Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG

TIPS MENANGANI ANAK TANTRUM

OLEH:

WILLY WIJAYA

ZULFIKAR

TRINOVA REFIANA

YUNI SUNDARI

RUBIA

HARIANTA PUTRA SEMBIRING


AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LANGKAT

TAHUN

2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Tips Menangani Anak Tantrum


Sasaran : Ibu-ibu yang membawa anaknya posyandu
Tempat: Jalan Udang Lingkungan 9 (Sembilan)
Hari/Tanggal : Selasa , 8 mei 2012
Waktu : 30 menit

1. Tujuan Instrusi Umum


Setelah mengikuti penyuluhan sasaran mampu memahami penanganan pada anak
yang tantrum.
2. Tujuan Instrusi Khusus
Mengetahui Pengertian Tantrum
Mengetahui Penyebab Tantrum
Mengetahui tanda Tantrum
3. Materi
Penyuluhan tentang penangan penanganan pada ank tantrum
4. Metode
Kegiatan yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode ceramah, Tanya
jawab,dan menampilkan media yang digunakan
5. Media
Brosur
Pricart
6. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab :
2. Penyuluhan : Mahasiswa/I Akper Pemerintan Kabupaten Langkat
Willy Wijaya
Zulfikar Fadli
Yuni Sundari
Rubia
Trinova Refiana
Harianta Putra

7. Evaluasi
Dari hasil penyuluhan, didapatin seluruh peserta yang mengikuti
penyuluhan berperan aktif dalam kegiatan Tanya jawab. Keseluruhan
materi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh para peserta
penyuluhan. Hal ini diketahui dari aktifnya para peserta menjawab
pertanyaan yang diberikan penyuluh.

MATERI PENYULUHAN

I.DEFINISI
Tantrums merupakan suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak
terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum)
seringkali muncul pada anak usia 15 bulan sampai 6 tahun.
(Verdinand zaveira)
Menurut Pakar Perunding Pediatrik, Datuk Dr. Zulkifli Ismail, kanak-
kanak yang suka mengamuk atau lebih dikenali dengan istilah tantrum adalah
keadaan emosi yang datang secara tiba-tiba. Ia menyebabkan kanak-kanak
boleh merengek, menangis, menendang atau memukul orang lain tanpa sebab.
Terdapat juga kes di mana kanak-kanak yang sengaja menahan nafas sehingga
pengsan apabila mengamuk. Lebih teruk, ia boleh menyebabkan kanak-kanak
itu membenci seseorang, melukakan diri atau orang lain.
Bagaimanapun Zulkifli berkata, kelakuan itu adalah agak normal dalam
kalangan kanak-kanak berumur bermula usia dua tahun dan ia berlaku bukan
sahaja kepada kanak-kanak lelaki bahkan, kanak-kanak perempuan.
Sementara, istilah tantrum di laman sesawang Mayoclinic.com melalui
artikel Temper tantrums: How to keep the peace menjelaskan, kebanyakkan
pakar psikologi kanak-kanak melihat ia sebagai luahan rasa kekecewaan kanak-
kanak tidak kira dari sudut fizikal, emosi atau mental.
Menurut artikel itu, dalam lingkungan usia dua hingga tiga tahun, anak
kecil cenderung untuk mudah marah kerana kehendaknya tidak difahami.
(Datuk Dr. Zulkifli Ismail)
Dalam buku Tantrums Secret to Calming the Storm (La Forge: 1996)
banyak ahli perkembangan anak menilai bahwa Tantrum adalah suatu perilaku
yang masih tergolong normal yang merupakan bagian dari proses
perkembangan, suatu periode dalam perkembangan fisik, kognitif dan emosi
anak. Sebagai bagian dari proses perkembangan, episode Tantrum pasti
berakhir.
Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah.
Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit",
dengan ciri-ciri sebagai berikut
1. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.
2. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.
3. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.
4. Mood-nya (suasana hati) lebih sering negatif.
5. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah.
6. Sulit dialihkan perhatiannya.
Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini
adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia:
Di bawah usia 3 tahun:
* Menangis
* Menggigit
* Memukul
* Menendang
* Menjerit
* Memekik-mekik
* Melengkungkan punggung
* Melempar badan ke lantai
* Memukul-mukulkan tangan
* Menahan nafas
* Membentur-benturkan kepala
* Melempar-lempar barang
Usia 3 - 4 tahun:
* Perilaku-perilaku tersebut diatas
* Menghentak-hentakan kaki
* Berteriak-teriak
* Meninju
* Membanting pintu
* Mengkritik
* Merengek

Usia 5 tahun ke atas:


* Perilaku- perilaku tersebut pada 2 kategori usia di atas
* Memaki
* Menyumpah
* Memukul kakak/adik atau temannya
* Mengkritik diri sendiri
* Memecahkan barang dengan sengaja
* Mengancam

II. Faktor Penyebab


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Tantrum,
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Terhalangnya keinginan anak mendapatkan sesuatu.
Setelah tidak berhasil meminta sesuatu dan tetap menginginkannya, anak
mungkin saja memakai cara Tantrum untuk menekan orangtua agar
mendapatkan yang ia inginkan, seperti pada contoh kasus di awal.

2. Ketidakmampuan anak mengungkapkan diri.


Anak-anak punya keterbatasan bahasa, ada saatnya ia ingin
mengungkapkan sesuatu tapi tidak bisa, dan orangtuapun tidak bisa mengerti
apa yang diinginkan. Kondisi ini dapat memicu anak menjadi frustrasi dan
terungkap dalam bentuk Tantrum.

3. Tidak terpenuhinya kebutuhan.


Anak yang aktif membutuh ruang dan waktu yang cukup untuk selalu
bergerak dan tidak bisa diam dalam waktu yang lama. Kalau suatu saat anak
tersebut harus menempuh perjalanan panjang dengan mobil (dan berarti
untuk waktu yang lama dia tidak bisa bergerak bebas), dia akan merasa stres.
Salah satu kemungkinan cara pelepasan stresnya adalah Tantrum. Contoh
lain: anak butuh kesempatan untuk mencoba kemampuan baru yang
dimilikinya. Misalnya anak umur 3 tahun yang ingin mencoba makan
sendiri, atau umur anak 4 tahun ingin mengambilkan minum yang memakai
wadah gelas kaca, tapi tidak diperbolehkan oleh orangtua atau pengasuh.
Maka untuk melampiaskan rasa marah atau kesal karena tidak
diperbolehkan, ia memakai cara Tantrum agar diperbolehkan.

4. Pola asuh orangtua.


Cara orangtua mengasuh anak juga berperan untuk menyebabkan
Tantrum. Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang
diinginkan, bisa Tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak
yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak
bisa jadi bereaksi menentang dominasi orangtua dengan perilaku Tantrum.
Orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten juga bisa menyebabkan
anak Tantrum. Misalnya, orangtua yang tidak punya pola jelas kapan ingin
melarang kapan ingin mengizinkan anak berbuat sesuatu dan orangtua yang
seringkali mengancam untuk menghukum tapi tidak pernah menghukum.
Anak akan dibingungkan oleh orangtua dan menjadi Tantrum ketika
orangtua benar-benar menghukum. Atau pada ayah-ibu yang tidak
sependapat satu sama lain, yang satu memperbolehkan anak, yang lain
melarang. Anak bisa jadi akan Tantrum agar mendapatkan keinginannya dan
persetujuan dari kedua orangtua.
5. Anak merasa lelah, lapar, atau dalam keadaan sakit.
6. Anak sedang stres (akibat tugas sekolah, dll) dan karena merasa tidak aman
(insecure).

III. Langkah-langkah mencegah terjadinya tantrrum


1. Langkah pertama untuk mencegah terjadinya Tantrum adalah dengan
mengenali kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada
kondisi-kondisi seperti apa muncul Tantrum pada si anak.
2. Langkah kedua dalam mencegah Tantrum adalah dengan melihat
bagaimana cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu
dimanjakan? Apakah orangtua bertindak terlalu melindungi (over
protective), dan terlalu suka melarang? Apakah kedua orangtua selalu
seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua menunjukkan
konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?
Jika anda merasa terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan
seringkali melarang anak untuk melakukan aktivitas yang sebenarnya
sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika anak akan mudah tantrum jika
kemauannya tidak dituruti.

IV. Berikut tips yang bisa kita lakukan dalam menghadapi anak
tantrum
1. tetap tenang. Beri anak waktu menguasi diri nya sendiri.
2. jangan hiarukan anak hingga dia bisa lebih tenang.
3. lakukan apapun yang sedang anda lakukan selama masa tantrum
berlangsung.
4. jangan memukul atau melakukan hukuman fisik apapun.
5. jangan menyerah pada tantrum anak, begitu menyerah mereka akan belajar
mempergunakan perilaku tak pada tempatnya untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan.
6. Ajarkan anak memilih di dalam batasan (Kamu ingin makan telur atau
sosis? Kamu ingin main air atau mandi?).
7. Ajarkan perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan. Anak berhak
mendapatkan semua kebutuhannya (kasih sayang, kehangatan, dll) tetapi
tidak semua keinginan yang dapat diperolehnya.
8. Ajari anak berlatih menguasai dan mengendalikan emosinya, yaitu dengan
cara mengajaknya bermain musik, melukis, bermain bola, atau permainan
lainnya. Lewat permainan, anak akan belajar menerima kekalahan, belajar
untuk tidak sombong jika menang, bersikap sportif,juga dapat bersaing
secara sehat.
DOKUMENTASI KEGIATAN POSYANDU
No Nama Tanda Tangan
1

Anda mungkin juga menyukai