Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

Kondiloma Akuminata

Disusun Oleh:
Reza febiardi
FK UPN Veteran Jakarta
NRP: 1310221052

Moderator:
Letkol CKM dr.Hj Dian andriani, Sp.KK, M Biomed (AAM), MARS

Tanggal Presentasi:
Desember 2014

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT TK II MOH RIDWAN MEURAKSA
PERIODE 24 NOVEMBER 27 DESEMBER 2014

1
DAFTAR ISI
BAB 1
STATUS PASIEN
1.1. IDENTITAS PASIEN......................................................................................................1
1.2. ANAMNESIS..............................................................................................................1
1.3. PEMERIKSAAN FISIK..............................................................................................2
1.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................4
1.5. RESUME.....................................................................................................................4
1.6. DIAGNOSIS KERJA..................................................................................................4
1.7. DIAGNOSIS BANDING............................................................................................4
1.8. ANJURAN PEMERIKSAAN.....................................................................................4
1.9. PENATALAKSANAAN.............................................................................................5
1.10. PROGNOSIS...............................................................................................................5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA: KONDILOMA AKUMINATUM
2.1. PENDAHULUAN..........................................................................................................6
2.2. EPIDEMIOLOGI...........................................................................................................6
2.3. ETIOLOGI.....................................................................................................................6
2.4. GAMBARAN KLINIS...................................................................................................7
2.5. PATOFISIOLOGI...........................................................................................................8
2.6 FAKTOR-FAKTOR RISIKO..........................................................................................9
2.7. DIAGNOSIS BANDING.............................................................................................10
2.8. PENGOBATAN............................................................................................................10
2.9. PROGNOSIS................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..13

2
LEMBAR PERSETUJUAN
Presentasi Kasus

KONDILOMA AKUMINATA

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujan Kepaniteraan Klinik


di Departemen Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit TK II MRM KESDAM JAYA

Disusun oleh:

Reza Febiardi
FK UPN Jakarta
NRP: 1310221052

Telah disetujui oleh Moderator:

Jakarta, Desember 2014

dr. Dian Andriani, Sp.KK

3
BAB 1

STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. Y
Umur : 57 tahun
Alamat : Jakarta
Agama : Islam
Status pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta ( Konter handphone )
Suku : Padang / Indonesia

1.2 ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 4 Desember 2014

Keluhan Utama : kutil-kutil pada daerah kemaluan

Keluhan Tambahan : gatal pada daerah yang terdapat kutil dan sela paha

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke poli kulit kelamin RS Ridwan dengan keluhan kutil-kutil di
daerah kemaluan sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya hanya terasa gatal dan seperti
bersisik dan kutil hanya satu dan kecil di daerah skrotum sebelah kanan dan pangkal
penis sebelah kanan, namun lama-kelamaan kutil tersebut membesar dan bertambah
banyak hingga hampir ke seluruh kemaluan. Pasien juga mengeluh gatal di daerah
kutil namun tidak nyeri. Kutil-kutil ini tidak mengganggu aktivitas pasien dalam
berhubungan seksual. Keluhan seperti gangguan berkemih dan keluarnya darah dari
kutil disangkal.
Pasien mengaku aktif melakukan hubungan seksual hanya dengan istri, tanpa
kondom dan terakhir kali 2 minggu yang lalu. Dan pasien mengakui pernah
berhubungan sex dengan wanita selain istrinya dan sering melakukan onani,keluhan
ini baru pertama kali diderita oleh pasien dan pasien belum berobat.

4
Riwayat Penyakit Dahulu

PSORIASIS

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

1.3 PEMERIKSAAN FISIK


1.3.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x /menit
Pernapasan : 20 x /menit
Suhu : Afebris
Kepala : Normocephali, deformitas (-), rambut merata
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik
Mulut :Mukosa lembab, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang
Leher : KGB tidak teraba membesar
Jantung : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
Paru : Suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen : Bising usus (+) normal, supel
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

1.3.2 Status Dermatologikus


Lokasi : Pada daerah skrotum bilateral dan pangkal penis bilateral.
Pada daerah sela paha bilateral.
Efloresensi :
Pangkal penis dan skrotum : terdapat papul verukosa multipel, warna seperti
warna kulit daerah sekitar,miliar/lentikular, diameter 0,5-1,5 cm, Arsinar,
berbatas tegas, tersusun secara diskret.
Lipat paha dextra et sinstra : Skuama, bilateral, teratur.

5
Gambar 1. Pada pangkal penis dan skrotumterdapat papul verukosa
multipel,milier/lentikuler,arsinar, berwarna seperti warna kulit, diameter 0,5-1,5 cm, berbatas
tegas, tersusun secara diskret.

Gambar 2. Pada lipatan selah paha dextra et sinistra terdapat skuama eritema,teratur

6
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada

1.5 RESUME
Pasien Tn.Y dengan keluhan kutil-kutil di daerah kemaluan sejak 3 bulan
yang lalu. Awalnya hanya terasa gatal dan seperti bersisik dan kutil hanya satu dan
kecil di daerah skrotum sebelah kanan dan pangkal penis sebelah kanan, namun
lama-kelamaan kutil tersebut membesar dan bertambah banyak hingga hampir ke
seluruh kemaluan. Pasien juga mengeluh gatal di daerah kutil namun tidak nyeri.
Kutil-kutil ini tidak mengganggu aktivitas pasien dalam berhubungan seksual.
Keluhan seperti gangguan berkemih dan keluarnya darah dari kutil disangkal.
Pasien mengaku aktif melakukan hubungan seksual hanya dengan istri, tanpa
kondom dan terakhir kali 2 minggu yang lalu. Keluhan ini baru pertama kali diderita
oleh pasien dan pasien belum berobat.

Status Dermatologikus
Lokasi : Pada daerah skrotum bilateral dan pangkal penis bilateral.
Pada daerah sela paha bilateral.
Efloresensi :
Pangkal penis dan skrotum : terdapat papul verukosa multipel, warna seperti
warna kulit daerah sekitar,miliar/lentikular, diameter 0,5-1,5 cm, Arsinar,
berbatas tegas, tersusun secara diskret.
Lipat paha dextra et sinstra : Skuama, bilateral, teratur.

1.6 DIAGNOSIS KERJA


Kondiloma akuminata

1.7 DIAGNOSIS BANDING


Kondiloma lata
Karsinoma sel skuamosa

1.8 ANJURAN PEMERIKSAAN


Darah rutin.
Biopsi / pemeriksaan histopatologi.
HIV/AIDS.
Sifilis dan pemeriksaan pasangan

7
1.9 PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
Menjaga kebersihan daerah genitalia, serta tidak menggaruk daerah genitalia
yang gatal agar tidak timbul luka baru dan mencegah infeksi sekunder
Menggunakan kondom untuk menyingkirkan adanya penularan seksual pada
saat berhubungan intim dengan pasangan.
Tidak melakukan hubungan seksual secara bergantian dengan orang lain atau
melebihi 1 orang.
Menjelaskan kepada istri juga harus diobati karena penularan melalui hubungan
seksual
Konsul ke dokter spesialis obgin ( jika istri terinfeksi ) untuk pemeriksaan
penunjang lain seperti kolposkopi

Medikamentosa :

Dilakukan elektrokauterisasi
Topikal : Gentamisin sulfat 0,1% krim 3x/hari di tempat lesi setelah
elektrokauter

1.10 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : dubia ad Bonam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


KONDILOMA AKUMINATA

8
2.1 PENDAHULUAN

Kondiloma Akuminata ialah vegetasi oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe
tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot. Pertumbuhan jaringan bersifat
jinak, superfisial, terutama di daerah genital (uretra, genital dan rektum). Kondiloma
akuminata juga dikenal sebagai kutil kelamin, kutil kemaluan, kutil genitalia, genital
warts, veruka akuminata, venereal wart, dan jengger ayam 1,2
Masa inkubasi dapat terjadi dari 3 minggu hingga 6 bulan setelah kontak dengan orang yang
terinfeksi. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya
didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rektal disekitar anus, pada
wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau
disekitar anus. Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat menguasai penampakan
normal dan anatomi pada genitalia. Daerah tubuh yang paling umum adalah frenulum,
korona, glans pada pria dan daerah introitus posterior pada wanita.3

2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S). Penyakit ini
dijumpai pada usia produktif terutama pada orang dewasa. Penelitian Rochester
didapatkan perbandingan insiden pada laki-laki dan wanita adalah 1 : 1,4 dengan usia
rata-rata pada wanita adalah 22 tahun, dan 26 tahun pada laki-laki. Tersebar
kosmopolit dan transmisi melalui kontak kulit langsung.1,3,4

2.3 ETIOLOGI
Virus penyebab adalah Virus Papilloma Humanus (VPH), ialah virus DNA
termasuk keluarga virus Papova, bereplikasi di nukleus dari sel epitel yang terinfeksi.
Sampai saat ini dikenal sekitar 70 tipe VPH, namun tipe-tipe yang ditemui dalam
kondiloma akuminatum adalah tipe 6, 11,16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52,
dan 56. Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu
tipe 16 dan 18, merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker
serviks. Tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan
neoplasia intraepithelial serviks derajat ringan.1

2.4 GAMBARAN KLINIS


Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab misalnya di
daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar
anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal

9
penis. Pada wanita didaerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang
porsio uteri dan pada homoseksual dapat terjadi pada perianal, anal, rektum dan
orofaring. Pada wanita yang banyak mengelurkan fluor albus atau wanita yang hamil
pertumbuhan penyakit lebih cepat. Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai
dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman.
Permukaan berjonjot atau papilomatosa sehingga pada vegetasi yang besar dapat
dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan
berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Vegetasi yang besar disebut
sebagai giant condyloma (Buschke) yang pernah dilaporkan menimbulkan degenerasi
maligna, sehingga harus dilakukan biopsi.1,5

Pada pria dapat menyerang penis, uretra, dan daerah rektal. Infeksi dapat
dormant atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel
rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi. Pada wanita
kondiloma akuminata yang sering menyerang daerah yang lembab dari labia minora
dan vagina sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Namun pada sebagian kasus
biasanya terjadi perdarahan setelah coitus, gatal, dan vaginal discharge. Ukuran tiap
kutil biasanya 1-2 mm namun bisa berkumpul sampai berdiameter 2-10 cm dan
bertangkai dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan. Terkadang
muncul lebih dari satu daerah. Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi
saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra. Pada umumnya penderita memiliki
riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.4

Gambar 4. Lesi kondiloma pada wanita

10
Gambar 5. Lesi Kondiloma pada pria

2.5 PATOFISIOLOGI
Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, ano-genital,
maupun genital oral. Sel basal merupakan tempat pertama infeksi HPV sehingga
setelah inokulasi melalui trauma kecil, HPV akan masuk sampai lapisan sel basal
epitel. Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV harus mencapai epitel yang
berdiferensiasi sedangkan sel basal relatif tidak berdiferensiasi, sel basal terstimulasi
untuk membelah secara cepat sehingga pada sel basal hanya terjadi ekpresi gen HPV.
Sesuai dengan pembelahan sel basal, virion HPV akan bergerak ke lapisan epidermis
yang lebih atas dan hanya lapisan epidermis di atas lapisan basal yang berdiferensiasi
pada tahap lanjut yang dapat mendukung replikasi virus. Ekspresi gen virus pada
lapisan ini diperlukan untuk menghasilkan capsid protein dan kumpulan partikel
virus. Sesudah itu terjadi pelepasan virus bersama dengan sel epitel yang deskuamasi,
kemudian virus baru akan menginfeksi lapisan basal yang lain. Waktu yang
dibutuhkan mulai dari infeksi HPV sampai pelepasan virus baru adalah 3 minggu
(masa inkubasi kondiloma akuminata 3 minggu sampai 8 bulan). 1,4 Kondiloma
akuminata dibagi dalam 3 bentuk:4
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab.Terlihat vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu
membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi
yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada
wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna,
seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum.

11
Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan
tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali
tidak tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam
asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.

2.6 FAKTOR-FAKTOR RESIKO


Faktor-faktor risiko pada kondiloma akuminata:3
1. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata sering terjadi pada orang dengan aktivitas seksual yang
aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang. Pada penelitian
menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang sering bergonta-ganti pasangan
seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima
atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami
infeksi HPV dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang waktu tersebut.
2. Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun
hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya
kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan di dunia.
3. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih
belum jelas. Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya
infeksi HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette)
dengan cara pengukuran HPV DNA.
4. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain
itu dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring
(kutil pada saluran nafas) pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang dialami
dapat terjadi akibat adanya kondiloma di vagina dan serviks, atau mungkin juga
keputihan oleh sebab lain seperti jamur misalnya.
5. Imunitas
Kondiloma sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (HIV).

12
2.7 DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding pada kondiloma akuminata:1


a. Veruka vulgaris : vegetasi yang tidak bertangkai, kering, dan berwarna abu-abu
atau sama dengan warna kulit.
b. Kondiloma latu : sifilis stadium II klinis berupa plakat yang erosif, ditemukan
banyak Spirochaeta pallidum dengan mikroskop lapangan gelap.
c. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi seperti kembang kol, mudah berdarah, berbau.

2.8 PENGOBATAN
Penatalaksanaan penderita kondiloma akuminata meliputi tindakan umum berupa
edukasi untuk melakukan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit menular seksual
lain, tidak melakukan hubungan seksual hingga penyakit sembuh atau dapat
menggunakan kondom, kebersihan perseorangan harus diperhatikan, konseling
penderita dan pasangan seksual, pilihan pengobatan yang akan diberikan dan
kemungkinan untuk terjadi kekambuhan, serta bagaimana daya penularan penyakit ini
dan kemungkinan hubungan infeksi HPV terhadap timbulnya kanker. Tindakan khusus
dapat dilakukan dengan cara topikal, tindakan bedah, dan terapi sistemik.4-6

1. Kemoterapi
a) Podofilin
Podofilin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa
senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Jenis ini mungkin terdiri
atas berbagai konsentrasi 10-25 % dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan
paraffin cair. Yang digunakan adalah tingtur podofilin 25 %, Kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi setelah 4-6 jam dicuci.
Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian
tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksik
ialah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas dan keringat, kulit
dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang dengan trombositopenia dan
leukopenia. Kontra indikasi penggunaan podofilin pada wanita hamil dan tidak
digunakan pada daerah serviks maupun anal, tetapi dapat digunakan pada daerah
vagina dan uretra. Cara pengobatan dengan podofilin sering dipakai. Hasilnya
baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi lama atau yang
berbentuk pipih. Respon pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa pasien
membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk mencapai kesembuhan klinis,

13
sementara pasien-pasien yang lain menunjukkan respon yang kecil dan jenis
perawatan lain harus dipertimbangkan.
b) Asam Triklorasetat (TCA)
TCA penetrasinya cepat dan mampu membakar kulit keratin dan jaringan lain.
Memiliki efek kaustik dengan menimbulkan koagulasi dan nekrosis pada jaringan
superficial terutama pada bentuk hiperkeratotik. Kurang menimbulkan iritasi lokal
dan jarang menimbulkan toksisitas sistemik, sehingga dapat digunakan untuk
wanita hamil. Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap
minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus dalam.
c) 5-Fluorourasil (5-FU)
5-Flururasil tersedia dalam bentuk krim 1-5% yang bersifat sebagai antimetabolit
yang dapat mengganggu sintesis DNA, antineoplasma dan merangsang aktivitas
sistem imun. Digunakan terutama untuk pengobatan kondiloma akuminata bentuk
flat dan hiperpigmentasi pada daerah uretra dan vulvovagina, pemberian
dilakukan setiap hari sampai lesi hilang dan tidak miksi selama 2 jam setelah
pengobatan. Kontraindikasi pada wanita hamil.
2. Interferon
Diberikan dalam bentuk suntikan (i.m atau intralesi) dan topikal (krim). Interferon alfa
diberikan dengan dosis 4-6 mU secara i.m 3 kali seminggu selama 6 minggu.
3. Immunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan
pengobatan bersama dengan imunostimulator.
4. Bedah listrik (Elektrokauterisasi)
Elektrokauterisasi efektif pada lesi eksofitik yang besar dan merupakan tindakan yang
lebih efektif daripada podofilin, bedah beku dan TCA dalam penatalaksanaan
kondiloma akuminata. Lesi yang dapat dihilangkan mencapai 95%. Elektrokauterisasi
menggunakan anestesi lokal. Mekanisme kerjanya adalah menimbulkan kerusakan
jaringan, dapat digunakan untuk pengobatan kondiloma akuminata yang resisten
terhdap pengobatan topikal. Efek samping cara ini adalah menimbulkan rasa terbakar
pada daerah lesi dan pada jaringan disekitarnya serta dapat menimbulkan parut. Tidak
boleh digunakan untuk kondiloma akuminata pada daerah vagina dan uretra.
5. Bedah Beku ( N2, N2O cair )
Bedah beku dilakukan dengan menggunakan nitrogen cair atau cryoprobe. dan tidak
memerlukan anestesi lokal. Nitrogen cair yang membeku pada daerah lesi dapat
menyebabkan terbentuknya kristal es sehingga kondiloma akuminata akan terlepas.
Indikasi terutama ditujukan pada lesi kecil yang disertai keratinisasi, lesi di meatus dan
aman digunakan pada wanita hamil dan merupakan pilihan pertama pengobatan
kondiloma akuminata pada daerah anal. Kontraindikasi bedah beku adalah kondiloma
14
akuminata yang terdapat di vagina Keuntungan ialah hanya bersifat lokal tanpa
meninggalkan bekas, tingkat keberhasilan pengobatan kira-kira 70%. Dapat digunakan
dalam 1 minggu sebanyak 2-3 kali. Bedah beku banyak menolong untuk pengobatan
kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
6. Laser
Bedah laser menggunakan laser karbon dioksida (CO2) menghasilkan sinar yang
mengeluarkan energi. Bedah laser efektif untuk kondiloma akuminata dibandingkan
cara pembedahan sederhana. Cocok untuk lesi kondiloma akuminata yang luas,
rekurens dan kondiloma akuminata pada daerah yang sulit, missal meatus uretra,
intranal. Penggunaan laser pada wanita hamil memberikan hasil yang baik. Cara ini
menggunakan anestesi lokal. Luka lebih cepat sembuh dan lebih sedikit menimbulkan
jaringan parut bila dibandingkan dengan elektrokauterisasi.

2.9 PROGNOSIS
Walaupun kondiloma akuminata sering mengalami residif, prognosisnya baik.
Kondiloma akuminata dapat memberikan prognosis baik dengan perawatan yang teliti
serta memperhatikan kebersihan serta jaringan parut yang timbul sangat sedikit.
Tingkat kekambuhan lebih dari 50% sesudah 1 tahun dan dapat terjadi karena infeksi
ulang dari kontak seksual, masa inkubasi HPV yang panjang, lokasi virus pada
lapisan kulit superfisial yang jauh dari kelenjar limfe, menetapnya virus pada kulit di
kelenjar lesi, folikel rambut atau tempat yang tidak dapat dijangkau oleh intervensi
yang digunakan, lesi yang tidak dijumpai atau lesi yang dalam, lesi subklinis dan pada
keadaan dengan imunosupresif.1,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko R P. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit


kulit dan kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2008.h.113-5.
2. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatricks color atlas and synopsis of clinical dermatology.
6th ed. McGraw-Hill, 2009.
3. Siregar RS. Saripati penyakit kulit. Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2005.

15
4. Murtiastutik, D. Buku ajar infeksi menular seksual. Surabaya: Airlangga university
press, 2008.h.165-78.
5. James WD, Berger TG, Elston D. Pavopavirus: genital warts. In: Andrews disesase of
skin: clinical dermatology. 10th ed. Philadelphia : Saunders Elsevier. 2006; 403-11.
6. Zubier F. Kondiloma akuminata. Dalam: Daili SF, Indriatmi W, Zubier F. Infeksi
menular seksual. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2009.h.140-5.

16

Anda mungkin juga menyukai