Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN

PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN

Oleh :

Grace Shinta ES 13/346694/TK/40578


Galuh Wilistyotami 13/346713/TK/40583
Saela Widiya Ningrum 13/346721/TK/40590

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016
SEGMEN 5

1. Lokasi : segmen 5

2. GPS segmen 2 : S 074558.028 E 1102259.224

3. Input limbah berupa limbah rumah tangga. Terdapat pula terjunan yang terletak di Embung,
serta pada hilir segmen 5.

4. Tata guna lahan : segmen 5 berada di 100 meter sebelum Embung Langensari. Sebagian besar
limbah yang masuk ke segmen 5 berasal dari limbah Rumah Tangga.

Parameter Baku Mutu Nilai Sample


Menurut MenKes
pH 6,5-8,5 6,5
DHL 325
TDS 500 136,2
Salinitas 0,1
Warna 15 91,7
Bau Tidak Berbau Amis
Kekeruhan 5 48,3
Kadar DO 4,9
KMnO4 16,53
BOD 7,6
Klorida 22,8
Kesadahan Total 73,87
Kesadahan Ca 21,47
Kesadahan Mg 6,28
Fluorida 0,32
Parameter kualitas air yang dianalisis di Laboratorium Teknik Penyehatan DTSL UGM:

1. pH (Derajat Keasaman)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksud keasaman adalah
konsentrasi ion hydrogen (H+) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar 0-14, Suatu larutan
dikatakan netral apabila memiliki nilai pH = 7. Jika nilai pH > 7 menunjukan larutan
memiliki sifat basa, sedangkan nilai pH< 7 menunjukan larutan bersifat asam.
Pada dasarnya, air yang baik adalah air yang tidak tercemar. Dalam kodisi
demikian, berarti air bersifat netral, sedangkan apabila di dalam perairan terdapat zat
pencemar, sifat air dapat berubah menjadi asam atau basa. Menurut Surat Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup No. Kep-03/MNKLH/II/1991 1 Februari 1991 ditetapkan
bahwa air limbah pabrik boleh dibuang ke sungai atau lingkungan jika pH air limbah
tersebut berkisar 6 sampai 9.
Dari pengujian sampel air Kali Belik lokasi 5 di laboratorium penyehatan DTSL
UGM diperoleh nilai pH yaitu 6,5. Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2011 baku mutu untuk
nilai pH yaitu 6-9. Hasil pengujian sampel air menunjukan bahwa air dalam kondisi
sedikit asam, namun masih masuk dalam batas nilai baku mutu yang diperbolehkan.
Dalam hal ini air sungai produktif dan mendukung kelangsungan hidup organisme
akuatik terutama ikan Kondisi air sungai tersebut dipengaruhi oleh adanya pembuangan
aktivitas air limbah pada lokasi sebelum lokasi titik pengambilan sampel.

2. EC atau DHL
Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan
ekspresi numeric yang menunjukan kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus
listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut yang terionisasi, semakin
tinggi pula nilai DHL. Besarnya nilai DHL bergantung kepada kehadiran ion-ion
anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.
Menurut APHA,AWWA (1992) dalam Effendi (2003) diketahui bahwa
pengukuran DHL berguna dalam hal sebagai berikut:
Menetapkan tingkat mineralisasi dan derajat disosiasi dari air destilasi
Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion
Mengevaluasi pengolahan yang cocok dengan kondisi mineral air
Memperkirakan jumlah zat padatterlarut dalam air
Menentukan air layak dikonsumsi atau tidak.

Pada percobaan ini, didapatkan nilai DHL 325. Nilai DHL yang semakin tinggi
menunjukkan bahwa air semakin tercemar. Hal ini disebabkan makhluk hidup yang
menjadi salah satu kondisi yang menjelaskan bahwa air tidak tercemar, semakin
berkurang karena air semkain terasa payau atau asin. Nilai DHL tidak ada baku mutunya,
Cuma perlu diwaspadai ketika nilainya sangat tinggi.

3. Warna
Air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat
menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air disebabkan oleh adanya
partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan),
plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan
air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna
kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak
0,05 mg/l sudah cukup dapat menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985
dalam Effendi, 2003). Kalsium karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan
warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam
humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna
kecoklatan.
Pada percobaan kali ini didapatkan nilai dari warna 91,7. Pada baku mutu yang
ada menunjukkan nilai batas adalah 100. Ini menunjukkan warna yang ada hampir
mendekati nilai untuk kulitas air cemar dimana warnanya coklat agak pekat. Selain aliran
debris memiliki pengaruh atas coklatnya air, kandungan air dari limbah rumah tangga ini
juga menambah warna yang pekat ini.

4. Bau
Air minum yang berbau, selain tidak estetis juga tidak disukai oleh masyarakat.
Bau air dapat memberi petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat
disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002, diketahui bahwa syarat air minum
yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berbau.
Air sample yang telah diambil dari sumber segmen 5 ini memiliki bau yang cukup
amis. Hal ini mungkin disebabkan oleh limbah yang dikeluarkan dari limbah Rumah
Tangga.

5. TDS
Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan bahan-bahan
terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm 10-3 mm) yang berupa
senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada kertas saring
berdiameter 0,45 m (Rao, 1992 dalam Effendi, 2003). Materi ini merupakan residu zat
padat setelah penguapan pada suhu 105 oC. TDS terdapat di dalam air sebagai hasil reaksi
dari zat padat, cair, dan gas di dalam air yang dapat berupa senyawa organik maupun
anorganik. Substansi anorganik berasal dari mineral, logam, dan gas yang terbawa masuk
ke dalam air setelah kontak dengan materi pada permukaan dan tanah. Materi organik
dapat berasal dari hasil penguraian vegetasi, senyawa organik, dan gas-gas anorganik
yang terlarut.
TDS yang didapatkan dari uji Laboratorium adalah sebesar 136,2 yang masih
berada di bawah baku mutu yakni 500. Artinya, air yang terdapat di segmen 5 ini tidak
terdapat banyak padatan terlarut, sehingga masih termasuk dalam syarat baku mutu.

6. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan


banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di
dalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan anorganik dan organik
yang berupa plankton dan mikroorganisne lain (APHA, 1976; Davis dan Cornwell,
1991dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang menyebabkan kekeruhan dapat berasal
dari pelapukan batuan dan logam, sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan
tumbuhan. Bakteri dapat dikategorikan sebagai materi organik tersuspensi yang
menambah kekeruhan air.

Hasil pengujian diperoleh nilai kekeruhan yaitu 48,3 NTU. Nilai kekeruhan yang
besar menunjukan pula nilai padatan tersuspensi yang besar juga. Hal ini dipengaruhi
oleh aktivitas dari daerah pemukiman sebelum titik lokasi pengambilan air sampel yang
membuang air limbah ke sungai. Besarnya nilai kekeruhan akan menghambat penyerapan
cahaya dan akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis di dalam air sungai tersebut.

Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai


padatan tersuspensi, semakin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya padatan
terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Tingginya nilai kekeruhan dapat
mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses
penjernihan air.

7. DO
Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan tidak dapat
mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara. Satuan
pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang
terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million). Air
mengandung oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air itu sendiri,
beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air yaitu:
1) Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang terjadi karena
adanya gerakan molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan
dengan molekul air sehingga O2 terikat didalam air.
2) Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air yang masuk
sudah mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air
yang mampu mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.
3) Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di dalam air,
pertama suhu air akan turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat,
selanjutnya bila volume air bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air hujan akan
mampu meningkatkan O2 di dalam air.
4) Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh batangnya ada
didalam air di waktu siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan menambah O2
didalam air. Sedangkan pada malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada
didalam air.
Angka DO yang didapatkan dari lokasi ke 5 ini bernilai 4,9. Dalam MenKes tidak
disebutkan kadar baku mutunya, akan tetapi dari sumber yang lain menyebutkan sebesar
5. Jadi, kadar DO ini tidak memenuhi kriteria baku mutu.

8. Angka KMNO4
Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya
perubahan fisika air,terutama dengan warna, bau, rasa dan kekeruhan yang tidak
diinginkan. Standar kandungan bahan organik dalam air minum sesuai Departemen
Kesehatan RI maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. Pengaruh terhadap
kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini yaitu
timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum dan dapat menyebabkan sakit perut
(Sutrisno, 2004).
Nilai KMnO4 yang didapatkan di lokasi ke-5 ini sebesar 16,53.

9. Chlorida

Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan.
Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl ). Ion klorida adalah salah
satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami dalam jumlah yang lebih
banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa
natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan kalsium klorida (CaCl 2). Selain dalam
bentuk larutan, klorida dalam bentuk padatan ditemukan pada batuan mineral sodalite
[Na8(AlSiO4)6]. Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Sebagian
besar klorida bersifat mudah larut.

Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida


umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida yang
tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi, dapat
meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan
logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin pada air karena nilai
tersebut merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan
Krist, 1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik,
termasuk air minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil
dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air
menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan
rembesan dari air laut.

Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam
pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek fisiologis yang merugikan,
tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu
sehingga dapat menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi
berdasarkan iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida
dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.

Pengujian menunjukan nilai klorida mencapai 22,50. Berdasarkan Keputusan


Menteri Kesehatan no 907/MENKES/SK/VII/2002 didapatkan batas nilai klorida 250. Ini
menunjukkan nilai klorida yang didapatkan baik. Sehingga kondisi air juga tidak
tercemar.

10. Fluorida

Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melimpah pada kerak bumi. Fluor
adalah halogen yang sangat reaktif sehingga selalu terdapat dalam bentuk senyawa.
Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion fluorida (F ). Fluor yang berikatan dengan kation
monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah larut; sedangkan fluor yang
berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF2 dan PbF2 bersifat tidak larut dalam air.

Sumber fluorida di alam adalah fluorspar (CaF2), cryolite (Na3AlF6), dan fluorapatite.
Keberadaan fluorida juga dapat berasal dari pembakaran batu bara. Fluorida banyak
digunakan dalam industri besi baja, gelas, pelapisan logam, aluminium, dan pestisida
(Eckenfelder, 1989).

Sejumlah kecil fluorida menguntungkan bagi pencegahan kerusakan gigi, akan


tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7 mg/liter dapat mengakibatkan pewarnaan
pada enamel gigi, yang dikenal dengan istilah mottling (Sawyer dan McCarty, 1978).
Kadar yang berlebihan juga dapat berimplikasi terhadap kerusakan pada tulang.
Fluorida anorganik bersifat lebih toksik dan lebih iritan daripada yang organik.
Keracunan kronis menyebabkan orang menjadi kurus, pertumbuhan tubuh terganggu,
terjadi fluorisasi gigi serta kerangka, dan gangguan pencernaan yang disertai dengan
dehidrasi. Pada kasus keracunan berat akan terjadi cacat tulang, kelumpuhan, dan
kematian.

Kadar Fluorida yang terdapat di lokasi ini sebesar 0,32, yakni masih berada dalam
baku mutu yang ada sebesar 1,7 mg/liter seperti yang telah dijabarkan pada penjelasan di
atas.

11. Kesadahan Total (CaCO3)

Air permukaan memiliki nilai kesadahan yang lebih kecil daripada air tanah.
Perairan dengan nilai kesadahan kurang dari 120 mg/l CaCO3 dan lebih dari 500 mg/l
CaCO3kurang baik bagi peruntukkan domestik, pertanian, dan industri. Namun, air sadah
lebih disukai oleh organisme daripada air lunak.

Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun standar


yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam perkembangannya,
kesadahan ditentukan dengan titrasi menggunakan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic
Acid) atau senyawa lain yang dapat bereaksi dengan kalsium dan magnesium.

Nilai kesadahan total yang terdapat di lokasi ini adalah sebesar 73,87, yakni masih
berada di bawah baku mutu, sehingga nilai kesadahan total memenuhi persyaratan.

12. Kesadahan Ca dan Mg


Kalsium dan magnesium merupakan penyebab utama kesadahan air karena
kandungannya dalam air lebih besar dibandingkan ion logam bervalensi dua lainnya.
Kesadahan kalsium dan magnesium digunakan untuk menentukan jumlah kapur dan soda
abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan air (lime-soda ash softening).
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat
saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga,
dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi malah
membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan.

Kesadahan Ca
Berdasarkan hasil pengujian sampel air diperoleh nilai kesadahan Ca sebesar
21,47 mg/l.

13. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai jumlah total dalam gram bahan-bahan
terlarut dalam satu kilogram air. Berdasarkan perbedaan salinitasnya perairan dapat
dibedakan menjadi 4 kelompok, antara lain :
a) Perairan tawar (fresh water) yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar antara
0 5 ppt. contohnya pada air minum, air sungai, sumur, dsb
b) Perairan payau (brakish water) yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar
antara 5 30 ppt, contohnya pada daerah hutan bakau, muara sungai, dan daerah
tambak.
c) Perairan laut (saline water), yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar antara
30 50 ppt. contohnya laut lepas
d) Perairan hipersaline (brine water), yaitu perairan yang memiliki salinitas > 50 ppt.
contohnya laut yang dekat kutub.
Dari hasil pengujian sampel air Kali Belik diperoleh hasil 0,1, hal ini
menunjukan bahwa air sungai termasuk perairan tawar (fresh water) dengan biota sungai
air tawar yang masih tetap hidup.

14. BOD5

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang


menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya
bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik
(Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991).

Hasil pengujian sampel air sungai untuk nilai BOD yaitu 7,6 mg/l. Sedangkan
baku mutu dalam baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 nilai BOD adalah 2 mg/l.
Hal ini bahwa air sungai Kali Belik melampaui batas baku mutu air serta menunjukan ada
air limbah dalam jumlah banyak dibuang ke sungai. Proses dekomposisi bahan organic
dari air limbah akan banyak menyerap oksigen sehingga jumlah DO akan menurun. Air
sungai pada lokasi pengambilan air sampel terindikasi tercemar.

a.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/PH
https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-
kualitas-air-2/
http://romiandrian48.blogspot.co.id/
https://www.tneutron.net/blog/faktor-salinitas-kualitas-air/

Anda mungkin juga menyukai