1. Ruang Lingkup
1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam
keadaan lepas (tidak dipadatkan). Bila pengujian dilakukan pada agregat yang
gradasinya diketahui, kadar rongga dapat menjadi indikator angularitas, bentuk butir
dan tekstur permukaan relatif terhadap agregat halus lain dengan gradasi yang sama.
Bila pengujian dilakukan terhadap agregat halus sesuai gradasi yang akan digunakan
di lapangan, kadar rongga merupakan indikator terhadap kemudahan pengerjaan
suatu campuran.
1.2 Ada tiga prosedur untuk menentukan kadar rongga. Dua prosedur digunakan untuk
agregat halus dengan gradasi tertentu (gradasi standar atau yang gradasinya telah
diketahui) dan satu prosedur lagi digunakan untuk contoh yang terdiri atas fraksi
tertentu agregat.
1.2.4 Untuk menentukan metode pengujian yang akan digunakan, lihat butir 5.
1
SNI 03-6877-2002
2. Acuan
2.3 ACI
ACI 116R Cement and Concrete Terminology.
3. Definisi
3.1 Kadar rongga agregat halus dalam Ruang di antara butir-butir agregat yang tidak
diisi oleh partikel yang padat.
4.1 Suatu silinder pengukur diisi contoh uji agregat halus dengan gradasi tertentu.
Pengisian silinder pengukur dilakukan dengan cara mengalirkan contoh uji dari
ketinggian yang ditetapkan melalui corong. Setelah penuh, permukaan agregat halus
diratakan dan agregat halus dalam silinder pengukur ditimbang. Kadar rongga dihitung
sebagai selisih antara volume silinder pengukur dengan volume mutlak agregat halus
dalam silinder pengukur. Kadar rongga dihitung berdasarkan berat jenis kering baik
agregat halus. Untuk setiap contoh uji dilakukan dua kali pengujian dan hasilnya di
rata-ratakan.
4.1.1 Untuk Metode Pengujian A atau Metode Pengujian C, kadar rongga ditentukan
secara langsung dan nilai yang dilaporkan merupakan nilai rata-rata dua pengujian.
4.1.2 Untuk Metode Pengujian B, kadar rongga dihitung sebagai hasil rata-rata pengujian
ketiga fraksi.
2
SNI 03-6877-2002
5. Kegunaan
5.1 Metode Pengujian A dan B menghasilkan kadar rongga yang ditentukan berdasarkan
kondisi standar yang tergantung pada bentuk butir dan tekstur agregat halus.
Kadar rongga yang tinggi mengindikaskan bentuk yang lebih bersudut, atau tekstur
permukaan yang lebih kasar atau kombinasi dari keduanya. Rendahnya kadar rongga
menunjukkan bentuk butir yang lebih bulat, atau permukaan agregat halus yang lebih
halus atau kombinasinya.
5.2 Metode pengujian C digunakan untuk mengukur kadar rongga agregat halus porsi
yang lolos saringan 4,75 mm (No.4). Kadar rongga tersebut tergantung dari gradasi,
bentuk butir clan tekstur.
5.3 Kadar rongga yang diperoleh dari Metode Pengujian A tidak dapat dibandingkan
secara langsung dengan kadar rongga yang diperoleh dari Metode Pengujian B. Benda
uji yang terdiri atas ukuran yang seragam akan mempunyai kadar rongga yang lebih
besar dari pada yang bergradasi, karena itu digunakan salah satu dari kedua metode
tersebut dengan mencantumkan mana yang digunakan. Metode pengujian C tidak
secara langsung mengindikasikan bentuk butir dan tekstur.jika gradasi dari contoh uji
berubah.
5.3.1 Metode Pengujian A paling tepat digunakan secara cepat dalam mengindikasikan
bentuk butir agregat. Contoh uji dapat diperoleh dengan menggunakan fraksi-fraksi
yang didapat dari analisa saringan.
5.3.2 Metode Pengujian B memerlukan contoh uji dan waktu yang lebih banyak daripada
Metode Pengujian A. Namun demikian Metode Pengujian B memberikan informasi
tambahan mengenai bentuk butir dan tekstur masing-masing fraksi.
5.3.3 Metode Pengujian C berguna dalam penentuan proporsi agregat untuk berbagai
campuran. Pada umumnya, kadar rongga yang tinggi menunjukkan gradasi agregat
memerlukan pengikat yang lebib tinggi yang dapat diperbaiki dengan menambahkan
fraksi halus untuk mengisi rongga.
5.3.4 Untuk menghitung kadar rongga digunakan berat jenis kering baik. Ketepatan dari
metode-metode pengujian untuk mengukur kadar rongga dan hubungannya dengan
bentuk dan tekstur butir tergantung pada perbedaan berat jenis baik masing-masing
fraksi. Semakin kecil perbedaan berat jenis baik masing-masing fraksi semakin tinggi
ketepatan pengujian. Kadar rongga pada dasarnya merupakan fungsi dari volume
masing-masing fraksi. Bila jenis batuan atau mineral atau porositas masing-masing
fraksi sangat berbeda, sebaiknya pengujian berat jenis dilakukan untuk masing-
masing fraksi.
5.4 Kadar rongga yang diperoleh dari metode pengujian A, B atau C dapat
digunakan sebagai indikator sifat-sifat
a) Beton semen
Pada beton semen akan mempengaruhi kebutuhan air dalam membuat campuran
beton; kemudahan pengaliran, kemudahan pemompaan atau kemudahan
pelaksanaan dalam penentuan formula pembuatan grout atau mortar.
b) Beton aspal
Pada beton aspal, mempengaruhi stabilitas dan rongga diantara agregat.
c) Lapis Pondasi
Pada lapis pondasi akan mempengaruhi stabilitas.
3
SNI 03-6877-2002
6. Peralatan
6.2 Corong
Diameter lubang terkecil corong adalah (12,7 0,6) mm, dinding bagian bawah corong
minimum 38 mm. Corong harus terbuat dari logam dengan permukaan bagian
dalamnya halus. Volume corong minimum adalah 200 ml atau harus dilengkapi dengan
tabung gelas atau logam sehingga memenuhi persyaratan volume tersebut, lihat
Gambar 2.
6.5 Pan
Pan logam atau plastik dengan ukuran yang cukup untuk menampung penyangga
corong serta mencegah terbuangnya bahan.
6.7 Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram, yang mampu menimbang silinder pengukur
beserta isinya.
4
SNI 03-6877-2002
7.1 Ambil contoh uji sesuai ASTM D 75 dan ASTM C 702, contoh uji dari analisa saringan
untuk Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI-
1968-1990) atau dari hasil ekstraksi beton aspal. Untuk Metode Pengujian A dan B,
cuci contoh uji di atas saringan 150 m (No. 100) atau 75m (No. 200) sesuai dengan
ASTM C 117, selanjutnya keringkan dan saring sesuai Metode Pengujian Tentang
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI-1968-1990). Ambil agregat halus
sesuai fraksi-fraksi yang dibutuhkan dari satu atau lebih analisa saringan dan simpan
dalam wadah terpisah dalam keadaan kering.
Untuk metode pengujian C keringkan benda uji sesuai metode pengujian Tentang
Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar 03-1968-1990
8.1 Silinder pengukur harus dalam keadaan kering, oleskan sedikit gemuk pada bibir atas
silinder pengukur. Timbang silinder pengukur dan pelat kaca. Didihkan air suling dan
dinginkan sehingga mencapai temperatur ruang. Isi silinder pengukur dengan air suling
tersebut. Catat temperatur air. Letakkan pelat kaca di atas silinder pengukur dan
pastikan tidak ada gelembung udara yang tertinggal. Keringkan permukaan luar dari
silinder pengukur dan timbang silinder pengukur bersama pelat kaca clan air. Setelah
selesai penimbangan kosongkan silinder, bersihkan gemuk dan keringkan untuk
pengujian berikutnya.
dengan:
V = volume silinder, ml M = berat air, gram
D = Berat isi air, kg/m3 (lihat Tabel di Lampiran)
Perhitungan volume dilakukan dengan ketelitian 0,11 ml
5
SNI 03-6877-2002
10.1 Aduk setiap contoh uji dengan spatula sampai kelihatan homogen. Tempatkan tabung
dan corong pada penyangga dan letakkan di tengah-tengah dudukan silinder pengukur
seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Tutup lubang terkecil corong dengan jari.
Tuangkan contoh uji ke dalam corong dan ratakan dengan spatula. Lepaskan jari dari
lubang terkecil corong sehingga contoh uji mengalir bebas ke dalam silinder pengukur.
10.2 Setelah corong kosong, ratakan kelebihan agregat halus dalam silinder pengukur
dengan satu lintasan menggunakan spatula dengan bilah spatula pada posisi tegak
lurus permukaan silinder pengukur tanpa tekanan. Sampai perataan selesai, harus
dihindari terjadi getaran atau gangguan yang dapat menyebabkan pemadatan dari
agregat halus dalam silinder pengukur (catatan 1). Bersihkan dengan kuas butiran
yang menempel di bagian luar silinder atas, dan timbang silinder pengukur dan isinya
dengan ketelitian 0,1 gram. Kumpulkan kembali agregat halus untuk pengujian
berikutnya.
6
SNI 03-6877-2002
10.3 Gabungkan kembali contoh uji dari pan dan silindeapengukur serta ulangi prosedur.
Rata-ratakan hasil dari dua kali pengujian.
10.4 Timbang silinder pengukur beserta alasnya dalam keadaan kosong. Untuk setiap
pengujian catat berat dari silinder pengukur beserta alasnya dan agregat halus.
11. Perhitungan
11.1 Hitung rongga agregat halus yang tidak dipadatkan sebagai berikut:
V (F / G )
U= 100
V
dengan:
V : Volume silinder pengukur, ml
F : Berat bersih agregat halus dalam silinder pengukur, gram (berat total dikurangi
berat silinder kosong).
G : Berat jenis balk dari agregat halus
U : Rongga agregat halus tidak dipadatkan, %
11.2 Pada Metode Pengujian A hitung kadar rongga ratarata agregat halus dari dua kali
pengujian dan laporkan hasilnya sebagai Us.
11.4 Pada Metode Pengujian C hitung rongga rata-rata dari dua penentuan dan
laporkan hasilnya sebagai UR.
12 Pelaporan
12.2 Laporkan kadar rongga untuk metode pengujian B dengan ketelitian 0,1%,
laporkan hal-hal sebagai berikut :
7
SNI 03-6877-2002
13.1 Ketelitian :
13.1.1 Deviasi standar untuk satu teknisi 0,13%; menggunakan gradasi standar pasir silica
seperti diuraikan dalam ASTM C778, oleh sebab itu hasil dari dua pengujian oleh
teknisi yang sama pada benda, uji yang sama tidak boleh berbeda dari 0,37% .
13.1.2 Deviasi standar antar laboratorium adalah 0 33% menggunakan agregat halus
standar seperti diuraikan dalam ASTM C778, oleh karena itu hasil dari dua pengujian
pada laboratorium yang berbeda pada benda uji yang sama tidak boleh berbeda lebih
dari 0,9%.
13.1.3 Pernyataan-pernyataan di atas ditentukan berdasarkan kadar rongga dari pasir
standar yang bergradasi seperti diuraikan dalam ASTM C 778, yang dianggap
berbentuk bulat dan bergradasi 600m (No.30) sampai 150 m (No.100) yang
mungkin tidak berlaku untuk agregat halus lainnya. Diperlukan data ketelitian
tambahan untuk pengujian agregat halus yang mempunyai tingkat angularitas dan
tekstur yang berbeda.
13.2 Peyimpangan
Penyimpangan belum dapat ditentukan karena belum ada bahan rujukan yang disepakati
untuk menentukan penyimpangan dari prosedur pengujian ini.
8
SNI 03-6877-2002
LAMPIRAN A