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer.
d. Recurensi : berulangnya gejala klinik / parasitemia setelah 24
minggu berakhirnya serangan primer.
e. Relaps / Rechute : berulangnya gejala klinik / parasitemia yang
lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer.
Istilah relaps dipakai untuk menyatakan berulangnya gejala klinik setelah
periode yang lama dari masa laten, sampai 5 tahun, biasanya karena infeksi
tidak sembuh.
Diagnosis Malaria
Didasarkan pada gejala, tanda klinis dan ditemukannya parasit
(plasmodium) di dalam darah penderita.

Kasus malaria yang di diagosa hanya berdasarkan gejala dan tanda klinik
disebut : tersangka malaria / malaria klinis.

Anamnesis :
- Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot / pegal-pegal.
- Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik.
- Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
- Riwayat sakit malaria
- Riwayat minum obat malaria 1 bulan terakhir
- Riwayat mendapat transfusi darah
- Gejala klinis pada anak dapat tidak khas.

Pemeriksaan Fisik
- Demam (37,5 40C)
- Pucat pada konjungtiva atau telapak tangan
- Splenomegali
- Hepatomegali

Laboratorium
1. Tetes tebal (semi kuantitatif)
(-) : Sediaan darah (SD/negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100
LPB)
(+) : SD positif 1 (ditemukan 1 10 parasit / 100 LPB)
(++) : SD positif 2 (ditemukan 11 100 parasit / 100 LPB)
(+++) : SD positif 3 (ditemukan 1 10 parasit / 1 LPB)
(++++) : SD positif 4 (ditemukan 11 100 parasit / 1 LPB)

2. Kuantitatif
Tetes tebal : kepadatan parasit per 200 lekosit
Tetes Titip : Kepadatan parasit per 1000 eritrosit

3. Tes Diagnostik Cepat


PF test, ICT test, Paracheck berdasarkan deteksi antigen
Contoh :
- Bila dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, jumlah tekosit =
8000/UL maka hitung parasit dalam 1 UL darah = x 1500 = 60.000

parasit / ul
* Bila tidak ada hasil lekosit, dapat diasumsikan 8.000-10.000/mm 3
* Malaria berat bila hitung parasit > 250.000 / UL

- Bila dijumpai 65 parasit per 1000 erltrosit 6,5% parasitemia


Ini menunjukkan malaria berat (>5%)
* Bila jumlah etrosit 5 juta / mm 3 (UL) berarti :
Jumlah parasit per 1 UL ialah x 65 = 325.000 / UL

Definisi Malaria Berat : WHO 1997


Ditemukannya plasmodium falciparum bentuk aseksual dengan satu
atau beberapa manifestasi klinis dibawah ini :

1. Malaria serebral : malaria dengan penurunan kesadaran


Penilaian Dws : berdasarkan GCS : < 9
Anak : berdasarkan BCS (Balantyre coma scale) : < 3
Atau koma > 30 menit setelah serangan kejang yang tidak disebabkan
penyakit lain.
2. Anemia berat (Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15%)
Pada keadaan hitung parasit > 10.000 / UL
Bila anemianya hipokrom dan mikrositik perlu disingkirkan
kemungkinan adanya anemia defisiensi besi, talasemia /
hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut
Urin < 400 ml / 24 jam (dws) atau < 1 ml / kgBB / jam (pada
anak-anak) setelah dilakukan rehidrasi, atau dengan
Kreatinin darah > 3 mg %
4. Edema paru (ARDS)
5. Hipoglikemi (gula darah < 40 mg%)
6. Gagal sirkulasi / syok
- Tek. Sistolik < 70 mmHg (dws) / tek. Nadi < 20 pada anak-anak
- Disertai keringat dingin
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat perencanaan dan/atau
disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intra vascular.
8. Kejang berulang > 2 kali per 24 jam setelah pendinginan pada
hipertermia asidemia (pH : 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma < 15
mmol/l
9. Makroskopik hemoglobuniuria (black water fever) oleh karena infeksi
malaria akut (bukan karena obat anti malaria pada seorang dewasa dengan
defisiensi G 6 PD
10.Dx Post mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
kapiler jaringan otak.

Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai
dengan gambaran klinis daerah setempat.
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15)
2. Kelemahan otot (tidak bisa duduk / berjalan) tanpa kelainan neurologik
3. Hiperparasitemia > 5%
4. Ikterus (kadar blilirubin darah > 3 mg%)
5. Hiperpireksia (temperature rektal > 40 0 C pada dws, > 41 0 C pada anak.

Diagnosa Banding Malaria


Malaria ringan
- Demam tifoid
- Demam dengue
- ISPA
- Leptospirosis ringan
- Infeksi virus akut lainnya
Malaria Berat
- Radang otak (meningitis / ensefalitis)
- Stroke
- Hepatitis
- Leptospirosis berat
- Glomerulonefritis akut / kronik
- Sepsis
- Demam berdarah dengue (DHF) atau dengue syok syndrome
(DSS)

Pengobatan :
- Malaria Falciparum (buat dewasa) tanpa komplikasi
Lini pertama : Artesunat + amodiaquine + primakuin (oral)

Hari 1 : Artesuna 4 Amodiakuin 3 Primakuin 3


t
Hari 2 : 4 3 -
Hari 3 : 4 2 -
total : 12 8 3
Artesunat : 50 mg/tablet 4 mg/kgBB/hr/oral dosis tunggal
Amodiakuin : 200 mg/tablet 10 mg basa/kgBB/hr/oral dosis tunggal.
Bila tidak ada artesdiaquine / bukan daerah endemis pakai klorokuin
Lini pertama : Klorokuin + Primakuin (oral)

Hari 1 : Klorokuin 4 Primakuin 3


Hari 2 : 4 -
Hari 3 : 2 -

Dosis berdasarkan berat badan


Hari 1 : Klorokuin 10 mg/kgBB, Primakuin 0,75 mg/kgBB
Hari 2 : 10 mg/kgBB -
Hari 3 : 5 mg/kgBB -
Klorokuin : 250 mg/tab klorokiun sulfat / difosfat
150 / tab klorokuin basa
Primakuin : 15 mg / tab tidak diberikan pada bayi, ibu hamil, defisiensi
G6PD

Lini Kedua : Kina + Doksisiklin / tetrasiklin + primakuin (oral)

Hari 1 : Kina 3x2 Doksisiklin / Tetrasiklin Primakui 3


1x1 * 4x1 n
2: 3x2 1x1 / 4x1 -
3: 3x2 1x1 / 4x1 -
4: 3x2 1x1 / 4x1 -
5: 3x2 1x1 / 4x1 -
6: 3x2 1x1 / 4x1 -
7: 3x2 1x1 / 4x1 -
- Bila Tidak ada doksisikin dapat diberikan tetrasiklin

Kina 200 mg/tablet 10 mg / kgBB / dosis, 3 kali sehari, selama 7 hari


Daksisiklin : 100mg/tab/caps 100 mg/hr dosis tunggal, selama 7 hari
Tetrasiklin : 250 mg/tab 4 x 250 mg, selama 7 hari
25-50 mg / kgBB / 4 dosis / hari
Obat anti malaria yang tidak boleh diberikan pada ibu hamil :
1. Doksisiklin
2. Primakuin

Yang aman pada ibu hamil : Klorokuin, kina

Pengobatan Malaria Berat (Falcifarum dengan Komplikasi)


Lini Pertama : Artesunat injeksi / artemeter injeksi
- 1 ampul berisi 60 mg serbuk kering artesunik larutkan dalam 3-5
cc D5%
- Pemberian secara bolus IV + 2 menit
- Pemberian hari 0 : Jam ke 0 = 2,4 mg/kgBB IV
Ke 12 = 1,2 mg/KgBB IV
Ke 24 = 1,2 mg/kgBB IV
- Pemberian hari 1 7: 1,2 mg/kgBB IV dosis tunggal
(hanya 1 kali/hari)

Bila penderita sudah dapat minum obat atau kesadaran membaik atau
KU membaik ganti oral.

Lini kedua : Kina per infus (drips)


Kina HCL 25% dosis : 10 mg/kgBB atau 1 ampul (isi 2 cc = 500 mg)
dilarutkan dalam dextora 5% 500 cc diberikan selama 8 jam diulang
dengan cairan yang sama setiap 8 jam terus menerus sampai penderita
dapat minum obat.
Pada malaria serebral : diberikan / loading dose 20 mg/kgBB / dosis
dengan maksud memberi hasil lebih cepat.

Kina tidak boleh diberikan secara bolus IV, karena toksik bagi
jantung dan dapat menimbulkan kematian.

Efek samping kina : Hipoglikemi karena kina menyebabkan


terjadi hiperinsulinemia.

Maksimum pemberian kina infus : 3 hari.


Apabila setelah 3 hari penderita masih belum sadar dan pemasangan
NGT memungkinkan, maka berikan tablet kina melalui NGT sampai
hari ke 7 sejak diberikan kina yang pertama.

Apabila kina tidak dapat diberikan per infus berikan IM


Dosisnya : masing-masing dosis pada paha depan (kiri dan kanan)
jangan berikan pada bokong.
Kina diencerkan dengan NaCl 0,9%
Dosis max dewasa : 2.000 mg/hari.
Klasifikasi respons pengobatan menurut WHO 1996
Gagal obat dini (Early Treatment Failure) = ETF
a. Hari pertama ketiga (H 1 H 3 ) terjadi gejala
malaria berat / perburukan.
b. Hitung parasit H 2 > H 0 (mula-mula)
c. Hitung parasit H 3 > 25% Ho
d. Parasit bentuk seksual masih positif pada H 3 disertai
panas > 37,5 0 C.

Gagal obat kasep (Late Treatment Failure) = LTF


1. Late clinical dan parasitological failure (LCPF)
bila terjadi salah satu kriteria berikut pada hari ke 4 ke 28.
a. Terjadi gejala malaria berat setelah H 3
b. Masih terdapat parasit positif bentuk seksual + panas
o
> 37,5 C.
2. Late parasitological failure (LPF)
Bila masih terdapat parasit bentuk aseksual pada hari ke 7, 14, 21 dan
28 walaupun tidak disertai demam.

Respons Klinis memadai (ACR = Adequate Clinical Response)


Bila penderita sebelumnya yang berkembang dengan salah satu
persyaratan ETF dan LTF dan tidak ada parasitemia selama follow up.

Kenapa terjadi anemia pada malaria ?


Karena pecahnya eritrosit yang terinfeksi (hemolisis), peningkatan
TNF alfa yang menghambat hematopoiesis

Kenapa terjadi icterus ?


Karena terjadi hemolisis darah dan terjadi kerusakan di sel hati
sehingga proses konjugasi bilibirubin di hati terganggu dan obstruksi
mikro vaskuler akibat sekuestrasi dan sitoadherensi.

Kenapa terjadi splenomegali ?


Limpa merupakan organ retikuloendotelial, dimana plasmodium
dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel
radang ini akan menyebabkan limpa membesar.

Kenapa terjadi malaria serebral ?


Diduga terjadi karena sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga
terjadi anoksia otak. Sumbatan tersebut terjadi karena eritrosit yang
mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler karena proses
sitoadherensi dan sekuestrasi parasit.
Kenapa terjadi GGA ?
Adanya anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari
sumbatan kapiler akibat sitoadrerensi dan sekuestrasi parasit.
Kenapa terjadi hipoglikemia pada Malaria ?
Karena kebutuhan metabolic dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati. (hiperparasitemia konsumsi
karbohidrat
Berhubungan juga dengan pengobatan kina (3 jam setelah infus
kina) karena kina menyebabkan hiperinsulinemia.
Kegagalan glukoneogenesis pada penderita dengan ikterik
TNF alfa yang meningkat.

Kenapa terjadi haemoglobinuri (black water fever)*


Diduga karena kekurangan enzim G-6-PD

*Black water fever hemolisis dari eritrosit

Kenapa terjadi hipoglikemi pada pemakaian kina?


Karena kina menyebabkan hiperinsulinemia
DIAGNOSA PENYAKIT INFEKSI

Respiratory

GIT
Organ system
Urinary

Hidung, mata,
Akut < 14 hari

Malaria Eritrosit

Non organ
Demam
Berdarah Trombosit

Infeksi : TB, MH, HIV, endokarditis

Kronik > 14 hari Malignancy : Leokemia, Limfoma

Imunologi : SLE, RA, GNA

Pasien datang dengan keluhan demam :


- Demam berapa hari ?
- Tanya keluhan lain.

Cari infeksi dimana (organ system)

Cari penyebab (bakteri, virus, jamur ?
: gram (+)

Leukosit

: gram (+) / Virus / Parasit


Px Lab

Diff. Count :
Eos / Bas / Stab / Segmen / Limfosit / Monosit

Parasit Bakteri Gram (-) / Parasit


Virus /
TB/
Salmonela

Anda mungkin juga menyukai