Anda di halaman 1dari 27

TUTORIAL

BRONKOPNEUMONIA

Pembimbing :
dr. Primo Parmati, SpA.
Oleh :
Atika Febriani
Doddy Ario Siswanto P
Fathia Rissa
Nublah Nur Amalina S
Riadhus Machfud Alfian
Zulfa ilma

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


KEPANITERAAN KLINIK RSIJ SUKAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AF
Usia : 1 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Semper
Tanggal masuk RS : 16 November 2016, pukul : 16.08 WIB

B. ANAMNESIS
(Alloanamnesis)
Tanggal : 16 November 2016
Keluhan Utama :
Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang bersama ibunya dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari
SMRS,sesak dirasakan semakin lama semakin berat.

batuk dirasakan sejak 5 hari SMRS, batuk berdahak,bewarna jernih, tidak


disertai darah,terkadang dahak sulit untuk di keluarkan.

Demam dirasakan sejak 4 hari yang lalu, terus menerus dan demam
dirasakan tinggi pada malam hari. tidak ada kejang dan tidak pernah kejang
sebelumnya

Tidak ada timbul ruam,BAB dan BAK dirasakan seperti biasanya. Menurut
pengakuan ibunya nafsu makan anaknya berkurang dan minum lancar seperti
biasanya

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien belum pernah merasakan sakit seperti ini

1
Riwayat Penyakit Keluarga :
tidak ada riwayat batuk terus menerus di keluarga dan juga tidak ada yang
memiliki riwayat asma
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum berobat ke dokter,ibu pasien hanya memberikan paracetamol
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Ibu os rutin ANC ke bidan,selama hamil tidak pernah ada keluhan dan
sakit,os lahir normal,spontan,cukup bulan, BB lahir : 2800gr PB lahir : 45cm
Riwayat Alergi :
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai alergi

Riwayat Psikososial:
Ibu pasien mengatakan rumahnya sempit dengan total penghuni 7 orang dan
dengan ventilasi yang kurang,ayah dan kakak pasien terkadang merokok di
rumah.ibu pasien mengakui membersihkan rumah 2 kali/hari
riwayat imunisasi :
Imunisasi lengkap sesuai usia
Tumbuh Kembang :
Kesan : sesuai Usia tidak ada gangguan tumbuh kembang
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis

Antropometri
o Berat Badan : 9 kg
o Tinggi Badan : 53 cm
Status gizi
o BB/U : antara -1SD sampai 0 normal
o TB/U : antara -2SD sampai-1 SD (Perawakan Normal)

2
o BB/TB : 1 SD(normal)
o Kesan gizi : baik
Tanda Vital
a. Tekanan darah : Tidak diperiksa
b. Pernapasan : 42 x/menit, dyspneu
c. Nadi : 100x/menit,regular,kuat angkat
d. Suhu : 38oC

Pemeriksaan Fisik Umum


Kepala : terlihat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat bibir
sianosis,terdapat faring hiperemis , terdapat air mata
Leher : dalam batas normal
Dada : dalam batas normal
Paru:
Inspeksi : retraksi (subcostal-intercostal)
Palpasi : vocal fremitus teraba di kedua lapang paru
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : terdengar suara vesikuler di kedua lapang paru,terdengar
bunyi tambahan ronkhi
Jantung :
Inpeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I dan II regular,dan tidak terdengar bunyi
tambahan.

Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar
Palpasi : tidak ada hepatomegali dan splenomegali
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 5 kali/menit
Ekstremitas : teraba akral hangat, CRT<2dtk

3
LABORATORIUM

Hemoglobin 11,5

Hematokrit 32% (L)

Leukosit 15,1

Trombosit 323

MCV 79,2

MCH 26,2

PDW 15,3

D. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Bronkopneumonia
Asma Bronchial
Faringitis

Terapi ruangan

Oksigen 1-2 L/menit


Nebulisasi perbivent (pagi dan sore)
Pasien di puasakan
Infus D1:4
BB = 9 kg 9x130/96 = 12 tpm makro
Propyretic supp 80 mg (bila demam)
Cefotaxim 2 x 450 mg I.V
Gentamicin 2 x 27 mg I.V
Dexa 3x0,3cc
Nebulisasi perbivent (pagi dan sore)
E. RESUME

4
An. Perempuan,1 tahun, datang bersama ibunya ke rumah sakit dengan
keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS, semakin berat, 5 hari SMRS batuk,
batuk berdahak terus menerus, semakin berat dalam 4 hari terakhir, tidak dapat
mengeluarkan dahaknya,. Orang tua os juga mengatakan demam sejak 4 hari
SMRS, terus menerus dan perlahan - lahan semakin tinggi dalam 2 hari
terakhir.
Pernapasan cuping hidung (+),Faring hiperemis (+),Pilek dengan sekret
hidung berwarna kehijauan dan terlihat kental. Nafsu makan anak turun
semenjak sakit. Pada pemeriksaan fisik,terdapat retraksi dada, ronkhi (+/+),
wheezing (-)),akral hangat(+), CRT < 2dtk. Di keluarga os tidak ada yang
mengalami sakit yang sama,riwayat asma disangkal
OS belum berobat ke dokter,ibu OS memberikan paracetamol

Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : composmentis
Antropometri
o Berat Badan : 9 kg
o Tinggi Badan : 53 cm
Status gizi
o BB/U : antara -1SD sampai 0 normal
o TB/U : antara -2SD sampai-1 SD (Perawakan Normal)
o BB/TB : 1 SD(normal)

Tanda Vital
a. Tekanan darah : Tidak diperiksa
b. Pernapasan : 42 x/menit
c. Nadi : 100x/menit
d. Suhu : 38oC
Pemeriksaan Fisik Umum

5
Kepala : pernafasan cuping hidung (+),faring hiperemis (+) air mata kering
(+)
Pulmo: vesikuler (+/+),ronkhi (+/+)
retraksi (+) (subcostal-intercostal)
Abdomen : BU (+),supel,datar
Ekstremitas : akral hangat (+), CRT<2dtk

BAB II

BRONKOPNEUMONIA
DEFINISI

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran berbecak, teratur, dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer, 2002).
Bronkopneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan

6
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
dan benda-benda asing (Muttaqin, 2008). Bronkopeneumonia merupakan peradangan
pada perekim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau benda asing yang
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnu, napas cepat dan dangkal,
muntah serta batuk kering dan produktif (Hidayat, 2006). Bronkopneumonia adalah
Peradangan paru biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus,
atau streptokokus), atau virus (respiratory syncytial virus) (Speer, 2007).
Bronkopneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Ngastiyah, 2005).
Bronkopneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru yang disebabkan
oleh berbagai agens seperti virus, mikoplasma, dan aspirasi substansi asing (Betz, 2002).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pneumonia adalah suatu


peradangan atau inflamasi yang terjadi pada parenkim paru yang disebabkan oleh
adanya virus, jamur, bakteri dan benda asing.

EPIDEMIOLOGI

Hingga saat ini Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Kematian pada Balita (berdasarkan Survei
Kematian Balita tahun 2005) sebagian besar disebabkan karena pneumonia 23,6%.

ETIOLOGI

Bronkhopneumonia merupakan penyakit radang paru yang biasanya didahului


dengan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas
tinggi. Keadaan yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit

7
menahun, gizi kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik seperti trauma
pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna merupakan
faktor yang mempengaruhi terjadinya bronkhopneumonia. Menurut WHO diberbagai
negara berkembang Streptococus pneumonia dan Hemophylus influenza merupakan
bakteri yang selalu ditemukanpada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9% aspirat
paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Dari seluruh etiologi pneumonia,
Streptococcus pneumonia adalah merupakan etiologi tersering dari pneumonia bakteri
dan yang paling banyak diselidiki patogenesisnya. Jenis keparahan penyakit ini di
pengaruhi oleh beberapa faktor termasuk umur, jenis kelamin, musim dalam tahun
tersebut, dan kepadatan penduduk. Anak laki laki lebih sering terkena pneumonia dari
pada anak perempuan. penyebab dari Bronkopneumonia adalah :
1. Bakteri
Pneumokokus
Streptokokus
Stafilokokus
Haemophilus Influenzae
Pseudomonas aeruginosa

2. Virus
Virus Influenza
Adenovirus
Sitomegalovirus
Rhinovirus

3. Fungi
Aspergillus
Koksidiomikosis
Histoplasma

4. Aspirasi
8
Cairan amnion
Makanan
Cairan lambung
Benda asing

MANIFESTASI KLINIK

Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas


selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak sampai 39 40C dan mungkin
disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu, pernafasan
cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada
permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari, mula-mula kering
kemudian menjadi produktif. Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis secara
fisis, tetapi dengan adanya nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar mulut dan hidung harus dipikirkan kemungkinan pneumonia. Pada
bronkopneuminia, hasil pemeriksaan fisis tergantung dari pada luas daerah yang terkena.
Pada perkusi paru sering tidak ditemukan kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronkhi basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkhopneumonia
menjadi satu (konfluens). mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara
pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronkhi terdengar
lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2 3 minggu.

Manifestasi klinik pada Bronkopneumonia menurut (IDAI, 2008) adalah


1. Gejala infeksi umum
Demam
Sakit kepala
Gelisah
Malaise

9
Penurunan nafsu makan
Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.

2. Gejala infeksi respiratori


Batuk
Sesak nafas
Retraksi dada
Takipnea
Nafas cuping hidung
Sianosis

PATOFISIOLOGI

Bakteri penyebab terhisap ke paru perifer melalui saluran nafas menyebabkan


reaksi jaringan berupa edema, yang mempermudah proliferasi dan penyerapan kuman.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya sebukan sel PMNs
(polimorfnuklears), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di alveoli. Proses ini
termasuk dalam stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah
kelanjutan deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di
alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat (IDAI, 2008).
Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi
inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan
eksudat yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbondioksida. Sel-sel
darah putih kebanyakan neutrofil juga berimigrasi kedalam alveoli dan memenuhi ruang
yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup
karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme menyebabkan oklusi parsial bronkhi
atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena
yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi

10
kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini akhirnya
mengakibatkan hipoksemia arterial (Smeltzer, 2002).

DIAGNOSIS

Anamnesis
Pasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, dan sesak nafas. Pada
bayi, gejalanya tidak khas, sering sekali tanpa demam dan batuk. Anak yang lebih besar
kadang mengeluh sakit kepala, nyeri abdomen disertai muntah.

Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda- beda berdasarkan kelompok umur tertentu.
Pada neonatus sering dijumpai takipneu, reaksi dinding dada, grunting, dan sianosis.
Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat
adalah tapikneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.
Pada pra-sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non produktif /
produktif), tapikneu, dan dispneu yang ditandai reaksi dinding dada. Pada kelompok
anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri
dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur, akan dijumpai
adanya napas cuping hidung. Pada auskultasi, dapat terdengar pernapasan menurun.
Fine crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar, bisa juga ditemukan pada
bayi. Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus
menurun, suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus)
didaerah yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada
menurun waktu inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa
sakit dapat menjalar ke leher, bahu dan perut.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

11
Foto rontgen thoraks proyeksi posterior - anterior merupakan dasar diagnosis
utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan,
Misalnya efusi pleura. Pada bayi dan anak yang kecil gambaran radiologi sering kali
tidak sesuai dengan gambaran klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa
apa tetapi gambaran foto thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak
dapat membedakan antara pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran
radiologis yang klasik dapat dibedakan menjadi tiga macam:
Konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya air bronchogram, biasanya
disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.
Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau Mycoplasma, gambaran
berupa corakan bronchovaskular bertambah, peribronchal cuffing dan
overaeriation; bila berat terjadi pachyconsolidation karena atelektasis.
Gambaran pneumonia karena S aureus dan bakteri lain biasanya menunjukkan
gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan
tampak infiltrat halus sampai ke perifer.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada Balita.
a). Umur
Pada anak di bawah usia 2 tahun umumnya pneumonia disebabkan oleh respiratory
syncytial virus (RSV), adenovirus, virus influenza dan parainfluenza. Chlamydia
trachomatis Infeksi dapat ditularkan kepada bayi dari saluran kelamin ibu selama
kelahiran mengakibatkan pneumonia. Pneumonia merupakan penyebab penting dari
morbiditas dan mortalitas pada semua kelompok umur. Secara global diperkirakan
bahwa 5 juta anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat pneumonia setiap tahun (95%
di negara-negara berkembang).

b). Jenis Kelamin


Jenis kelamin pada kasus pneumonia di Massachusetts antara tahun 1921 dan 1930 lebih
didominasi oleh kaum laki laki dari pada perempuan dalam semua kelompok umur. Di
RS. Boston dilaporkan kasus pnemonia lebih dominan laki laki dengan perbandingan
51,7 % : 48,3 % untuk perempuan. Dan di Firlandia pada tahun 1977 dilaporkan laki

12
laki lebih dominan sekitar 65 %. Anak laki laki lebih sering terkena pneumonia dari
pada anak perempuan.

c). Ras / etnis/ warna kulit


Orang kulit hitam lebih peka dibandingkan dengan ras lain karena berhubungan dengan
iklim yang hangat, sehingga peka terhadap peradangan paru akibat pneumococcus.
Perbedaan ras menyebabkan terjadinya perbedaan komposisi genetik sehinggga
berperan terhadap kepekaan ataupun kekebalan terhadap penyakit tertentu. Dan ras
berhubungan dengan lingkungan luar sehingga penyakit paru, misalnya TBC dan
Pnemonia mudah berkembang pada kulit hitam.

d). Status imunisasi balita


Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Memberikan antibodi (kekebalan tubuh)
terhadap beberapa penyakit yang disebabkan oleh PD3I (Penyakit dapat dicegah dengan
imunisasi) terutama imunisasi BCG dan DPT yang dapat mencegah penyakit TB, difteri
pertusis dan batuk rejan,
selain itu imunisasi juga memberikan kekebalan tubuh. Diperlukan sejumlah imunisasi
dalam beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak untuk memproteksi anak
tersebut melawan penyakit penyakit kanak-kanak yang menular yang paling serius.
Sistem imunitas pada anakanak kecil tidak bekerja sebaik sistem imunitas pada anak-
anak yang lebih besar dan orang dewasa, karena sistem itu belum matang. Oleh karena
itu diperlukan lebih banyak dosis vaksin. Dalam beberapa bulan pertama kehidupannya,
seorang bayi telah terproteksi terhadap kebanyakan penyakit menular oleh antibodi dari
ibunya yang dialihkan kepada bayi selama masa kehamilan. Pada saat antibodi tersebut
telah habis, bayi tersebut menghadapi risiko infeksi yang serius dan dengan demikian
imunisasi pertama diberikan sebelum antibodi tersebut habis sama sekali. Alasan lain
mengapa anak-anak mendapatkan banyak imunisasi ialah karena vaksin-vaksin baru
melawan infeksi-infeksi serius terus dibikin. Jumlah injeksi berkurang dengan

13
digunakannya kombinasi vaksin-vaksin, di mana beberapa vaksin digabung menjadi satu
suntikan.
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus
tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan
aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG
(Bacillus Calmette-Guerin). Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB
(penyakit TB terus menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negara
dengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium
tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya antara lain:
berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam
dan berkeringat di malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata
berlangsung antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu
dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya flek, tes Mantoux untuk mendeteksi
peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan
laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui,
apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita
TB. Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB
yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa
diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang tidur.
Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menghindari anak
berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah
satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

e). Riwayat penyakit campak


Campak adalah penyakit serius akibat infeksi virus yang sangat menular yang
menimbulkan demam, bintik-bintik merah, pilek, batuk dan mata merah serta pedih.
Komplikasi yang mengikuti sakit karena campak dapat sangat berbahaya, dan
pneumonia terjadi dalam 4% di antara penderita campak. Sekitar satu di setiap 2.000
orang anak yang terkena campak akan berkembang menjadi inflamasi otak (ensefalitis).
Dari 10 orang anak yang terkena campak ensefalitis, satu akan meninggal dan sampai
14
empat orang anak akan menderita kerusakan otak permanen. Suatu penyakit yang serius
tetapi jarang yang disebut Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) dapat terjadi pada
anak-anak beberapa tahun setelah infeksi campak. SSPE adalah penyakit yang secara
cepat merusak otak dan selalu berakhir pada kematian. SSPE timbul dalam sekitar satu
dari 25.000 yang terkena campak. Yang mempunyai riwayat penyakit ISPA merupakan
faktor risiko terhadap pneumoni sebagai penyebab kematian pada balita usia 2 bulan.
Hampir 70 % penyebab kematian pada balita disebabkan oleh penyakit diare, pnemonia,
campak, malaria dan malnutrisi. Bronkopneumonia sering terjadi pada
umur dibawah 3 tahun dan dapat berhubungan dengan penyakit lain seperti campak atau
pertusis. Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli; ditularkan melalui sekret
pernafasan atau melalui udara. Virus dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan
infeksi pada individu yang rentan. Penyakit campak sangat infeksius selama masa
prodromal yang ditandai dengan demam, malaise, mata merah, pilek, dan
trakeobronkitis dengan manifestasi batuk. Infeksi campak pertama kali terjadi pada
epitelium saluran pernafasan dari nasofaring, konjungtiva, dengan penyebaran ke daerah
limfa. Viremia primer terjadi 2-3 hari setelah individu terpapar virus campak, diikuti
dengan viremia sekunder 3-4 hari kemudian. Viremia sekunder menyebabkan infeksi
dan replikasi virus lebih lanjut pada kulit, konjungtiva, saluran pernafasan dan organ
lainnya. Replikasi virus memerlukan waktu 24 jam.

f). Pemberian ASI Eksklusif.


Kandungan kolostrum pada susu ibu terkonsentrasi sebagai sumber vitamin A. Untuk
balita 6-12 bulan pertama kehidupan bayi banyak bergantung hampir sepenuhnya pada
vitamin A yang diberikan dalam ASI, yang mudah diserap. Bila ibu kekurangan vitamin
A bagaimanapun, jumlah yang disediakan dalam susunya berkurang. Penelitian yang
dilakukan di RSUD Labuang Baji Kota Makassar. Dengan rancangan penelitian case
control pada sampel sebanyak 136 terdiri dari 49 kasus dan 87 kontrol. Ternyata
lamanya pemberian ASI (ASI Eksklusif) terbukti melindungi tidak terjadi pneumonia
pada anak dengan Odd Ratio = 7, 954 (95 % CI= 1,783 - 35,483 ).

g). Status gizi


15
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
asupan(intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk
berbagai fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan
kesehatan, dan lainya), Status gizi adalah tanda - tanda atau penampilan yang di
akibatkan dari nutrisi yang dilihat melalui variabel tertentu (indikator status gizi) seperti
berat, tinggi badan dll. Kekurangan nutrisi pada anak mempunyai risiko tinggi terhadap
kematian pada anak usia 0-4 tahun. Kekurangan nutrisi merupakan faktor risiko
terjadinya penyakit pneumonia, hal ini disebabkan karena lemahnya sistem kekebalan
tubuh karena asupan protein dan energi berkurang, dan kekurangan gizi dapat
melemahkan otot pernafasan.

(g) Pemberian Vitamin A


Vitamin A adalah nutrisi penting yang dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk fungsi
normal dari sistem visual, dan pemeliharaan fungsi sel untuk pertumbuhan, integritas
epitel, merah produksi sel darah merah, kekebalan dan reproduksi. Vitamin A diyakini
penting di semua tingkat dari sistem kekebalan tubuh berbagai fungsi termasuk
mempertahankan integritas epitel, meningkatkan tingkat reaktan fase akut sebagai
respon terhadap infeksi, mengatur diverentiation monosit dan fungsi, meningkatkan
sitotoksisitas sel pembunuh alami, meningkatkan respon antibodi terhadap tetanus
toksoid dan vaksin campak, dan meningkatkan jumlah limfosit total. Demikian pula,
berbagai vitamin lain mengatur fungsi imun seluler dan humoral pada berbagai tingkat.
(25) Anak-anak juga pada peningkatan risiko kekurangan vitamin A sebagai hasil dari
infestasi usus dan infeksi, yang mengganggu penyerapan vitamin A, infeksi pernapasan,
TBC, dan campak (dan exanthems anak lainnya), yang meningkatkan kebutuhan
metabolik, dan kekurangan energi protein, yang mengganggu dengan penyimpanan
transportasi, dan pemanfaatan vitamin. Vitamin A berhubungan dengan daya tahan tubuh
balita, sehingga jika balita tidak mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi berpeluang
terjadi pneumonia.

Tatalaksana

16
I. Klasifikasi & Tindakan untuk Anak Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur 2
bulan - <5 tahun.
- Merah : PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT
Berarti : RUJUK SEGERA KE RUMAH SAKIT
- Kuning : PNEUMONIA
Berarti : BERI ANTIBIOTIK DENGAN PERAWATAN DI RUMAH
- Hijau : BATUK BUKAN PNEUMONIA
Berarti : BERI PERAWATAN DI RUMAH

Tanda Ada tanda bahaya:


-Tidak bisa minum
- Kejang
- Kesadaran menurun atau sukar dibangunkan
- Stridor pada waktu anak tenang
- Gizi buruk
Klasifikasi Penyakit sangat berat
Tindakan - Kirim segera ke rumah sakit
- Beri satu dosis antibiotik
- Obati demam, jika ada
- Obati wheezing, jika ada
- Apabila rujukan tidak dapat dilaksanakan lihat

Tanda Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam


(TDDK)
Klasifikasi Pneumonia berat
Tindakan - Kirim segera ke rumah sakit
- Beri satu dosis antibiotik
- Obati demam, jika ada
- Obati wheezing, jika ada
- Apabila rujukan tidak dapat dilaksanakan lihat
Tanda Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

17
(TDDK).
- Adanya napas cepat:
50 x/menit atau lebih pada anak umur 2 - <12 bulan
40 x/menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun
Klasifikasi Pneumonia
Tindakan - Nasihati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah.
- Beri antibiotik selama 3 hari.
- Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat
bila keadaan anak memburuk.
- Obati demam, jika ada.
- Obati wheezing, jika ada.

Tanda Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam


- Tidak ada napas cepat
- Kurang dari 50 x/menit pada anak umur 2 - <12
bulan
- Kurang dari 40 x/menit pada anak umur 12 bln
-<5thn
Klasifikasi Batuk bukan pneumonia
Tindakan - Bila batuk > 3 minggu, rujuk
- Nasihati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah
- Obati demam, jika ada
- Obati wheezing, jika ada

II. Klasifikasi & Tindakan untuk Bayi Batuk dan atau Sukar Bernapas Umur <2
Bulan

Merah : PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT


Berarti : RUJUK SEGERA KE RUMAH SAKIT
Hijau : BATUK BUKAN PNEUMONIA

18
Berarti : BERI PERAWATAN DI RUMAH

Tanda Ada tanda bahaya umum:


- Kurang bisa minum
- Kejang
- Kesadaran menurun atau sukar dibangunkan
- Stridor pada waktu anak tenang
- Wheezing
- Demam atau terlalu dingin
Klasifikasi Penyakit sangat berat
Tindakan - Rujuk segera ke rumah sakit
- Beri satu dosis antibiotik
- Obati demam, jika ada
- Obati wheezing, jika ada
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI
- Apabila rujukan tidak dapat dilaksanakan lihat
- BAB V PENGOBATAN & RUJUKAN

Tanda Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam


yang kuat (TDDK kuat) ATAU
Adanya napas cepat: 60 x/menit atau lebih
Klasifikasi Pneumonia berat
Tindakan - Rujuk segera ke rumah sakit
- Beri satu dosis antibiotik
- Obati demam, jika ada
- Obati wheezing, jika ada
- Anjurkan ibunya untuk tetap memberikan ASI
- Apabila rujukan tidak dapat dilaksanakan lihat
- BAB V PENGOBATAN & RUJUKAN

Tanda - Tidak ada TDDK kuat

19
- Tidak ada napas cepat, frekuensi napas: kurang dari
60x/menit
Klasifikasi Batuk bukan pneumonia
Tindakan - Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di
rumah/menjaga bayi tetap hangat
- Memberi ASI lebih sering
- Membersihkan lubang hidung jika mengganggu
pemberian ASI
- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol jika:
Pernapasan menjadi cepat atau sukar
Kesulitan minum ASI
Sakitnya bertambah parah

PENATALAKSANAAN

PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL


Beri antibiotik oral pilihan pertama (kotrimoksazol) bila tersedia. Ini dipilih
karena sangat efektif, cara pemberiannya mudah dan murah. Antibiotik pilihan kedua
(amoksisilin) diberikan hanya apabila obat pilihan pertama tidak tersedia atau apabila
dengan pemberian obat pilihan pertama tidak memberi hasil yang baik.
KOTRIMOKSAZOL AMOKSISILIN
Umur dan Beri 2 kali sehari selama 3 hari Beri 2 kali sehari selama 3 hari
TABLET TABLET SIRUP/5 ml KAPLET SIRUP
berat badan
DEWASA ANAK 500 mg 125 mg/5ml
80 mg 20 mg 40 mg Tmp.+
Tmp. + 400 Tmp.+ 80 200 mg Smz.
mg Smz.. mg Smz

20
2-<4 bulan 1/4 1 2,5 ml (0,5 1/4 5 ml (1 sendok takar)
4-<6 kg sendok takar)
4-<12 1/2 2 5 ml (1 1/2 10 ml (2 sendok takar)
bulan sendok takar)
6-<10 kg
1-<3 tahun 3/4 2,5 7,5 ml (1,5 2/3 12,5 ml (2,5 sendok
10-<16 kg sendok takar) takar)
3-<5 tahun 1 3 10 ml (2 3/4 15 ml (3 sendok takar)
16-<19 kg sendok takar)
Pastikan bahwa sediaan antibiotik yang diberikan cukup untuk 3 hari
Pengobatan antibiotik 3 hari tidak direkomendasikan di daerah dengan resiko HIV tinggi

PENGOBATAN DEMAM
DEMAM TIDAK TINGGI (<38,5C)
- Nasihati ibu agar memberi cairan lebih banyak

DEMAM TINGGI (> 38,5C)


- Berilah parasetamol
- Nasehati ibu agar memberi cairan lebih banyak

Demam itu sendiri bukan indikasi untuk pemberian antibiotik, kecuali pada bayi kurang
dari 2 bulan. Pada bayi kurang dari 2 bulan kalau ada demam harus dirujuk ; jangan
berikan parasetamol untuk demamnya.
BERI PARASETAMOL UNTUK DEMAM TINGGI (>38,5C)
DIBERIKAN TIAP 6 JAM SAMPAI DEMAM REDA
Umur atau berat Tablet 500 mg Tablet 100 mg Sirup 120 mg/5 ml
badan
2-< 6 bulan 1/8 1/2 2,5 ml
4- < 7 kg sendok takar
6 bulan- < 3 1/4 1 5 ml
tahun 1 sendok takar
7- < 14 kg
3 tahun 5 tahun 1/2 2 7,5 ml

21
14 19 kg 1 sendok takar

Pada bayi berumur <2 bulan: wheezing merupakan tanda bahaya dan harus dirujuk
segera.
Pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun: penatalaksanaan wheezing dengan
bronkhodilator tergantung dari apakah wheezing itu merupakan episode pertama atau
berulang.

Wheezing episode pertama


Dengan distress - Beri bronkhodilator kerja cepat
pernafasan: - Rujuk segera
Tanpa distress - Beri bronkhodilator oral untuk 3 hari
pernafasan: - Rujuklah bila ada TDDK
- Obati tanda lain yang tampak

22
BRONKHODILATOR
Bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan jalan melebarkan
saluran udara dan melonggarkan spasme (penyempitan) bronkhus. Berikut ini adalah
uraian tentang bronkhodilator kerja cepat dan bronkhodilator oral.

BRONKHODILATOR KERJA CEPAT


Berikan dengan salah satu cara berikut:
A. Salbutamol nebulisasi
B. Salbutamol dengan MDI (metered dose inhaler) dengan spacer
C. Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin) secara subkutan

A. SALBUTAMOL NEBULISASI
Alat nebulisasi harus dapat mengantarkan minimal 6-9 liter/menit. Metode yang
direkomendasikan adalah kompresor udara atau silinder oksigen. Jika keduanya tidak
tersedia, gunakan foot-pump yang mudah digunakan dan mempunyai masa pakai,
walaupun alat ini kurang efektif. Letakkan larutan bronkodilator dan 2-4 ml larutan
NaCL steril ke dalam bagian nebuliser dan berikan pada anak saat timbul uap sampai
larutan hampir habis. Dosis salbutamol adalah 2,5 mg (misalnya: 0,5 ml dari salbutamol
5 mg/ml larutan nebuliser) bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian dikurangi sampai
setiap 6-8 jam bila kondisi anak membaik. Bila diperlukan yaitu pada kasus yang berat,
bisa diberikan setiap jam untuk waktu singkat.
Salbutamol nebulisasi 5 mg/ml dosis pemberian 0.5 ml Salbutamol + 2.0 ml NaCl

B. SALBUTAMOL MDI (METERED-DOSE INHALER) DENGAN ALAT SPACER


Alat spacer dengan volume 750 ml tersedia secara komersial.
- Masukkan 2 puffs (200 microgram) ke dalam ruang spacer
- Kemudian letakkan mulut anak meliputi ujung terbuka spacer dan anak bernapas
secara normal 3-5 kali.
23
- Bisa diulang setiap 4 jam, dikurangi sampai kondisi anak membaik.
- Jika diperlukan yaitu pada kasus berat, bisa diberikan beberapa kali setiap jam untuk
jangka waktu yang singkat.
Pada anak dan bayi biasanya lebih baik jika memakai masker wajah (face mask) yang
menempel pada spacer dibandingkan memakai mouthpiece. Jika spacer tidak tersedia,
spacer bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik 1 liter. Dengan alat ini
diperlukan 3-4 puff salbutamol dan anak harus bernafas dari alat selama 30 detik.

C. EPHINEFRIN (ADRENALIN) SUBKUTAN


Jika kedua cara untuk pemberian Salbutamol tidak tersedia, beri suntikan Epinefrin
(Adrenalin) subkutan dosis 0,01 ml/kg dalam larutan perbandingan 1:1000 (dosis
maksimum: 0,3 ml), menggunakan semprit 1 ml. Jika 20 menit setelah pemberian
Adrenalin sub kutan tidak ada perbaikan maka ulangi dosis satu kali lagi.

BRONKHODILATOR ORAL
SALBUTAMOL TABLET 2 & 4 MILIGRAM
Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan bila tidak tersedia atau tidak mampu
membeli salbutamol hirup berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet).
SALBUTAMOL ORAL 3 KALI SEHARI SELAMA 3 HARI
Umur atau Berat badan Tablet 2 mg Tablet 4 mg
2 bulan 12 bulan 1/4
(<10 kg)
1 tahun- < 5 tahun 1 1/2
10-19 kg

Pemberian O2
Bayi muda berumur <2 bulan dengan pneumonia lebih mudah meninggal dibanding bayi
yang lebih tua sehingga pemberian oksigen secara tepat merupakan hal penting. Jagalah
sungguh-sungguh pada bayi prematur untuk menghindari pemberian oksigen terlalu
banyak karena dapat mengakibatkan kebutaan.

24
< 2 bulan 0,5 L
> 2 bulan 1L

PENCEGAHAN
1. Bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau
mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya
bronkopneumonia.
2. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan
tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan
makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, dll.
3. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
antara lain:
Vaksinasi Pneumokokus

Vaksinasi H. Influenza

25
Daftar Pustaka

Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 vol 2. Jakarta : EGC

Raharjoe. N.N dkk, 2008, Buku ajar Respirologi Anak (1 st edition). Ikatan
Dokter Anak Indonesia.

Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2 nd edition), Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai