AISYAH, S.Far.
1206329316
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
AISYAH, S.Far.
1206329316
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional
(RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal 03
Juli 30 Agustus 2013, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini
dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia;
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. Sebagai Pejabat Sementara
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan tanggal 20
Desember 2013
3. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia, pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi
Universitas Indonesia dan selama melaksanakan PKPA;
4. Ibu Yustika Novianti, S.Si., Apt. dan Ibu Fitria Wresdining Tyas, S. Farm.,
Apt. selaku pembimbing dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah
banyak berbagi ilmu kepada penulis serta membimbing penulis selama
pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini;
5. Ibu Santi Purna Sari, M.Si., Apt. selaku pembimbing dari Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktunya
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini;
6. Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku kepala Instalasi Farmasi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis untuk dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya selama PKPA;
7. Seluruh apoteker dan staf di Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis
menjalani PKPA di sana;
v
Penulis
2014
vi
Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan dan rujukan pelayanan
kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah
sakit menjadi salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan
kesehatan yang bermutu. Apoteker di rumah sakit memiliki peran dalam
manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan farmasi klinis. Dalam
menjalankan peran tersebut, apoteker tidak hanya memerlukan ilmu pengetahuan
farmasi namun juga keterampilan dan kemampuan komunikasi yang baik.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada tanggal 03 Juli 30
Agustus 2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto
Mangunkusumo guna memberikan pengetahuan untuk memahami tugas pokok
seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran manajerial dan pelayanan farmasi
klinis. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah untuk membantu tenaga medis
dalam menentukan penggunaan obat berdasarkan kriteria STOPP dan START
pada pasien geriatri sebagai bentuk pelayanan informasi obat secara aktif.
viii
The hospital is one of the health facilities and referral health services with the
main function organized health efforts that are healing and recovery for the
patient. Hospital pharmacy services to be one of the activities that support
hospital quality health services. Pharmacists in hospitals have a role in the
management of pharmaceuticals and clinical pharmacy. In carrying out this role,
the pharmacist not only requires pharmaceutical science but also skills and good
communication skills. Pharmacists Internship Program (PIP) held on July 3rd to
August 30th, 2013 in the General Hospital National Center Dr. Cipto
Mangunkusumo to provide the knowledge to understand the fundamental duty of
a pharmacist in a hospital, namely the role of managerial and clinical pharmacy
services. While the purpose of the special task is to help medical staff by
determining drug use for geriatric based on STOPP and START criteria as an
active drug information service
ix
DAFTAR ACUAN................................................................................................. 92
x
Tabel 4.1. Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Pusat ........... 48
Tabel 4.2 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Depo .............. 52
Tabel 4.3. Aturan Pengiriman Obat di IGD ................................................................ 57
Tabel 4.4 Pembagian Ruang Rawat Gedung A ......................................................... 61
xi
xii
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah
untuk memahami tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit, yaitu peran
manajerial dan pelayanan farmasi klinis di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.4 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
2004)
2.4.1 Definisi PFT
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) adalah organisasi yang mewakili
hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi sehingga
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di
rumah sakit dan Apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan
lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.1 Perencanaan
Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan
dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan perencanaan
perbekalan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tahapan
perencanaan kebutuhan farmasi meliputi:
1. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau kunjungan dan pola
penyakit di rumah sakit. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada
Formularium RS, Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) sesuai kelas rumah sakit
masing-masing, Formularium Jaminan Kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar
Plafon Harga Obat (DPHO) Askes, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).
2. Kompilasi Penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui
penggunaan bulanan masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan
selama setahun dan sebagai pembanding bagi stok optimum.
3. Perhitungan Kebutuhan
Perhitungan kebutuhan obat dilakukan untuk menghindari masalah
kekosongan obat atau kelebihan obat. Metode yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan obat, antara lain :
Universitas Indonesia
a. Metode Konsumsi
Secara umum, metode konsumsi menggunakan data konsumsi obat
individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan data
konsumsi tahun sebelumnya. Dasarnya adalah data riil konsumsi obat per periode
yang lalu dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas menggunakan data jumlah pasien pengguna fasilitas
kesehatan yang ada dan tingkat morbiditas (frekuensi masalah kesehatan yang
umum) untuk membuat rencana kesehatan obat yang dibutuhkan. Dasarnya adalah
jumlah kebutuhan obat yang digunakan untuk beban kesakitan. Metode morbiditas
membutuhkan sebuah daftar tentang masalah kesehatan umum, sebuah daftar
obat-obatan yang penting mencakup terapi untuk masalah-masalah tersebut dan
satu set pengobatan standar untuk tujuan perhitungan (berdasarkan pada Praktek
rata-rata atau pedoman pengobatan).
c. Metode Kombinasi
Pada kasus tertentu digunakan metode morbiditas atau epidemiologi,
selain itu dihitung dengan menggunakan metode konsumsi. Misalnya metode
morbiditas digunakan untuk meghitung obat-obat yang digunakan untuk kasus
demam berdarah berdasarkan angka prevalensinya, sisanya dihitung dengan
menggunakan metode konsumsi.
4. Evaluasi Perencanaan
Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk tahun
yang akan datang, biasanya akan diperoleh jumlah kebutuhan dan idealnya diikuti
dengan evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara atau teknik seperti analisa
nilai ABC untuk evaluasi aspek ekonomi, kriteria VEN untuk evaluasi aspek
medik atau terapi, kombinasi ABC dan VEN, dan revisi daftar perbekalan farmasi.
2.5.2 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi atau pembuatan
Universitas Indonesia
2. Produksi
Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas
kembali sediaan farmasi steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi adalah :
a. Sediaan Farmasi dengan Formula Khusus;
b. Sediaan Farmasi dengan Harga Murah;
c. Sediaan Farmasi dengan Kemasan yang Lebih Kecil;
d. Sediaan Farmasi yang Tidak Tersedia di Pasaran;
e. Sediaan Farmasi untuk Penelitian;
Universitas Indonesia
b. Produksi Non-Steril
Kegiatan produksi non-steril meliputi :
1) Pembuatan sirup. Contoh sirup yang umum dibuat di rumah sakit adalah
OBH (Obat Batuk Hitam).
Universitas Indonesia
3. Sumbangan/droping/hibah
Pada prinsipnya pengelolaan perbekalan farmasi dari hibah/sumbangan
mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan farmasi reguler. Perbekalan
farmasi yang tersisa dapat dipakai untuk menunjang pelayanan kesehatan di saat
situasi normal.
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian. Staf farmasi merupakan bagian
dari tim penerimaan perbekalan farmasi. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi :
1. Setiap produk jadi yang telah di produksi oleh pabrik harus mempunyai
certificate of analysis (CA);
2. Barang harus bersumber dari distributor utama;
3. Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk kategori bahan-
bahan berbahaya;
4. Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of
origin (CO); dan
5. Waktu kadaluarsa minimal 2 tahun.
Universitas Indonesia
2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
penyimpanan, antara lain:
1. Memelihara mutu sediaan farmasi;
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab;
3. Menjaga ketersediaan; dan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO dan FIFO, dan
disertai sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan. Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak
gudang dengan pemakai agar efisien.
2.5.5 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan distribusi adalah
tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu, tepat
jenis, dan jumlah. Distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit dapat dilakukan
dengan berbagai sistem distribusi yang dirancang atas dasar kemudahan
dijangkau pasien dengan mempertimbangkan (Menteri Kesehatan, 2004):
1. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada;
2. Metode sentralisasi atau desentralisasi; dan
3. Sistem total floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
Beberapa kategori sistem pendistribusian perbekalan farmasi, antara lain :
1. Sistem Persediaan Lengkap Di Ruangan (Total Floor Stock)
Pada sistem total floor stock, sejumlah perbekalan farmasi disimpan dalam
ruang rawat untuk memenuhi kebutuhan di ruang tersebut. Pendistribusian
perbekalan farmasi menjadi tanggung jawab perawat ruangan. Perbekalan yang
Universitas Indonesia
disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh
petugas farmasi (Menteri Kesehatan RI, 2004). Sistem distribusi ini hanya
digunakan untuk kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai
(Departemen Kesehatan RI, 2008).
Beberapa keuntungan dari sistem total floor stock adalah :
a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia;
b. Meniadakan retur obat;
c. Pasien tidak harus membayar obat berlebih; dan
d. Mengurangi jumlah personil farmasi.
Beberapa kelemahan dari sistem total floor stock adalah :
a. Kesalahan Obat Tinggi (Salah Order Dari Dokter, Salah Peracikan Oleh
Perawat, Atau Salah Etiket Obat);
b. Persediaan Obat Di Ruangan Menjadi Banyak;
c. Kemungkinan Kehilangan Dan Kerusakan Obat Lebih Besar; Dan
d. Menambah beban kerja bagi perawat.
Universitas Indonesia
d. Kehilangan dan kesalahan penggunaan obat masih cukup besar karena tidak
adanya proses pengawasan ganda.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.6.5 Konseling
Konseling merupakan suatu proses sistematik untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah pasien terkait penggunaan obat pasien rawat jalan dan
rawat inap. Konseling bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat,
efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat, dan interaksi
dengan penggunaan obat-obat lain. Konseling dapat dilakukan untuk pasien
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien rujukan dokter,
2. Pasien dengan penyakit kronis,
3. Pasien dengan obat yang berindeks terapi sempit dan polifarmasi,
4. Pasien geriatrik, dan
5. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
Konseling terdiri dari beberapa kegiatan, di antaranya :
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan obat yang dikatakan oleh
dokter kepada pasien dengan metode open-ended question, mencakup:
a. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat
b. Bagaimana cara pemakaiannya
c. Efek yang diharapkan dari obat tersebut
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
4. Melakukan verifikasi akhir yaitu mengecek pemahaman pasien,
mengidentifikasi, dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara
penggunaan obat untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.1.2 Visi
RSCM memiliki visi Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan
nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014.
26 Universitas Indonesia
3.1.3 Misi
RSCM memiliki misi antara lain:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat.
2. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang
mandiri.
3.1.5 Klasifikasi
RSCM merupakan rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A yang
merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit
pendidikan yang bekerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya bekerjasama
dengan Universitas Indonesia dalam melaksanakan program pendidikan dibidang
kesehatan. Misalnya, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai
mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis dan Fakultas
Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi
Apoteker.
Universitas Indonesia
3.2.1 Visi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi Menjadi penyelenggara pelayanan
farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan
pelanggan di Asia Pasifik pada tahun 2014.
3.2.2 Misi
Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi antara lain:
1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan.
2. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien.
3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinik untuk meningkatkan
keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal.
4. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat yang rasional.
5. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai
persyaratan mutu.
6. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit.
7. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan farmasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
39 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berupa reagensia, bahan baku, dan radiofarmaka akan disimpan langsung di unit
kerja yang terkait dengan penggunaannya. Selain berdasarkan jenis perbekalan
farmasi, penyimpanan juga didasarkan pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan
farmasi, sifat perbekalan farmasi (high alert atau sitostatika), perbekalan farmasi
Askes dan Non-Askes, rute pemberian obat, obat produksi RSCM serta nama
generik dan nama dagang. Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang sesuai
dengan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).
Penyimpanan obat di gudang pusat juga disusun berdasarkan alfabetis
dengan memperhatikan penyusunan untuk obat yang tergolong Look Alike Sound
Alike (LASA) untuk menghindari kesalahan dispensing. Obat yang tergolong
LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang mirip. Penyimpanan obat-obat
LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua
jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA
berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat-obat
mahal, obat-obat High Alert dan obat-obat sitostatika disimpan pada lemari yang
khusus. Obat High Alert adalah obat yang perlu perhatian khusus dalam
penggunaannya karena jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya dapat
menyebabkan akibat yang fatal. Untuk obat high alert, tempat penyimpanan
ditandai dengan lakban berwarna merah dan diberi label high alert pada tiap
kemasan terkecil obat. Penyimpanan obat sitostatika disimpan di lemari terpisah
dan diberi label berwarna ungu Obat Kanker, Tangani dengan Hati-hati.
Penyimpanan obat sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk
pada setiap kelompok obat. Hal ini memudahkan dispensing obat mengingat jenis
dan jumlah perbekalan farmasi yang banyak.
Untuk narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang
terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Narkotika disimpan dalam lemari
berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh Asisten
Apoteker yang bertugas pada tiap shift.
Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan
penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis
misalnya kapas, alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, dan kelompok
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada hari Senin dan Kamis. Petugas akan memesan defekta ke Gudang Pusat
secara online sehari sebelum hari defekta. Selanjutnya, petugas gudang memeriksa
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Petugas Satelit Farnasi
Pusat akan datang ke Gudang Pusat untuk melakukan penerimaan perbekalan
farmasi. Setelah melakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah
barang yang diminta dengan yang diberikan pihak gudang, petugas Satelit Farmasi
Pusat akan menandatangani fomulir defekta barang. Selanjutnya, petugas Satelit
Farmasi akan mencatat jumlah barang yang diterima pada kartu stok barang di
satelit dan menyusun perbekalan farmasi di tempat yang telah disediakan.
Beberapa jenis perbekalan farmasi disimpan di lemari terpisah sebagai buffer
stock.
Selain melaksanakan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga
melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan
farmasi yang tidak terduga. Petugas tetap melakukan defekta secara online dan
akan datang langsung ke gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang
dibutuhkan.
Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit pusat disusun secara alfabetis
dengan sistem First Expired First Out (FEFO) atau First In First Out (FIFO)
dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan adalah 15-25oC dilakukan satu kali
sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat, alat kesehatan
dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik
ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat
antara lain oral, injeksi, cairan infus, sirup/drop serta obat luar. Di Satelit Farmasi
Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus meliputi :
1) Termolabil, disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8 C.
Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu dijaga melalui
pengecekan lemari pendingin sebanyak tiga kali sehari
2) Obat sitostatika, ditempeli stiker ungu untuk obat kanker
3) High Alert, di lemari berbeda yang dibatasi dengan lakban merah dan
ditempeli stiker High Alert hingga kemasan primer obat
Universitas Indonesia
4) Narkotika, di dalam lemari kayu khusus terdiri dari 2 sekat dengan kunci
ganda
5) Psikotropika, di dalam lemari kayu khusus
6) Sediaan nutrisi
7) Obat ASKES
Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan
jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan
alat kesehatan. Penyimpanan B3 dilakukan dalam lemari tahan api. Selain itu,
terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat
antara lain pelabelan obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal
kadarluasa. Obat-obat LASA (Look Alike Sound Alike) disimpan dengan
ketentuan yang berlaku yakni dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang
tergolong LASA secara berdampingan dan terdapat stiker LASA berwarna hijau
yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Untuk obat-obat yang
mendekati tanggal kadaluarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning
dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa
obat tersebut.
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi
Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual. Resep yang diterima
oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online. Resep online
diperoleh dari rawat inap Bedah Anak (BCH), Unit Luka Bakar (ULB) dan
Psikiatri (PKL, PKW, PKA). Resep manual diperoleh dari Paviliun Tumbuh
Kembang (PTK), Perinatalogi (PICU dan NICU) dan Pelayanan Jantung Terpadu
(pada shift kedua dan ketiga). Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan
diambil oleh petugas dari masing-masing unit kerja.
Universitas Indonesia
Khusus obat kemoterapi, pasien hanya menerima bon penitipan obat dan
perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas Satelit
Farmasi Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi
serta gedung A bagian sitostatika dan pada hari kemoterapi pasien
mengembalikan bon ambil ke Satelit Farmasi Pusat.
Pada pasien rawat jalan diharuskan menggunakan resep dari dokter dan
hanya berlaku untuk 1 hari sesuai dengan tanggal SJP (Surat Jaminan Pelayanan)
yang berlaku. Apabila resep tidak sesuai dengan tanggal yang berlaku, maka resep
tersebut tidak akan dilayani. Resep yang datang, terutama untuk pasien jaminan,
akan diverifikasi terlebih dahulu. Verifikasi resep meliputi verifikasi administratif,
farmasetik, dan kelengkapan lainnya, seperti syarat jaminan khusus untuk pasien
jaminan pemerintah, kuitansi untuk semua pasien, protokol dan jadwal terapi
khusus untuk pasien kemoterapi, dan hasil lab khusus untuk pasien pengguna obat
mahal dan antibiotik lini 2 dan 3. Pada pasien tunai, setelah verifikasi jumlah obat
dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT sedangkan untuk pasien jaminan,
input ke dalam sistem IT tidak langsung dilakukan dan perbekalan farmasi
langsung di-dispense. Setelah dimasukkan dan diberi harga pada pasien tunai,
resep diberikan kepada petugas satelit lainnya untuk di-dispense. Bagi pasien yang
membayar secara tunai, dapat langsung membayar kepada petugas satelit,
sedangkan pasien jaminan wajib menyerahkan resep asli dan kelengkapan jaminan
lainnya kepada petugas satelit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Mengecek dan mendata jumlah obat koate disertai dengan nama pasien pada
kartu stok dan sistem IT.
Kendala-kendala yang dihadapi di Satelit Farmasi Pusat antara lain :
a. Resep-resep yang diterima di Satelit Farmasi Pusat berasal dari banyak unit,
baik resep pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan dengan rata-rata 250
lembar resep per harinya. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan
memfokuskan pelayanan yang dilakukan hanya untuk unit-unit yang belum
memiliki satelit sehingga pelayanan dapat dilakukan secara optimal.
b. Resep-resep yang diterima di Satelit Farmasi Pusat setelah diverifikasi tidak
langsung diinput ke dalam sistem IT menyebabkan data respon time tidak
valid. Oleh karena itu, diharapkan petugas langsung melakukan input ke dalam
sistem IT setelah melakukan verifikasi agar tertib administrasi dan data respon
time yang diperoleh akurat
c. Resep-resep manual yang diterima di Satelit Farmasi Pusat terkadang tidak
memenuhi kelengkapan syarat penulisan resep sehingga berpotensi
menyebabkan terjadinya medication error. Untuk mengatasinya, dapat
dilakukan penggunaan sistem peresepan online untuk layanan yang belum
menjalankan sehingga mencegah terjadinya medication error, mempercepat
pelayanan dan data administratif pasien pada resep terisi dengan lengkap.
d. Petugas harus menuliskan etiket manual dengan jumlah yang sangat banyak
dari setiap resep dan pengerjaanya terburu-buru sehingga beberapa etiket
kurang begitu jelas dan tidak terisi dengan lengkap. Oleh karena itu, pengadaan
printer etiket dapat membantu mempercepat pelayanan dan etiket dapat terbaca
dan terisi dengan lengkap.
e. Ada beberapa obat lepasan (tidak pada kemasan aslinya) yang tidak
dicantumkan tanggal kadarluasa di etiket (untuk pemakaian obat lebih dari 3
hari). Untuk mengatasinya, perlu dilakukan sosialisasi kembali pada petugas
agar sesuai dengan prosedur.
f. Pada saat retur obat, Asisten apoteker tidak langsung memeriksa jumlah atau
jenis obat yang telah diretur oleh perawat. Oleh karena itu, sebaiknya asisten
apoteker memeriksa jumlah dan jenis obat langsung dihadapan perawat saat
Universitas Indonesia
melakukan retur sehingga apabila terdapat hal yang tidak sesuai dapat langsung
dikonfirmasi kepada perawat tersebut.
g. Terdapat selisih antara jumlah pada kartu stok dengan jumlah fisik. Untuk
mengatasinya, dilakukan pengadaan fasilitas kalkulator yang ditempel di antara
rak-rak obat untuk mempermudah dalam perhitungan stok dan memastikan
kalkulator tersebut tidak berpindah tempat dan mudah dicari.
h. Pengisian kartu stok masih ada yang sampai melewati batas bawah kartu stok
dan penulisannya kurang rapi. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan
pengadaan buku stok sehingga penulisan stok lebih teratur, rapi dan tidak
ditulis bertumpuk-tumpuk hingga batas bawah yang telah ada dan
mensosialisasikan kepada seluruh petugas di Satelit Farmasi Pusat untuk
menuliskan data di kartu stok dengan rapi sehingga mempermudah pada saat
penelusuran.
i. Frekuensi untuk mengambil barang atau defekta ke Gudang lebih sering
dikarenakan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Oleh karena itu,
diperlukan koordinasi lebih lanjut dan komunikasi dengan petugas Gudang
tentang pemenuhan kebutuhan perbekalan farmasi.
j. Penyimpanan obat termolabil di lemari pendingin masih kurang rapi dan
beberapa obat LASA tercampur. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu
dikomunikasikan kepada seluruh petugas mengenai kerapihan dalam
penyimpanan dan penempatan obat-obat LASA. Penyimpanan obat termolabil
sebaiknya dialasi dengan wadah terlebih dahulu.
k. Briefing yang dilakukan setiap pagi tidak begitu fokus karena disertai dengan
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh asisten apoteker. Oleh karena itu,
sosialisasikan kepada seluruh petugas untuk fokus pada saat briefing sehingga
informasi-informasi dapat diperoleh dengan tepat dan jelas.
l. Pasien berulangkali bertanya kepada petugas mengenai kelengkapan
administrasi yang harus dilengkapi sehingga mengganggu pelayanan yang
dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya dibuat daftar administrasi
yang harus dilengkapi oleh pasien dan ditempelkan di dekat loket penerimaan
atau dinding ruang tunggu di Satelit Farmasi Pusat.
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 Pembagian Jumlah Asisten Apoteker Tiap Shift di Kedua Satelit
Pagi Siang Malam
(07.30 14.30 (14.0021.00 (21.00 08.00
WIB) WIB) WIB)
Satelit lantai 1 4 orang 3 orang 3 orang
Satelit lantai 4 1 orang 1 orang 1 orang
Di samping pembagian kerja sesuai shift seperti di atas, 1 orang pekarya dan 1
orang Asisten Apoteker bertugas di luar jadwal shift. Mereka bekerja dari hari
Senin hingga Jumat dari pukul 08.00 15.30 WIB dan bertugas dalam hal
pemesanan barang ke Gudang Pusat.
Petugas yang terdapat di depo lantai 4 bukan petugas tetap, melainkan
petugas yang berasal dari satelit lantai 1 juga. Dari 20 orang Asisten Apoteker
yang bertugas di satelit lantai 1, mereka akan secara bergantian menjadi petugas di
depo lantai 4.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas farmasi yang sedang bertugas.
Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi lainnya ketika pemegang kunci
sebelumnya akan bepergian.
Untuk mengontrol stok perbekalan farmasi yang terdapat di Satelit
Farmasi IGD dilakukan dengan stok opname. Stock opname (SO) untuk semua
perbekalan farmasi yang terdapat di satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Selain SO, langkah pengontrolan lainnya yang juga dilakukan adalah dengan
memisahkan penyimpanan produk obat-obat mahal untuk memudahkan
pengontrolan, pengecekan stok narkotika setiap satu minggu sekali, pengecekan
stok persediaan benang bedah setiap pergantian shift, serta penerapan sistem
sampling yang harus dilakukan oleh semua Asisten Apoteker setiap harinya untuk
mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik barang di
satelit.
Sistem distribusi perbekalan farmasi yang diterapkan di Satelit Farmasi
IGD adalah berdasarkan dua sistem, yaitu sistem peresepan individu dan sistem
floor stock. Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan
pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan resep per pasien. Sistem
peresepan di IGD sebagian besar masih menggunakan resep manual. Akan tetapi,
saat ini telah dilakukan uji coba penggunaan peresepan online menggunakan
sistem Electronic Health Record (EHR) yang dimulai dari lantai 3 IGD.
Penggunaan sistem tersebut masih perlu dievaluasi dan disempurnakan kembali,
sebelum nantinya diberlakukan pada bagian lainnya di IGD. Selama masa uji
coba, penerapan sistem EHR masih mengalami beberapa masalah, yaitu :
1) Resep seringkali salah terkirim ke gedung A yang juga sudah menjalankan
sistem peresepan secara online;
2) Belum semua dokter memiliki akun untuk mengoperasikan sistem peresepan;
3) Dokter seringkali memberikan akunnya kepada perawat dengan alasan untuk
mempercepat peresepan sehingga resep dapat dibuat oleh perawat; serta
4) Sistem bed management yang belum baik sehingga seringkali ruangan tujuan
resep tidak jelas.
Universitas Indonesia
Pola peresepan yang ditemui di IGD dapat berupa resep harian atau resep
untuk per satu kali pemakaian, tergantung asal ruangan resep tersebut. Alur
pelayanan untuk resep individu adalah sebagai berikut :
Resep dari dokter akan diserahkan ke nurse station. Di nurse station
masing-masing lantai terdapat Pembantu Orang Sakit (POS) yang akan
mengantarkan resep tersebut ke Satelit Farmasi IGD lantai 1. Resep kemudian
diverifikasi oleh Asisten Apoteker. Verifikasi yang dilakukan meliputi skrining
kelengkapan administratif resep, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
Pemeriksaan kelengkapan resep meliputi nama dokter, ruangan asal resep, nama
pasien, nomor rekam medis, dan tanggal lahir pasien. IGD sudah menerapkan
sistem barcode untuk data pasien sehingga sebagian besar data pasien sudah
tercetak dalam bentuk label yang ditempelkan pada resep. Dengan demikian,
kelengkapan identitas pasien lebih terjamin dan mudah terbaca oleh petugas
farmasi. Verifikasi lainnya adalah untuk kesesuaian farmasetik yang dilihat dari
kesesuaian nama sediaan, bentuk sediaan, dan kekuatan sediaan. Apabila terdapat
ketidaklengkapan dari kedua aspek tersebut, petugas farmasi yang melakukan
verifikasi resep akan menuliskan temuannya pada lembar checklist review resep
obat pasien. Verifikasi dari segi klinis, antara lain berupa pengecekan ada
tidaknya status alergi pasien, dosis, serta frekuensi penggunaan obat.
Petugas satelit selanjutnya akan memastikan bahwa barang yang diminta
tersedia dan menentukan jumlah barang yang akan diberikan. Jika stok obat
tersedia di depo, data dari resep akan di-input ke dalam database komputer dan
diberi harga. Setelah seluruh prosedur verifikasi selesai, barang akan disiapkan
sesuai resep. Setiap melakukan pengambilan barang dari stok di satelit, petugas
harus mencatat mutasinya pada kartu stok barang yang sesuai. Barang yang telah
diambil lalu diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
dilengkapi dengan identitas pasien, meliputi nama pasien, nomor rekam medis,
dan ruang rawat. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang
rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit
farmasi lantai 1. Terdapat Ketentuan Pengiriman Obat di IGD yaitu:
a. Apabila cito, maka harus diselesaikan < 15 menit
b. Apabila Tidak cito, maka mengikuti aturan pengiriman Obat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
b. Tugas shift pagi : Semua resep cito untuk pasien baru dan ganti terapi, resep
ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 12.00 dan jam 18.00 (jika
resep sudah datang)
c. Tugas Shift Sore: Semua resep cito untuk pasien baru dan ganti terapi, resep
ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan jam 18.00
d. Tugas shift Malam: Semua resep cito untuk pasien baru dan ganti terapi, Resep
ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam 24.00 dan 06.00
pagi
e. Untuk resep boarding diberikan untuk satu hari
f. Untuk ruangan urgent observasi diberikan 1 hari
g. Untuk ruang ICU dikirimkan jam 14.00
cost unit pasien sehingga setiap pasien pasti akan dibebani biaya yang sama
untuk paket ini, meskipun pasien tidak menggunakannya. Paket yang tidak
termasuk dalam cost unit, antara lain paket kebidanan (untuk lantai 3 IGD)
serta paket bedah dan paket anestesi (untuk lantai 4 IGD). Biaya ketiga paket
tersebut hanya dibebankan kepada pasien sesuai dengan jenis dan jumlah
perbekalan farmasi yang digunakan saja.
2) Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
BMHP atau Bahan Medis Habis Pakai merupakan perbekalan farmasi dasar
yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat.
Stok BMHP disalurkan setiap 1 minggu sekali ke ruang rawat, yaitu pada hari
Senin, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh
pihak farmasi.
3) Troli emergensi
Dalam rangka penanganan terhadap kemungkinan terjadinya kondisi
kegawatdaruratan medis di IGD, tersedia 6 buah troli emergensi yang masing-
masing terdapat di lantai 1 (unit anak dan urgent), lantai 2 (ICU dan
Intermediate Ward (IW), lantai 3, dan lantai 4. Isi dari troli emergensi adalah
obat-obat penyelamat hidup (OPH), alat untuk membuka jalan napas (airway),
alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah
(circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Barang-barang di dalam troli emergensi diisi oleh pihak Satelit
Farmasi lantai 1 IGD. Isi troli disesuaikan dengan kebutuhan OPH dan alat
kesehatan ABC dari unit di mana troli tersebut berada. Tanggal kedaluwarsa
obat dan alat kesehatan yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada
lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak
farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi
yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli
dan menandatanganinya. Setiap pagi dan malam hari, dokter atau perawat di
tiap lantai akan mengecek kondisi dan nomor seri kunci disposable troli
emergensi untuk memastikan bahwa troli masih terkunci.
Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti
terjadi kondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien
Universitas Indonesia
dilakukan, dokter atau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan
jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta
menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep
untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari
troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1. Resep dibuat atas nama
pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya
penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut.
Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang
pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama
dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi
troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri
kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti
pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara
penutupan troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama
pembuka troli, tanggal pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang
memerlukan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta
perawat sebagai saksi.
Barang yang telah terdapat pada floor stock tidak perlu diresepkan
kembali oleh dokter. Apabila terdapat barang floor stock pada resep dokter,
maka pihak farmasi akan mengonfirmasi kepada dokter yang bersangkutan
untuk membatalkan peresepan barang tersebut. Saat verifikasi resep, jika
ditemui peresepan barang floor stock, maka kejadian tersebut dicatat di dalam
lembar checklist review resep obat pasien sebagai temuan masalah obat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Obat High Alert, penyimpanan obat High Alert sama dengan di satelit-satelit
lain sesuai dengan prosedur yang berlaku.
f. Obat sitostatika, yaitu obat yang digunakan untuk pasien kanker pada saat
menjalani kemoterapi. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi
stiker ungu obat kemoterapi pada setiap satuan terkecil obat. Penanganan obat
ini harus sangat diperhatikan karena bahaya yang ditimbulkan akibat paparan
obat ini sangat besar. Lemari obat sitostatika ditandai garis merah
menggunakan lakban yang memenuhi semua bagian tepi/sisi dari lemari.
g. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3): disimpan di lemari besi yang tertutup
rapat karena sifatnya yang korosif, mudah terbakar, dan sifat yang berbahaya
lainnya. Di bagian depan pintu harus tertempel simbol B3 dan terdapat MSDS
yang merupakan pedoman penanganan untuk masing-masing B3 di dalam
lemari tersebut.
h. Obat yang memiliki waktu kadaluwarsa enam bulan ke depan akan
dimasukkan ke dalam plastik berwarna kuning dan ditempeli stiker kuning
yang berisi informasi bulan dan tahun kadaluarsa.
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, Gudang Farmasi Basement
mendistribusikan perbekalan farmasi ke depo farmasi di setiap lantai berdasarkan
defekta dari depo. Depo di setiap lantai biasanya melakukan defekta ke Gudang
Farmasi Basement setiap hari sesuai dengan kebutuhan obat pasien. Perbekalan
farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Gudang Basement akan dikirimkan ke
depo farmasi.
Obat-obat yang perlu diracik, disiapkan di ruang peracikan khusus yang
tersedia di Gudang Farmasi Basement. Sistem peresepan di Gedung A sudah
menggunakan sistem online berupa Electronic Health Record (EHR). Kelebihan
penggunaan sistem ini adalah dapat mengurangi kesalahan dalam membaca resep
sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam pemberian obat. Selain itu,
kelengkapan administrasi resep secara otomatis terpenuhi, resep lebih cepat
sampai di depo farmasi sehingga akan lebih cepat untuk melakukan dispensing
obat, serta tagihan pasien dapat diketahui secara real time. Dokter biasanya
mengirimkan resep pasien pada hari Senin untuk penggunaan dari Senin sore
hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk penggunaan dari Kamis sore hingga
Universitas Indonesia
Senin siang. Akan tetapi, masih ada beberapa dokter yang melakukan peresepan
secara manual khususnya dokter konsulen yang menangani pasien kelas khusus di
lantai 1, 3, dan 6.
Obat-obat yang sudah diresepkan kemudian disiapkan oleh farmasi di depo
dan didistribusikan ke pasien melalui perawat. Sistem distribusi yang digunakan,
yaitu resep unit dose dan peresepan individu. Sistem unit dose, yaitu sistem
distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat, dimulai dari
sore hingga siang hari di hari berikutnya. Walaupun obat disiapkan secara unit
dose, namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari untuk
penggunaan selama satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul 17.00 WIB.
Sistem unit dose ini hanya diberlakukan untuk obat oral, kecuali di depo farmasi
lantai 3 yang sudah menerapkan sistem unit dose untuk obat-obat parenteral.
Sistem distribusi peresepan individu digunakan untuk penyiapan obat bagi pasien
yang akan pulang.
Selain ketiga sistem distribusi tersebut, depo farmasi Gedung A juga
menerapkan sistem distribusi floor stock. Obat dan alkes yang didistribusikan
dengan metode floor stock, yaitu obat dan alkes yang diberikan tanpa melalui
verifikasi petugas farmasi. Obat dan alkes ini meliputi bahan medik habis pakai
dan troli emergensi. Troli emergensi merupakan persediaan obat dan alkes pada
keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup dan alat-alat kesehatan
penyelamat hidup.
Setiap kegiatan manajemen obat dan alkes yang dilakukan harus
disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Gudang Farmasi
Basement antara lain laporan mutasi, laporan penjualan, laporan pemakaian
antibiotik, laporan penggunaan perbekalan farmasi dasar (bahan medik habis
pakai), laporan obat generik, laporan narkotika dan psikotropika, laporan
penggunaan obat formularium, dan laporan barang implan. Laporan tersebut
dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tanggal 5 setiap bulannya ke
Koordinator Adminkeu dan Koordinator Pelayanan Farmasi.
Universitas Indonesia
b. Monitoring pengobatan
Monitoring pengobatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada
tidaknya diskrepansi (ketidaksesuaian pengobatan pasien) dan mengetahui
perkembangan pengobatan pasien. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring
pengobatan pasien meliputi :
1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan
pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical
Record).
2) Kesesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien.
3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan.
4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi.
Universitas Indonesia
c. Visite
Visite merupakan kunjungan yang dilakukan ke ruang rawat pasien yang
bertujuan untuk :
1) meningkatkan pemahaman mengenai riwayat pengobatan pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif;
2) memberikan informasi mengenai farmakologi, farmakokinetika, bentuk
sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pada pasien; dan
3) memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam hal
pemilihan terapi dan monitoring terapi.
Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun
berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi
pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis
dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta
kemungkinan terjadinya interaksi obat.
d. Pelayanan konseling
Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Konseling diprioritaskan bagi pasien geriatri (usia lanjut 60 tahun), pediatri
(anak-anak < 18 tahun), pasien yang akan pulang, pasien dengan obat
polifarmasi, pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit.
Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang cukup informatif.
Umumnya, pasien telah terbiasa dengan cara penggunaan obat-obat tersebut
selama dirawat di rumah sakit sehingga tidak membutuhkan penjelasan yang
terlalu mendetail. Akan tetapi, Apoteker sebaiknya meminta pasien untuk
mengulangi informasi yang telah disampaikan. Hal tersebut sebagai proses
evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh
pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi.
Selain itu, Apoteker juga menuliskan informasi obat pada formulir
informasi obat pulang terlebih dahulu. Informasi yang diberikan kepada pasien
meliputi nama obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian
obat, serta informasi khusus. Fungsi formulir konseling ini untuk memudahkan
Universitas Indonesia
pasien dalam pemakaian obat di rumah sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaan obat di rumah meliputi dosis maupun aturan pakai obat.
Sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan
cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). Walaupun pada saat konseling
oleh Apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih
sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Oleh karena itu, informasi ini
juga sangat penting tersedia di etiket obat agar pasien tidak salah dalam
penggunaan obat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
obat yang jumlahnya lebih banyak dari yang biasa diresepkan maka harus
melakukan konfirmasi kepada dokter sehingga dapat meminimalkan retur
obat.
Universitas Indonesia
pasien umum yang membayar secara tunai. Satelit ini melayani resep rawat inap
dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi.
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi
pengelolaan perbekalan kefarmasian, mulai dari perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian. Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan di
Satelit Farnasi ICU meliputi parade pagi, visite pasien, pengkajian resep,
monitoring obat, konseling obat pasien pulang di ICCU dan pemberian informasi
obat.
Universitas Indonesia
sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, termasuk obat-
obat narkotika dan psikotropika, obat-obat high alert, obat-obat sitostatika serta
obat-obat termolabil.
Di Satelit Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan
obat yaitu obat-obat LASA dan obat yang mendekati tanggal kadarluasa.
Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan
diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah
penyimpanan obat. Obat yang mendekati tanggal kadaluarsa dimasukkan ke
dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan
mncantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut.
Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi
peresepan individual dan floor stock. Pada sistem distribusi peresepan individual,
dokter menuliskan resep obat secara manual. Resep biasanya diantar ke satelit
oleh perawat atau keluarga pasien. Petugas satelit akan melakukan verifikasi
terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif,
farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan
jaminan pasien serta hasil lab untuk penggunaan obat-obat tertentu, seperti
albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem
IT dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh petugas satelit. Petugas
pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada kartu stok.
Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah selesai dispensing, petugas
ruangan diinformasikan oleh pertugas Satelit Farmasi ICU untuk mengambilnya
di Satelit Farmasi ICU. Berbeda dengan resep harian, perawat atau dokter yang
telah menyerahkan resep cito ke Satelit ICU akan menunggu obat yang
didispensing untuk segera dibawa ke ruang rawat.
Untuk sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan
perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa troli emergensi. Prosedur penggunaan
barang pada troli emergensi sudah dilakukan sesuai dengan standar prosedur
operasional yang telah ditetapkan. Yang bertanggungjawab atas troli emergensi
adalah farmasi dan perawat. Farmasi bertanggungjawab dalam hal perbekalan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
terdapat terapi yang kurang sesuai, Apoteker meminta konfirmasi kepada dokter
yang bersangkutan dan memberi rekomendasi jika diperlukan. Monitoring obat
dilakukan oleh Apoteker dengan memeriksa kesesuaian antara resep, kardeks, dan
status pasien serta menganalisis perkembangan pasien dengan terapi yang
diperoleh.
Pasien di ICU dengan kondisi yang telah stabil umumnya akan
dipindahkan ke ruang rawat inap di Gedung A, sedangkan pasien ICCU yang
kondisinya sudah baik dapat dipulangkan. Apoteker klinis juga melaksanakan
kegiatan farmasi klinis di ICCU, salah satunya adalah memberikan informasi obat
pada pasien yang akan pulang dengan melampirkan form informasi obat pulang
yang berisikan mengenai informasi obat-obat yang diberikan disertai dengan
indikasi, jumlah obat maupun aturan pemakaian. Apoteker juga mencantumkan
nomor telepon yang dapat dihubungi sehingga pasien dapat menanyakan hal-hal
yang kurang jelas terkait dengan terapi pengobatan pasien kepada apoteker di
rumah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
suhu lemari pendingin serta suhu ruangan penyimpanan Satelit Kirana dilakukan
tiap pagi dan sore hari.
Langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi yang dilakukan
oleh Satelit Kirana adalah kegiatan stok opname sebanyak dua kali dalam setahun,
yaitu pada bulan Juni dan Desember. Barang-barang yang diketahui telah
mencapai tanggal kadaluwarsa atau rusak akan dikembalikan ke Gudang Pusat
untuk dimusnahkan. Selain itu, untuk mengontol stok perbekalan farmasi
dilakukan juga sampling stok oleh semua Asisten Apoteker setiap harinya
Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan
dua cara, yaitu sistem peresepan individual dan sistem floor stock. Resep yang
diterima di satelit ini adalah resep manual, tetapi beberapa dokter di ruang OK
VIP telah menggunakan sistem online. Resep yang masuk per hari dapat mencapai
120-160 lembar. Resep tersebut akan disimpan di Satelit Kirana selama tiga tahun,
begitu juga dengan resep narkotika.
Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut:
a. Pasien umum (resep tunai)
Pasien umum cukup datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep
tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi
kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan
diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk
selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing
obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi
obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku
di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing
obat, dan penyerahan obat.
b. Pasien jaminan
Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan
terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep
asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Untuk pasien jaminan Askes, petugas
satelit harus memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat
dalam Buku Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes. Jika obat yang akan
ditebus tidak terdapat dalam DPHO Askes, maka petugas harus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Terdapat selisih stok obat di kartu stok dengan jumlah fisik obat. Untuk
mengatasi hal tersebut, dapat diatasi dengan menempel kalkulator pada rak
obat agar tidak salah dalam menghitung jumlah obat dan mengganti kartu stok
dengan buku stok agar data obat mudah diperiksa.
WIB untuk hari senin hingga jumat sedangkan untuk hari sabtu dan minggu hanya
1 shift mulai dari jam 09.00 15.00 WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1
shift dari jam 08.00 15.30 WIB dari hari senin hingga jumat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dilakukan juga uji mutu terhadap kapsul yang diperoleh, antara lain melalui uji
visual dan pengujian keseragaman bobot kapsul.
h. Mengemas serbuk KCl
Serbuk KCl dikemas menggunakan kertas perkamen khusus yang nantinya
akan ditutup dengan menggunakan mesin press. Dalam proses pengemasan, harus
diperhatikan kebersihan tempat, peralatan, dan tangan petugas pengemas. Proses
pembagian serbuk dilakukan secara manual dan sesuai perkiraan petugas sehingga
dituntut ketelitian dan ketepatan dalam pelaksanaannya. Setelah pengemasan
selesai, sediaan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi etiket.
Secara keseluruhan, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi
Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang
ada dengan maksimal. Meskipun demikian, masih ditemui adanya beberapa
kendala :
a. Kurangnya tenaga asisten apoteker untuk melakukan proses produksi non-steril
maupun aseptic dispensing sehingga beberapa proses produksi tidak berjalan
dengan maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut, Instalasi Produksi membentuk
tim yang solid dengan saling membantu satu sama lain dalam mengerjakan
setiap pekerjaan yang belum selesai.
b. Proses pengawasan mutu juga belum dapat dilakukan dengan maksimal pada
semua proses produksi karena keterbatasan tenaga yang berkompetensi untuk
itu. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya dilakukan penambahan petugas
yang berkompetensi di bidang tersebut.
c. Waktu yang diperlukan untuk mengisi kapsul sangat lama karena masih
dilakukan secara manual. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya diadakan
mesin pengisi kapsul untuk mempercepat proses pengisian kapsul sehingga
dapat menghemat waktu dan tenaga.
d. Pengisian handrub memerlukan tenaga dan waktu yang cukup lama karena
masih dilakukan secara manual. Sebaiknya diadakan mesin pengisi cairan
untuk mempercepat proses pengisian handrub.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo meliputi pelayanan klinik dan non klinik. Fungsi pelayanan
klinik berupa visite, pemberian informasi obat, pelayanan konseling dan
monitoring penggunaan obat. Fungsi pelayanan non klinik meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, produksi, dan pengawasan
perbekalan farmasi. Apoteker berperan dalam mengelola aspek-aspek pengelolaan
manajerial dan pelayanan kefarmasian di rumah sakit melalui fungsinya sebagai
manajer dan drug informer.
Dari segi manajemen, Apoteker bertugas untuk memastikan bahwa
perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan untuk penyelenggaraan upaya
kesehatan di rumah sakit selalu tersedia. Dari segi klinis, Apoteker bertugas untuk
memantau pengobatan pasien serta memberikan informasi yang diperlukan demi
tercapainya tujuan pengobatan pasien dengan mengutamakan patient safety.
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
sudah memenuhi persyaratan pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dan standar akreditasi internasional dari Joint Commission
International. Akan tetapi, adanya kendala-kendala seperti keterbatasan sumber
daya manusia dan beberapa fasilitas penunjang membuat beberapa aspek
pelayanan belum dapat dilakukan dengan maksimal.
5.2 Saran
Berdasarkan pengamatan selama PKPA, berikut adalah beberapa saran
yang dapat disampaikan:
a. Gudang Perbekalan Farmasi Pusat
1) Sebaiknya menyediakan kartu stok dalam bentuk buku dan menyediakan
kalkulator untuk mempermudah perhitungan dan melakukan sampling
stok setiap hari.
87 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
f. Satelit Kirana
1) Sosialisasikan kepada Asisten Apoteker secara lisan untuk
menginformasikan batas penyimpanan sediaan tetes mata setelah dibuka.
Jika tidak bisa dilakukan, informasi dapat ditambahkan di etiket obat.
2) Melakukan evaluasi paket yang benar-benar terpakai dan meningkatkan
komunikasi apoteker, perawat dan dokter.
3) Dilakukan penambahan pekarya untuk mengambil stok obat di gudang.
4) Dibuat loket untuk pengambilan obat dan alat operasi untuk menghindari
adanya perbekalan farmasi yang hilang.
5) Menempel kalkulator pada rak obat agar tidak salah dalam menghitung
jumlah obat dan mengganti kartu stok dengan buku stok agar data obat
mudah diperiksa.
Universitas Indonesia
92 Universitas Indonesia
Direktur Utama
Komite Medik,
Komite Etik,
PPIRS, Komite
Mutu
Direktur
Direktur Medik Direktur SDM dan Direktur Umum
Pengembangan Direktur Keuangan
dan Keperawatan Pendidikan dan Operasional
dan Pemasaran
Bagian
Departemen Instalasi promkes Bagian Anggaran Bagian Diklat
Administrasi
Instalasi UPJM
Bagian
Bagian SDM
Bagian Aset dan
Farmasi Perbendaharaan Inventaris
Bagian Teknik
Pemeliharaan
UPT Bagian Akuntansi Bagian Hukor
Sarana dan
Prasarana
Instalasi
Instalasi Medik
Pendidikan
ULP
Unit Utilitas
Universitas Indonesia
Kepala Instalasi
Farmasi
Universitas Indonesia
Koordinator
Administrasi dan Keuangan
Penanggung Jawab
Penanggung Jawab Penanggung Jawab
SDM dan
Keuangan Akuntansi dan IT Administrasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kepala Instalasi
Farmasi
Koordinator
Pelayanan Farmasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
AISYAH, S.Far.
1206329316
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
AISYAH, S.Far.
1206329316
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2014
ii
iv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui jumlah obat yang masuk dalam kriteria STOPP dan START pada
formularium RSCM 2013
2. Membantu tenaga medis dalam menentukan penggunaan obat yang sesuai
dengan terapi untuk mencegah peresepan yang berpotensi tidak tepat pada
pasien geriatri sebagai bentuk pelayanan informasi obat secara aktif
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Inisiasi (malnutrisi)
Inisiasi diakibatkan oleh pengaruh perubahan faal organ-organ pencernaan
seperti air liur, penurunan syaraf-syaraf penciuman dan pusat haus, gangguan
menelan karena otot yang melemah, dan lain sebagainya. Banyak penyakit
yang dapat timbul akibat kurangnya asupan gizi atau lebihnya asupan gizi,
selain itu lansia juga perlu menjaga pola makan sehat dengan mengurangi
makanan-makanan yang dapat memperburuk keadaan lansia tersebut.
f. Impaksi (konstipasi)
Konstipasi merupakan masalah utama pada pasien geriatri dan seringkali
memberikan efek negatif baik pada kesehatan maupun kualitas hidup pasien
geriatri. Konstipasi sering terjadi akibat penyakit kronis dan penggunaan
berbagai macam obat (Midlov, Patric, et al., 2009)
g. Penurunan indera
Penurunan indera pada pasien geriatri dapat dilihat dengan adanya gangguan
penglihatan dan pendengaran. Gangguan penglihatan disebabkan oleh
mengendornya otot dan kuit kelopak mata, perubahan sistem lakrimal (air
mata), proses penuaan pada kornea (organ yang menerima rangsang cahaya),
perubahan struktur dalam bola mata, katarak, dan glaukoma. Sedangkan
gangguan fungsi pendengaran dapat terjadi karena penurunan fungsi syaraf-
syaraf pendengaran atau perubahan organ-organ di dalam telinga. Penurunan
fungsi kedua panca indera ini mengakibatkan sulitnya komunikasi bagi lansia,
sehingga akibat lainnya adalah penderita terisolasi atau mengisolasi diri.
h. Instabilitas dan jatuh
Instabilitas dan jatuh, dapat terjadi akibat penyakit muskuloskeletal (otot dan
rangka) seperti osteoartritis, rematik, gout, juga dapat disebabkan oleh penyakit
pada sistem syaraf seperti Parkinson. Akibat dari instabilitas dan jatuh ini dapat
berupa cedera kepala dan perdarahan intrakranial (di dalam kepala), patah
tulang, yang dapat berujung pada kondisi imobilisasi.
i. Penurunan intelektual (demensia)
Banyak hal yang terkait dengan terjadinya penurunan fungsi intelektual dan
kognitif pada usia lanjut. Mulai dari menurunnya jumlah sel-sel syaraf (neuron)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tim Tenaga Kesehatan untuk pasien geriatri di rumah sakit lazim disebut
sebagai Tim Terpadu Geriatri yang terdiri atas internis, dokter spesialis
rehabilitasi medik, psikiater, dokter gigi, ahli gizi, apoteker, perawat dan tim
rehabilitasi medik. Keanggotaan Tim Terpadu Geriatri dan kelengkapan disiplin
ilmu yang terlibat bisa disesuaikan dengan kondisi setiap rumah sakit. Tim
Terpadu Geriatri yang sudah terbentuk harus tetap mampu melibatkan diri secara
aktif dalam berbagai upaya di rumah sakit maupun program lain yang berbasis
komunitas.
Pelayanan kefarmasian pada pasien geriatri meliputi :
a. Peresepan. Skrining peresepan ditujukan agar pasien mendapatkan obat yang
sesuai dengan indikasi klinik, efektif, aman dan mudah untuk dipatuhi
rejimennya.
b. Telaah Ulang Rejimen Obat
Telaah ulang rejimen obat ditujukan untuk memastikan bahwa rejimen obat
diberikan sesuai dengan indikasi kliniknya, mencegah atau meminimalkan efek
yang merugikan akibat penggunaan obat dan mengevaluasi kepatuhan pasien
dalam mengikuti rejimen pengobatan. Apoteker yang melakukan kegiatan ini
harus memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip farmakoterapi geriatri dan
ketrampilan yang memadai, melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat
pasien, meneliti obat-obat yang baru diresepkan dokter, mengidentifikasi
masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan melakukan tindakan yang
sesuai untuk masalah yang teridentifikasi.
c. Pemberian Informasi dan Edukasi
Dalam memberikan informasi dan edukasi, pasien/keluarga memahami
penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya mengikuti rejimen
pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk
berperan aktif dalam menjalani terapi obat.
d. Pemantauan Penggunaan Obat
Pemantauan penggunaan obat dilakukan oleh seorang apoteker dengan tujuan
untuk mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek
merugikan akibat penggunaan obat (Departemen Kesehatan RI, 2004)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
13 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
(Mahony, D.O, et al. 2010). Obat-obatan yang masuk dalam kriteria STOPP dan
START kemudian dikumpulkan data-data berupa nama obat beserta nama dagang
dari Formularium RSCM 2013. Berdasarkan pengkajian data obat-obat yang
masuk dalam kriteria STOPP dan START dan sesuai dengan formularium RSCM
2013 terdiri dari 65,14 % obat yang termasuk dalam 65 kriteria STOPP dan
61,47% obat yang termasuk dalam 22 kriteria START.
Formularium RSCM yang menjadi acuan adalah formularium 2013,
artinya buku panduan ini hanya dapat digunakan sepanjang tahun 2013 dan harus
dilakukan pembaharuan di setiap tahunnya. Penggunaan formularium RSCM
2013 dengan kriteria STOPP dan START (Mahony, D.O, et al. 2010) memiliki
keterbatasan data penelitian. Hal tersebut dikarenakan telah banyak perubahan
yang mungkin terjadi di setiap tahunnya untuk obat-obatan yang termasuk baik
pada kriteria STOPP dan START maupun Formularium RSCM.
Pada buku panduan terdapat kolom mengenai obat yang disertai dengan
nama dagang sesuai dengan formularium RSCM dan dilengkapi dengan kolom
kriteria STOPP dan START. Kolom kriteria STOPP terdiri dari penggunaan yang
berpotensi tidak sesuai pada geriatri disertai dengan alasan dan alternatif terapi.
Alternatif terapi berisikan alternatif yang dapat diberikan pada pasien geriatri
untuk terapi pengobatannya. Sedangkan kolom kriteria START
menginformasikan kepada dokter mengenai terapi yang tepat pada pasien geriatri.
Buku panduan ini merupakan salah satu bentuk pelayanan informasi obat
(PIO) aktif pada pelayanan kefarmasian. Penggunaan buku panduan ini ditujukan
untuk tenaga kefarmasian yaitu apoteker dan asisten apoteker serta tenaga medis /
dokter. Dengan adanya buku panduan ini, diharapkan apoteker sebagai jembatan
informasi kepada tenaga medis / dokter untuk menindaklanjut apabila terdapat
masalah terkait dengan pengobatan pada pasien geriatri. Terkait dengan hal
tersebut, buku panduan ini sangat membantu apoteker dalam melakukan skrining
peresepan obat yang berpotensi tidak tepat serta monitoring penggunaan obat pada
pasien geriatri. Sedangkan untuk tenaga medis yaitu dokter, buku ini sangat
membantu terutama untuk menuliskan resep yang tepat pada pasien geriatri.
Dengan adanya buku panduan ini dapat dimanfaatkan sebagai jendela informasi
yang lebih luas dan dapat digunakan oleh tenaga kefarmasian dan tenaga medis.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Jumlah obat yang masuk dalam kriteria STOPP dan START pada
formularium RSCM 2013 yakni 65,14 % dari 65 kriteria STOPP dan
61,47 % dari 22 kriteria START.
2. Buku panduan skrining peresepan pada pasien geriatri berdasarkan
kriteria STOPP dan START dibuat untuk membantu tenaga medis dalam
menentukan penggunaan obat yang sesuai dengan terapi untuk mencegah
peresepan yang berpotensi tidak tepat pada pasien geriatri sebagai
bentuk pelayanan informasi obat secara aktif.
5.2 Saran
1. Kelengkapan data pada buku panduan harus selalu di up-date sesuai
dengan formularium di rumah sakit.
2. Alternatif terapi sebaiknya dilengkapi untuk semua obat yang tercantum
pada buku panduan.
Universitas Indonesia
Kim, Jiwon dan May Mak. (2013). Applied Therapeutics The Clinical Use of
Drugs Section 19: Geriatric Therapy, Geriatric Drug Use. USA:
LIPPINCOTTWILLIAMS&WILKINS.
Mahony, D.O, et al. (2010). STOPP & START criteria: A new approach to
detecting potentially inappropriate prescribing in old age. European
Generatic Medicine.
Midlv, P., et al. (2009). Drug-Related Problems in the Elderly. New York :
Springer Science.
Panitia Farmasi dan Terapi. (2013). Formularium Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo 2013. Jakarta : RSCM.
18 Universitas Indonesia
Lampiran 1. Buku Panduan Skrining Peresepan pada Pasien Geriatri Berdasarkan Kriteria STOPP dan START
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
1 1,25 di(OH) Kolkatriol, Vitamin D pada pasien dengan osteoporosis
kolekalsiferol Kolekalsiferol 1,25 DI (bukti radiologi atau fraktur kerapuhan
(OH) (generik) sebelumnya atau dorsal kifosis yang didapat)
2 Alendronat Nichospor, Alovell Bifosfonat pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan dengan terapi kortikosteroid oral
3 Alfakalsidol Bone-One Vitamin D pada pasien dengan osteoporosis
(bukti radiologi atau fraktur kerapuhan
sebelumnya atau dorsal kifosis yang didapat)
4 Amitriptilin HCl Amitryptylline HCl tablet Dengan adanya penyakit Resiko perburukan Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
25 mg (generik) demensia gangguan kognitif sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
bulan
Dengan adanya penyakit Akan memperburuk
glaukoma glaukoma
Dengan abnormalitas Efek pro-aritmia
penghantaran irama
jantung
Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk
konstipasi
Dengan penggunaan Resiko konstipasi berat
opium atau kalsium kanal
bloker
Dengan adanya penyakit Resiko retensi urine
prostat atau retensi urine
pada riwayat sebelumnya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
20
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
5 Amlodipin besilat Norvask, Lovak, Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Terapi Diet (serat dan cairan), Terapi antihipertensi pada tekanan darah sistolik
Amlogrix, Amlodipine kronik konstipasi psyllium, polietilenglikol yang secara konsisten > 160 mmHg
tablet 5 mg, 10 mg
(generik)
6 Asam Mefenamat Ponstan, Mefinal, Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat AINS lainnya
Asam Mefenamat tablet Penggunaan obat dengan Resiko kambuhnya ulkus Tambahkan agen
500 mg (generik) adanya riwayat penyakit peptik gastroprotektif
ulkus peptik atau
perdarahan pada saluran
cerna, kecuali dengan
penggunaan bersamaan
reseptor antagonis
histamin H2, penghambat
pompa proton /
misoprostol
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan
adanya penyakit hipertensi
hipertensi sedang-berat
(sedang : 160/100 mmHg
179/109 mmHg;
berat: 180/110 mmHg)
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan gagal Acetaminophen, penggunaan
adanya penyakit gagal jantung topikal
jantung
Penggunaan jangka Tersedia alternatif yang Acetaminophen, penggunaan
panjang (>3 bulan) untuk lebih aman dan efektif topikal
meringankan nyeri sedang
tulang sendi pada
osteoartitis
Penggunaan bersamaan Resiko perdarahan pada Acetaminophen, penggunaan
dengan Warfarin saluran cerna topikal
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
21
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Asam Mefenamat Ponstan, Mefinal, Penggunaan obat dengan Resiko penurunan fungsi Acetaminophen, penggunaan
(lanjutan) Asam Mefenamat tablet adanya penyakit gagal ginjal topikal
500 mg (generik) ginjal kronis
Penggunaan jangka Allopurinol merupakan Allopurinol dengan kolkisin
panjang untuk pengobatan obat profilaksis pilihan jangka pendek atau obat AINS
kronis gout tanpa pada penyakit gout selama permulaan
kontraindikasi terhadap
allopurinol
7 Asetosal Aspirin Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat AINS lainnya
Penggunaan kombinasi Resiko tinggi perdarahan a. Aspirin pada penyakit fibrilasi atrial kronis,
aspirin dan warfarin tanpa pada saluran percernaan pasien yang kontraindikasi terhdap warfarin
reseptor antagonis tetapi bukan aspirin
histamin H2 (kecuali
simetidin karena adanya b. Aspirin atau klopidogrel dengan riwayat
interaksi dengan warfarin) aterosklerosis, serebral atau penyakit vaskular
atau penghambat pompa periferal pada pasien dengan irama sinus
proton
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
22
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Asetosal (lanjutan) Aspirin Aspirin pada pasien Tidak diindikasikan a. Aspirin pada penyakit fibrilasi atrial kronis,
dengan tidak ada riwayat pasien yang kontraindikasi terhadap warfarin
koroner, serebral atau tetapi bukan aspirin
gejala periferal arterial
atau arterial oklusif b. Aspirin atau klopidogrel dengan riwayat
aterosklerosis, serebral atau penyakit vaskular
Aspirin untuk mengobati Tidak diindikasikan periferal pada pasien dengan irama sinus
pusing tidak dengan jelas
diakibatkan dengan
penyakit cerebrovaskuler
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
23
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Asetosal (lanjutan) Aspirin Penggunaan obat dengan Resiko perburukan gagal Acetaminophen, penggunaan a. Aspirin pada penyakit fibrilasi atrial kronis,
adanya penyakit gagal jantung topikal pasien yang kontraindikasi terhadap warfarin
jantung tetapi bukan aspirin
Penggunaan jangka Tersedia alternatif yang Acetaminophen, penggunaan
panjang (>3 bulan) untuk lebih aman dan efektif topikal b. Aspirin atau klopidogrel dengan riwayat
meringankan nyeri sedang aterosklerosis, serebral atau penyakit vaskular
tulang sendi pada periferal pada pasien dengan irama sinus
osteoartitis
Penggunaan bersamaan Resiko perdarahan pada Acetaminophen, penggunaan
dengan Warfarin saluran cerna topikal
Penggunaan obat dengan Resiko penurunan fungsi Acetaminophen, penggunaan
adanya penyakit gagal ginjal topikal
ginjal kronis
Penggunaan jangka Allopurinol merupakan Allopurinol dengan kolkisin
panjang untuk pengobatan obat profilaksis pilihan jangka pendek atau obat AINS
kronis gout tanpa pada penyakit gout selama permulaan
kontraindikasi terhadap
allopurinol
8 Atenolol Tenormin, Betablok, Dikombinasikan dengan Gejala blok irama Pengganti antihipertensi, a. Terapi antihipertensi pada tekanan darah
Tenblok verapamil jantung nitrat atau kalsium kanal sistolik yang secara konsisten > 160 mmHg
bloker
Pada penyakit diabetes Resiko tertutupnya gejala b. Betabloker dengan adanya penyakit angina
mellitus dan kejadian hipoglikemia stabil kronis
hipoglikemia yakni > 1
kejadian per bulan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
24
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Atorvastatin (lanjutan) Lipitor, Stator, b. Terapi statin pada penyakit diabetes mellitus
Atorsan jika ada satu atau lebih faktor resiko utama
jantung
10 Azatioprin Imuran, Azatioprine Antireumatik pemodifikasi penyakit sedang-
PCH, Azathioprine berat yang berlangsung > 12 minggu
tablet 50 mg (generik)
11 Betametason + Colergis Kortikosteroid sistemik Paparan yang tidak perlu Untuk PPOK : inhalasi Inhalasi kortikosteroid untuk asma sedang
desklofeniramin maleat menggantikan terhadap efek samping kortikosteroid dan/atau berat atau penyakit paru obstruktif kronis,
kortikosteroid inhalasi jangka panjang bronkodilator dengan perkiraan FEV1 < 50% (Forced
untuk terapi perawatan kortikosteriod Expiratory Volume )
pada penyakit paru kronik
obstruktif (PPOK) sedang-
berat
12 Bisoprolol Concor, Maintate, Dikombinasikan dengan Gejala blok irama Pengganti antihipertensi, a. Terapi antihipertensi pada tekanan darah
Hapsen, Bisoprolol verapamil jantung nitrat atau kalsium kanal sistolik yang secara konsisten > 160 mmHg
tablet 5 mg (generik) bloker
Pada penyakit diabetes Resiko tertutupnya gejala b. Betabloker dengan adanya penyakit angina
mellitus dan kejadian hipoglikemia stabil kronis
hipoglikemia yakni > 1
kejadian per bulan
13 Budesonid Budenofalk Kortikosteroid sistemik Paparan yang tidak perlu Untuk PPOK : inhalasi Inhalasi kortikosteroid untuk asma sedang
menggantikan terhadap efek samping kortikosteroid dan/atau berat atau penyakit paru obstruktif kronis,
kortikosteroid inhalasi jangka panjang bronkodilator dengan perkiraan FEV1 < 50% (Forced
untuk terapi perawatan kortikosteriod Expiratory Volume )
pada penyakit paru kronik
obstruktif (PPOK) sedang-
berat
14 Butropium Bromida Caliopan Penggunaan obat dengan Resiko perburukan Terapi diet (serat, cairan)
adanya konstipasi kronis konstipasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
25
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
15 Deksametason Oradexon, Kortikosteroid sistemik Paparan yang tidak perlu Untuk PPOK : inhalasi Inhalasi kortikosteroid untuk asma sedang
Kalmethason, menggantikan terhadap efek samping kortikosteroid dan/atau berat atau penyakit paru obstruktif kronis,
Lanadexon, kortikosteroid inhalasi jangka panjang bronkodilator dengan perkiraan FEV1 < 50% (Forced
Dexamethasone tablet 0,5 untuk terapi perawatan kortikosteriod Expiratory Volume )
mg; 4 mg; inj. (generik) pada penyakit paru kronik
obstruktif (PPOK) sedang-
berat
16 Diazepam Valium, Valdimex, Penggunaan jangka Resiko sedasi, konfusi,
Stesolid, Diazepam panjang (yakni lebih dari gangguan keseimbangan
tablet 5 mg (generik) 1 bulan), benzodiazepin dan resiko jatuh
kerja panjang dan
benzodiazepin yang
metabolit bekerja panjang
17 Difenhidramin Decadryl, Penggunaan diperpanjang Resiko sedasi dan efek Setirizine, Fexofenadine,
Diphenhydramine inj (>1 minggu) antihistamin samping antikolinergik Loratadin, Desloratadin,
(generik) generasi pertama Levoceteririzine
18 Digoxin Lanoxin, Fargoxin Digoksin dengan dosis > Meningkatkan resiko Penurunan dosis dan
(inj.), Digoxin tablet 0,25 125 mg/hari dengan toksisitas monitoring
mg (generik) gangguan fungsi ginjal
(GFR 50 ml/menit)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
26
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
19 Diklofenak Voltaren, Cataflam, Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat AINS lainnya
Deflamat CR, Natrium Penggunaan obat dengan Resiko kambuhnya ulkus Tambahkan agen
Diklofenak tablet 50 mg, adanya riwayat penyakit peptik gastroprotektif
25 mg (generik), Kalium ulkus peptik atau
Diklofenak tablet 25 mg, perdarahan pada saluran
50 mg (generik) cerna, kecuali dengan
penggunaan bersamaan
reseptor antagonis
histamin H2, penghambat
pompa proton atau
misoprostol
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan
adanya penyakit hipertensi
hipertensi sedang-berat
(sedang : 160/100 mmHg
179/109 mmHg;
berat: 180/110 mmHg)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
27
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Diklofenak (lanjutan) Voltaren, Cataflam, Penggunaan jangka Allopurinol merupakan Allopurinol dengan kolkisin
Deflamat CR, Natrium panjang untuk pengobatan obat profilaksis pilihan jangka pendek atau obat AINS
Diklofenak tablet 50 mg, kronis gout tanpa pada penyakit gout selama permulaan
25 mg (generik), Kalium kontraindikasi terhadap
Diklofenak tablet 25 mg, allopurinol
50 mg (generik)
20 Diltiazem Herbesser, Carditen, Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Terapi Diet (serat dan cairan), Terapi antihipertensi pada tekanan darah sistolik
Diltiazem (generik) kronik konstipasi psyllium, polietilenglikol yang secara konsisten > 160 mmHg
21 Dipiridamol Persantin Sebagai terapi tunggal Tidak ada bukti efikasi Untuk pencegahan sekunder:
untuk pencegahan aspirin, klopidogrel (intoleran
sekunder kardiovaskuler terhadap aspirin), kombinasi
aspirin dan klopidogrel,
aspirin / dipiridamol; stroke
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
28
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Doksazosin (lanjutan) Cardura, Kaltensif Penggunaan obat dengan Tidak diindikasikan Untuk BPH : penghambat 5-
adanya penggunaan alpha-reduktase, dutasteride
jangka panjang kateter
dalam saluran kemih
yakni lebih dari 2 bulan
23 Enalapril Renacardon, Tenace Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ACE lainnya (dioptimasikan sebagai terapi tunggal dengan
kelas obat harus lebih dahulu diamati untuk mempertimbangkan kelas obat yang baru)
a. Penghambat ACE atau angiotensin reseptor
bloker pada penyakit diabetes dengan nefropati
yaitu urinalisis proteinuria dengan jelas atau
mikroalbuminuria (>30 mg/24 jam) ada atau
tanpa biokimia darah pada kerusakan ginjal
24 Esomeprazol Nexium, Nexium IV Penggunaan obat dengan Penggunaan jangka Segera dihentikan atau dosis Penghambat pompa proton dengan adanya
adanya penyakit ulkus panjang penghambat diturunkan untuk perawatan / penyakit refluks gastroesofagus atau
peptik dengan dosis pompa proton dengan pengobatan profilaksis pada penyempitan peptik yang memerlukan dilatasi
pengobatan penuh > 8 dosis pengobatan penuh penyakit ulkus peptik,
minggu pada penyakit ulkus esofagitis atau terindikasi
peptik, esofagitis atau GERD
terindikasi GERD tidak
diindikasikan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
29
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
25 Estradiol Ovestn, Progynova Penggunaan obat dengan Peningkatan resiko a. Untuk hot flashes : terapi
adanya riwayat kanker kekambuhan non farmakologi (lingkungan
payudara atau yang sejuk, pakaian yang
tromboemboli vena berlapis, kompres yang
dingin), obat-obat penghambat
ambilan kembali serotonin
Penggunaan estrogen Resiko kanker selektif, gabapentin,
tanpa progestogen pada endometrial venlafaksin
pasien yang masih
memiliki uterus b. Untuk kepadatan tulang:
kalsium, vitamin D,
bifosfonat, raloxifen
26 Estradiol Hemihidrat Estreva Penggunaan obat dengan Peningkatan resiko a. Untuk hot flashes : terapi
adanya riwayat kanker kekambuhan non farmakologi (lingkungan
payudara atau yang sejuk, pakaian yang
tromboemboli vena berlapis, kompres yang
dingin), obat-obat penghambat
ambilan kembali serotonin
selektif, gabapentin,
Penggunaan estrogen Resiko kanker venlafaksin
tanpa progestogen pada endometrial
pasien yang masih b. Untuk kepadatan tulang:
memiliki uterus kalsium, vitamin D,
bifosfonat, raloxifen
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
30
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
27 Estradiol Valerat Cyclo-Progynova Penggunaan obat dengan Peningkatan resiko a. Untuk hot flashes : terapi
adanya riwayat kanker kekambuhan non farmakologi (lingkungan
payudara atau yang sejuk, pakaian yang
tromboemboli vena berlapis, kompres yang
dingin), obat-obat penghambat
ambilan kembali serotonin
selektif, gabapentin,
Penggunaan estrogen Resiko kanker venlafaksin
tanpa progestogen pada endometrial
pasien yang masih b. Untuk kepadatan tulang:
memiliki uterus kalsium, vitamin D,
bifosfonat, raloxifen
28 Etinilestradiol Lynoral Penggunaan obat dengan Peningkatan resiko a. Untuk hot flashes : terapi
adanya riwayat kanker kekambuhan non farmakologi (lingkungan
payudara atau yang sejuk, pakaian yang
tromboemboli vena berlapis, kompres yang
dingin), obat-obat penghambat
ambilan kembali serotonin
selektif, gabapentin,
Penggunaan estrogen Resiko kanker venlafaksin
tanpa progestogen pada endometrial
pasien yang masih b. Untuk kepadatan tulang:
memiliki uterus kalsium, vitamin D,
bifosfonat, raloxifen
29 Felodipin Plendil, Nirmadil Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Terapi Diet (serat dan cairan), Terapi antihipertensi pada tekanan darah sistolik
kronik konstipasi psyllium, polietilenglikol yang secara konsisten > 160 mmHg
30 Fenoterol HBr Berotec Terdapat pengecualian duplikasi resep inhalasi 2 agonist (jangka panjang dan pendek) yang diperlukan sewaktu bila terjadi gejala
untuk penyakit asma atau penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
31
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Fenoterol HBr Berotec Inhalasi 2 agonis atau antikolinergik untuk
(lanjutan) asma sedang hingga ringan atau penyakit paru
obstruktif kronis
31 Fentanil Fentanyl (inj.) ; Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dua opium secara bersamaan. Pengecualian pada duplikasi resep yang diperlukan sewaktu
Durogesic (patch) bila terjadi gejala misalnya opium untuk penghilang nyeri
Penggunaan dengan Resiko konstipasi berat
antidepresan trisiklik
Penggunaan obat untuk Resiko diagnosis yang Alumunium Hidroksida,
diare yang penyebabnya tertunda, dapat Kolestiramine, Perubahan diet
tidak diketahui memperburuk konstipasi
dengan diare
berkepanjangan, dapat
menimbulkan keracunan
megacolon pada penyakit
inflamasi usus, dapat
memperlambat
pemulihan pada
gastroentritis yang tidak
disadari
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
32
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Fentanil (lanjutan) Fentanyl (inj.) ; Penggunaan lebih dari 2 Resiko konstipasi berat
Durogesic (patch) minggu pada pasien
dengan konstipasi kronis
tanpa penggunaan laksatif
secara bersamaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
33
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Fesoterodin (lanjutan) Toviaz Penggunaan obat dengan Perburukan konstipasi Terapi diet (serat, cairan)
adanya konstipasi kronik
34 Furosemide Lasix, Furosix, Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat diuretik kuat lainnya
Farsix, Furosemide Untuk udem hanya pada Tidak ada bukti Diikat dengan kuat
Tablet 40 mg, inj. pergelangan tangan yakni efikasinya, compression
(generik) tidak ada tanda klinis hosiery biasanya lebih
gagal jantung sesuai
Sebagai lini pertama Tersedia alternatif yang
terapi tunggal pada lebih aman dan efektif
hipertensi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
34
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
35 Haloperidol Haldol, Serenace, Penggunaan jangka Akan menyebabkan a. Untuk ansietas :
Lodomer, Haloperidol panjang (misal lebih dari resiko kebingungan, benzodiazepin kerja pendek
tablet 0,5 mg; 1,5 mg; 5 1 bulan) pada neuroleptik hipotensi, efek samping (alprazolam, lorazepam,
mg (generik) sebagai penggunaan ekstrapiramidal dan oxazepam,
hipnotik jangka panjang resiko jatuh buspiron,penghambat ambilan
kembali serotonin selektif,
penghambat ambilan kembali
serotonin norepinefrin
38 Hiosin n-butil Bromida Buscopan, Scopamin, Penggunaan obat dengan Resiko perburukan Terapi diet (serat, cairan)
Stomica adanya konstipasi kronis konstipasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
35
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
39 Ibandronat Bondronat (inj.), Bifosfonat pada pasien yang sedang menjalani
Bonviva (tab) pengobatan dengan terapi kortikosteroid oral
40 Ibuprofen Proris, Lexaprofen, Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat AINS lainnya
Brufen, Ibuprofen tablet Penggunaan obat dengan Resiko kambuhnya ulkus Tambahkan agen
200 mg dan 400 mg adanya riwayat penyakit peptik gastroprotektif
(generik) ulkus peptik atau
perdarahan pada saluran
cerna, kecuali dengan
penggunaan bersamaan
reseptor antagonis
histamin H2, penghambat
pompa proton atau
misoprostol
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan
adanya penyakit hipertensi
hipertensi sedang-berat
(sedang : 160/100 mmHg
179/109 mmHg;
berat: 180/110 mmHg)
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan gagal Acetaminophen, penggunaan
adanya penyakit gagal jantung topikal
jantung
Penggunaan jangka Tersedia alternatif yang Acetaminophen, penggunaan
panjang (>3 bulan) untuk lebih aman dan efektif topikal
meringankan nyeri sedang
tulang sendi pada
osteoartitis
Penggunaan bersamaan Resiko perdarahan pada Acetaminophen, penggunaan
dengan Warfarin saluran cerna topikal
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
36
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Ibuprofen (lanjutan) Proris, Lexaprofen, Penggunaan obat dengan Resiko penurunan fungsi Acetaminophen, penggunaan
Brufen, Ibuprofen tablet adanya penyakit gagal ginjal topikal
200 mg dan 400 mg ginjal kronis
(generik) Penggunaan jangka Allopurinol merupakan Allopurinol dengan kolkisin
panjang untuk pengobatan obat profilaksis pilihan jangka pendek atau obat AINS
kronis gout tanpa pada penyakit gout selama permulaan
kontraindikasi terhadap
allopurinol
41 Imidapril Tanapress Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ACE lainnya (dioptimasikan sebagai terapi tunggal dengan
kelas obat harus lebih dahulu diamati untuk mempertimbangkan kelas obat yang baru).
a. Penghambat ACE atau angiotensin reseptor
bloker pada penyakit diabetes dengan nefropati
yaitu urinalisis proteinuria dengan jelas atau
mikroalbuminuria (>30 mg/24 jam) ada atau
tanpa biokimia darah pada kerusakan ginjal
42 Imipramin Tofranil Dengan adanya penyakit Resiko perburukan a. Untuk depresi : trazodone Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
demensia gangguan kognitif (insomnia), Penghambat sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
ambilan kembali serotonin bulan
Dengan adanya penyakit Akan memperburuk selektif (hindari fluoksetin),
glaukoma glaukoma bupropion (untuk pasien
Dengan abnormalitas Efek pro-aritmia jantung), mirtazapine (untuk
penghantaran irama insomnia atau anoreksia)
jantung
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
37
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Imipramin (lanjutan) Tofranil Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk b. Untuk nyeri neuropati : Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
konstipasi penggunaan topikal (lidokain, sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
Dengan penggunaan Resiko konstipasi berat capsaicin) bulan
opium atau kalsium kanal
bloker
Dengan adanya penyakit Resiko retensi urine
prostat atau retensi urine
pada riwayat sebelumnya
44 Indometasin Dialon, Indometasin Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat AINS lainnya
(generik) Penggunaan obat dengan Resiko kambuhnya ulkus Tambahkan agen
adanya riwayat penyakit peptik gastroprotektif
ulkus peptik atau
perdarahan pada saluran
cerna, kecuali dengan
penggunaan bersamaan
reseptor antagonis
histamin H2, penghambat
pompa proton atau
misoprostol
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan
adanya penyakit hipertensi
hipertensi sedang-berat
(sedang : 160/100 mmHg
179/109 mmHg;
berat: 180/110 mmHg)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
38
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Indometasin Dialon, Indometasin Penggunaan obat dengan Resiko perburukan gagal Acetaminophen, penggunaan
(lanjutan) (generik) adanya penyakit gagal jantung topikal
jantung
Penggunaan jangka Tersedia alternatif yang Acetaminophen, penggunaan
panjang (>3 bulan) untuk lebih aman dan efektif topikal
meringankan nyeri sedang
tulang sendi pada
osteoartitis
Penggunaan bersamaan Resiko perdarahan pada Acetaminophen, penggunaan
dengan Warfarin saluran cerna topikal
Penggunaan obat dengan Resiko penurunan fungsi Acetaminophen, penggunaan
adanya penyakit gagal ginjal topikal
ginjal kronis
Penggunaan jangka Allopurinol merupakan Allopurinol dengan kolkisin
panjang untuk pengobatan obat profilaksis pilihan jangka pendek atau obat AINS
kronis gout tanpa pada penyakit gout selama permulaan
kontraindikasi terhadap
allopurinol
45 Ipratropium Atrovent Penggunaan obat dengan Dapat memperburuk Gunakan ukuran dosis inhaler
adanya penyakit glaukoma glaukoma dan hindari penggunaan obat
pada mata
46 Irbesartan Aprovel, Irvask, Angiotensin reseptor bloker pada penyakit
Irbesartan (generik) diabetes dengan nefropati yaitu urinalisis
proteinuria dengan jelas atau mikroalbuminuria
(>30 mg/24 jam) ada atau tanpa biokimia darah
pada kerusakan ginjal
47 Kalsium Glukonat Calcii Gluconas Kalsium pada pasien dengan osteoporosis (bukti
radiologi atau fraktur kerapuhan sebelumnya
atau dorsal kifosis yang didapat)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
39
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
48 Kalsium Hidrogen Dumocalcin Kalsium pada pasien dengan osteoporosis (bukti
Fosfat radiologi atau fraktur kerapuhan sebelumnya
atau dorsal kifosis yang didapat)
49 Kalsium Hidrogen Cavit D3 Kalsium pada pasien dengan osteoporosis (bukti
Fosfat + Kolekalsiferol radiologi atau fraktur kerapuhan sebelumnya
atau dorsal kifosis yang didapat)
50 Kalsium Karbonat Osteocal, CaCO3 kapsul Kalsium pada pasien dengan osteoporosis (bukti
500 mg (generik) radiologi atau fraktur kerapuhan sebelumnya
atau dorsal kifosis yang didapat)
51 Kalsium Laktat / Fosfat Kalk Kalsium pada pasien dengan osteoporosis (bukti
radiologi atau fraktur kerapuhan sebelumnya
atau dorsal kifosis yang didapat)
52 Kalsium Organik Calnic, Calnic Plus Kalsium pada pasien dengan osteoporosis (bukti
Aquamin radiologi atau fraktur kerapuhan sebelumnya
atau dorsal kifosis yang didapat)
53 Kandesartan Blopress Angiotensin reseptor bloker pada penyakit
diabetes dengan nefropati yaitu urinalisis
proteinuria dengan jelas atau mikroalbuminuria
(>30 mg/24 jam) ada atau tanpa biokimia darah
pada kerusakan ginjal
54 Kaptopril Acepress, Captopril Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ACE lainnya (dioptimasikan sebagai terapi tunggal dengan
tablet 12,5 mg , 25 mg kelas obat harus lebih dahulu diamati untuk mempertimbangkan kelas obat yang baru)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
40
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Kaptopril (lanjutan) Acepress, Captopril a. Penghambat ACE atau angiotensin reseptor
tablet 12,5 mg , 25 mg bloker pada penyakit diabetes dengan nefropati
(generik) yaitu urinalisis proteinuria dengan jelas atau
mikroalbuminuria (>30 mg/24 jam) ada atau
tanpa biokimia darah pada kerusakan ginjal
55 Karvedilol Dilbloc, V-bloc Dengan adanya penyakit Resiko bronkospasme Agen Kardioselektif : atenolol, a. Terapi antihipertensi pada tekanan darah
paru obstruktif kronik bisoprolol, nebivolol, sistolik yang secara konsisten > 160 mmHg
metoprolol
Dikombinasikan dengan Gejala blok irama Pengganti antihipertensi, b. Betabloker dengan adanya penyakit angina
verapamil jantung nitrat atau kalsium kanal stabil kronis
bloker
Pada penyakit diabetes Resiko tertutupnya gejala
mellitus dan kejadian hipoglikemia
hipoglikemia yakni > 1
kejadian per bulan
56 Klodronat dinatrium Bonefos Bifosfonat pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan dengan terapi kortikosteroid oral
57 Klorfeniramin maleat Cohistan, Penggunaan diperpanjang Resiko sedasi dan efek Setirizine, Fexofenadine,
Chlorpheniramine HCl (>1 minggu) antihistamin samping antikolinergik Loratadin, Desloratadin,
tablet 10 mg (generik) generasi pertama Levoceteririzine
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
41
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Klorfeniramin maleat Cohistan, Pada pasien dengan resiko Sedatif, dapat
(lanjutan) Chlorpheniramine HCl jatuh (riwayat jatuh 1 kali memperburuk sensorium
tablet 10 mg (generik) atau lebih dalam 3 bulan)
58 Klorpromazin HCl Largactil, Promactil, Penggunaan jangka Akan menyebabkan a. Untuk ansietas :
Cepezet-100 panjang (misal lebih dari resiko kebingungan, benzodiazepin kerja pendek
1 bulan) pada neuroleptik hipotensi, efek samping (alprazolam, lorazepam,
sebagai penggunaan ekstrapiramidal dan oxazepam,
hipnotik jangka panjang resiko jatuh buspiron,penghambat ambilan
kembali serotonin selektif,
penghambat ambilan kembali
serotonin norepinefrin
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
42
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
60 Klozapin Clozaril, Lutfen, Penggunaan jangka Akan menyebabkan a. Untuk ansietas :
Clorilex panjang (misal lebih dari resiko kebingungan, benzodiazepin kerja pendek
1 bulan) pada neuroleptik hipotensi, efek samping (alprazolam, lorazepam,
sebagai penggunaan ekstrapiramidal dan oxazepam,
hipnotik jangka panjang resiko jatuh buspiron,penghambat ambilan
kembali serotonin selektif,
penghambat ambilan kembali
serotonin norepinefrin
Penggunaan neuroleptik Akan memperburuk
jangka panjang (> 1 gejala ekstrapiramidal b. Untuk tidur : terapi tanpa
bulan) pada pasien dengan obat, temazepam, zoldipem,
parkinsonisme zaleplon,
Pada pasien dengan resiko Dapat menyebabkan eszopicloneramelteon
jatuh (riwayat jatuh 1 kali gangguan berjalan,
atau lebih dalam 3 bulan) parkinsonisme
61 Kodein Fosfat Codein KF Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dua opium secara bersamaan. Pengecualian pada duplikasi resep yang diperlukan sewaktu
bila terjadi gejala misalnya opium untuk penghilang nyeri
Penggunaan dengan Resiko konstipasi berat
antidepresan trisiklik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
43
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Kodein Fosfat (lanjutan) Codein KF Penggunaan obat untuk resiko diagnosis yang Alumunium Hidroksida,
diare yang penyebabnya tertunda, dapat Kolestiramine, Perubahan diet
tidak diketahui memperburuk konstipasi
dengan diare
berkepanjangan, dapat
menimbulkan keracunan
megacolon pada penyakit
inflamasi usus, dapat
memperlambat
pemulihan pada
gastroentritis yang tidak
disadari
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
44
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Labetalol (lanjutan) Trandete Pada penyakit diabetes Resiko tertutupnya gejala
mellitus dan kejadian hipoglikemia
hipoglikemia yakni > 1
kejadian per bulan
65 Lansoprazol Prosogan FD, Penggunaan obat dengan Penggunaan jangka Segera dihentikan atau dosis Penghambat pompa proton dengan adanya
Inhipraz, LAZ, adanya penyakit ulkus panjang penghambat diturunkan untuk perawatan / penyakit refluks gastroesofagus atau
Lansoprazole kapsul 30 peptik dengan dosis pompa proton dengan pengobatan profilaksis pada penyempitan peptik yang memerlukan dilatasi
mg (generik) pengobatan penuh > 8 dosis pengobatan penuh penyakit ulkus peptik,
minggu pada penyakit ulkus esofagitis atau terindikasi
peptik, esofagitis atau GERD
terindikasi GERD tidak
diindikasikan
66 Levodopa Levoben L-DOPA pada penyakit parkinson idiopathic
dengan gangguan fungsional yang pasti dan
kecatatan yang dihasilkan
67 Lisinopril Zestril, Noperten Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ACE lainnya (dioptimasikan sebagai terapi tunggal dengan
kelas obat harus lebih dahulu diamati untuk mempertimbangkan kelas obat yang baru)
a. Penghambat ACE atau angiotensin reseptor
bloker pada penyakit diabetes dengan nefropati
yaitu urinalisis proteinuria dengan jelas atau
mikroalbuminuria (>30 mg/24 jam) ada atau
tanpa biokimia darah pada kerusakan ginjal
b. Inhibitor ACE setelah kejadian infark miokard
akut
c. Inhibitor ACE dengan adanya penyakit gagal
jantung kronik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
45
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
68 Loperamid HCl Imodium, Loperamide Penggunaan obat untuk Resiko diagnosis yang Alumunium Hidroksida,
tablet 2 mg (generik) diare yang penyebabnya tertunda, dapat Kolestiramine, Perubahan diet
tidak diketahui memperburuk konstipasi
dengan diare
berkepanjangan, dapat
menimbulkan keracunan
megacolon pada penyakit
inflamasi usus, dapat
memperlambat
pemulihan pada
gastroentritis yang tidak
disadari
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
46
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Maprotilin (lanjutan) Ludiomil Penghambat ambilan terjadi hiponatremia Trazodone, mirtazapine, Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
kembali serotonin selektif buproprion sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
dengan riwayat klinis bulan
hiponatremia (non-
iatrogenik hiponatremia
<130 mmol/l dalam waktu
2 bulan sebelumnya)
71 Mebhidrolin Napadisilat Interhistin Penggunaan diperpanjang Resiko sedasi dan efek Setirizine, Fexofenadine,
(>1 minggu) antihistamin samping antikolinergik Loratadin, Desloratadin,
generasi pertama Levoceteririzine
73 Metil Prednisolon Tablet : Medrol, Kortikosteroid sistemik Paparan yang tidak perlu Untuk PPOK : inhalasi Inhalasi kortikosteroid untuk asma sedang
Asetat Medixon, Thimelon, menggantikan terhadap efek samping kortikosteroid dan/atau berat atau penyakit paru obstruktif kronis,
Methylprednisolone tablet kortikosteroid inhalasi jangka panjang bronkodilator dengan perkiraan FEV1 < 50% (Forced
4 mg; 8 mg; 16 mg untuk terapi perawatan kortikosteriod Expiratory Volume )
(generik) pada penyakit paru kronik
Injeksi : Solumedrol, obstruktif PPOK sedang-
Depo Medrol, berat
Medixon, Thimelon,
Methylprednisolone inj.
125 mg (generik)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
47
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
74 Metoklopramid Primperan, Sotatic, Penggunaan obat pada Resiko perburukan Untuk mual : Ondansentron,
Metoclopramide tablet 10 pasien dengan adanya parkinsonisme Granisentron, Dolasentron
mg, inj. 10 mg/2 ml penyakit parkinsonisme
(generik)
75 Metoprolol tartrat Seloken, Lopresor, Dikombinasikan dengan Gejala blok irama Pengganti antihipertensi, a. Terapi antihipertensi pada tekanan darah
Cardiosel verapamil jantung nitrat atau kalsium kanal sistolik yang secara konsisten > 160 mmHg
bloker
Pada penyakit diabetes Resiko tertutupnya gejala b. Betabloker dengan adanya penyakit angina
mellitus dan kejadian hipoglikemia stabil kronis
hipoglikemia yakni > 1
kejadian per bulan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
48
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Morphine HCl Morphine HCl KF Penggunaan obat untuk Perburukan dan Alumunium Hidroksida,
(lanjutan) pengobatan infeksi perpanjangan infeksi Kolestiramine, Perubahan diet
gastroentritis yang berat
seperti diare berdarah,
demam tinggi atau
toksisitas sistemik yang
berat
Penggunaan lebih dari 2 Resiko konstipasi berat Untuk diare : Alumunium
minggu pada pasien Hidroksida, Kolestiramine,
dengan konstipasi kronis Perubahan diet
tanpa penggunaan laksatif
secara bersamaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
49
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
78 Nifedipin Adalat / Adalat Oros, Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Terapi Diet (serat dan cairan), Terapi antihipertensi pada tekanan darah sistolik
Farmalat, Coronipin, kronik konstipasi psyllium, polietilenglikol yang secara konsisten > 160 mmHg
Nifedipine tablet 10 mg
(generik)
79 Nikardipin Perdipine (inj), Loxen Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Akan memperburuk Terapi antihipertensi pada tekanan darah sistolik
(tablet, kapsul), Blistra kronik konstipasi konstipasi yang secara konsisten > 160 mmHg
81 Omeprazol Losec, OMZ, Ozid, Penggunaan obat dengan Penggunaan jangka Segera dihentikan atau dosis Penghambat pompa proton dengan adanya
Omeprazole kapsul 20 mg adanya penyakit ulkus panjang penghambat diturunkan untuk perawatan / penyakit refluks gastroesofagus atau
(generik) peptik dengan dosis pompa proton dengan pengobatan profilaksis pada penyempitan peptik yang memerlukan dilatasi
pengobatan penuh > 8 dosis pengobatan penuh penyakit ulkus peptik,
minggu pada penyakit ulkus esofagitis atau terindikasi
peptik, esofagitis atau GERD
terindikasi GERD tidak
diindikasikan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
50
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
82 Pantoprazol Pantozol, Panso, Penggunaan obat dengan Penggunaan jangka Segera dihentikan atau dosis Penghambat pompa proton dengan adanya
Pantotis adanya penyakit ulkus panjang penghambat diturunkan untuk perawatan / penyakit refluks gastroesofagus atau
peptik dengan dosis pompa proton dengan pengobatan profilaksis pada penyempitan peptik yang memerlukan dilatasi
pengobatan penuh > 8 dosis pengobatan penuh penyakit ulkus peptik,
minggu pada penyakit ulkus esofagitis atau terindikasi
peptik, esofagitis atau GERD
terindikasi GERD tidak
diindikasikan
83 Perindopril Prexum Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ACE lainnya (dioptimasikan sebagai terapi tunggal dengan
kelas obat harus lebih dahulu diamati untuk mempertimbangkan kelas obat yang baru).
a. Penghambat ACE atau angiotensin reseptor
bloker pada penyakit diabetes dengan nefropati
yaitu urinalisis proteinuria dengan jelas atau
mikroalbuminuria (>30 mg/24 jam) ada atau
tanpa biokimia darah pada kerusakan ginjal
b. Inhibitor ACE setelah kejadian infark miokard
akut
c. Inhibitor ACE dengan adanya penyakit gagal
jantung kronik
84 Piroxicam Feldene, Piroxicam Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat AINS lainnya
kapsul 10 mg, 20 mg
(generik)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
51
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Piroxicam (lanjutan) Feldene, Piroxicam Penggunaan obat dengan Resiko kambuhnya ulkus Tambahkan agen
kapsul 10 mg, 20 mg adanya riwayat penyakit peptik gastroprotektif
(generik) ulkus peptik atau
perdarahan pada saluran
cerna, kecuali dengan
penggunaan bersamaan
reseptor antagonis
histamin H2, penghambat
pompa proton atau
misoprostol
Penggunaan obat dengan Resiko perburukan
adanya penyakit hipertensi
hipertensi sedang-berat
(sedang : 160/100 mmHg
179/109 mmHg;
berat: 180/110 mmHg)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
52
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Piroxicam (lanjutan) Feldene, Piroxicam Penggunaan jangka Allopurinol merupakan Allopurinol dengan kolkisin
kapsul 10 mg, 20 mg panjang untuk pengobatan obat profilaksis pilihan jangka pendek atau obat AINS
(generik) kronis gout tanpa pada penyakit gout selama permulaan
kontraindikasi terhadap
allopurinol
85 Pravastatin Chlespar, Gravastin a. Terapi statin dengan riwayat koroner, serebral
atau penyakit vaskular perifer pada pasien yang
status fungsionalnya masih mandiri dalam
aktivitas sehari-hari dan harapan hidup > 5 tahun
b. Terapi statin pada penyakit diabetes mellitus
jika ada satu atau lebih faktor resiko utama
jantung
86 Prednison Pehacort, Prednison Kortikosteroid sistemik Paparan yang tidak perlu Untuk PPOK : inhalasi Inhalasi kortikosteroid untuk asma sedang
tablet 5 mg (generik) menggantikan terhadap efek samping kortikosteroid dan/atau berat atau penyakit paru obstruktif kronis,
kortikosteroid inhalasi jangka panjang bronkodilator dengan perkiraan FEV1 < 50% (Forced
untuk terapi perawatan kortikosteriod Expiratory Volume )
pada penyakit paru kronik
obstruktif PPOK sedang-
berat
87 Prokaterol HCl Meptin air inhaler , Terdapat pengecualian duplikasi resep inhalasi 2 agonist (jangka panjang dan pendek) yang diperlukan sewaktu bila terjadi gejala
hemihidrat Ataroc untuk penyakit asma atau penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
Inhalasi 2 agonis atau antikolinergik untuk
asma sedang hingga ringan atau penyakit paru
obstruktif kronis
88 Propanolol Biocard, Farmadral, Dengan adanya penyakit Resiko bronkospasme Agen Kardioselektif : atenolol, a. Terapi antihipertensi pada tekanan darah
Propanolol HCl tablet 10 paru obstruktif kronik bisoprolol, nebivolol, sistolik yang secara konsisten > 160 mmHg
mg, 40 mg (generik) metoprolol
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
53
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Propanolol (lanjutan) Biocard, Farmadral, Dikombinasikan dengan Gejala blok irama Pengganti antihipertensi, b. Betabloker dengan adanya penyakit angina
Propanolol HCl tablet 10 verapamil jantung nitrat atau kalsium kanal stabil kronis
mg, 40 mg (generik) bloker
Pada penyakit diabetes Resiko tertutupnya gejala
mellitus dan kejadian hipoglikemia
hipoglikemia yakni > 1
kejadian per bulan
89 Quetiapin Seroquel, Seroquel XR Penggunaan jangka Akan menyebabkan a. Untuk ansietas :
panjang (misal lebih dari resiko kebingungan, benzodiazepin kerja pendek
1 bulan) pada neuroleptik hipotensi, efek samping (alprazolam, lorazepam,
sebagai penggunaan ekstrapiramidal dan oxazepam,
hipnotik jangka panjang resiko jatuh buspiron,penghambat ambilan
kembali serotonin selektif,
penghambat ambilan kembali
Penggunaan neuroleptik Akan memperburuk
serotonin norepinefrin
jangka panjang (> 1 gejala ekstrapiramidal
bulan) pada pasien dengan
b. Untuk tidur : terapi tanpa
parkinsonisme
obat, temazepam, zoldipem,
Pada pasien dengan resiko Dapat menyebabkan zaleplon,
jatuh (riwayat jatuh 1 kali gangguan berjalan, eszopicloneramelteon
atau lebih dalam 3 bulan) parkinsonisme
90 Ramipril Triatec, Hyperil, Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ACE lainnya (dioptimasikan sebagai terapi tunggal dengan
Ramixal kelas obat harus lebih dahulu diamati untuk mempertimbangkan kelas obat yang baru).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
54
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
Ramipril (lanjutan) Triatec, Hyperil, a. Penghambat ACE atau angiotensin reseptor
Ramixal bloker pada penyakit diabetes dengan nefropati
yaitu urinalisis proteinuria dengan jelas atau
mikroalbuminuria (>30 mg/24 jam) ada atau
tanpa biokimia darah pada kerusakan ginjal
b. Inhibitor ACE setelah kejadian infark miokard
akut
c. Inhibitor ACE dengan adanya penyakit gagal
jantung kronik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
55
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
92 Rosuvastatin Crestor a. Terapi statin dengan riwayat koroner, serebral
atau penyakit vaskular perifer pada pasien yang
status fungsionalnya masih mandiri dalam
aktivitas sehari-hari dan harapan hidup > 5 tahun
b. Terapi statin pada penyakit diabetes mellitus
jika ada satu atau lebih faktor resiko utama
jantung
93 Salbutamol Ventolin, Lasal, Terdapat pengecualian duplikasi resep inhalasi 2 agonist (jangka panjang dan pendek) yang diperlukan sewaktu bila terjadi gejala
Salbutamol tablet 2 mg; 4 untuk penyakit asma atau penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
mg (generik)
Inhalasi 2 agonis atau antikolinergik untuk
asma sedang hingga ringan atau penyakit paru
obstruktif kronis
94 Sertralin Zoloft, Fridep, Perhatikan adanya penggunaan duplikasi dengan obat-obat penghambat ambilan kembali serotonin selektif lainnya
Serrlof, Sertraline tablet
Penghambat ambilan terjadi hiponatremia Trazodone, mirtazapine, Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
50 mg (generik)
kembali serotonin selektif buproprion sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
dengan riwayat klinis bulan
hiponatremia (non-
iatrogenik hiponatremia
<130 mmol/l dalam waktu
2 bulan sebelumnya)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
56
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
95 Simvastatin Zocor, Cholestat, a. Terapi statin dengan riwayat koroner, serebral
Mersivas, Simvastatin atau penyakit vaskular perifer pada pasien yang
tablet 10 mg, 20 mg status fungsionalnya masih mandiri dalam
(generik) aktivitas sehari-hari dan harapan hidup > 5 tahun
b. Terapi statin pada penyakit diabetes mellitus
jika ada satu atau lebih faktor resiko utama
jantung
96 Siproheptadin HCl Pronicy Penggunaan diperpanjang Resiko sedasi dan efek Setirizine, Fexofenadine,
(>1 minggu) antihistamin samping antikolinergik Loratadin, Desloratadin,
generasi pertama Levoceteririzine
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
57
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
98 Sulfasalazin Sulcolon, Sulfasalazin Antireumatik pemodifikasi penyakit sedang-
(generik) berat yang berlangsung > 12 minggu
101 Terbutalin Sulfat Bricasma, Nairet, Terdapat pengecualian duplikasi resep inhalasi 2 agonist (jangka panjang dan pendek) yang diperlukan sewaktu bila terjadi gejala
Forasma untuk penyakit asma atau penyakit PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
Inhalasi 2 agonis atau antikolinergik untuk
asma sedang hingga ringan atau penyakit paru
obstruktif kronis
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
58
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
102 Triamsonolon Asetonid Triamcort (tab), Kortikosteroid sistemik Paparan yang tidak perlu Untuk PPOK : inhalasi Inhalasi kortikosteroid untuk asma sedang
Flamicort inj., menggantikan terhadap efek samping kortikosteroid dan/atau berat atau penyakit paru obstruktif kronis,
Flamicort (inj. kortikosteroid inhalasi jangka panjang bronkodilator dengan perkiraan FEV1 < 50% (Forced
IA/IB/ID/IM), Kenalog in untuk terapi perawatan kortikosteriod Expiratory Volume )
orabase (salep), pada penyakit paru kronik
Ketricin (tab, salep) obstruktif PPOK sedang-
berat
103 Trifluoperazin Stelazine, Stelosi Penggunaan jangka Akan menyebabkan a. Untuk ansietas :
panjang (misal lebih dari resiko kebingungan, benzodiazepin kerja pendek
1 bulan) pada neuroleptik hipotensi, efek samping (alprazolam, lorazepam,
sebagai penggunaan ekstrapiramidal dan oxazepam,
hipnotik jangka panjang resiko jatuh buspiron,penghambat ambilan
kembali serotonin selektif,
penghambat ambilan kembali
serotonin norepinefrin
104 Valsartan Diovan, Valsartan tab 80 Angiotensin reseptor bloker pada penyakit
mg (generik) diabetes dengan nefropati yaitu urinalisis
proteinuria dengan jelas atau mikroalbuminuria
(>30 mg/24 jam) ada atau tanpa biokimia darah
pada kerusakan ginjal
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
59
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
105 Venflaksin Efexor XR Dengan adanya penyakit Resiko perburukan Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
demensia gangguan kognitif sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
Dengan adanya penyakit Akan memperburuk bulan
glaukoma glaukoma
Dengan abnormalitas Efek pro-aritmia
penghantaran irama
jantung
Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Obat antidepresan dengan adanya gejala depresi
konstipasi sedang-berat berlangsung setidaknya selama 3
bulan
Dengan penggunaan Resiko konstipasi berat
opium atau kalsium kanal
bloker
Dengan adanya penyakit Resiko retensi urine
prostat atau retensi urine
pada riwayat sebelumnya
106 Verapamil Isoptin, Cardiover, Dengan adanya konstipasi Akan memperburuk Terapi Diet (serat dan cairan), Terapi antihipertensi pada tekanan darah sistolik
Corpamil, Verapamil kronik konstipasi psyllium, polietilenglikol yang secara konsisten > 160 mmHg
tablet 80 mg; inj. (generik)
Penggunaan dengan akan memperburuk gagal Diuretik, penghambat ACE,
NYHA (New York Heart jantung beta bloker (tidak dengan
Association ) kelas III atau verapamil)
IV pada gagal jantung
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014
60
Kriteria
STOPP
No. Nama Obat Nama Dagang Penggunaan yang
Alasan Alternatif Terapi
Berpotensi Tidak Sesuai START (Mahony, D.O, et al., 2010)
(Mahony, D.O,et al. (Therapeutic Research Center,
pada Pasien Geriatri 2011)
2010)
(Mahony, D.O, et al. 2010)
107 Warfarin Natrium Simarc 2 Untuk penggunaan Tidak ada bukti Warfarin pada penyakit fibrilasi atrial kronik
pertama digunakan untuk tambahan manfaat
trombosis vena dalam
unkomplikata dengan
waktu lebih panjang dari
6 bulan
Untuk penggunaan Tidak ada manfaat yang
pertama digunakan untuk terbukti
emboli paru dengan waktu
lebih panjang dari 12
bulan
Dengan adanya penyakit Resiko tinggi pada Pertimbangan resiko dan Warfarin pada penyakit fibrilasi atrial kronik
perdarahan perdarahan manfaat
Penggunaan bersama Resiko perdarahan pada Acetaminophen, penggunaan
dengan obat AINS saluran cerna topikal
108 Zolendronat Zometa, Aclasta Bifosfonat pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan dengan terapi kortikosteroid oral
109 Zotepin Lodopin Penggunaan jangka Akan menyebabkan a. Untuk ansietas :
panjang (misal lebih dari resiko kebingungan, benzodiazepin kerja pendek
1 bulan) pada neuroleptik hipotensi, efek samping (alprazolam, lorazepam,
sebagai penggunaan ekstrapiramidal dan oxazepam,
hipnotik jangka panjang resiko jatuh buspiron,penghambat ambilan
Penggunaan neuroleptik Akan memperburuk kembali serotonin selektif,
jangka panjang (> 1 gejala ekstrapiramidal penghambat ambilan kembali
bulan) pada pasien dengan serotonin norepinefrin
parkinsonisme
b. Untuk tidur : terapi tanpa
Pada pasien dengan resiko Dapat menyebabkan
obat, temazepam, zoldipem,
jatuh (riwayat jatuh 1 kali gangguan berjalan,
zaleplon,
atau lebih dalam 3 bulan) parkinsonisme
eszopicloneramelteon
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Aisyah, FFar UI, 2014