Anda di halaman 1dari 15

CHAPTER 7

CURRENT COST ACCOUNTING

A. Dasar Pemikiran Current Cost Accounting (CCA)


Current Cost Accounting (CCA) adalah suatu sistem akuntansi
dimana asset dinilai pada harga beli pasar sekarang dan profit ditentukan dengan
alokasi yang didasarkan pada biaya sekarang(current costs). Mengapa
menggunakan current cost? Sebelum menjawab, kita perlu mempertimbangkan
jenis-jenis keputusan manajer dihadapkan pada jalannya bisnis. Manajer ingin
tahu bagaimana seharusnya mengalokasikan sumber daya perusahaan untuk
memaksimalkan profit. Menurut Edwards dan Bell masalah mendasar tersebut
diungkapkan menjadi 3 pokok permasalahan:
Masalah ekspansi: berapa jumlah asset yang seharusnya
dipegang/dipertahankan pada saat-saat tertentu.
Masalah komposisi: apa bentuk asset yang sesuai?
Masalah pendanaan: bagaimana aset-aset tersebut didanai?
Manajer dalam membuat keputusan mengenai tiga pertanyaan di
atas mendasarkan pada haarapan di masa yang akan datang. Untuk merumuskan
harapan tersebut secara tepat, manajer perlu untuk mengevaluasi kegiatan dan
keputusan di masa lampau. Alat yang digunakan dalam evaluasi ini adalah
perbandingan data akuntansi untuk sebuah periode yang telah ditentukan dengan
harapan-harapan pada periode tersebut. Jika perbandingan tersebut
mengungkapkan bahwa harapan-harapan tidak akurat, maka kejadian atau
harapan di masa sekarang bisa diubah.
1) Konsep Profit Bisnis
Dua keputusan yang sering dihadapi manajemen:
Holding decisions : apakah akan menahan aset dan kewajiban atau
untuk melepas keduanya (contoh. Apakah menjual aset atau membayar
utang)
Operating decisions: bagaimana menggunakan dan mendanai operasi
perusahaan.

2) Holding gains and losses


Suatu asumsi yang mendasari CCA adalah pencampuran antara
holding gains/losses dan operating gains/losses membingungkan evaluasi
akann keputusan manajemen dan menyembunyikan alokasi dari sumber daya
ekonomi. CCA memperkenankan pemisahan dari kedua komponen tersebut.
Dengan metode konvensional historical cost accounting, gains dicatat hanya
ketika aset dilepas. Oleh karena itu penentuan apakah kegiatan holdings
manajemen berhasil atau tidak, hampir tidak mungkin kecuali jika aset
diperoleh dan dijual pada periode yang sama. Dengan akuntansi
konvensional, ketika membandingkan perusahaan kita mungkin tidak tahu
perusahaan mana yang lebih efisien.
3) Mengapa Holding Gains merupakan komponen profit
Edwards dan Bell meyakini bahwa holding gains menyajikan suatu
simpanan yang diakibatkan oleh fakta bahwa input diperoleh pada kemajuan
penggunaan. Simpanan tersebut diakibatkan oleh kegiatan holding. Tapi
mengapa seharusnya kenaikan current cost pada suatu aset dianggap
sebagai bagian dari profit? Edwards dan Bell tidak menyediakan jawaban
atas pertanyaan tersebut, tapi Revsine menyarankan bahwa teori tersebut ke
depannya menyajikan suatu alasan sebagai berikut : The cost saving
merupakan komponen pendapatan karena menyajikan suatu opportunity
gain, karena perusahaan membeli aset pada saat sebelum harganya berangsur
naik.
B. Financial Capital versus Physical Capital
Berdasarkan sistem akuntansi penilaian pasar (market value),
perhitungan profit bergantung terhadap modal (capital). Sehingga profit lebih
dikenal sebagai perubahan modal dalam satu periode pelaporan, bukan sebagai
alokasi biaya perolehan (historical cost) sebagaimana ditentukan dalam banyak
konvensi akuntansi. Dalam current cost accounting terdapat dua pandangan dasar
yang berbeda terkait modal awal dan modal akhir yaitu konsep keuangan
(financial concept) dan konsep fisik (physical concept). Dari kedua pandangan
tersebut tidak ada perbedaan pandangan dalam konsep penilaian fair value yang
diakui sebagai harga pembelian pasar sekarang (current market buying prices)
atau current costs, tetapi perbedaan terletak pada definisi capital dan bagaimana
profit diukur berdasarkan definisi masing-masing.
1) Pendukung Modal Fisik
Penganut konsep physical capital berpendapat bahwa modal
(capital) adalah unit-unit fisik yang menunjukan kemampuan operasi fisik
suatu perusahaan. Dalam hal ini, jika perusahaan memiliki 100 unit barang
dagangan diawal; jika capital yang akan dipertahankan, maka seharusnya
perusahaan berada dalam posisi untuk membeli 100 unit barang pada akhir
periode. Karena harga sudah mengalami kenaikan sebesar $2 per unit,
sehingga perusahaan memerlukan $200 lagi pada akhir periode untuk
mempertahankan kemampuan operasi awalnya. Oleh karena itu, nilai
sebesar $200 bukanlah merupakan keuntungan tetapi penyesuaian atas
pemeliharaan capital.
Fitur utama dari sistem kapasitas fisik :
Pemeliharaan Modal : Sistem dari current cost didasarkan pada
konsep entitas dalam memelihara secara utuh kemampuan sebuah
perusahaan untuk menghasilkan sejumlah barang dan jasa yang
sama secara berkelanjutan (kemampuan operasi perusahaan).
Prinsip Penilaian :
Item Non-moneter : Item moneter dan non-moneter adalah
subjek dari perbedaan efek dan risiko ketika inflasi. Item moneter
adalah klaim terhadap sejumlah tertentu nilai suatu dollar. Dalam
istilah nominal, item moneter tidak berubah selama inflasi harga.
Item Moneter dan modal pinjaman : Aset moneter ditunjukan
dengan nilai pada saat pertama kali dimasukan dalam akun dan
merepresentasikan kerugian dalam kemampuan daya beli.
Kewajiban moneter dinilai pada saat diharapkan untuk dibayar dan
menguntungkan bagi perusahaan jika dipertahankan ketika uang
kehilangan kemampuan daya belinya.
Aset non-moneter dibeli dan dijual di pasar yang sama :
Saham dan komoditas pasar tertentu seperti emas, perak dan aset
lainnya yang dipandang spekulatif atau aset financial dibeli dan
dijual dipasar yang sama. Aset ini tidak secara langsung
menambah kemampuan operasi entitas.

2) Kritik Terhadap Modal Fisik


Sterling mempertimbangkan bahwa konsep physical capital penuh dengan
kelemahan. Dia berpendapat bahwa profit dibawah pandangan physical
capital bernilai jika empat kondisi terpenuhi, yaitu:
Perusahaan berkelanjutan mengganti unit-unit yang identik;
Menghadapi kenaikan biaya yang berkelanjutan;
Dibeli dan dijual dipasar yang berbeda;
Diinvestasikan secara penuh di unit fisik.
Jika keempat kondisi ini tidak terpenuhi, akan terjadi masalah serius dalam
pengukuran.

C. Current Cost Perspektif Global


1. Current Cost Amerika
Pada tahun 1976, Security Exchange Commission (SEC)
mengamandemen Rule 3-17 dari peraturan S X yang mensyaratkan
bahwa data biaya pengganti (replacement cost) wajib dituangkan dalam
laporan 10-K bagi perusahaan dengan persediaan dan aset produktif yang
nilai totalnya lebih dari US $ 100.000.000 atau lebih dari 10% total asset.
Ketentuan ini kemudian disahkan menjadi Accounting Series Release
(ASR) 190. Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Statement 33 yang
mensyaratkan pengungkapan atas constant dollar dan data current cost.
Dilatarbelakangi oleh terbitnya statement 33 tersebut, SEC mengeluarkan
ASR 271 yang membatalkan ASR 190 untuk mendukung statement 33.
2. Current Cost - Inggris
Proposal dari komite sandilands ditembuskan kepada
pemerintah inggris dan diterima oleh Accounting Standar Comitee. Proses
ini kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Inflation Accounting
Steering Group (IASG) pada tahun 1976. IASG kemudian menyusun draft
(ED 18) pada akhir athun 1976 yang berisi panduan pelaksanaan akuntansi
current cost bagi perusahaan. Setelah melewati banyak perdebatan, revisi,
dan percobaan, Accounting Standar Comitee kemudian mengeluarkan
Statement On Current Cost Accounting (SSAP 16) yang mensyaratkan
current cost sebagai laporan utama dan nilai historis sebagai data tambahan.
Standar ini kemudian digunakan oleh banyak perusahaan besar. Pada tahun
1985, stelah melalui perdebatan panjang, ASC mencabut status wajib atas
SSAP 16.
3. Current Cost - Australia
Di Australia, profesi akuntansi mengeluarkan DPS 1.1 ,
Statement of Provisional Accounting Standards (PAS) Current Cost
Accounting pada bulan oktober 1976. Amanemen dari pernyataan tersebut
(PAS 1) dan petunjuk pelaksanaannya dikeluarkan pada bulan agustus
1978. Sistem current cost yang direkomendasikan didasarkan atas kapasitas
operasi yang dijalankan perusahaan secara utuh. Pada saat itu diharapkan
bahwa sistem yang baru akan menggantikan sistem konvensional secara
keseluruhan apabila sistem baru ini sudah familiar di kalangan pengguna.
Statement of accounting practice (SAP) 1 Current Cost Accounting
kemudian diterbitkan pada bulan November 1983.
4. Standar Akuntansi Internasional dan Current Cost
Pada tanggal 15 Juli 2004, AASB mengadopsi standar
akuntansi internasional untuk semua komponen laporan keuangan setelah 1
Januari 2005. Selanjutnya IASB dan FASB sepakat bahwa basis terbaik
untuk melakukan pengukuran adalah nilai wajar. IAS 39/AASB 139 dan
IFRS 3/AASB 3 mendifinisikan nilai wajar sebagai nilai sebuah aset
apabila digantikan atau nilai hutang apabila dilunasi/ diselesaikan. Pada
pasar yang aktif, nilai wajar adalah harga transaksi dan apabila tidak
terdapat pasar aktif maka pendekatan untuk menghitung nilai wajar dapat
digunakan, antara lain discounted cash flow, option pricing models,
depreciated replacement cost, market indexes dan appraisal value.

D. Mendukung Biaya Saat Ini


1) Prinsip Pengakuan
Pembela historical cost berargumen bahwa current cost accounting
melanggar prinsip konvensional yaitu keuntungan diakui saat diterima.
Pernyataan ini benar adanya, untuk pengakuan laba ditahan yang belum
direalisasi.Pendukung current cost accounting menyatakan bahwa laba
ditahan yang belum direalisasi telah menunjukkan adanya pergerakan
penambahan modal dan harus diakui jika ada cukup bukti untuk
menunjukkan adanya perubahan. Pendukung historical cost dan physical
capital theorist menyangkalnya karena perusahaan menghitung keuntungan
dari perubahan harga aset tidak lancar. Perubahan harga pasar sama sekali
tidak relevan kaitannya dengan keuntungan
2) Objektivitas Biaya Saat Ini
Pendukung konsep historical cost berargumen bahwa current cost
accounting kurang objektif karena sebagian besar perhitungan current cost
tidak didasarkan pada tansaksi aktual dimana perusahaan ikut serta. Sebagai
contoh akuntan tidak lagi memperhitungkan harga pasar berdasarkan prinsip
COMWOL. Salah satu alsannya karena standardisasi prosedur dan alasan
lainnya mengenai masalah ketersediaan data harga pasar. Untuk barang yang
memiliki harga yang relatif mudah untuk diukur, objektifitas dari current cost
masih dapat diterima akuntan. Persediaan, barang baku dan barang jadi
masuk ke dalam kategori ini. Bahkan current cost dapat lebih objek dalam
menhgitung arus barang yang masuk dan keluar. Namun untuk perusahaan
yang sangat besar nyaris sulit dalam menghitung arus barang. Oleh karena itu
untuk mempermudahnya diperlukan asumsi-asumsi antaralain seperti FIFO
dan LIFO.
3) Perubahan Teknologi
Keuntungan dari operasi adalah indikasi bahwa perusahaan
membuat kontribusi jangka panjang yang positif trhdp ekonomi, dan proses
produksi dilakukan secara efektiv.
4) Biaya Saat Ini Vs Biaya Keluaran
Pada kondisi spt apakah digunakan harga keluaran (exit price),
misal net realisable value ? Para pendukung teori current cost theories
berargumen pada harga masukan (entry price), current cost adalah methode
normal untuk menilai dengan alasan sbb :
Menggunakan exit price melahrkan anomali revaluasi thdp akuisisi
karena biaya transportasi, biaya instalasi dan pembongkaran dan akses
yang kurang terhadap pasar. Segera setelah pembelian mesin baru,
harga biasannya jatuh jadi kurang dari biaya akuisisi
Menggunakan exit price berdampak pada pendekatan jangka pendek
(short term approach)
Menggunakan exit prices untuk untuk persediaan barang jadi
membawa ke antisipasi keuntungan operasi sebelum point of sale
karena persediaan dinilai lebih dari current cost

E. Studi Empiris
1) Australia
a. Barton
Baron berpendapat bahwa jika perusahaan melaporkan informasi yang
berguna bagi para investor dalam menilai saham dan keputusan
investasi mereka, maka current cost financial report nyata-nyata
unggul dari pada historical cost reports.
b. Ferguson dan Wines
Melakukan survey berapa banyak perusahaan yang menggunakan
SAP 1 current cost data dalam menyiapkan laporan keuangannya.
Mengirimkan kuesioner ke sampel 200 perusahaan yang terdaftar
di Pasar saham Sydney selama tahun 1984. Hasilnya hanya 3,7 %
perusahaan yang menggunakan current cost accounting.
Kesimpulannya bahwa SAP I current cost accounting tidak
dipakai oleh komunitas bisnis
2) Amerika Serikat
a. Tim peneliti University of Texas
Menggunakan model simulasi komputer untuk memeriksa perbedaan
historical cost profit dan current value profit. Hasil simulasi :
Pengukuran dengan current value lebih baik dari pada historical
cost profit dalam hal memprediksi kas flow dari operasi pada tahun
yang akan datang.
Companies with increasing cost combined with declining sales
volume are particulary prone to pay dividends out of capital rather
than profit
Across abroad range of inflationary conditions, the failure of
historical cost accounting to adjust for inflation causes dramatic
differences between historical cost and current value performance
trends
b. Dickerson
Menyelidiki penerapan prosedur current cost accounting pada produser
kecil. Kesimpulan : penggunaan computer akan mengurangi waktu dan
biaya.
3) New Zealand
a. Duncan dan Moores
Menguji asersi direktur New Zealand Company yang menyatakan
bahwa current cost information tidak bermanfaat bagi investor dalam
membuat keputusan. Menyimpulkan bahwa current cost accounting
memberikan informasi yang lebih relevan dan handal dari pada
ihistorical cost statements.
4) United Kingdom
a. Peasnell, Skerratt dan Ward
Menyelidiki pengaruh the impact of the experimental current cost
standard (SSAP 16) onshare returns pada pasar saham London.
Kesimpulannya :
Investor menggunakan current cost information dalam their
short-term portofolio decision.
Share return in the long term berkaitan erat dengan historical
cost data dari pada dengan current cost financial data.
b. Thompson dan Watson
Menguji onformasi dalam current cost data dengan cara menganalisa
keputusan manajemen mengenai deviden. Kesimpulan : historical
cost profits pada umumnya memberikan penjelasan terbaik dalam
perubahan devidens.

CHAPTER 8
EXIT PRICE ACCOUNTING

A. Argumen Pendukung Untuk Exit Price Accounting


1) Menyediakan informasi yang berguna
Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau
mitra kelompok kecil. Sehinggga Akuntan memiliki kewajiban untuk
menyiapkan Laporan Keuangan hanya untuk dua pihak, pemilk : yang
mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan kreditur : yang tertarik
terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau
pinjaman saat jatuh tempo. Pada masa sekarang, dengan banyaknya jumlah
pemegang saham pada suatu perusahaan menyebabkan Laporan keuangan
perusahaan sebagai media informasi utama mengenai perusahaan tersebut,
sehingga Laporan keuangan dari akuntan eksternal menjadi sangat penting.
Menurut MacNeal, Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional
yang didasari Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang
salah dan menyesatkan serta tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.
Solusi ideal untuk akuntan adalah melaporkan semua keuntungan dan kerugian
seperti nilai seperti yang ditentukan dalam pasar yang kompetitif.Namun, tidak
semua aset memiliki nilai pasar. Oleh karena itu MacNeal mengusulkan
penerapan penilaian:
Aset yang dapat dipasarkan pada harga pasar (exit price)
Aset tidak tidak dapat dipasarkan yang dapat direproduksi pada biaya
pengganti.
Aset tidak dapat dipasarkan yang tidak dapat direproduksi pada biaya
historis.
Keuntungan harus mencakup semua keuntungan maupun yang belum
direalisasi dan kerugian sesuai dengan prinsip surplus bersih.
2) Pengambilan Keputusan yang Adaptif
Chambers telah mengajukan pendapat secara komprehensif
mengenai Exit Price Accounting dalam continuously contemporary accounting
(CoCoA) dan dikembangkan menjadi Current Cash Equivalents
(CCE).Chambers melihat bahwa perusahaan sebagai suatu entitas yang adaptif
terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa.Dalam bisnisnya,
sebuah perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi pasar dan hal ini
diungkap dalam Laporan Keuangan.Pada Lingkungan pasar, monetary asset
dan liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar, contohnya harga beli atau
current cost tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam pasar dengan
cash untuk tujuan adaptasi. Sedangkan harga jual atau Current Cash
Equivalent mmenunjukkan harga realisasi pada dasar likuidasi. Ketika
perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah kemampuannya
untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas, penurunan saldo kas
perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan untuk berinvestasi pada
yang lain.
Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini mengurangi
kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut.Tetapi konsep
perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk tindakan membuang
asset jika hal itu merupakan yang terbaik. Maka, perusahaan akan menjaga
aktiva tidak lancar hanya apabila nilai sekarang dari arus kas masa depan
bersih dari penggunaan aktiva lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas
yang diharapkan bersih dari investasi alternatif exit value aset tersebut. Oleh
karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif
memberi keuntungan yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau
diinvestasi.Ini adalah konsep opportunity cos, yang menggunakan harga jual
dan bukan harga penggantian aset, sebagai basis pengukuran. Chamber
mengakui bahwa setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai tukar
(harga keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya
adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers
berpendapat bahwa itu merupakan keyakinan tentang masa depan, bukan fakta
sekarang.
3) Informasi yang Relevan dan dapat dipercaya.
Sterling yakin bahwa ada suatu metode terbaik dalam menentukan
keuntungan.Kriteria dalam menentukan metode penilaian mana yang terbaik
adalah metode yang memberikan informasi lebih banyak dimana isi informasi
tersebut harus relevan dan dapat dipercaya. Untuk menjadi relevan, informasi
harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan akuntansi.Model
keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk menentukan
tindakan yang diambil dari beberapa alternatif.Jika tidak ada kendala,
informasi yang dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk setiap
masalah yang diberikan dan model keputusan. Namun, karena informasi
sumber daya produksi langka dan mahal maka menjadi kendala untuk memilih
model keputusan yang sesuai dengan menilai kemampuan model untuk
memprediksi konsekuensi dari program alternatif yang tersedia saat tindakan.
Contohnya, seorang pedagang gandum pada pasar sempurna dan
harga yang stabil. Dia mengartikan keuntungannya sebagai perbedaan antara
modal pada dua hal diwaktu yang berbeda antara tambahan investasi atau
distribusi ke pemilik. Untuk pedagang tersebut dapat dilihat 3 keputusan dan
permasalahan
Melanjutkan keputusan untuk masuk dan tetap didalam pasar
Melanjutkan keputusan untuk menahan cash atau gandum
Mengevaluasi keputusan yang lalu
Sterling menjelaskan bahwa untuk kasus pedagang gandum metode penilaian
yang paling tepat dan relevan adalah Present Selling Prices. Kesimpulan
Sterling, Present market Method valuation mempunyai unsur:
Relevant ke semua
Dapat dipercaya
ermakna empiris
Additive
Konsisten
Suatu penilain
Lebih informatif
4) Additivity
Chambers mempertimbangkan masalah aditif menjadi faktor kunci
dalam mendukung akuntansi CCE. Produk utama dari sistem akuntansi
laporan akuntansi - neraca dan laporan laba rugi.Jika kita memberikan nilai
yang berbeda dengan karakteristik yang relatif kecil dari fakta dan
menggunakan skala pengukuran relatif kecil, maka tidak ada arti tertentu atau
komersial dapat dideduksi dari agregat - mereka tidak dapat secara logis
ditambahkan bersama-sama.
Sebagai contoh, kita tidak bisa nilai kewajiban sebesar harga
perolehan (surat hutang), beberapa aset sebesar biaya penggantian
(persediaan), yang lain sebesar nilai kini (sewa aset) dan yang lain di setara
kas (debitur) dan memperoleh neraca yang sesuai. Juga tidak bisa kita gunakan
untuk mencampuradukan biaya historis pada tanggal yang berbeda dan makna
berbeda pada perhitungan aktiva bersih. Maka, penilaian dari semua elemen
dalam neraca dan laporan laba rugi pada setara uang mereka (nilai keluar),
menyediakan satu aturan yang dapat diterapkan secara konsisten terhadap
perusahaan manapun.Sistem ini berkonsentrasi pada pengukuran kemampuan
keuangan penting - uang dan setara uang.Itu membuat tidak menggunakan
karakteristik fisik atau aset lainnya.
5) Alokasi
Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya
(historical dan Current) sangat bergantung pada alokasi biaya untuk penilaian
asset dan penentuan keuntungan.Ia Berpendapat Exit Price Accounting dimasa
mendatang mempunyai laporan keuangan bebas alokasi.Laporan laba-rugi
tidak melaporkan perubahan dalam jumlah yang dialokasikan, tapi melaporkan
arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar dari aset perusahaan dan
kewajiban dalam suatu periode tertentu.Laba menampilkan jumlah perubahan
daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan
distribusi kepada pemilik.
6) Kenyataan (Reality)
Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata
karena, setiap contoh mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya.
Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara konvensional, namun dalam arti
ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak mungkin terjadi dalam
beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika tidak ada nilai realisasi
dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan memiliki saldo nol.
Selain itu, dipertukarkan adalah bagian dari definisi suatu aset sehingga
goodwill tidak dapat dijual secara terpisah, tidak termasuk dari pertimbangan.
Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya harga jual - semua item pada
laporan keuangan dapat dikuatkan dengan bukti nyata.

7) Obyektifitas
Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak
objektif.Namun, beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar
relatif lebih objektif daripada kebanyakan orang percaya. Parker melakukan
studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price
dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai
konsensus di antara penilai. Komparatif didefinisikan sebagai sebuah
konsensus dalam pengukuran. Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker
menunjukkan bahwa untuk mengukur objektivitas dan komparatif, exit price
mengungkapkan dispersi yang sedikit dari jumlah tercatat.
Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat adalah
dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa. McKeown juga
menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan kontruksi jalan berukuran
sedang, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang
digunakan untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi)
daripada metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi
lain, McKoewn dibandingkan empat model (exit price, current replacement,
Historical cost in specific level, Historical cost in general level)yang diusulkan
dengan metode GAAP untuk objektivitas mereka (verifiability) dan
menyimpulkan bahwa model CCE adalah yang paling
8) Ukuran risiko
Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko
keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset
dengan exit price yang berbeda secara signifikan dari entry price, maka aset
tersebut adalah proposisi berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa
pembelian aset tersebut harus merupakan proposisi jangka panjang dimana
nilai ekonomi yang ditemukan oleh nilai pakai, Sebaliknya, jika exit price
meningkat secara drastis, biaya peluang meningkat kembali dan harus
dioperasikan dengan lebih efisien. Untuk memungkinkan pengguna laporan
keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko dan kinerja dalam mengelola risiko
keuangan yang signifikan dengan rancangan standar akan membutuhkan:
deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan
perusahaan serta kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi
keuangan (neraca) dan laporan kinerja keuangan.
Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk
memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan.

B. Argumen yang bertentangan dengan exit price.


1. Konsep laba
Mengingat bahwa keuntungan adalah ukuran efektivitas kinerja
aktual perusahaan dalam menggunakan sumber daya yang dipercayakan, Bell
menyatakan: Aktiva tertentu telah dibeli dengan rencana operasi yang
direncanakan. Rencana itu, operasi-operasi, memang orang-orang yang telah
mengembangkan rencana harus dievaluasi alternatif-altenatif tentang masa
depan yang dianggap, dan tugas akuntan untuk memberikan data untuk
mengevaluasi. Setelah evaluasi ini dibuat, perusahaan dapat memutuskan
apakah akan terus menggunakan aset yang diperoleh untuk tujuan tersebut atau
untuk menjualnya dan menggunakan hasil itu dalam beberapa alternatif lain.
Konsep bermakna laba, oleh karena itu pengukuran kinerja dalam
hal yang seharusnya.Hanya setelah rencana yang diharapkan dalam hal hasil
yang dibuat dapat kita melanjutkan ke tahap berikutnya untuk menentukan
apakah rencana itu harus diubah dan aktiva yang dijual. Di sisi lain, keluar
pengukuran harga memerlukan konsep keuntungan di mana rencana selalu
untuk memaksimalkan setara kas aktiva bersih selama periode pendek periode
yang berurutan. Bell berpendapat bahwa untuk perusahaan lain dari satu yang
berkaitan dalam operasi perdagangan paling sederhana, seperti yang diteliti
oleh Strelling, 'seperti pandangan dari perusahaan, tujuan dan modus yang
berpikir, hanya akan tampaknya tidak berlaku. Argumen yang bertentangan
dengan exit price yang harus mengukur peristiwa masa lalu, yang benar-benar
terjadi, daripada yang mungkin terjadi jika perusahaan melakukan sesuatu
yang lain dari apa yang direncanakan.
2. Additivity
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika
mereka harus objektif, harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan kini.
Perhitungan antisipasi tidak dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka
saat ini.Pengkritik menunjukkan, bagaimanapun, arus kas yang setara aset
ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur. Jika itu terjadi,
peristiwa masa depan harus diasumsikan ketika setara kas saat ini tercatat pada
tanggal neraca. Nilai realisasi untuk sebuah aset yang harus dijual segera di
dalam likuidasi mungkin memaksa sangat menyimpang dari likuidasi,
bertahap teratur.Jika, pada kenyataannya, antisipasi tidak dapat dihindari
dalam setara kas memastikan saat ini, maka model exit price sendiri melanggar
prinsip eksklusi perhitungan antisipatif.
3. Penilaian kewajiban
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif
berbentuk modal dan harus dinyatakan sebesar nilai nominal, bukan di nilai
pasar.Ini telah membuat inkonsistensi, karena obligasi sebagai aktiva harus
dinyatakan sebesar nilai pasar.Dalam pertahanan, Chambers menyatakan
bahwa pada waktu tertentu, terlepas dari harga di pasar, perusahaan yang
berutang kepada pemegang obligasi hanya sebesar jumlah kontrak obligasi,
karena itu adalah jumlah kontrak yang relevan dalam menilai posisi keuangan
saat ini.Dalam kebanyakan kasus, ini setara dengan nilai nominal.Tapi kritikus
tidak yakin karena, menurut definisi, posisi keuangan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk terlibat dalam transaksi.Hal ini secara logis
menyiratkan kemampuan perusahaan untuk pasar untuk membeli obligasi
sendiri dengan harga pasar.
4. Current Cost or Exit price
Satu pertanyaan sangat penting dalam memutuskan apakah akan
menggunakan current cost atau exit price. Di tahap mana dari siklus operasi,
exit price mendominasi penilaian aset? Teori current cost berpendapat bahwa
harga entri adalah ' metode penilaian normal' dibandingakan exit price karena
alasan berikut:
Menggunakan harga keluar (exit price) mengarah ke revaluasi anomali
atas perolehan karena segera setelah nilai pembelian biasanya harga jatuh
sehingga kurang dari harga perolehan.
Menggunakan harga keluar(exit price) menyiratkan pendekatan jangka
pendek untuk operasi bisnis karena salah satu tertarik pada nilai-nilai
disposisi dan likuidasi.
Menggunakan harga keluar (exit price) untuk persediaan barang jadi
mengarah pada antisipasi terhadap laba operasi sebelum titik skala karena
persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini.

C. Value In Use Vs Value In Exchange


Staubus menunjukan bahwa sejumlah faktor yang umum untuk setiap viewpoint :
pengamatan harga pasar lebih relevan untuk pengambilan keputusan
keuangan.
keandalan yang dibutuhkan oleh sistem pengukuran, yaitu penilaian tidak
bergantung pada alokasi subjektif.
aditif (pengukuran) dari fenomena ekonomi adalah dibuat dalam satuan yang
sama, disesuaikan dengan pergerakan inflasi dan harga.
.
D. Sistem Pengukuran Campuran Dan Standar Internasional
Meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional penilaian
pasar dilakukan dengan pendekatan nilai wajar, pendekatan ini dilakukan tidak
beraturan karena pada dasarnya lembaga pengatur akuntansi tidak memiliki
konsep penilaian, capital maintenance, atau pengukuran pendapatan.Staubus
berpendapat bahwa mereka tidak benar-benar menerapkan teori decision-
usefulness.Akan tepapi mereka menerapkan istilah mereka sendiri yaitu atribut
dari aset atau hutang daripada metode pengukuran yang unik.Hal inilah yang
menimbulkan sistem pengukuran campuran.

Anda mungkin juga menyukai