Anda di halaman 1dari 125

MUQODDIMAH

Segala puji hanyalah milik Allah. Kami memuji,


meminta pertolongan dan ampunan-Nya. Dan kami
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami
dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang
di tunjuki oleh Allah, maka tidak ada yang dapat
menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh
Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah
selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
saya bersaksi bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa
salam adalah hamba dan rasul-Nya.


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran: 102)


Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 2


silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisa: 1)


Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu
dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar. (Al-Ahzab: 70- 71)

Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam. Shalawat


dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad n.
Karena karunia dan berkah dari-Nya, kami bisa
menyusun tulisan yang berjudul: Cahaya Hijrah Di
Pelantaran Kampus.

Kami menulis judul tulisan ini karena kami sangat


berharap tulisan ini dapat menjadi secercah cahaya
untuk Aktivis Dakwah Kampus pada khususnya dan
kaum muslimin pada umumnya yang terjebak dalam
kungkungan hizbiyyah ini agar segera bisa menyadari
bahwa mereka berada dalam sistem yang salah.

Hijrah disini bukan bermaksud berarti pindah tempat


melainkan hijrah dari duduk dan bermajelis hizbiyyah
kelingkungan yang bermanhaj salafus sholeh. Maksud
kami dalam tulisan ini adalah sebagai nasehat untuk
kaum muslimin karena rasa cinta kami kepada saudara-
saudara seiman.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 3


Dalam buku ini sengaja kami cantumkan link-link pada
catatan kaki agar pembaca lebih memahami dan
mendalami pembahasan-pembahasan yang dimaksud.
Dan pembaca bisa langsung mengklik link yang
berwarna biru untuk mengunjungi website yang menjadi
tujuan pembahasan apabila membukanya lewat
perangkat elektronik yang terkoneksi dengan internet.

Jadi kami sangat berharap kepada pembaca untuk


mengunjungi langsung link-link yang dicantumkan
karena sebagian besar pembahsan yang mendalam dari
segi ilmu syari yang langsung ditulis oleh para
asatidzah yang ada disana.

Setiap muslim pasti tidak akan menyukai perpecahan


dan perselisihan karena Allah subhanahu wa taala dan
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam memerintahkan
kita untuk selalu bersatu padu.

Tapi bersatu padu diatas apakah yang Allah dan Rasul-


Nya perintahkan?

Allah Subhanallahu wa taala berfirman dalam Al-


Quran :


Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.
(Q.S. Ali-Imaran : 103)

Ternyata kita diperintahkan untuk bersatu diatas tali


Allah yaitu Al-Quran dan Hadits Nabi Shallallahu
alaihi wa salam yang sahih. Sebagaimana Rasulullah
juga memerintahkan di dalam hadits dari Abu Najih Al
Irbadh bin Sariah radhiallahuanhu :

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 4



.



Saya wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah
taala, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian
meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak.
Karena di antara kalian yang hidup (setelah ini) akan
menyaksikan banyaknya perselisihan. Hendaklah kalian
berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran Khula-
faurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah
(genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah
kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena
semua perkara bidah adalah sesat 1

Rasulullah shallallahualaihi wasalam mengakabarkan


kepada kita semua bahwa akan ada perpecahan setelah
wafat beliau dan memang benarlah yang beliau
sabdakan. Kemudian apa yang beliau perintahkan ketika
terjadi fitnah tersebut? Beliau tidak memerintahkan kita
untuk bersatu tapi beliau memerintahkan kita untuk
berpegang kepada sunnah-sunnah beliau yaitu ajaran-
ajaran beliau yang diamalkan oleh sahabat beliau
radiallahu anhum. Lalu beliau mengingatkan kita akan
bahaya bidah2 yang seolah-olah inilah yang membuat
kita kaum muslimin berbecah belah dan saling
berselisih. Jadi kita tidak mungkin bisa bersatu diatas
kebidahan karena persatuan yang di ridhoi oleh Allah
adalah persatuan diatas kebenaran yang dibawa oleh
Rasulullah dan para sahabatnya.

1
Riwayat Abu Daud dan Imam at-Turmuzi berkata: hadits ini hasan shahih.
2
Perkara-perara baru dalam Agama. Untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi link :
http://asysyariah.com/mengenal-bidah/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 5


Seorang muslim yang baik tentu saja dia harus mencintai
kebenaran dari segala-segalanya. Karena kebenaran yang
datang dari Allah dan Rasul-Nya adalah kebenaran
mutlak yang tidak boleh di selisihi oleh siapapun.
Apabila ada orang yang menyelisihi kebenaran maka
sungguh dia telah memisahkan diri dari persatuan kaum
muminin yaitu persatuan diatas al-Quran dan sunnah
Nabi shallallahualaihi wa sallam.

Semakin seseorang menyelisihi kebenaran maka


sebenarnya ia semakin memisahkan diri dari barisan
kaum muminin dan makin berkuranglah rasa cinta kaum
muminin kepadanya. Inilah yang disebut dengan cinta
karena Allah dan benci karena Allah. Rasulullah bersabda
dalam sebuah haditsnya :



Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci
karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi
karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.3

Dalam hadits yang lain Nabi shallallahualaihi wa sallam


juga bersabda :

Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah
dan benci karena Allah.4

Cinta karena Allah dan benci karena Allah juga


merupakan tali keimanan yang paling kokoh yang
seharus kita jaga. Tapi tentu saja tidaklah serta merta
kaum muslim langsung membenci saudaranya yang
terjatuh kepada kesalahan. Karena udzur harus
diutamakan lebih dahulu.
3
H.R. Abu Dawud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan.
4
Hadits Sahih Riwayat Imam At Tirmidzi

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 6


Semua kesalahan yang dilakuakan oleh para ikhwah
mungkin karena ketidaktahuan tentang pemahaman islam
yang sesungguhnya. Kami yakin, semua ikhwah yang
masuk kedalam manhaj tarbiah niat awalnya adalah untuk
memperbaiki diri. Kami harap niat untuk memperbaiki
diri yang dulu pernah terlintas di hati tidak hilang hingga
membaca tulisan ini. Hingga kita akan sama-sama
memperbaiki diri, saling menasehi dan saling
mengingatkan ketika tergelincir dalam kesalahan.

Oleh karena itu kata-kata nasehat, dalil-dalil dan hujjah


serta ajakan kepada jalan kebeneran harus lebih
didahulukan daripada kebencian.

Dari tulisan ini kami berusaha untuk memberikan


nasehat, dalil dan hujjah kepada kaum muslim yang
sampai sekarang masih terus mencari kebenaran dengan
hati yang ikhlas.

Mudah-mudahan Allah memberikan petunjukkan ke dalam


hati kita dan memasukkan kita kedalam golongan hamba-
hambanya yang sholeh sehingga kita bisa saling mencintai
karena Allah. Aamiin..

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 7


BAB I
ANTARA GHIBAH DAN NASEHAT

Seorang ikhwan maupun akhwat pernah menanyakan


lewat facebook mengapa harus hijrah ke-manhaj salaf?

Mungkin dari tulisan ini bisa memberikan jawaban


bukan saja buat beliau tapi kepada saudara-saudara
seiman lainnya yang sekarang masih dalam lingkaran
hizbiyah1 (fanatisme kelompok).

Kita tidak akan membahas dengan detail dari segi


syarinya karena Insya Allah sudah banyak sekali
para asatidzah dan ulama-ulama ahlul sunnah yang
lebih berkompeten yang sudah membahasnya secara
mendalam. Insya Allah akan diberikan referensi kepada
mereka yang berhati ikhlas dan memang benar-benar
mencari jalan yang benar dan lurus dan bersungguh
sungguh untuk mempelajarinya.

Yang akan kami paparkan di sini adalah apa yang sering


dirasakan dan yang penulis alami sendiri.

Afwan ini tidak di maksudnya dalam ber-ghibah yang


semata-mata untuk menjelekkan suatu golongan akan
tertapi dalam rangka menasehati. Seperti halnya apa
yang Imam Nawawi rahimahullah katakan:

"Ketahuilah bahwasanya ghibah (menggunjing)


diperbolehkan untuk tujuan yang benar dan syar'i, di
mana tidak mungkin sampai kepada tujuan tersebut.

1
Hizbiyyah Bukan Hizbullah
https://almanhaj.or.id/81-hizbiyyah-bukan-hizbullah.html
Benang Merah Antara Harokah Dan Khurofat 1/2
https://almanhaj.or.id/1694-benang-merah-antara-harokah-dan-khurofat.html

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 8


kecuali dengan cara berghibah, yang demikian itu
disebabkan enam perkara :
1) Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau
pada pihak yang berwenang. Semisal mengatakan,
Si Ahmad telah menzalimiku.
2) Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu
perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang
berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan
yang benar. Semisal meminta pada orang yang
mampu menghilangkan suatu kemungkaran, Si
Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran
semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari
tindakannya.
3) Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang
bertanya mufti, Saudara kandungku telah
menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana
caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan.
4) Yang keempat, dalam rangka memberi peringatan
kepada kaum muslimin dari keburukan dan dalam
rangka memberi nasehat kepada mereka.
5) Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat
maksiat dan bidah terhadap maksiat atau bidah
yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
6) Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah
maruf dengannya seperti menyebutnya si buta.
Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik.2

Di antaranya, dalam rangka men-jarh (meyebutkan


cacat) para majruhin (orang-orang yang disebutkan
cacatnya) dari para rawi hadits dan saksi, dan yang
demikian itu diperbolehkan berdasarkan ijma'
(kesepakatan) kaum muslimin, bahkan bisa menjadi
wajib hukumnya.

2
Lihat Syarh Shahih Muslim karya imam Nawawi, 16: 124-125

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 9


Dan juga termasuk memberi perigatan dari tokoh-tokoh
ahlul bidah yang memiliki pemikiran berbahaya agar
kaum muslimin tidak ikut pemikirannya maka disinilah
diperlukan tahzir (mengingatkan umat pen) yakni
menyebutkan kesalahan-kesalahan seorang tokoh atau
kelompok yang mana ini termasuk ghibah yang
diperblehkan.

Tetapi tentu saja ghibah ini diperbolehkan apabila


seorang tokoh tersebut sudah menyebarkan ke
bidahannya sehingga kaum muslimin pun banyak yang
terjebak olehnya. Sehingga tidak ada cara lain selain
menghibah seorang tokoh atau kelompok guna untuk
menyelamatkan kaum muslimin darinya. Karena
manfaat yang ditmbulkan lebih besar (menyelamatkan
kaum muslimin) daripada mafsadat (ghibah) yang
ditimbulkan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,


seperti para tokoh bidah, orang-orang yang memiliki
pendapat yang menyelisihi al-Quran dan as-Sunnah,
maka sesungguhnya menjelaskan keadaan dan
memperingatkan umat dari mereka adalah wajib
hukumnya berdasarkan kesepakatan kaum muslimin,
sampai-sampai imam Ahmad rahimahullah berkata
seorang melaksakan puasa, sholat dan itikaf apakah
lebih engkau sukai, ataukah membicarakan perihal Ahli
Bidah?

Beliau menjawab, jika dia berdiri melaksakan sholat


dan itikaf maka sesungguhnya (manfaatnya) untuk
dirinya sendiri, tapi jika dia berbicara perihal Ahli
Bidah maka itu (manfaatnya) untuk kaum Muslimin,
tentu itu lebih utama.

Beliau menjelaskan bahwa perbuatan ini manfaatnya

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 10


berlaku umum bagi kaum Muslimin dalam agama
mereka (kaum muslimin), ini sejenis dengan jihad di
jalan Allah, agama-Nya, manhaj dan syariat-Nya serta
mencegah kejahatan dan permusuhan mereka hukumnya
wajib kifayah bersadarkan kesepakatan kaum muslimin.
Jika tidak ada orang yang Allah tegakkan untuk
menolak bahaya mereka, maka rusaklah agama ini
dengan kerusakan yang lebih dahsyat dari serbuan
musuh yang menyerbu dengan pasukan perangnya.
Karena jika musuh-musuh itu melakukan penyerbuan
tidaklah merusak hati dan agama kecuali hanya sebagai
efek samping saja, sedangkan mereka (Ahlul Bidah)
merusak hati secara langsung3.

Berangat dari ini, kami berusaha untuk memberikan


nasehat dan tidak ada niat sendikitpun untuk menjelek-
jelekkan tokoh atau kelompok.

3
Lihat Majmu al-Fatawa (28/231-232)

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 11


BAB II
KAIDAH EMAS
YANG BUKAN KAIDAH EMAS

Di indonesia ada suatu hizbiyyah (kelompok


pergerakan)1 yang sangat berkembang pesat dan
menguasai hampir sebagian besar aktivitas - aktivitas
keagamaan yang mereka menyebutkan dirinya adalah
tarbiyah atau dikenal dengan sebutan ikhwani alias
PKS yang mengadopsi pemikiran Ikhwanul
Muslimin 2 dan menggunakan buku-buku ulama mereka
sebagai buku panduan.

Pada umumnya aktivis dakwah, memang untuk


memutuskan untuk hijrah itu terasa sangat sulit. Karena
semua itu tidak lepas dari hidayah Allah Subhanahu wa
taala. Apalagi sudah terlanjur dekat dan sayang dengan
teman teman se-liqo3. Melihat wajah- wajah polos
mereka, yang tanpa mereka sadari mereka jatuh
dalam suatu lingkaran yang mereka percaya sebagai
lingkaran dawah yang sunnah. Mereka orang-orang
yang bersemangat untuk memperjuangkan Islam bahkan
semangatnya lebih besar dari pada ilmu. Kadang
mungkin hati kita akan semakin berat melihat jundi-
jundi kecil mereka yang polos. Sangat sulit memang,
ada perasaaan alangkah jeleknya meninggalkan saudara
seiman tanpa terlebih dahulu melakukan sesuatu.
1
Benang Merah Antara Harokah Dan Khurofat
https://almanhaj.or.id/1694-benang-merah-antara-harokah-dan-khurofat.html
Ciri Khas Pengikut Harokah
https://almanhaj.or.id/3974-ciri-khas-pengikut-harokah.html
2
Sejarah Ikhwanul Muslimin, Manhaj Dakwah Yang Melenceng Dari Syari'ah
https://almanhaj.or.id/1653-membongkar-kesesatan-dan-penyimpangan-gerakan-dakwah-
ikhwanul-muslimin.html
Sejarah Suram Ikhwanul Muslimin
http://asysyariah.com/sejarah-suram-ikhwanul-muslimin/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 12


Dulu Kami sempat berfikir untuk lebih baik tetap berada
di lingkungan tersebut dan melakukan perubahan sedikit
demi sedikit sesuai dengan kemampuan. Karena hanya
sekedar pertemuan, menjalin persaudaraan, dan
bercanda yang diperbolehkan. Baru akhirnya kami
menyadari hal tersebut tidak tepat. Insya Allah nanti
kami akan berbagi mengapa pemikiran tersebut tidak
tepat. Syaikh Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah pernah
ditanya:

Apa hukum masuk ke sebuah jamaah dari jamaah-


jamaah dakwah zaman sekarang ini untuk tujuan
memperbaiki mereka?

Beliau Menjawab:
Ini semisal orang yang berenang di alam khayalan.
Atau semisal orang yang mencari air di fatamorgana.
Telah tsabit dengan pengalaman, kalau mustahil
memperbaiki sebuah jamaah, maka tidak mungkin
engkau memperbaiki suatu jamaah Ikhwanul Muslimin,
tidak pula Jamaah Tabligh, tidak pula siapa saja yang
bercabang dari mereka. Karena jamaah-jamaah ini
memiliki dasar-dasar dan kaedah-kaedah yang menjadi
pondasi bagi mereka, yang setiap generasi mereka
mewarisi dari pendahulunya. Akan tetapi pada pribadi-
pribadi tertentu, jika didekati lalu diajak, lalu engkau
jelaskan padanya perkara-perkara dan penyimpangan-
penyimpangan (jamaah ini) dengan dalil-dalil, ini telah
teruji manfaatnya dan hasilnya ini. Maka kebanyakan
jamaah dakwah sekarang ini sesat dan menyesatkan,
tidaklah jamaah-jamaah dakwah sekarang ini berada di
atas sunnah. Kebanyakan individu-individunya Allah
memberikan manfaat pada mereka dengan nasihat dan
bimbingan arahan-arahan yang baik.
3
Istilah pengajian berkelompok sering di sebut liqo.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 13


Lalu merekapun bertaubat dan bagus taubat mereka
secara lahirnya. Akhirnya mereka mengenal kondisi
jamaah mereka yang telah ditinggalkan oleh
kebanyakan kita. Mereka tahu rahasia-rahasia jamaah
ini dan berbagai perkara yang tersembunyi yang tidak
kita ketahui. Kita tahunya secara global, kita tahu
sebagian saja yang detil. Akan tetapi di sana ada
beberapa perkara yang hanya diketahui oleh orang
yang telah bergaul bertahun-tahun bersama ahli
bidah. 4

Suatu prinsip yang mendarah daging bagi para Ikhwah


tarbiyah adalah selama semua kelompok-kelompok
pengajian yang ada bertujuan untuk mencari keridhoan
Allah dan surga, maka kelompok itu semua adalah
benar. Menganggap bahwa perbedaan itu adalah fitrah,
dan justru menambah "khasanah" kekayaan cara
berpikir umat Islam. Benar-benar telah terdoktrin oleh
pemikiran seorang tokoh bernama Hasan Al-Banna
rahimahullah, dimana beliau pernah berkata: "Marilah
kita bekerja sama untuk hal-hal yang disepakati, dan
saling menghargai (toleran) untuk hal-hal yang
berbeda". 5

Kaidah diatas sering disebut-sebut banyak tokoh-tokoh


dan aktivis dakwah yang selalu berusaha menyatukan
barisan umat islam disetiap kalangan demi mencari
masa sebanyak-banyaknya.

4
Al-Ajwibah As-Salafiyah ala Al-As'ilah Al-Qathriyah
http://forumsalafy.net/bolehkah-bergabung-dengan-jamaah-jamaah-hizbiyyah-dengan-
niat-untuk-memperbaiki-mereka/
5
Berangkat dari kaedah ini, mereka (Ikhwanul Muslimin) memiliki manhaj persatuan
yang berbahaya, bernaung dibawahnya siapa saja yang setuju dengan kaedah mereka,
maka buah dari persatuan ini adalah masuknya bebagai kelompok yang menyimpang
tanpa membedakan antara Shufi, Rafidhi, Muathil (penolak sifat Allah), Musyabbih
(Penyerupa sifat Allah dengan mahluk), Quburi (pengagung kubur), dan berbagai
kelompok ahlul bidah lainnya. Bahkan masuk pula Nashrani ke kumpulannya dan

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 14


bertoleransi dengan Yahudi dengan dasar akidah.
Apakah kaedah ini merupakan kaedah yang bagus?

Maka Syeikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin


pernah ditanya tentang kaedah ini.
- - :


) :
(
Soal untuk Syeikh Rahimahullah :
Fadhilatus Syeikh, diantara yang sudah diketahui
bahwa syi'ah, murji'ah mereka semua berselisih dengan
ahlus sunnah wal jamaah dengan perselisihan yang
adzim (besar), dan disana ada kaidah dari sebagian
Ulama' yang mereka sebut dengan kaidah emas, yaitu
"kita saling tolong menolong dengan apa yang kita
sepakati dan kita saling memberi udzur (toleransi)
dengan perselisihan yang ada" bagaimana kita memberi
udzur kepada mereka kaum syi'ah?
- :

- -






.
Jawaban Syeikh Al-Utsaimin rahimahullah:
Yang disebut kaidah emas ini bukanlah kaidah emas
dan bukan juga sebagai kaidah. Tentu apa yang kita
sepakati maka itu adalah termasuk nikmat Allah aza
wajala, dan itu lebih baik dari khilaf (perselisihan). Dan

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 15


apa-apa yang kita berselisih atasnya boleh jadi orang
yang menyelisihi itu diberi udzur dan boleh jadi tidak
ada udzur. Apabila hal itu khilaf (perselisihan) pada
perkara yang boleh kita berselisih diatasnya maka hal
ini tidak mengapa. Dan sejak dulu para Ulama'
berselisih, seperti Imam Ahmad, Imam Syafi'i, Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, semua mereka berselisih.
Dan adapun jika khilaf (perselisihan) ini tidak diberi
udzur seperti pada permasalahan aqidah, maka
sesungguhnya kita tidak saling memberi udzur
(toleransi). Tetapi wajib untuk ruju (kembali) kepada
Al Qur'an dan As Sunnah. Maka bagi kelompok
murji'ah, syi'ah, dan semua ahlul bid'ah untuk kembali
kepada al qur'an dan as sunnah dan mereka tidak diberi
udzur. Kaidah ini bukan kaidah emas tapi engkau
namakan saja ia dengan KAIDAH KAYU....!!!6

Akibat dari kaedah ini para ikhwah ditarbiyah cendrung


berpaham pluralisme dalam memahami perselisihan di
dalam islam. Mereka menganggap semua pemahaman
benar asal tujuan dan niatnya baik. Allahu mustaan.
Menganggap semua pemahaman sama membuat mereka
cuek bebek terhadap syirik dan bidah. Ini akan
melemahkan akidah Al- wala wal bara (loyalitas dan
berlepas diri) yang merupakan tali keimanan yang
paling kokoh yang harus ada pada diri seorang muslim.
Padahal tanda masih ada iman didalam hati adalah
merasa terbakar dan cemburu hatinya apabila melihat
kemungkaran di sekelilingnya. Bukankah selemah-
lemahnya iman itu membenci dan mengingkari
kemungkaran dalam hati?

Dari Abu Said al Khudri bahwa Nabi salallahu alaihi


wa salam bersabda :
6
- .. !
http://www.albaidha.net/vb4/showthread.php?t=57133

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 16


Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran
maka rubahlah dengan tanganmu, apabila tidak mampu
maka rubahlah dengan lisanmu, apabila tidak mampu
juga maka dengan hatimu. Maka (mengingkari dengan
hati) itulah selemah-lemahnya iman7

Kaedah saling tolong-menolong dengan apa yang kita


sepakati harus di kritisi lagi. Apakah mungkin kita
saling tolong-menolong dengan perbuatan bidah
walaupun kebanyakan orang bersepakat dengan bidah
tersebut? Ini sama saja menyepakati kemungkaran.
Saling tolong-menolong didalam kebaikan tentu
merupakan suatu yang mulia. Tapi apabila saling
tolong-menolong diatas kemungkaran dan kebidahan
maka mohon maaf, hanya orang-orang jahil (bodoh)
dan orang yang ber-mudahanah (mengorbankan agama
untuk kepentingan dunia) yang mau melakukannya.
Maka perlu dilihat dulu, bersepakat diatas apa kita
boleh saling tolong-menolong.

Kemudian kaedah saling toleransi terhadap hal yang di


perselisihkan juga perlu di koreksi. Apakah mungkin
kita toleransi kepada kemungkaran? Apakah boleh kita
toleransi kepada orang yang jelas-jelas bertentangan
dengan dalil Al-Quran maupun hadits? Jika
perselisihan itu dalam ranah ijtihad yang tidak memiliki
dalil yang sharih (jelas dan tegas) atau masing-masing
pendapat memiliki dalil yang kuat dan tidak ada ijma
(kesepakatan para ulama), tentu saja kita memilih
pendapat yang paling kuat tanpa harus menyesatkan
pendapat yang lain. Tapi apabila pendapat itu jelas-jelas
menyelisihi dalil dan ijma maka sikap seorang muslim
yang benar akidahnya tidak boleh untuk
mentoleransinya.
7
H.R Muslim No. 49

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 17


Namun cukup disayangkan, para ikhwah di tarbiyah
terkadang tidak bisa membedakan khilaf (perselisihan)
yang boleh ditoleransi dan mana yang tidak ada
toleransi. Ini akibat termakan syubhat dari perkataan
Hasan al Banna diatas dan ditambah lagi kebodohan
terhadap ilmu Allah subhanahu wa taala.

Bagaimanakah aplikasi dari slogan tersebut di kalangan


IM?

Ali Asymawi berkata: (Dalam mengaplikasikannya)


tidak ada upaya pembenahan atau pembersihan hal-hal
negatif ataupun meluruskan penyimpangan yang telah
menggurita di tengah-tengah kelompok pergerakan
Islam. Hingga akhirnya (penyimpangan itu pun)
bercokol dengan kokohnya diseluruh penjuru dunia.
Faktor penyebabnya adalah terjatuhnya mayoritas
mereka ke dalam sikap ekstrim (berlebihan) ketika
menerapkan slogan tersebut.8

Fakta dan data di lapangan menunjukkan benarnya


keterangan Ali Asymawi (akan dijelaskan secara rinci
nantinya).

Terlebih hari-hari ini, ketika slogan itu lebih


dikongkritkan dalam bahasa - bahasa yang keren, lugas
dan terkesan adem: Islam Warna-warni, Berbeda-
beda tetapi tetap satu jua, dll, yang digandrungi oleh
banyak kelompok, ormas, dan parpol. Selidik punya
selidik, ternyata dalam realisasinya meruntuhkan
prinsip al-wala` wal-bara`. Apa misi di balik itu?

8
Lihat At-Tarikh As-Sirri Lijamaatil Ikhwanil Muslimin, hal. 4.
Lihat Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Farifuha, hal. 76

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 18


Jawabnya adalah idem, seperti keterangan Ali Asymawi
tentang IM. Atau, mungkin ada jawaban lain? Wallahul
Mustaan.

Akibatnya, semakin bercokollah penyimpangan atau


kebatilan pada individu ataupun kelompok, karena tidak
ada upaya pembenahan, pembersihan hal-hal negatif
ataupun meluruskan penyimpangan yang telah
menggurita (sebagaimana pernyataan Ali Asymawi).

Dan inipun terjadi juga di dalam Lembaga Dakwah


Kampus yang selalu mengkampanyekan persaudaraan
dan ukhuah tanpa ada rasa semangat untuk membenahi
akidah saudaranya yang keliru.

Dan yang menyedihkan adalah ketika ada yang


berupaya meluruskan penyimpangan tersebut, justru
malah mendapatkan serbuan komentar: Kayak yang
bener sendiri, Ndak usah ngurusi orang lain,
Masing-masing kan punya dasar, Ribut terus, orang
kafir sudah sampai ke bulan kita masih ngurusi
khilafiyyah, dan lain sebagainya. Padahal seringkali
upaya pembenahan dan pelurusan itu berkaitan dengan
masalah aqidah.

Ikhwah, contoh di atas erat kaitannya dengan internal


kita kaum muslimin. Bahkan ketika di ingatkan akan
penyimpangan seorang atau kelompok yang jelas-jelas
menyimpang dari al-Quran dan Hadits yang Allah
Subhanahu wataala wajibkan kita untuk bara`
(berlepas diri/membenci) kepada mereka, berondongan
komentar pun acap kali didengar, Mereka itu saudara
kita, Semua pemahaman sama, Jangan sibuk
menyesatkan orang dan lain sebagainya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 19


BAB III
TARBIYAH ALA IKHWANI

Berikut ini adalah beberapa hal yang kami temukan


yang menjadikan alasan yang cukup kuat bagi kaum
muslimin yang terjebak untuk hijrah. Point-point berikut
ini juga adalah hasil wawancara dan tanya jawab dari
kakak-kakak senior yang sudah tinggi jam terbangnya
di manhaj tarbiyah. Wawancara ini dilakukan setelah
mereka hijrah ke manhaj yang haq yaitu manhaj
salafussaleh. Point-point tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Murobbi
Murobbi atau guru alias pembimbing lebih dipilih
karena faktor kesenioritasan, berdasarkan lamanya
seseorang tersebut bergabung. Sehingga tidak jarang
didapati bahwa kapasitas keilmuan seorang Murobbi
lebih rendah dari madu (murid) nya.

Seorang murobbi mengatakan bahwa fenomena itu


adalah suatu fenomena yang biasa bahkan inilah yang
disebutkan sebagai tarbiyah yang sebenarnya. Bahwa
kita harus bersabar untuk menghadapi guru yang
kapasitas keilmuannya lebih rendah dari kita. Tidak
jarang dan tidak aneh kalau Murobbi membaca al
Qurannya lebih jelek dari madu nya. Mungkin yang di
maksud dalam hal ini liqo diharapkan sebagai sarana
yang saling melengkapi antara mad'u dan murobbi.

Memang banyak pelajaran dan materi liqo yang


sesungguhnya bagus dan dzat materi tersebut banyak di
ajarkan para ulama ahlul sunnah (seperti materi
marifatullah, marifaturrasul dan lain- lain). Tapi bila
materi penting ini di sampaikan oleh murobbi yang

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 20


tidak memiliki ilmu dan pemahaman yang baik, maka
ini akan menyesatkan1. Karena materi-materi ini
termasuk materi berat yang seharusnya di sampaikan
oleh orang yang ahli di bidangnya. Untuk belajar ilmu
komputer saja kita mencari yang sudah lulus sertifikasi
bukan? Nah, ini perkara ilmu dunia. Lalu bagaimana
dengan ilmu akhirat yang merupakan tujuan yang hakiki
bagi kaum muslimin?

Mungkin mereka akan membantah bahwa liqo yang


sangat sebentar itu sangat mustahil untuk mencetak ahli
syariah dan hanya lebih menekan kepada
pembentukan generasi yang berwawasan dan
berkepribadian Islami.

Tapi fungsi dari murobbi sendiri disini diharapkan


murobbi bisa menjadi orang tua, sahabat, pemimpin dan
guru para madu nya. Selayaknya kapasitas seorang
guru yang menyampaikan ilmu haruslah yang memiliki
ilmu. Seperti pepatah arab pernah mengatakan:



Sesuatu yang tidak punya tidak bisa memberikan apa-
apa2

Seorang yang tidak punya ilmu komputer bagaimana dia


hendak mengajarakn ilmu komputer?

Seorang yang tidak paham Laa ilaa ha ilallah,


bagaimana dia hendak mengajarkan orang lain tentang
Tauhid?

1
Bahaya Bicara Agama Tanpa Ilmu
http://muslim.or.id/6442-bahaya-bicara-agama-tanpa-ilmu.html
2
Dinukil oleh syaikh al-Albani dalam kitab at-Tawassul, anwaauhu wa
ahkaamuhu (hal. 74)

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 21


Dari pengalaman yang kami lihat di lapangan, setiap
orang di tarbiyah bisa menjadi murobbi.

Setiap kader diharapkan menjadi murobbi, harus siap


siapapun yang di tunjuk untuk menjadi murobbi.
Banyak yang menolak karena merasa kapasitas
keilmuannya belum memadai. Tapi biasanya orang
tersebut akan dinasehati bahwa kita harus berdakwah
walaupun untuk satu ayat. Kalau menunggu paham
sampai siap kita tidak akan pernah berdakwah.

Di sisi yang lain mereka memerlukan kader yang pro-


aktif untuk menjadi murobbi karena adanya target
perekrutan besar-besaran untuk mencapai target
beberapa persen dalam pemilu. Jadi di harapkan kader
senior yang belum memiliki bimbingan (madu) harus
berusaha mencari bimbingan. Bahkan ini dianggap suatu
keaiban bila sudah lama liqo tapi masih tidak memiliki
madu (murid bimbingan).

Nauzubillah. Ikhwah yang paham pasti dapat


merasakan alangkah berbahayanya pemikiran-pemikiran
seperti ini. Tapi Ikhwah yang sudah berada di tarbiyah
ala ikhwani pasti sangat paham dengan apa yang kami
katakan. Kalau benar-benar jujur tidak akan menyangkal
fenomena-fenomena ini.

Memang benar Rasulullah sallallahualaihi wasalam


mengatakan bahwa sampaikanlah walau hanya satu
ayat. Tapi ini berarti bahwa kita harus menyampaikan
benar-benar sesuatu yang sudah kita pahami dan kita
kuasai dan seharusnya berdakwah sesuai dengan
kapasitas yang benar-benar kita pahami. Dan bukanlah
menjadi kewajiban setiap orang untuk menjadi guru atau
murobbi, dan tidak semua orang harus menjadi ustadz
atau ulama.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 22


Menjadi murobbi dadakan atau menjadi murobbi karena
di paksakan tanpa mengetahui ilmu syari secara benar
justru akan menyesatkan. Hanya berdasarkan belajar dan
membaca semalam buku-buku syari dalam rangka
menyampaikan materi ini bukan suatu hal yang
menjadikan seorang tersebut sebagai murobbi.

Kalau ingin berfikir jernih dan jujur ini bisa


menjadi bibit munculnya pemikiran-pemikiran yang
salah, pemikiran pemikiran syubhat dan menimbulkan
kebidahan-kebidahan (bantahan syubhat mereka akan
kami bahas pada bab tersendiri, Insya Allah).

Mungkin ada ikhwah yang mengatakan bahwa liqo yang


hanya 2 atau 3 jam tidak mungkin sempurna dan hanya
sempat disampaikan beberapa hal-hal penting saja,
jadi para madu (murid) di harapkan menambah
keilmuan lainya karena mereka memiliki perangkat
tarbiyah yang lain seperti dauroh, mabit, tatsqif,
membaca buku dan lain lain.
Ada baiknya kalau begitu para ikhwah tarbiyah juga
mengikuti talim dan dauroh ilmiyah dan membaca buku
buku ilmiyah yang bermanhaj salaf yang di tulis oleh
ulama-ulama ahlul sunnah. Kami menyadari bahwa
banyak para ikhwah ikhwani yang tidak mengenal siapa
yang disebut ulama. Kebanyakan dari mereka hanya
mengenal Hasan Al-Banna, Sayyid Qutb, Muhammad
Ghazali, Yusuf Qordhawi, Sayyid Hawa dan yang
sepemahaman dengan mereka. Tapi bukan mereka yang
kami maksud sebagai ulama ahlul sunnah.

InsyaAllah pada kesempatan lain akan di sampaikan


beberapa ulama yang karya-karya mereka yang patut di
jadikan rujukan. Ini akan lebih baik daripada ikutan
mabid (baca: mabit) atau membaca buku-buku ulama-
ulama tersebut di atas yang banyak menyimpang dan di

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 23


kritik ulama-ulama ahlul sunnah.

Setiap orang tidak harus menjadi murobbi dan bahkan


seorang ulama besar ahli hadist abad ini Syaikh
Nasiruddin Al-Albani beliau mengatakan diri beliau
sebagai thollabul ilmy (penuntut ilmu). Kalau kita tidak
memiliki kapasitas dalam bidang syari, malah b i s a
menjadi wajib bagi kita untuk tidak menyampaikan hal
- hal yang tidak kita pahami karena Allah sendiri
melaknat orang orang yang menyampaikan apa
apa yang dia tidak ketahui. Allah berfirman dalam
Al-Quran :

Janganlah kamu mengikuti (mengatakan) apa-apa


yang kamu tidak ketahui, karena sesungguhnya
pengelihatan, pendengaran dan hati semua itu akan di
minta pertanggung jawabban (Q.S. Al-Isra : 36)

Dan bahkan berkata tentang Agama tanpa Ilmu


termasuk dosa yang lebih besar dari pada syirik. Allah
berfirman dalam surah Al-Araf : 33.

Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan


yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi,
dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa
alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 24


hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui
(berbicara tentang Allah tanpa ilmu) (Q.S. Al - Araf :
33)

Syeikh Abdul Aziz bin Abdulloh bin Baaz rohimahulloh


berkata: Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk
perkara terbesar yang diharamkan oleh Allah, bahkan
hal itu disebutkan lebih tinggi daripada kedudukan
syirik.

Karena di dalam ayat tersebut Alloh mengurutkan


perkara-perkara yang diharamkan mulai yang paling
rendah sampai yang paling tinggi. Dan berbicara
tentang Alloh tanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa
ilmu) tentang hukum-hukum-Nya, syariat-Nya, dan
agama-Nya. Termasuk berbicara tentang nama-nama-
Nya dan sifat-sifat-Nya, yang hal ini lebih besar
daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syariat-Nya,
dan agama-Nya.3

Kami masih ingat dengan penuturan seorang murobbi


bahwa beliau mengaku beliau memang tidak paham
tentang ilmu syari tapi beliau lebih banyak akan
berbagi pengalaman hidup, saling bertemu dan menjalin
ukhuwah. Bisa dibayangkan pengajian lebih banyak di
gunakan untuk berbagi pengalaman pribadi, saling
curhat, ilmu dan praktek agama hanya banyak
didasarkan pada pengalaman dan interpretasi sendiri dan
menurut apa-apa yang di rasakan. Lahalla wala
quwwata illa billah.

Keminiman ilmu seorang murobbi membuat liqoat


terkadang hanya untuk membuang-buang waktu.
3
Catatan kaki kitab At-Tanbihat Al-Lathifah Ala Ma Ihtawat alaihi Al-aqidah
Al-Wasithiyah, hal: 34, tahqiq Syeikh Ali bin Hasan, penerbit: Dar Ibnil Qayyim.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 25


Yang seharusnya waktu tersebut lebih banyak di
gunakan untuk membaca kitab-kitab para ulama yang
mutabar atau digunakan untuk menghapal quran dan
hadits.

Kami bisa merasakan bagaimana merasa sia-sianya


terkadang seseorang meninggalkan aktivitasnya hanya
untuk berkumpul tanpa menghasilkan suatu hal yang
berarti. Sangat jauh dari tinjauan fiqih dan syari yang
syarat dengan hadist dan ayat dan juga fatwa fatwa
ulama ahlul sunnah. subhanallah

Murobbi akan menyampaikan materi dari buku


sepanjang pengajian dengan membaca dari buku dan
sesekali akan memberikan penjelasan bukan penjelasan
atsar (perkataan sahabat), tafsir, syarah ( penjelasn
kitab) atau perkataan p a r a ulama, melainkan
penjelasan secara logika saja yang lebih mendominasi.
Yang aneh menurut kami, kenapa buku-buku yang di
pakai adalah buku tokoh PKS saja? Dan bahkan buku
tersebut jauh dari kata ilmiah. Hanya menyandarkan
beberapa hadits yang hanya terjemahannya saja dan
tidak diketahui apakah hadits tersebut sahih atau tidak
karena tidak ada rujukan takhrij4 nya.

Berkenaan dengan peran murobbi dalam harokah


ikhwani, peran murobbi dirasa sangat besar, pada
tingkatan tertentu murobbi harus dipatuhi seperti halnya
mematuhi orang tua bahkan lebih.

Murobbi memang diharapkan sebagai pendidik tapi


terkadang menjadi pendidik yang melarang hal-hal yang
secara syariat dibolehkan.
4
Penelitian Ulama untuk mengetahui suatu hadits sahih atau tidak.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 26


Kepatuhan seorang madu dan ketakutan mereka
terhadap murobbi di rasakan sangat berlebihan.

Karena akan ada sangsi boikot, hukuman dan di


introgasi bila ada hal- hal yang tidak bersesuaian
dengan instruksi murobbi. Ini akan menimbulkan bibit-
bibit taqlid dan fanatisme yang berlebiham. 5

Pada suatu kesempatan ada seorang kakak senior yang


sudah hijrah menceritakan kepada kami bahwa ingin
mengaji di tempat yang lain. Saat itu murobbi
mengatakan bahwa dia harus memilih karena tidak bisa
mengaji di keduanya. Apalagi untuk ikut pengajian yang
bermanhaj salaf. Padahal setiap muslim adalah pribadi
yang bebas untuk thollabul ilmy (menuntut ilmu) selama
dia yakin bahwa yang diajarkan adalah yang benar.
Seorang murobbi seharusnya bisa memberikan
penjelasan ilmiah untuk menghalangi madu nya
mengikuti majelis ilmu yang lain apabila majelis ilmu
tersebut memang terbukti keluar dari jalan yang benar.

Berdasarkan sharing dari pengalaman yang kakak-kakak


senior, murobbi merasa tidak senang bila mengetahui
madu nya ikut kajian-kajian bermanhaj salaf.
Alasannya karena bisa membuat bingung bila mengaji di
banyak tempat. Rasanya suatu alasan yang kurang tepat.

Nanti Insya Allah akan diberikan contoh bagaimana


seorang murobbi berhak menentukan calon pengantin
anak didiknya.

5
Taqlid dan Fanatisme Golongan
http://asysyariah.com/taklid-dan-fanatisme-golongan/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 27


2. Rangkaian Kegiatan didalam Liqo
Kakak senior menyatakan kepada kami bahwa acara
liqo dari tempat ketempat biasanya typical alias mirip
karena beliau sudah beberapa kali berpindah kelompok
liqo dari beberapa tingkatan. Sejak masa SMA sampai
ke tingkat kader militan yang akan hendak di rekrut oleh
PKS.

Kemungkinan sebagian besar dari mereka menganggap


rutinitas itu adalah satu rutinitas yang ada tuntunan
syari nya atau setidaknya menganggap itu suatu
kebaikan.

Waktu liqo biasanya di jadwalkan tidak lebih dari 2


jam. Tapi dalam prakteknya biasanya bisa seharian.
Tetapi ilmu yang di dapat tidak sebanding dengan waktu
yang sudah terbuang. Para ikhwan biasanya
mengadakan liqo pada waktu malam sampai menjelang
tengah malam.

Mungkin tidak salah pulang larut kalau memang benar-


benar untuk tholabul ilmy (menuntut ilmu). Tapi liqo
gaya mereka yang merupakan para petinggi-petinggi
yang konon isinya hanya banyak membicarakan masalah
politik, dawah dan strategi. Alangkah ruginya bila
sudah menghabiskan waktu tanpa mendapatkan charge
ruhiyah keilmuan yang memadai. Hampir di pastikan
sholat malam juga akan terlewat.

Acara liqo biasanya dibuka dengan pembacaaan Al-


Quran. Bukan hanya acara liqo saja tapi hampir semua
kegiatan selalu di buka dengan bacaaan Al-Quran.

Membaca Al Quran memang merupakan suatu


kebaikan. Tapi menjadikannya sebagai rutinitas yang
selalu di lakukan sebagai pembuka untuk semua

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 28


kegiatan memerlukan tinjauan dalil syari yang
mendukungnya. Karena bila di biarkan masyarakat
awam akan mencontohnya. Mencontoh sesuatu yang
tidak memiliki dasar atau dalil, akan cendrung membuat
mereka menganggap hal tersebut bagian dari sunnah.
Bahkan kami yakin sebagian dari saudara ikhwani
mereka merasa seakan ada hal sunnah yang hilang
bila hadir dalam suatu majelis dan tidak di awali
dengan bacaaan Al Quran. wallahualam

Selanjutnya acara akan dilanjutkan oleh kultum, dari


salah seorang anggota dan dilanjutkan dengan
penyampaian materi oleh murobbi

Materi yang di sampaikan oleh murobbi biasanya


diawali dengan membicarakan pengumuman-
pengumuman mengenai kegiatan kepartain, kepanitian,
dan lain lain, sehingga waktu yang tersisa untuk
menyampaikan materi keagamaan hanya beberapa menit
saja. Terkadang yang beberapa menit itu pun sama
sekali tidak berisi apa-apa.

Semakin tinggi tingkatan liqo kita semakin banyak


masalah kepartaian yang di bicarakan dalam majelis.

Terkadang liqo di-isi dengan bedah buku atau


materi-materi umum lainnya. Banyak acara yang
diusahakan bervariasi untuk menarik.

Untuk para pemula biasanya masih di berikan materi-


materi yang cukup baik seperti tauhid. Hanya saja
jangan ditanyakan bagaimana materi penting tersebut
disampaikan. Jauh bahkan sangat jauh sekali dari ilmiah.
Materi materi ini berkesan hanya seperti selingan
sampai seorang madu siap di berikan materi ke-
harokah-an (pergerakan) yang brainwash (cuci otak)

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 29


alias menanamkan syubhat paham-paham Ikhwanul
Muslimin alias PKS.

Sangat jauh majelis diisi dengan pembahasan yang


ilmiah. Kebanyakan menjelaskan sesuatu yang dikaitkan
dengan cerita kehidupan sehari-hari. Setiap murobbi
pasti biasanya berusaha mencari cerita dan penjelasan
logika untuk melengkapi uraiannya.6

Bagi para thollabul ilmy yang sesungguhnya pasti


sangat rindu dengan majelis yang berisi firman Allah
subhanahu wa taala, perkataan Rasulullah dan
perkataan para Ulama Ahlul sunnah. Hal ini mungkin
karena minimnya kapasitas keilmuan dari murobbi
sendiri yang mungkin tidak siap dengan materi yang
akan disampaikan.

Kami sempat berkunjung ke rumah seorang murobbi.


Karena kami memang memiliki ketertarikan yang
sangat terhadap buku-buku agama, koleksi-koleksi buku
tuan rumah selalu menjadi pengamatan. Kami sempat
kaget melihat koleksi-koleksi beliau adalah buku-buku
pergerakan Ikhwanul Muslimin. Ini tidak mengherankan
bila rekan-rekan ikhwani yang lainnya juga mengkoleksi
tulisan-tulisan Hasan Al Banna, Said Hawa dan
kalaupun tafsir itu adalah tafsir Said Qutb, fatwa-
fatwanya adalah fatwa Yusuf Qardhawi.

Ada suatu paham yang kami tangkap selama liqo


adalah suatu pemahaman dawah dengan hikmah yang
aneh. Yang berdalih dengan fikih prioritas ala Yusuf
Qardhawi dalam segala hal yang membuat menjadi
toleran yang berlebihan.

6
Kedudukan Akal Dalam Islam
https://buletin.muslim.or.id/aqidah/kedudukan-akal-dalam-islam

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 30


Dan tentu saja sangat tidak cocok dengan ikhwah salafi
yang berkesan sangat keras bagi mereka, karena
kebanyakan ikhwani tidak paham bahwa dalam hal
aqidah seorang muslim harus memiliki rasa cemburu
yang tinggi bila ada ke-bidahan dan ke-syirikan terjadi
di sekitarnya.

Seorang Ikhwan pernah mengatakan kepada kami bahwa


banyak penyimpangan dalam salafi, mereka tidak
mengenal fikih prioritas dan sedikit-sedikit bidatul
dholalah (bidah itu sesat) karena dalam pembahasan
materi bidah 7 di ikhwani, ditanamkan bahwa ada yang
namanya bidah hasannah (bidah yang baik).8

Kami sempat tertegun sedih tatkala Ikhwan tersebut


mengatakan sedikit-sedikit salafi mendawahkan bidah
sesat, sesat tempatnya dineraka. Ikhwan tersebut
mengatakan dengan nada yang sedikit mengejek.
Seandainya Ikhwan tersebut paham bahwa kalimat
yang di ejeknya itu bukanlah perkataan sembarangan
orang tapi itu adalah perkataan dari lisan seorang
hamba Allah yang sangat mulia yaitu Rasulullah
sallallahualaihi wasalam. Nabi Muhammad
Salallahualaihi wassalam bersabda :




Amma badu. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan
adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
7
MENGENAL BID'AH
http://asysyariah.com/mengenal-bidah/
8
Adakah Bid'ah Hasanah?
http://asysyariah.com/adakah-bidah-hasanah/
Bid'ahnya Dzikir Berjamaah
http://asysyariah.com/bidahnya-dzikir-berjamaah/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 31


Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan
(bidah) dan setiap bidah adalah sesat.9

Mudah mudahan Allah membukakan dan membimbing


Ikhwan tersebut. Aamiin.

Selanjutnya ada salah satu kebiasaan dimajelis, yaitu


acara evaluasi yang di maksudkan untuk mengevaluasi
masing masing madu, ibadahnya, aktivitasnya dan lain
lain. Seorang madu diharapkan membuka diri terhadap
semua peserta liqo dan bercerita mengenai dirinya,
keluarganya, teman-temannya.

Tidak jarang dan hampir pasti cerita yang di sampaikan


membuka aib diri dan keluarga suatu aib yang
seharusnya ditutupi.

Ikhwah fillah, ingat kisah seorang sahabat yang


mengadukan pada beliau bahwa dia berizina dan
Rasulullah sallallahualaihi wasalam berusaha untuk
tidak melihat dan pura pura tidak mendengarnya. Ini
mengindikasikan bahwa Rasulullah sallallahualaihi
wasalam lebih senang bila seorang berdosa dia
menyimpan dosanya dan bertobat pada Allah dengan
bersungguh sungguh d a n tidak ada kewajiban baginya
untuk membagi aib dirinya apalagi aib saudara dan
keluarganya. Wallahualam

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu diriwayatkan bahwa


Rasulullah sallallahualaihi wasalam bersabda.

Allah nanti akan mendekatkan orang mukmin, lalu


meletakkan tutup dan menutupnya.
9
Hadits shahih, riwayat Muslim no. 867

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 32


Allah bertanya : Apakah kamu tahu dosamu itu ? Ia
menjawab, Ya Rabbku. Ketika ia sudah mengakui
dosa-dosanya dan melihat dirinya telah binasa, Allah
Subhanahu wa Taala berfirman, Aku telah menutupi
dosa-dosamu di dunia dan sekarang Aku
mengampuninya. Kemudian diberikan kepada orang
mukmin itu buku amal baiknya. Adapun orang-orang
Kafir dan orang-orang munafik, Allah Subhanahu wa
Taala memanggilnya di hadapan orang banyak.
Mereka orang-orang yang mendustakan Rabbnya.
Ketahuilah, laknat Allah itu untuk orang-orang yang
zhalim10

Subhanallah. Allah telah menutupi dosa-dosa hambanya


dan mengapa kita sebagai hambanya membuka dosa-
dosa kita sendiri? Ada banyak cara untuk menasehati
orang lain untuk berbagi pengalaman hidup tapi tidak
harus membuka dosa-dosa yang Allah telah tutupi.
wallahualam.

Selama majelis berjalan ada absent (daftar hadir) yang


harus di isi yang juga berisi catatan amalan harian
selama seminggu. Setiap perserta harus mengisinya
dengan maksud untuk mengevaluasi setiap madu untuk
saling memotivasi bisa ada catatan amal yang jelek.

Sungguh ini juga rasanya tidak wajar karena seharusnya


seorang muslim harus tawadhu dan berhak
menyembunyikan amal sholehnya.

Satu kebidahan yang pasti selalu di lakukan adalah


pada saat menutup majelis. Majelis harus ditutup dengan
doa robitoh.

10
H.R. Bukhari Muslim dalam Sahihnya

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 33


Kami sempat menanyakan kepada sebagian dari mereka,
ternyata sebagian besar dari tidak mengetahui bahwa
doa robithoh itu bukan berasal dari hadist Nabi
shallahualaihi wa sallam melainkan hanyalah doa
karangan Hasan Al Banna yang tertera pada akhir Al-
Masurat.

Syaikh Ihsan bin Ayisy al-Utaibi rahimahullahu berkata:


"Di akhir al-Ma'tsurot terdapat wirid robithoh, ini
adalah bid'ah shufiyyah yang diambil oleh Hasan al-
Banna dari tarikatnya, Hashshofiyyah.11

Mereka sangat khusuk sekali sewaktu membacanya dan


membacanya secara rutin selepas majelis. Tidak hanya
dalam liqo saja tapi juga pada rapat-rapat dan dauroh-
dauroh selalu di tutup dengan doa bidah ini.

Kami berpikir doa ini dibacakan di majelis karena


murobbinya belum paham. tapi pada saat doa itu
kerap di bacakan oleh kalangan para ustadz ini
menjadi sesuatu yang aneh sekali.

Ada suatu cerita dari mulut kemulut yang menyebar


bahwa doa itu konon di yakini bisa mengikat hati.
Ceritanya dulu ada seorang anggota liqo yang mau
keluar dari jamaah. Selanjutnya mereka mendoakan
ikhwan tersebut dengan doa robitoh ini dan ikhwan itu
kebetulan tidak jadi keluar. Maka jadilah dianggap doa
robithoh ini sangat manjur.

Doa ini merupakan doa kebanggaan yang katanya


bakal dibaca di mana-mana walaupun kita pergi ke luar
negeri dan liqo di sana. Kita pasti akan menemukan
robithoh.
11
Kitab TarbiyatuI Aulad fil Islam Ii Abdulloh Ulwan fi Mizani Naqd Ilmi hal.
126

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 34


Bila doa ini akan dibacakan terlebih dahulu
membayangkan orang orang yang kita cintai, orang-
orang yang tidak kita kenal, akan lebih manjur
khasiatnya bisa menguatkan ikatan hati. Ini sangat mirip
dengan praktek praktek kaum sufi karena memang latar
belakang Hasan Al Banna adalah tarekat Sufi
Hashofiyah.

Beginilah kalau praktek agama di dasarkan pada


sharing pengalaman. Para madu yang juga nantinya
menjadi murobbi menjadi penyalur yang cepat
berkembangnya cerita ke bidahan yang sama yang
mereka dengar dari murobbi - murobbi mereka.

Ikhwah sekalian, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah


rahimahullahu berkata:
"Tidak diragukan lagi bahwa dzikir dan do'a termasuk
di antara ibadah-ibadah yang paling afdhol (utama),
dan ibadah dilandaskan alas tauqif dan ittiba', bukan
atas hawa nafsu dan ibtida (membuat bidah). Maka
do'a-do'a dan dzikir-dzikir Nabi sallallahualaihi
wasalam adalah yang paling utama untuk diamalkan
oleh seorang yang hendak berdzikir dan berdo'a.
Orang yang mengamalkan do'a-do'a dan dzikir-dzikir
Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang
berada di jalan yang aman dan selamat. Faedah dari
hasil yang didapatkan dari mengamalkan do'a-do'a dan
dzikir-dzikir Nabi Shollallahu 'Alaihi Wasallam begitu
banyak sehingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-
kata, Adapun dzikir-dzikir dari selain Nabi Shollallahu
'Alaihi Wasallam, kadang- kadang diharomkan, kadang-
kadang makruh, dan kadang-kadang di dalamnya
terdapat kesyirikan yang kebanyakan orang tidak
mengetahuinya.
Tidak diperkenankan bagi seorang pun membuat bagi
manusia dzikir-dzikir dan do'a- do'a yang tidak

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 35


disunnahkan, serta menjadikan dzikir-dzikir tersebut
sebagi ibadah rutin seperti sholat lima waktu, bahkan
ini termasuk agama bid'ah yang tidak diizinkan oleh
Allah. Adapun menjadikan wirid yang tidak syar'i maka
ini adalah hal yang terlarang, bersamaan dengan ini
dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang syar'i sudah
memenuhi puncak dan akhir dari tujuan yang mulia,
tidak ada seorang pun yang berpaling dari dzikir-
dzikir dan wirid-wirid yang syar'i menuju kepada
dzikir-dzikir dan wirid-wirid yang bid'ah melainkan
(dialah) seorang yang jahil atau sembrono atau
melampaui batas.12

Mudah mudahan ini bisa membuat para ikhwah di


tarbiyah dan kita semua pada umumnya untuk lebih
berhati-hati. Banyak sekali praktek dzikir-dzikir bidah
dan praktek praktek ibadah yang tidak ada tuntunan
syarinya.
Agar lebih paham silahkan baca link link di footnote,
dan telusuri website website tersebut. InsyaAllah kalau
ikhwah sekalian ikhlas akan menghantarkan kepada
kebenaran.
12
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam Majmu' Fatawa 22/510-511
13
Batasan Toleransi
http://asysyariah.com/batasan-toleransi/
Sampai Manakah Batas Toleransi?
https://almanhaj.or.id/3854-sampai-manakah-batas-toleransi.html
Antara Taawun Syari dan Hizbi
https://almanhaj.or.id/2038-antara-taawun-syari-dan-hizbi.html
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Toleransi
https://sunniy.wordpress.com/2009/01/07/hal-hal-yang-perlu-diperhatikan-dalam-
toleransi/
Bolehkah Kita Toleransi Dan Kerja Sama Dakwah dengan Jamah-Jamaah
yang Berbeda Manhaj?
https://almanhaj.or.id/1725-bolehkah-kita-toleransi-dan-kerja-sama-dakwah-dengan-
jamaah-jamaah-islam-yang-berbeda-manhaj.html
Apakah Mungkin Persatuan Terwujud Bersamaan Dengan Berbeda-Bedanya
Manhaj Dan Aqidah?
https://almanhaj.or.id/1839-apakah-mungkin-persatuan-terwujud-bersamaan-dengan-
berbeda-bedanya-manhaj-dan-aqidah.html

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 36


3. Kedekatan dan Toleransi Terhadap Kebidahan
Ikhwah tarbiyah dikenal sebagai orang-orang yang
santun dan toleran 13 (walaupun terkadang marah
ketika di krtitik pemahamannya oleh para ikhwah
atau ustadz yang bermanhaj salaf).

Mereka selalu menampilkan diri sebagai orang orang


yang cinta damai kepada semua firqoh dan pemikiran.
Dakwah mereka lebih banyak berfokus kepada
mempererat ukhuah (persaudaraan) dan hanya seputaran
amar maruf tapi sering melupakan dakwah nahi
mungkar.

Metode dakwah seperti ini memang sedang popular


sekarang ini, karena dengan dakwah ini cendrung akan
lebih disenangi dan akan memperoleh banyak pengikut.
Sangat cocok diterapkan bagi yang sedang mencari
dukungan sebanyak banyaknya.

Semua aktivitas banyak yang tersibukkan dengan acara-


acara untuk mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya
agar bisa menyebarkan pemahaman Ikhwanul Muslimin
seluas-luasnya. wallahualam.

Sikap tersebut karena ada suatu selogan yang telah


mendarah daging dalam tiap hati para ikhwah di
tarbiyah yaitu selogan : (Mari) kita saling tolong-
menolong dalam perkara- perkara yang disepakati
dan saling toleran dalam perkara-perkara yang
diperselisihkan. 14

14
Al Wala` Wal Bara` Ala Ikhwanul Muslimin
http://asysyariah.com/al-wala-wal-bara-ikhwanul-muslimin/
Menepis Pemahaman Keliru dalam Mengingkari Kemungkaran
http://www.darussalaf.or.id/manhaj/menepis-pemahaman-keliru-dalam-mengingkari-
kemungkaran/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 37


Dokrin inilah yang paling kelihatan dari pribadi-pribadi
para ikhwah yang terjangkiti penyakit syubhat Ikhwanul
Muslimin (IM), berfokus bagaimana menjalin ukhuah
dan menjauhi perselisihan, menjauhi pembahasan syirik
dan bidah karena di khawatirkan akan membuat
perpecahan, dan selalu meletakkan dakwah pada amar
makruf saja tapi terkadang menjauhkan nahi mungkar
karena takut akan menyakiti hati orang lain. Hal ini
cenderung membuat lebih bertoleransi terhadap
perbedaaan bahkan terkadang menjadi permissible
(cuek) terhadap hal-hal yang merupakan prinsip akidah
dan keimanan.

Keinginan untuk menyatukan semua golongan dan


kelompok membuat kelompok ikhwani berusaha selalu
mencari titik temu perbedaan dan mengkampanyekan
Islam yang warna-warni14 yang beraneka ragam
pemikiran menyimpang hingga sampai pada titik
dimana m e r e k a berusaha untuk mendekatkan paham
mereka yang ahluh sunnah dengan ahlul bidah, bahkan
dengan para syiah dan golongan yang sesat lainnya.
Astaghfirullah...

Propaganda untuk tidak memusuhi golongan lain


mempercayai asal niatnya baik dan tujuannya sama,
selama sama-sama mencari ridho Allah semua firqoh-
firqoh itu benar. Suhanallah...

Perhatikan hadits berikut ini.

15
Bolehkan Kita Mengambil Kebaikan Setiap Firqoh?
https://almanhaj.or.id/179-bolehkah-mengambil-kebaikan-setiap-firqah.html
PRINSIP PRINSIP MENGKAJI AGAMA
http://asysyariah.com/prinsip-prinsip-mengkaji-agama/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 38


Dari Ibnu Masud rodhiallohu anhu dia berkata,
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam membuat
garis lurus dengan tangannya sambil bersabda, Ini jalan
Alloh yang lurus. Kemudian beliau membuat garis-
garis di sebelah kanan dan kiri (garis lurus tersebut)
sambil mengatakan, Ini jalan-jalan (menyimpang).
Tidaklah setiap jalan melainkan di dalamnya ada
syaithon yang menyeru/mengajak ke jalan itu.
Kemudian beliau membaca firman Alloh,


Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus
maka ikutilah dia. Dan janganlah kalian mengikuti
jalan-jalan (lain yang menyimpang), yang memecah-
belah kalian dari jalan-Nya (Q.S. Al-Anam :153)
Demikianlah Dia mewasiatkan kepada kalian, mudah-
mudahan kalian bertaqwa.16

Dari hadits diatas kita bisa melihat bahwa jalan


kebenaran itu hanya satu yaitu jalan rasulullah dan para
sahabatnya. Sedangkan jalan-jalan yang lain adalah
jalan-jalan penyimpangan yang akan menimbulkan
perpecahan. Jadi tidak semua pemahaman dibenarkan
walalupun niatnya baik. Itu sama saja seperti
pemahaman liberalisme yang mengatakan semua agama
sama. Hanya saja orang-orang liberal mempersatukan
antara Islam dan kafir sedangkan pemahaman ikhwani
berusaha mempersatukan antara islam yang lurus
dengan islam yang menyimpang. Allahu alam. Untuk
orang yang awam akan ilmu agama pasti metode
seperti ini sangat berkesan dan menarik simpati
mereka.
16
Hadits Shohih, Riwayat Imam Ahmad dan An Nasai

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 39


Tetapi bila kita telah memahami ilmu akidah yang
sebenarnya baru akan terasa sekali bahwa sebenarnya ia
berada dalam suatu kubangan lumpur dan berada di
daerah abu-abu yang tidak jelas.

Tidak akan pernah ada persatuan dalam hal apapun


tanpa di landasi suatu landasan aqidah yang sama
yaitu dilandasi dengan dasar aqidah yang benar. Karena
Aqidah adalah hal yang prinsip dan memurnikannya dari
semua kotoran adalah prinsip. Sebuah pondasi dari
persatuan yang sebenarnya bukan persatuan yang semu
semata.

Dalam hal agama tidak bisa hanya mengandalkan


perasaan dan pikiran pribadi saja niat yang baik belum
tentu akan di ridhoi Allah subhanahu wataala apabila
caranya salah.

Apakah mungkin seorang yang rajin ke kuburan


para wali mengharapkan barokah, seorang yang
mencaci maki ummahatul muminin dan para sahabatnya
bersatu dengan mereka yang beraqidah murni?

Apakah seorang muslim yang berakidah lurus tidak


terbakar jiwanya bila ada orang lain yang mencaci maki
ibunya? Secara logika jawabannya tentulah tidak.

Bagaimana perasaan kita bila ada sekelompok orang


yang cenderung untuk memplintir suatu agama kita
dengan dalih untuk persatuan dan kepentingan
jamaah dengan mengatas namakan Islam? Hanya
dengan ilmu yang lurus kita bisa lebih paham insya
Allah.

Setiap orang di dunia ini bisa saja mengaku-ngaku

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 40


mengikuti Quran dan sunnah dan mengaku melakukan
kebaikan. Tapi untuk mengetahui apa yang diikuti itu
adalah suatu kebenaran, seseorang tersebut haruslah
terlebih dahulu paham apa itu kebenaran yang hakiki.

Orang bisa saja menginterpretasikan Quran dan Sunnah


dengan caranya masing-masing karena semua aliran
sesat pun mengaku berbinjak kepada Al-Quran dan
Sunnah. Kalau kita tidak mempunyai pijakan
pemahaman siapa yang benar, maka kita akan sangat
mudah untuk tergelincir. Kita akan sangat mudah sekali
terombang ambing dalam kebingungan.

Dalam hal ini pemahaman akan kebenaran yang sudah


dijamin sendiri kebenarannya oleh Allah dan rasulnya
itu adalah kebenaran yang di pahami para sahabat yaitu
para salafus sholeh. Tidak menyelesihi apa yang mereka
sepakati dan tidak keluar dari pendapat pendapat yang
mereka selisihi dan tidak mengeluarkan pendapat-
pendapat baru yang mengikuti logika dan perasaan.
wallahualam..

Dengan banyaknya firqoh-firqoh tersebut suatu niat


yang baik saja tidaklah cukup kalau cara dan metode
mereka tidak benar17. Ini bukan masalah hanya
mengkritik suatu kelompok saja tapi masalah menjaga
kebenaran yang haq dari pencemaran dan
mengaburkannya dengan syubhat-syubhat yang
dilontarkan oleh masing-masing kelompok tersebut.
Alangkah buruknya mereka yang menyebarkan
kebidahan dan ke musyrikan dengan menggunakan
nama Islam.

17
Niat Baik Saja Tidak Cukup
https://firanda.com/index.php/artikel/manhaj/91-niat-baik-semata-tidaklah-cukup

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 41


Kalau hanya masalah melakukan kebaikan kita bisa
melihat bayak orang-orang kafir, para misionaris yang
melakukan kebaikan lewat lembaga lembaga sosial
mereka.
Mereka memberikan bantuan-bantuan kesehatan dan
meningkatkan taraf hidup banyak orang. Tapi seiring
dengan kebaikan mereka, mereka juga menanamkan
kepercayaan dan agama mereka. wallahualam..

Dan yang kami temukan juga pada jamaah tarbiyah,


adanya kesenang meniru-niru orang kufar (tasyabuh).
Kalau di telusuri satu persatu akan banyak list-nya,
seperti perayaan ulang tahun, gembira dengan tahun
baru masehi dan lain sebagainya.

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :



Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia


termasuk golongan mereka18

Kalau kita pergi bermobil dengan para Ikhwah Ikhwani,


hampir dipastikan kita akan menemukan suasana yang
tidak jauh berbeda dengan bermobil dengan orang
awam. Sama- sama didalam mobilnya akan ada
musik yang musiknya mereka katakan sebagai musik
islami. Musik seperti ini juga yang di temukan dalam
walimah-walimah mereka dan di kamar-kamar mereka.

Kita akan menemukan pembicaraan tentang group-


group nasyid favorite mereka sama halnya orang-orang
awam membicarakan group-group musik kesukaan
mereka.

18
H. R. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 42


Bahkan group nasyid menjadi suatu cara untuk memikat
pengunjung tatkala mereka memulai seminar atau event-
event lain dan hampir di pastikan menjadi suatu selingan
di setiap jeda acara.

Hanya sebagian kecil (bahkan hampir tidak ada) dari


jamaah ini yang paham bahwa ulama Ahlul Sunnah
sangat menentang musik. Tapi yang sebagian kecil ini
mereka lebih memilih pendapat Yusuf Qardawi yang
mengizinkan beberapa jenis musik. Tapi yang
kebanyakan adalah yang sama sekali tidak aware (sadar)
bahwa banyak ulama ahlul sunnah mengharamkannya.
Bahkan dalil tentang haramnya musik sudah sangat jelas
sekali. Nabi Sallallahualaihi wa salam bersabada:

Akan muncul di kalangan umatku, kaum-kaum yang


menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat-alat
musik19

Hadits ini adalah hadits yang shahih. Apa yang Al-


Bukhari sebutkan dalam sanad hadits tersebut: Hisyam
bin Ammar berkata tidaklah memudaratkan kesahihan
hadits tersebut. Sebab Imam Al-Bukhari rahimahullahu
tidak dikenal sebagai seorang mudallis (yang
menggelapkan hadits), sehingga hadits ini dihukumi
bersambung sanadnya. Jadi orang-orang tarbiyah alias
ikhwani yang melemahkan hadits ini karena taklid buta
kepada Ibnu Hazm sudah keliru.
19
H.R. Al-Bukhari, 10/5590. Hadits ini sahih dalam Kitab sahih Bukhari secara
Mualaq. Ibnu Hazm melemahkan hadits ini tetapi banyak dibantah oleh para ulama
ahli hadits salah satunya Syeikh al- Albani rahimahullah. Perlu diketahui bahwa
ibnu Hazm bukanlah ahli hadits. Dari sini banyak ikhwah ikhwani yang menganggap
musik adalah masalah khilafiyah padahal tidak semua khilaf dapat diterima.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 43


Bahkan Syaikh Al-Albani rahimahullahu (Ulama pakar
Hadits) berkata setelah menyebutkan panjang lebar
tentang keshahihan hadits ini dan membantah pendapat
yang berusaha melemahkannya:
Maka barangsiapa setelah penjelasan ini yang
melemahkan hadits ini, maka dia adalah orang yang
sombong dan penentang. Dia termasuk dalam sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

Tidak masuk ke dalam surga, orang yang dalam


hatinya ada kesombongan walaupun seberat semut.20

Dan di dalam Al-Quran Allah juga berfirman :

Dan di antara manusia (ada) orang yang


mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa
pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-
olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan(Q.S. Luqman : 6)

Ibnu Jarir Ath Thabariy -rahimahullah- dalam kitab


tafsirnya mengatakan bahwa para pakar tafsir berselisih
pendapat apa yang dimaksud dengan lahwal
hadits dalam ayat tersebut. Sebagian mereka
mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah nyanyian
dan mendengarkannya. Lalu setelah itu Ibnu Jarir
menyebutkan beberapa perkataan ulama salaf mengenai
tafsir ayat tersebut.

20
H.R. Muslim dalam Sahih Muslim

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 44


Di antaranya adalah dari Abu Ash Shobaa Al Bakri
rahimahullah-. Beliau mengatakan bahwa dia
mendengar Ibnu Masud ditanya mengenai tafsir ayat
tersebut, lantas beliau radhiyallahu anhu berkata,


Yang dimaksud adalah nyanyian, demi Dzat yang
tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi
selain Dia. Beliau menyebutkan makna tersebut
sebanyak tiga kali.21

Mereka juga masih tidak berkeberatan untuk


menghadiri dan menggunakan perayaan-perayaan atas
nama syiar Islam. Walaupun moment tersebut adalah
kebidahan. Dengan berusaha mengemas ke-bidahan
tersebut dalam bingkai Islami. Tapi Alhamdulilillah
acara-acara seperti ini tidak diadakan di kampus kami
karena ketuanya selalu tidak menyetujui apabila ada
acara seperti ini di kampus. Tapi kalau di kampus-
kampus lain jangan ditanya lagi.

Tidak mengherankan kalau mereka merayakan maulid


Nabi shallahualaihi wa sallam senantiasa mengucapkan
dan merayakan Selamat ulang tahun dengan alasan fikih
prioritas. Menggunakan perangkat-perangkat syubhat
dalam dawahnya, mencampur adukkan antara yang haq
dan yang batil. Termasuk ketidak-sungkanan dan
pembelaan terhadap penggunaan perangkat demokrasi
dan domonstrasi dan tidak takut meniru-niru orang kafir
hanya mengemas sesuatu menjadi Islami.

Menurut pengamatan saya ditarbiyah tingkat tinggi,


Kalau antum sudah lama mengaji tapi atum masih tidak
mau mengikuti kegiatan kepartaian antum di anggap
masih belum mengerti.
21
Lihat Jamiul Bayan fii Tawilil Quran, Ibnu Jarir Ath Thobari, 20/127,
Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1420 H.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 45


Demokrasi dan kepartaian yang mereka anggap sebagai
sarana terbukti lebih menyeret mereka kedalam suatu
lingkaran yang mereka "nikmati". Terlihat dengan tidak
risihnya dalam pembicaraan sehari-hari menggunakan
panggilan, oh dia ketua depera, oh dia anggota dewan,
dan yang sejenisnya. Ungkapan ungkapan tersebut
sudah seperti menjadi suatu kebanggan.

Ambisi diantara mereka untuk mencapai target dalam


pemerintahan menyeret mereka untuk menghalalkan
cara-cara yang tidak syari dan melupakan pada dawah
ilallah (dakwah tauhid).

Kecintaan yang mendalam saudara-saudara ikhwah di


tarbiyah kepada tulisan-tulisan Hasan Al Banna, tafsir
dan karya karya Sayyid Qutb 22. Mereka mungkin
hampir tidak terpikirkan bahwa para ulama terkemuka
di abad ini banyak mengkritik tafsir tersebut dan
telah dilakukan study mengenai pemikiran-pemikiran
sesat dari Sayyid Qutb itu sendiri. Ketidaktahuan ini
karena mereka sendiri belum pernah tahu siapakah
ulama-ulama yang harus di jadikan pijakan dan
referensi. Mereka cendrung merefer ke ulama-ulama
moderat yang memiliki paham mutazilah. Mereka tentu
akan kaget dengan kritikan-kritikan pedas terhadap
Yusuf Qordhowi 23 karena sebagaian besar dari mereka
yang mereka sangat tahu dan familiar dengan fatwa-
fatwa ulama ini. Wallahualam bishsowab

22
Fatwa-Fatwa Para Ulama tentang Sayyud Qutb
https://almanhaj.or.id/1099-fatwa-fatwa-para-ulama-tentang-sayyid-quthb.html
Komentar Terhadap Tulisan-Tulisan Muhammad Al - Ghazali
https://almanhaj.or.id/1922-komentar-terhadap-tulisan-tulisan-muhammad-al-
ghazali.html
Hakekat yang Tersembunyi dari Sayyid Quthub
https://almanhaj.or.id/2039-hakekat-yang-tersembunyi-dari-sayyid-quthub.html
Bahaya Pemikiran Sayyid Quthb
http://www.darussalaf.or.id/hizbiyyahaliran/bahaya-pemikiran-sayyid-quthb/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 46


4. Lemahnya Wala dan Bara
Para Ikhwah sekalian, tentu antum tahu bahwa Al-Wala`
(loyalitas kepada kebenaran) dan Al - Bara` (antipati
terhadap kebatilan) merupakan prinsip penting dalam
agama kita, yaitu Islam.

Abu Utsman Ash-Shabuni (wafat 449 H) mengatakan:


Dengan itu, (Ahlus Sunnah) seluruhnya bersepakat
untuk merendahkan dan menghinakan ahli bidah, dan
menjauhkan serta menjauhi mereka, dan tidak berteman
dan bergaul dengan mereka, serta mendekatkan diri
kepada Allah dengan menjauhi mereka.24

Tapi prinsip ini menjadi luntur dan benar-benar luntur


dalam manhaj gerakan Ikhwanul Muslimin. Itu terbukti
dari penjelasan di atas.

Juga sambutan hangatnya Hasan Al-Banna terhadap


pimpinan aliran Al - Marghiniyyah, sebuah aliran
wihdatul wujud yang menganggap Allah menjadi satu
dengan makhluk25.

Lebih dari itu (dan antum boleh kaget) Hasan Al-Banna


pernah mengatakan: Maka saya tetapkan bahwa
permusuhan kita dengan Yahudi bukan permusuhan
karena agama. Karena Al-Qur`an menganjurkan untuk
bersahabat dengan mereka.

23
SIAPAKAH DR. YUSUF QARDHAWI
http://www.darussalaf.or.id/hizbiyyahaliran/siapakah-dr-yusuf-al-qardhawi-hadahullah/
Penyimpangan pikiran Yusuf al-Qardhawi
http://salafy.or.id/blog/2003/10/01/penyimpangan-pikiran-yusuf-al-qardhawi-ii/
24
Lihat Aqidatussalaf Ashabil Hadits, hal. 123, no. 175
25
Lihat Qafilatul Ikhwan Al-Muslimin, 1/259, karya As-Sisi

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 47


Dan Islam adalah syariat kemanusiaan sebelum syariat
kesukuan. Allah-pun telah memuji mereka dan
menjadikan kesepakatan antara kita dengan mereka
dan ketika Allah ingin menyinggung masalah Yahudi,
Allah menyinggung mereka dari sisi ekonomi, firman-
Nya.26

Apa yang pantas kita katakan wahai pembaca?


Barangkali tepat kita katakan di sini:

Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab


dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? (Q.S. Al-
Baqarah: 85)

Ke mana hafalan Al-Qur`an-nya? Siapapun yang


membaca pasti tahu bahwa Allah telah mengkafirkan
Yahudi, mereka membunuh para nabi, mencela Allah,
tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad
Shallallahualaihi wasallam, dan beberapa kali berusaha
membunuh Nabi Shallallahualaihi wasallam. Apakah
ini semua tidak pantas menimbulkan permusuhan antara
muslimin dengan Yahudi dalam pandangannya?

Padahal Allah Tabaroka wataala berfirman:


26
Al- Ikhwanul Al-Muslimun Ahdats Shanaat Tarikh, 1/409 dinukil dari Al-
Maurid, hal. 163-164.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 48


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil
menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di
luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti- hentinya
(menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.
Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya. (Q.S. Al - Imran:
118)

5. Demonstrasi Sebagai Kewajiban


Demonstrasi 27 atau sering mereka sebut sebagai aksi
merupakan salah satu agenda yang lumrah bagi mereka.
Sering sekali murobbi mewajibkan untuk hadir dalam
demonstrasi. Biasanya kalau ada intruksi demo atau
kegiatan kepartaian, setiap anggota liqo di instruksikan
untuk hadir, dan pada pertemuan di pekan selanjutnya
akan di tanyakan alasan ketidak hadiran kalau dia tidak
hadir. Masing masing kelompok punya cara untuk
dalam hal pemberian sangsi. Bisa berbentuk uang (atau
yang di sebut infaq), bisa berbentuk hafalan Quran
dan yang lain lain.

Selama beberapa lama mengikuti rangkaian kegiatan


tarbiyah alhamdulillah hampir tidak pernah mengikuti
rangkaian kegiatan kepartaian.

27
Demonstrasi Bukan Metode Salafus Sholih
http://www.darussalaf.or.id/manhaj/demonstrasi-bukan-metode-salafus-sholih/
Mengingkari Kemungkaran Dengan Demonstrasi
https://almanhaj.or.id/1415-mengingkari-kemungkaran-dengan-demonstrasi-dan-
pembunuhan-apakah-termasuk-bab-jihad-islam.html
Mengingkari Kemungkaran tidak Mesti dengan Keonaran
https://rumaysho.com/76-mengingkari-kemungkaran-tidak-mesti-dengan-keonaran.html
Syubhat-syubhat Sekitar Masalah Demokrasi dan Pemungutan Suara
https://almanhaj.or.id/497-syubhat-syubhat-sekitar-masalah-demokrasi-dan-pemungutan-
suara.html

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 49


Dan pembahasan soal kepartaian pun masih minim
karena liqo kami belum sampai ke tahapan tinggi karena
baru awal-awal liqo sudah mencium sesuatu yang aneh
karena murobbi pernah menyarankan untuk liqo secara
sembunyi-sembunyi. (hal ini akan jelaskan pada bab
selanjutnya Insya Allah)

Tetapi kebetulan kami pernah sekali ikutan demo dan ini


pengalaman pertama kami ikutan acara konyol seperti
itu. Waktu itu pada saat FSLDK Se-Aceh yang diadakan
di kota Langsa.

Kami akan share apa saja yang kami temukan dalam


kegiatan demonstrasi tersebut. Pada demonstrasi ini
semua kader dan simpatisan di harapkan ikut.

Demonstrasi ini membuat keluar wanita-wanita kejalan-


jalan dan ini tentunya suatu yang jauh dari apa yang
disunnahkan. Karena seharusnya seorang wanita
tempatnya di rumah kecuali jika ada alasan yang syari
untuk keluar rumah. Telihat begitu banyak
mudhorotnya, wanita dan pria berjalan sepanjangan
jalan dibawah terik matahari. Banyak yang kecapekan
dan kepanasan dan akhirnya di paksakan untuk terus
berjalan. Bukanlah ini adalah suatu kezaliman?

Tetapi mereka berkeyakinan bahwa mereka sedang


membela Islam bahkan menganggap hal ini termasuk
jihad28. Jadi mungkin kalau sampai ada yang mati
kelelahan itu dianggap sebagai mati syahid?
Astaghfirullah....

28
BEDA JIHAD SYARI DAN JIHAD KONSTITUSI YANG BERASAS
DEMOKRASI
http://www.taawundakwah.com/akhlak/beda-jihad-syari-dan-jihad-konstitusi-yang-
berasas-demokrasi/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 50


Para wanita yang jalan dan terexpose bebas dijalan-jalan
tidak lepas dari kemungkinan terjadinya ikhtilath 29,
dimana mereka akan bebas di pandang oleh lawan
jenisnya sepanjang perjalanan. Para wartawan yang
diundang untuk meliput demo juga begitu bebasnya
mengambil foto-foto akhwat. Ini pengalaman pribadi
karena kami melihat wartawan televisi mengambil
gambar para akhwat pada saat itu.

Sungguh ini fenomena yang sangat menyedihkan bagi


siapa saja yang memiliki jiwa yang hanif.
Setelah sampainya di tempat berkumpul di mana demo
akan di pusatkan, mereka akan mengadakan orasi
bergilir untuk para ketua. Bahkan kadang di iringi
dengan nyanyian dan kegaduhan musik. Suasana lebih
tidak terkendali, hijab antar pria dan wanita sudah makin
tidak jelas lagi. Ikhtilath dan hiruk-pikuk semakin
menjadi-jadi. Bahkan tidak jauh berbeda seperti konser
seni dan musik kecil-kecilan yang di kemas secara
islami.

Ini pekara meniru-niru kaum kafir sejak mulai


demonstrasi dimulai sampai penciptaan orasi, musik dan
nyanyian yang islami. Semuanya hampir tidak berbeda
tapi di kemas secara islami.

Kemudian yang membuat kami sangat prihatin, ada


sebagian akhwat yang memberikan orasi dan teriak-
teriak layaknya preman pasar. Allahu akbar. Kami tidak
sanggup membayangkan bagaimana wanita seperti ini
mendidik anak-anak nantinya yang seharusnya seorang
wanita itu lebih bersikap lembut dan penuh perasaan.

29
Campur baur laki-laki dengan wanita

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 51


6. Dalam Hal Perjodohan
Dalam hal perkawinan mereka memiliki lembaga sendiri
yang memproses biodata untuk menjodohkan anggota-
anggotanya yang biasanya proses di tangan murobbi.
Hal ini kami dapati dari wawancara dan hasil
pengamatan dari seorang akhwat yang sudah senior dan
sudah lama di tarbiyah.

Seperti perkataan seorang ustadz yang juga mantan


ikhwani beliau mengatakan murobbi kemungkinan bisa
memegang banyak foto dan biodata akhwat/ikhwan dan
yang sampai ke madu biasanya satu saja.
Subhanallah.

Sempat mendengar curhatan beberapa rekan di tarbiyah


akan ketakutan dan kekhawatiran mereka akan
bagaimana reaksi dari murobbi bila mereka memiliki
calon sendiri.

Karena sebelumnya murobbi mengatakan sekarang


fenomena yang terjadi para madu lebih sering
melakukan proses mereka sendiri, langsung ke orang
tua dan murobbi hanya tinggal diberi pemberitahuan
akhir tanggal pernikahan.

Hal seperti tersebut dianggap menyalahi prosedur


dan sebagai indikasi madu nya belum paham, berarti
proses tarbiyah yang tidak berhasil. Seharusnya setiap
madu paham mereka adalah bagian dari jamaah dan
menyerahkan urusan pernikahan juga pada jamaah.
Karena sesuatu yang di tentukan oleh jamaah akan
lebih baik karena berkenaan dengan kepentingan
jamaah.

Pernikahan yang seharusnya sederhana, karena prosedur


ini menjadi lebih ribet prosesnya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 52


Dalam hal ini peran murobbi dalam perkawinan bisa
melebihi orang tua.

Kami sempat sesekali mengemukakan pendapat bahwa


setiap fatwa yang kami baca selalu para ulama
menempatkan orang tua sebagai orang pertama dan
penentu dalam hal perkawiman bahkan pernah di
sampaikan dalam suatu dauroh, para peserta sama sekali
tidak mengindahkan perkataan tersebut.

Mereka menganggap orang tua adalah sebagai pihak


yang terakhir yang harus di beri tahu pada saat
semuanya sudah 100% OK. Yang berarti setelah proses
lewat murobbi dan setelah masing-masing bertemu dan
berkenalan di dampingi murobbi dan setelah kedua
belah pihak setuju dan murobbi juga setuju mereka baru
mengadakan pendekatan ke orang tua.

Alasannya kalau dari awal proses orang tua sudah diberi


tahu takutnya orang tua akan menyimpan harapan,
nantinya kalau tidak jadi orang tua akan ikutan
kecewa.

Alasan lainnya dengan pertimbangan kemungkinan


orang tua tidak paham tentang konsep pemilihan calon
suami/istri yang syari, jadi diusahakan menghindari
masalah terhadap orang tua yang tidak se-fikroh.

Mereka beranggapan kalau setiap ikhwan yang mau


melamar langsung datang ke orang tua ini malah bisa
membuat proses tidak jelas. Bisa jadi ikhwannya tidak
sefikroh dan tidak paham akan kepentingan dakwah.

Madu harus percaya pada murobbi bahwa dia mengenal


madu nya dan tahu apa yang terbaik bagi madu nya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 53


Apakah benar seorang murobbi bisa menggantikan
posisi mahram dalam pertemuan pertemuan taaruf
(perkenalan) tersebut? Rasulullah Shallahu alaihi
wassalam meletakkan orang tua sebagai wali dan peran
ini tidak tergantikan selagi tidak ada alasan syari.
Dalam hal ini peranan murobbi sebagai pengganti
mahram untuk proses perkenalan perlu juga di ditinjau
lagi.

Menjadikan murobbi atau siapapun untuk menjadi


perantara dalam suatu perkenalan bukanlah suatu yang
salah tapi menjadikan ini suatu prosedur yang baku dan
kaku, seperti membuat suatu syariat tersendiri dan
bahkan dampaknya bisa dilihat dan di rasakan
bagaimana madu menjadikan tersebut sebagai suatu
prosedur yang resmi dan benar bahkan mereka
mengecilkan peran orang tua dalam proses
tersebut.

Ada suatu kisah pernikahan seoarang akhwat yang


cukup dramatisir. Dimana dia pada detik- detik terakhir
menolak menikah dengan calon yang diajukan oleh
orang tuanya yang beliau akui sendiri ikhwan tersebut
sebenarnya sholeh hanya dia lebih memilih jodoh dari
teman- teman sejamaahnya karena dianggap itu lebih
memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan
dakwah. laa haula wa laa quwwata illa billah.

Untuk murobbi yang keras sangat, akan susah untuk


menikah dengan orang yang diluar jamaah. Tapi
sekarang ini biasanya lebih terbuka dan biasanya
diharapkan ikhwannya disuruh mengaji. Alasannya agar
diapun benar-benar paham tentang pernikahan itu.
Sebenarnya ini merupakan cara lain untuk menambah
jumlah kader juga.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 54


Bila datang melamar ke akhwat yang ikhwani dan orang
tuanya juga ikhwani, maka jangan kaget bila ditanyakan
antum tarbiyah tidak? walaupun ikhwan yang datang
adalah ikhwan lulusan pesantren yang terkenal akan
keilmuannya. Karena pemahaman versi tarbiyah
ikhwani dengan arti tarbiyah yang sebenarnya sudah
kabur.

Untuk mereka yang sudah di tingkat atas, menikah


dengan orang luar biasanya relative lebih susah. Karena
di harapkan mereka menikah dengan orang jamaah
demi kelangsungan dawah.

Tapi sekali lagi, hal ini adalah hasil wawancara yang


kami lakukan kepada salah seorang ikhwan yang
dulunya aktivis tarbiyah yang sampai ke jenjang yang
tinggi.

7. Kerahasiaan dan Pengajian yang Rahasia.


Ada kerahasiaan yang sampai saat ini kami belum begitu
paham mengapa hal itu perlu dilakukan. Kita tidak
boleh bercerita siapa-siapa saja anggota kelompok
liqo kita. Bahkan diharapkan diantara sesama jamaah
tidak mengetahui murobbi nya siapa. Aneh memang.

Pernah seorang akhwat bercerita, ketika sewaktu selepas


menghadiri walimah seorang akhwat, bersama dengan
beberapa teman se-liqo bermaksud untuk langsung
menuju ke rumah murobbi untuk liqo. Tapi di tengah
perjalanan bertemu dengan rekan ikhwani yang lain
mereka tidak mau saling berterus-terang kalau sekarang
nih kita lagi mau mengaji. Tidak mengerti kenapa
harus begitu.

Adapun sering ada dauroh-dauroh yang hanya bisa di


hadiri oleh orang-orang tertentu saja. Tidak semua

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 55


majelis akan terbuka untuk anggota apalagi bagi
masyarakat umum.

Ukhti tersebut juga mengatakan, terkadang dalam


pembentukan panitia walimahan, para panitia berusaha
memikirkan cara bagaimana agar para undangan tidak
tahu bahwa panitia adalah teman teman se-liqo dengan
mempelai. Untuk masalah ini benar-benar diluar batas
kemampuan berpikir kami untuk memahami cara seperti
ini.

Itu sebagaian kecil yang dapat beliau paparkan, rasanya


beberapa points tersebut sudah cukup sekiranya untuk
memantapkan hati untuk keluar dari lingkungan
hizbiyah ini.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 56


BAB IV
PENGAJIAN TERSEMBUNYI
TANDA PENYIMPANGAN

Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengatakan, Jika


engkau melihat ada sekelompok orang yang berbisik-
bisik membicarakan masalah agama tanpa ingin
diketahui orang lain maka ketahuilah bahwa mereka itu
di atas landasan kesesatan1

Sungguh tepat apa yang diungkapkan oleh seorang


ulama sekaligus umara (penguasa) ini. Kita jumpai di
sekeliling kita bahwa orang-orang yang menyebarkan
pemahaman yang menyimpang biasanya memilih
metode dakwah secara sembunyi-sembunyi supaya bisa
berhasil menyeret mangsa yang biasanya adalah orang-
orang yang memiliki latar belakang pengetahuan agama
yang pas-pasan.

Untuk ngaji ada yang harus ditutup matanya terlebih


dahulu. Ada juga yang bergerilya dari satu kamar kos ke
kamar kos yang lain. Anehnya ketika ngaji pintu kamar
kos harus ditutup rapat-rapat bahkan jika perlu semua
alas kaki harus dimasukkan demi alasan keamanan.
Ada juga yang merahasiakan siapa sebenarnya ketua
pengajian (murobbi) mereka. Belum tiba saatnya,
demikian alasan yang diajukan. Umumnya pengajian
semisal itu tidak berani diadakan secara terbuka di
masjid umum.

Ujung-ujungnya anak-anak ngaji tersebut didoktrin


dengan berbagai pemahaman yang menyimpang.

1
Atsar ini diriwayatkan oleh Darimi no 307.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 57


Coba kita perhatikan dengan teliti dan pandangan yang
kritis. Bagaimanakah murobbi membina muridnya
dalam liqo?

Liqo atau mentoring mempunyai berbagai macam


tingkatan. Untuk awal-awal mungkin keanehan-
keanegan itu belum terlihat. Semua masih berjalan biasa-
biasa saja tanpa ada kecurigaan walaupun jumlah orang
yang akan dibina selalu dibatasi (biasanya tidak lebih 12
orang). Mungkin tujuan dibatasinya murid agar murobbi
lebih mudah untuk mengontrol dan mengendalikan
madu nya.

Ketika liqoat sudah mulai naik tingkatan maka materi


yang disampaikan pun semakin berbeda dan lebih
menjurus ke politik dan materi-materi ke-harokah-an
(pergerakan) termasuk materi ideologi pemikiran
Ikhwanul Muslimin.

Disinilah kami mendapatkan saran-saran dari murobbi


bahwa sebaiknya liqoat lebih baik dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dengan alasan agar lebih tenang dan
para madu tidak boleh menceritakan kepada orang lain
siapa murobbi nya.

Bukankah hal ini keanehan? Namun sayangnya


keanehan-keanehan ini tidak disadari sepenuhnya oleh
para madu yang dibina karena sudah terdoktrin sejak
awal bahwa hal ini lumrah dan biasa saja.

Keminiman ilmu agama yang dimiliki juga membuat


mereka tidak dapat menyadari hal ini. Kami berharap
para aktivis dakwah semakin kritis dan paham bahwa
agama islam yang agung ini adalah agama yang terang
dan jelas tidak ada kesamaran-kesamaran tidak tidak ada
hal-hal yang harus disembunyikan.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 58


Kalaupun awalnya pengajiannya terbuka, maka itu hanya
awal-awal saja untuk menarik simpati. Dan juga
membuat murobbi dapat mengkondisikan dulu orang-
orang yang mau diprospek sebagai kader lewat pengajian
sembunyi-sembunyi. Jika kemudian tertarik dan bisa
diprospek, maka mulailah dilakuka pengajian
sembunyi-sembunyi. Baik itu lewat metode halaqoh-
halaqoh dengan seorang murobbi melalui tempat
pertemuan tertentu yang sembunyi-sembunyi dan
berpindah-pindah, ataupun lainnya. Dan jika kemudian
sudah terkondisikan, barulah disampaikan Inti dakwah
dan pemahamannya. Wallahu alam...

Bukankah ajaran agama kita itu sesuai dengan fitrah


manusia?! Jika memang demikian mengapa mesti takut
menyampaikan kebenaran tersebut di tengah-tengah
kaum muslimin?

Bukankah itu malah menjadi pertanda bahwa mereka


membawa pemahaman yang unik, lain dari pada yang
lain. Benarlah apa yang Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam sampaikan.

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam


bersabda,

Akan selalu ada sekelompok dari umatku yang


menampakkan kebenaran. Tidaklah masalah bagi
mereka adanya orang-orang yang tidak mau menolong
mereka. Demikianlah keadaan mereka sehingga
datanglah ketetapan Alloh (baca:hari Kiamat)2
2
H.R. Imam Muslim no 5059.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 59


Hadits ini mengisyaratkan bahwa metode dakwah yang
dijalankan oleh para pengusung kebenaran semenjak
masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam hingga akhir
zaman nanti adalah dakwah dengan terang-terangan
dalam menyampaikan kebenaran. Tidak ada yang
ditutupi dalam dakwah mereka. Nabi shallallahu alaihi
wa sallam bersabda,

Sungguh kutinggalkan kalian di atas agama yang


terang, malamnya bagaikan siangnya. Tidak ada yang
menyimpang darinya sepeninggalku kecuali orang yang
binasa3.

Yang dimaksud dengan baidha dalam hadits di atas


sebagaimana penjelasan Muhammad Fuad Abdul Baqi
adalah agama dan argumen yang terang dan jelas yang
tidak mengandung kesamaran sama sekali. Jika
demikian, mendakwahkan agama ini tidak perlu tertutup.

Beralasan bahwa dulu di awal dakwah, Nabi


mempergunakan metode sembunyi-sembunyi sungguh
tidak tepat.

Pertama, semenjak dakwah dengan terang-terangan,


Nabi tidak pernah lagi sembunyi-sembunyi dalam
dakwah.

Kedua, berdalil dengan hal di atas itu mungkin tepat jika


dakwah dilakukan di tengah-tengah masyarakat kafir
yang menekan dakwah Islam.

3
H.R. Ibnu Majah no 43 dari Irbadh bin Sariyah, dinilai shahih oleh al Albani.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 60


Sedangkan dakwah sembunyi-sembunyi di tengah-
tengah masyarakat Islam pada umunya dan dikalangan
aktivis dakwah pada umumnya hanyalah awal dari
penyimpangan dan kesesatan.

Ditambah lagi dengan kepolosan dan kurangnya ilmu


agama pada diri para madu akan membuat lebih mudah
seorang murobbi untuk menanamkan pemahaman-
pemahaman yang di kehendakinya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 61


BAB V
KENAPA HARUS BERMANHAJ SALAF?

Siapa saja bisa mengaku sebagai seorang salafi karena


banyak firqoh-firqoh yang mudah menyesatkan dan
mengkafirkan pun mengaku sebagai salafi. Maka disini
kita harus benar-benar memahami salafi yang seperti apa
yang dimaksud yang bisa mewakili kaum salafusaleh
terdahulu. Pernahkah terbetik pertanyaan ketika kita
membaca,

Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS. Al Fatihah : 6)

Bagaimana jalan yang lurus itu? Itulah jalan yang telah


Allah jelaskan pada ayat berikutnya,

(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau


anugerahkan nikmat kepada mereka (Q.S. Al-
Fatihah: 7)

Begitu pula dalam surat lain,



Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(-
Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-
orang yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
para nabi, para shiddiqqin, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya (QS. An Nisaa: 69)

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 62


1. Siapakah Salaf Itu?
Secara bahasa, salaf artinya pendahulu dan secara istilah
yang dimaksud dengan salaf itu adalah Rasulullah dan
para sahabatnya. Ini bukan klaim tanpa bukti, jika kita
cermati ayat di atas, yang dimaksud dengan orang-orang
yang telah dianugerahi nikmat oleh Allah tidak lain
adalah Rasulullah dan para sahabatnya, generasi salaf.
Nabi yang paling utama ialah Nabi Muhammad,
imamnya shiddiqin ialah Abu Bakar, imamnya para
syuhada ialah Hamzah bin Abdil Muthalib, Umar bin
Al Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib. Dan orang saleh yang paling saleh adalah seluruh
sahabat Nabi. Merekalah salaf kita, yang jalan mereka
(baca: manhaj) dalam beragama itulah yang seharusnya
kita ikuti, baik dalam akidah, muamalah maupun
dakwah.

2. Manhaj Salaf Adalah Jalan Kebenaran

Allah berfirman,

Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah


jelas petunjuk baginya. dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mumin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruknya tempat kembali (QS. An Nisaa:
115)

Ketika ayat ini diturunkan, orang-orang mumin yang


dimaksud adalah para sahabat Nabi.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 63


Bahkan Allah telah meridhai mereka dan orang-orang
sesudahnya yang mengikuti mereka serta menjanjikan
untuk mereka balasan yang besar. Allah subhanahu wa
taala berfirman :


Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan
Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha
kepada Allah, Allah telah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar (QS. At Taubah: 100).

Demikianlah, Salafiyyah adalah Islam itu sendiri yang


murni dari pengaruh-pengaruh peradaban lama dan
warisan berbagai kelompok sesat. Islam yang sesuai
dengan pemahaman salaf telah banyak dipuji oleh nash-
nash al-Quran dan as-Sunnah.

3. Manhaj Salaf Adalah Manhaj Ahlus Sunnah


Penamaan salaf bukanlah suatu hal yang bidah. Bahkan
Rasulullah telah menegaskan saat beliau sakit mendekati
wafatnya, di mana beliau bersabda kepada putrinya,
Fathimah,

Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah, dan


sesungguhnya aku adalah sebaik-baik salaf bagimu1

1
Hadits Sahih Riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 64


Para ulama ahlus sunnah dulu dan sekarang banyak
menggunakan istilah salaf dalam ucapan dan kitab-kitab
mereka. Seperti contohnya ketika mereka memerangi
kebidahan, mereka mengatakan, Dan setiap kebaikan
itu dengan mengikuti kaum salaf, sedangkan semua
keburukan berasal dari bidahnya kaum kholaf
(belakangan). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata
dalam Majmu fatawanya bahwa tidak ada aib bagi yang
menampakkan madzhab salaf dan bernasab padanya,
bahkan wajib menerimanya secara ijma, karena
madzhab salaf itulah kebenaran.

4. Kembali Kepada Manhaj Salaf, Solusi


Problematika Umat
Sungguh, kehinaan dan ketertindasan umat ini akan
tercabut dengan kembalinya umat pada agama Islam
yang murni, yaitu dengan meniti manhaj salaf. Di tengah
maraknya perpecahan umat ini di mana banyak dijumpai
cara beragama yang berbeda-beda dan saling
bertentangan, maka hanya ada satu jalan yang benar
yaitu jalan yang sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu
alaihi wa sallam.

Inilah yang kemudian disebut dengan kembali kepada


pemahaman yang benar, pemahamannya Rasulullah dan
tiga generasi awal umat ini, para sahabatnya, para
tabiin, tabi tabiin, serta para pengikut mereka yang
setia dari kalangan para imam dan ulama. Tidak ada
jalan lain untuk mencari kebenaran dan ishlah
(perbaikan) yang hakiki melainkan harus kembali kepada
pemahaman salaf. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Imam Malik, Tidak akan baik keadaan umat terakhir
ini kecuali dengan apa yang menjadi baik dengannya
generasi pertama.2
2
Kenapa Harus Bermanhaj Salaf?
http://muslim.or.id/292-mengapa-harus-manhaj-salaf.html

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 65


BAB VI
SAATNYA BERGERAK
HIJRAH

Alhamdulillah. Allah sangat Maha Pengasih pada saat


hamba-Nya yang lemah ini. Pada saat masa - masa
kejahilan, Allah mempertemukan kita dengan orang-
orang yang tepat.

Awalnya kami tidak tahu apa itu Lembga Dakwah


Kampus atau disingkat LDK (biasanya setiap
Universitas berbeda-beda penamaannya). Apa
tujuannya, bagaimana pemahamannya, dan apa
fungsinya?

Semua ini kami selalu mencari tahu dan bertanya-tanya.


Kami baru tahu kalau pengajian-pengajian dan kegiatan-
kegiatan yang sering kami ikuti itu adalah pengajian
tarbiyah versi ikhwani yang berkaitan dengan PKS
sekitar awal-awal menjabat sebagai ketua LDK. Sejak
saat itu kami sulit tidur karena memikirkan kegelisahan
yang sangat yang merupakan konsekuensi posisi kami
sebagai ketua.

Walau sudah tahu kami masih tetap berada dilingkungan


majelis mereka karena kami berfikir bahwa kami masih
dapat mengambil hal-hal yang positif dari majelis
mereka. Lagi pula posisi sebagai ketua sangat sulit
untuk meninggalkan begitu saja. Ini yang sangat kami
sesali karena alangkah banyaknya waktu yang telah
terbuang.

Saat itu niat kami murni hanya untuk thollabul ilmi


(menuntut ilmu), menambah ilmu dan terus
memperbaiki diri.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 66


Kehausan akan ilmu membuat kami terbiasa berkeliling
setiap ada kesempatan untuk menghadiri majelis-
majelis ilmu yang ada (yang bermanhaj salafussaleh).
Kami terus belajar kepada guru dan ustadz/asatidzah
untuk mendalami ilmu hadits dan ushul fiqh. Sekarang
kami baru benar-benar menyadari bahwa hampir semua
majelis-majelis di SMA atau di universitas-
universitas dipegang oleh ikhwah tarbiyah dan apa yang
telah kami pelajari banyak sekali bercampur dengan
kebathilan.

Seperti sudah ada suatu system kalau kita tertarik untuk


belajar beragama paling tidak pernah menghadiri
majelis-majelis mereka. Kami yakin banyak sekali para
aktivis-aktivis keagamaan di Indonesia ini yang
sekarang telah menemukan manhaj salaf sebelumnya
mereka pernah terlibat dalam pergerakan Ikhwanul
Muslimin ini.

Dari SMA ada suatu kegiatan yang namaya RoHis


(Rohani Islam) dengan sistem mentoring-mentoring
yang sama dengan liqo yang biasanya pembimbingnya
atau murobbi nya adalah guru-guru yang berafiliasi
kepartai PKS atau paling tidak berpaham Ikhwanul
Muslimin (IM).

Di perguruan tinggi atau universitas sistem mereka lebih


teroganisir. Contohnya di kampus tempat kami belajar,
sejak awal penerimaan mahasiswa baru, mereka sudah
memegang kendali mahasiswa-mahasiswa muslim. Dari
masa orientasi akan ada kelompok mentoring-mentoring
agama, dan ini mereka yang pegang. Selanjutnya di
masa perkuliahan agama dan perkuliahan P3MA
dibentuk juga kelompok-kelompok mentoring yang juga
dipegang oleh para aktivis ikhwani.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 67


Bagi mereka yang terlihat tertarik untuk belajar
agama, mentoring ini akan terus berlanjut. Di tiap-tiap
fakultas juga demikian, kalau ada aktivis di fakultas
tersebut di harapkan akan ada regenerasi sehingga harus
ada pembinaan.

Strategi yang lain, mereka akan mengatur rapi


bagaimana mengkampanyekan agar setiap presiden
mahasiswa, ketua himpunan, mahasiswa dan lain-lain
akan jatuh di tangan orang tarbiyah. Ini bermaksud
untuk menguasai sistem di universitas tersebut. Di ITB
dan Unsyiah (setahu kami), orang-orang ikhwani sudah
berhasil menguasai sistem bahkan di Unsyiah sendiri
organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dikuasai
oleh para Ihwani sehingga PKS leluasa membuat agenda
kepartaian karena sudah menguasai sistem.
wallahualam

Semua aktivitas banyak yang tersibukkan dengan acara-


acara untuk mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya
agar bisa menyebarkan pemahaman Ikhwanul Muslimin
seluas-luasnya.

Alangkah baiknya bila kesibukan menyusun strategi dan


niat baik mereka untuk mengundang orang lain
kehidayah Islam benar-benar dilakukan dengan manhaj
yang benar dan diiringi dengan pengembangan keilmuan
dan keilmiahan yang memadai. Tapi sangat
disayangkan, kegiatan keilmuan makin berkurang
tetapi makin membudayanya kebidahan. Dakwah
hanya berdasarkan semangat dan perasaan, bukan
berdasarkan ilmu.

Kami sempat ditempatkan satu kelompok liqo dengan


mereka yang sudah menjadi aktivis-aktivis dakwah di
kampus mereka masing-masing.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 68


Tapi dengan semakin tingginya tingkatan kelompok
liqoat yang diikuti semakin dirasakan majelis
tersebut jauh dari keilmuan.

Alhamdulillah seperti yang kami sampaikan di awal


tulisan ini kami sangat beruntung bertemu dengan
orang-orang yang tepat pada saat zaman-zaman masih
ignorance. Beruntunglah kita walaupun hanya sedikit
yang mengenal kebenaran, tetapi kita sangat mudah
untuk bisa saling mengenali karena keterasingan ini.

Barangkali kita mudah terpengaruh oleh perkataan


kebanyakan orang yang sering menuduh kelopok itu
sesat, kelompok ini sesat. Tapi untuk mengetahui
kelompok sesat bukanlah dari kata orang kebanyakan
tapi harus di timbang dengan Al-Quran dan Hadits yang
dipahami oleh salaful Ummah (Umat islam terdahulu)
yaitu para sahabat radiallahu anhum.

Dalam bab ini kami akan sedikit bercerita bahwa ada


seorang akhwat yang belum mengenal manhaj salaf
tidak tau apa itu wahabi. Saat itu dia membaca
mengenai wahabi dan mengunjungi website yang salah
yang semuanya menjelek-jelekkan wahabi. Tapi dia
sendiri tidak paham apa itu wahabi dan sangat penasaran
apa yang dimaksud wahabi.

Pada suatu hari ahwat ini bertemu dengan seorang


ustadz lulusan Madinah dan kepada ustadz inilah ia
banyak bertanya di room islam pada yahoo messenger
yang kebetulan Ustadz tersebut yang menjadi
Adminnya.

Kemudain ia langsung tanya ke ustadz tersebut apakah


beliau tahu apa itu wahabi.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 69


Akhwat tersebut bisa melihat sang Ustadz ragu-ragu
untuk menjawabnya, mungkin karena belum tahu
seberapa jauh pengetahuan Akhwat dan seberapa banyak
yang bisa ustadz katakan.

Namun Alhamdulillah, walau ustadznya berkesan


cerewet (banyak memberi nasehat) tapi sangat
membantu sekali. Pemikiran-pemikiran ustadz awalnya
dia anggap aneh tapi setiap keanehan itu selalu dia
usahakan untuk memahami dan terus belajar dari mana
hal tersebut berasal. Dalam berbagai kesempatan dia
sering mengklarifikasi apa yang di baca. Dan ustadz
selalu bertanya tentang ulama penulisnya apakah ahlus
sunnah atau bukan.

Sewaktu dia menemukan buku yang berisi koreksi


habis-habisan terhadap Yusuf Qardhawi, akhwat
tersebut bertanya kepada Ustadz tersebut apakah beliau
kenal nama-nama ulama yang memberikan pendapat di
buku tersebut. Ternyata Ustadz nya berkata bahwa
ulama-ulama yang berbicara tersebut adalah ulama ahlus
sunnah. Ustadz tersebut sempat menasehati Akhwat
tersebut mengenai Yusuf Qardhawi dan mengatakan
bahwa ustadz sendiri pernah merasa marah terhadap
beberapa pendapat Yusuf Qardhawi yang berlepas dari
pendapat-pendapat para salaf. Salah satu pendapat yang
nyeneh dari Yusuf Qordhawi adalah bolehnya
mengucapkan selamat Natal kepada orang Nasrani.
Tentunya ini pendapat yang batil dan menyelisihi Ijma
para ulama bahwa haram hukumnya mengucapkan
selamat Natal kepada orang kafir.

Saat itu sang Akhwat masih belum paham. Walaupun


dia menunjukkan kegagumannya pada Yusuf Qardhawi,
ustadz itu senantiasa mengemukakan pendapat beliau
tentang Yusuf Qardhawi dengan baik. Sempat juga sang

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 70


ustadz menyarankan lebih baik agar sang Akhwat
banyak membaca buku-buku ulama yang sudah jelas
keshahihannya.

Dan memang belajar Islam yang benar itu bisa


dikatakan tidak mungkin dilakukan dengan otodidak
atau hanya sekedar membaca. Tapi kita lebih baik
harus datang ke majelis- majelis ilmu dan memiliki
pembimbing yang benar-benar paham akan agama islam
ini. Bukan dari Murobbi yang rata rata pengetahuannya
juga sama-sama aja seperti kita.

Dan selanjutnya di saat itu Si Akhwat mulai


menggunakan dunia maya dan banyak menggunakan
fasilitas itu untuk banyak membaca. Banyak hal- hal
yang berbeda dan pola pikir yang berbeda yang
ditemuakan olehnya.

Si Akhwat hampir sudah membaca keseluruhan bagian


dari website-website yang berbasis ikhwani yang
ditemukannya.1 Setiap menemukan websites yang
menarik dia cendrung untuk mengekplorenya sampai
habis.

Dan pada saat itu dia juga sedikit-sedikit membaca


website dari ulama salafy. Dia belum bisa sepenuhnya
memahami fatwa-fatwa mereka karena style mereka
berbeda. Tidak mengeluarkan fatwa dengan
pertimbangan menggunakan akal dan logika dan bukan
pula fatwa- fatwa yang hanya menggunakan dalil
untuk mengukuhkan akal dan logika tapi fatwa-fatwa
mereka selalu berangkat dari pemaparan dalil-dalil yang
shohih dan akal selalu tunduk pada dalil-dalil itu.

1
Diantara website Ikhwani yang paling tinggi ratingnya adalah dakwatuna.com
dan eramuslim.com

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 71


Akhirnya sang Akhwat mengambil kesimpulan sendiri
untuk ingin mengetahui fatwa-fatwa dalam hal aqidah
dan hal-hal hukum. Seiring dengan itu dia berusaha
menghindari untuk menggunakan website website
ikhwani untuk lebih berhati-hati.

Para ikhwah ikhwani pasti sangat terbiasa dengan fatwa


yang membeberkan tentang penjelasan secara akal.
Karena penjelasan secara ilmiyah menurut mereka
adalah penjelasan secara logika.

Sebelum mengenal sunnah yang bermanhaj salaf sang


Akhwat dulunya sangat kesal sekali dengan ikhwah
salafi. Karena terkesan mereka adalah orang-orang
yang senang menyerang orang lain, menjelek-jelekkan
kelompok lain. Mungkin kebanyakan ikhwah salafi yang
ditemukan adalah para tholabul ilmy (penuntut ilmu)
yang memang cendrung untuk bersikap keras dan terlalu
bersemangat. Sebenarnya mereka berniat baik mudah
mudahan Allah membalas niatan baik mereka.

Kemudian akhrinya dia berusaha meneliti dan mengkaji


tulisan-tulisan ulama rujukan mereka dan berusaha
memahami pola fikir ikhwah salafi.

Sikap keras dan kehatian-hatian dari ikhwah salafy


membuat dia belajar untuk berhati-hati dengan setiap
apa yang dia tulis dan dia katakan apalagi bila hal
tersebut berhubungan dalam hal agama. Setiap kalimat
yang terucap harus berdasar dan berdalil. Inilah yang
membantunya untuk lebih memahami tafsir dan syarah
(penjelasan kitab) dan mengkaji suatu hal mendalam
terlebih dahulu sebelum berpendapat.

Dari banyak membaca tafsir sang Akhwat merasa ada


suatu pola pikir yang tertanam dalam hati bahwa ada

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 72


suatu kesenangan bila tafsir itu ditafsirkan dengan atsar-
atsar yang shohih yang di jelaskan dengan penjelasan
hadist-hadist dan juga penafsiran para ulama ulama
salaf.

Subhanallah, dia seperti menemukan mutiara mutiara


ilmu yang sangat berharga. Sehingga dengan
menemukan ilmu ini dia kurang senang membaca tafsir
yang kebanyakan adalah ulasan pemikiran sang penulis
tafsir dan hanya interprestasi dari logika-logika saja.
Dari sini akhirnya dia sangat mencintai tafsir Ibnu
Katsir terbitan pustaka Syafii.

Sang Akhwat mulai merasakan kehausan dengan


majelis ilmu dan mulai mencari cari-cari di daerah
diamana tempat dia baru pindah bekerja. Dia mengamati
email-email yang di forward melalui rekan- rekan
kerjanya di kantor dan berusaha menanyakan majelis-
majilis ilmu yang mereka ikuti. Dan alhamdulillah
akhirnya menemukan majelis salafi di sini.

Sang Akhwat sempat juga ikutan majelis ikhwani di sini.


Karena walaupun pindah, mereka akan tetap mentransfer
kader-kadernya. Dia ditempatkan pada marhalah
(tingkatan) yang lebih tinggi dimana teman se-liqo nya
adalah para istri ustadz dan istri-istri para aktivis
kepartaian.

Ketika sang Akhwat mengkaji lebih intensif dengan


mendengarkan beberapa ceramah mengenai manhaj
salaf dan bahayanya bermajelis dengan ahlul bidah2,
dan subhanallah setelah mendengarkannya hatinya
menjadi tidak tentram seakan satu kaki berada di
kubangan lumpur.

2
Bahayanya Duduk, Bergaul, Berjalan Bersama Ahli Bid'ah
http://salafy.or.id/blog/2004/03/30/bahayanya-duduk-bergaul-berjalan-bersama-ahli-bidah/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 73


Sang Akhwat merasakan sepertinya tidak memiliki
alasan lain setelah memahami banyaknya kebatilan dan
kebidahan di majelis ikhwani untuk tetap melanjutkan
bermajelis dengan mereka. Dia selalu berfikir, kok tega
meninggalkan saudara-saudara seiman tanpa berusaha
melakukan sesuatu untuk mendakwahi. Tapi untuk
dakwah itu sendiri sulit karena teman-teman se-liqo nya
sudah pada senior dan sudah mendarah daging paham
dan pemikiran ke ikhwani nya.

Dia tidak dapat berbuat banyak, dan dia tidak dalam


kapasitas yang memadai untuk berbuat lebih banyak.
Tapi hal ini membuat dia bertekat untuk bara' (berlepas
diri) terhadap semua dakwah "tarbiyah" alias "ikwani"
yang berafiliasi "PKS".

Saat itu hatinya sudah bulat ingin mengundurkan diri


dari tarbiyah dan semua aktivitasnya. Dia sudah hampir
tidak pernah hadir liqo. Dia mengutamakan untuk
melakukan aktivitas lain bila ada jadwal liqo. Teman-
temannya yang berada di liqo sudah mulai kehilangan
sang akwat tersebut. Beberapa dari mereka berusaha
menghubunginya. Bahkan murobbi nya pun berusaha
untuk menghubungi.

Dia merasa seperti di kejar-kejar bila hari liqo tiba, siap-


siap untuk menjawab pertanyaan murobbi alasan ketidak
hadiran.

Sikap Ahlusunnah terhadap Ahlul Bidah


https://almanhaj.or.id/1740-sikap-ahlus-sunnah-terhadap-ahlul-bidah.html
Bahaya Menuji Ahli Bidah dan Mendiamkan Kebidahan
http://asysyariah.com/bahaya-memuji-ahli-bidah-mendiamkan-kebidahan/
Bahayanya Ahli Bid'ah
http://salafy.or.id/blog/2003/09/23/bahayanya-ahli-bidah/
Bolehkah Mengambil Kebaikan Setiap Firqah ?
https://almanhaj.or.id/179-bolehkah-mengambil-kebaikan-setiap-firqah.html
Menyingkap Perbedaan Antara Dakwah Salafiyah Dan Dakwah Hizbiyah
https://almanhaj.or.id/2189-garis-pemisah-antara-dakwah-salafiyyah-dan-dakwah-
hizbiyyah.html

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 74


Dia berfikir, untuk lari begitu saja dari liqo terkesan
tidak baik dan bukan cara yang dewasa dalam
menyelesaikan permasalahan. Dan dia tahu mereka akan
berusaha dengan segala cara untuk tetap
menghubunginya kalau dia tidak mengemukakan alasan
yang sejujurnya. Terlebih lagi sang akhwat tidak mau
meciptakan alasan yang berbohong untuk menghidari
mereka. Mereka tidak mau kehilangan kader-kadernya,
dan akan selalu berusaha untuk membuat kita
kembali. Seperti melibatkan kita lebih dalam dengan
kegiatan-kegiatan mereka, memberi jabatan dan
amanah, yang mungkin akan memberatkan langkah kita
dan ini bisa menjadi perang batin bahwa mungkin itu
adalah jalan untuk berdakwah.

Waktupun terus berlalu dan sang akhwat tidak hadir


dalam liqo selama beberapa bulan untuk menguatkan
hati dan menemukan cara bagaimana menyampaikan
maksud pengunduran dirinya kepada murobbi.

Akhirnya tiba saatnya ia siap untuk mengatakan kepada


murobbi bahwa dia akan hadir di tempat liqo menjelang
liqo sudah usai. Karena sang akhwat sudah bertekad
tidak ingin terlibat lagi dalam majelis tersebut dan tidak
ingin terlibat dalam pembicaraan-pembicaraan
kepartaian atau agenda dakwah mereka.

Sewaktu dia datang ke majlis tersebut, subhanallah sang


akhwat melihat mereka benar-benar baik sekali.
Kebetulan murobbi lagi mencoba resep baru jadi sang
akhwat benar-benar di jamu. Hatinya sempat goyah juga
walaupun tetap di kuatkan lagi. Sebelum hadir dia sudah
bilang ke murobbi kalau ia ingin berbicara dengan beliau
selepas majelis selesai.

Mungkin ikhwah yang melihat pembicaraan tersebut


merasa panasaran bagaimana pembicaraan mereka.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 75


Dan ternyata tidak sesusah yang di bayangkan dan
murobbi menerimanya.

Walaupun sempat terjadi dialog dengan beliau tentang


pandangan beliau mengenai salafi. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh sang akhwat untuk mengklarifikasi
beberapa hal yang salah yang di pahami oleh murobbi.

Banyak hal yang kita diskusikan dan alhamdulillah sang


akhwat bisa melangkah keluar dari rumah murobbi
dengan rasa lega dan dengan keyakinan ukhuwah itu
masih ada. Dan memang banyak kesan-kesan yang salah
dari para ikhwah di tarbiyah terhadap dawah salafiyah.

Ini adalah kisah ringkas dimana seorang akhwat yang


masih polos berusaha untuk mencari jalan kebenaran itu.
Akhirnya setelah mengenal manhaj salaf dia lebih
paham akan julukan salafi dan memahami bahwa
wahabi adalah fitnah di lontarkan oleh orang syiah dan
ahlul bidah untuk menjelek-jelekkan orang-orang yang
berpegang teguh dengan manhaj salaf.

Tapi bagaimanapun juga, kebenaran haruslah dicari.


Walaupun hidayah Allah yang akan memberikan, tetapi
semua itu tidak luput dari usaha seorang hamba untuk
mencari hidayah tersebut. Seperti halnya rezeki dan
jodoh. Walaupun sudah ditentukan oleh Allah, tapi
apakah rezeki dan jodoh bisa didapat begitu saja tanpa
ada usaha untuk mencarinya? Demikianlah hidayah
kebenaran itu. Kita harus terus berdoa dan berusaha
mencari untuk mendapatkannya.

Dari kisah ini bisa di jadikan referensi untuk mereka


yang pernah bernasib sama dengan akhwat tersebut
untuk berusaha keluar dari kubangan lumpur dan

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 76


pemahaman yang tidak jelas untuk merakan kejernihan
mata air kebenaran yang bersumber langsung dari
sumbernya yaitu al-Quran dan Sunnah sahihah yang di
pahami oleh umat terbaik yang pernah ada yaitu para
sahabat Rasulullah shallallahualaihi wasalam
sebagaimana Allah sendiri telah meridhoi mereka dan
sudah dijamin akan masuk surga.


orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(para sahabat) dari golongan muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik
(orang yang mengikuti para sahabat), Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan
Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar (Q.S. At-Taubah : 100)

Ada beberapa tips untuk mengundurkan diri yang dapat


diterapkan dan semoga sedikit membantu. Dan alangkah
baiknya setiap mereka yang hijrah mengajak yang lain
untuk hijrah juga. Dan semoga antum juga termasuk
orang yang akan hijrah itu.

1. Cari dukungan dan share pengalaman dari yang


pernah bernasib sama.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 77


Kebetulan di tempat kami kuliah ada seorang akhwat
yang dulunya sangat aktif di tarbiyah. Alhamdulillah
beliau sekarang sudah hijrah ke manhaj salaf. Kami
penasaran bagaimana beliau bisa keluar dari tarbiyah.
Kami kirim beliau pesan dan alhamdulillah beliau
membalas pesan tersebut dan memberikan certita
panjang lebar untuk berbagi pengalaman beliau. Tentu
hal ini sangat membantu karena orang-orang yang baru
hijrah dari manhaj tarbiah ke manhaj salaf diharapkan
dapat membentuk suatu komunitas untuk berbagi
pengalaman. Dan alhamdulillah di kampus kita ini
semakin banyak akhwat yang hijrah ke manhaj salaf.
Juga mereka selalu berbagi pemberitahuan apabila ada
kajian dan berangkat untuk ngaji bareng.

2. Temukan pengajian rutin salaf terlebih dahulu


dan kumpulkan jadwal kajiannya serta cari
teman
Alhamdulillah dengan perkenalan dengan para ikhwah
yang bermanhaj salaf tersebut, kita akan m e n jadi tahu
jadwal kajian dan punya teman untuk berangkan ke
kajiannnya. Ini adalah sesuatu yang sangat
menyenangkan. Bernilai ibadah karena ikut kajian ilmu
yang sebenarnya, juga akan saling mencintai karena
Allah karena berjalan bersama diatas ketakwaan.

Sebenarnya ini j u g a merupakan strategi nantinya


pada saat berbicara dengan murobbi. Kita bisa
mengatakan kepada murobbi untuk mengatakan bahwa
kita ingin mengikuti kajian di tempat lain. Seorang
muslim yang berhati ikhlas pasti tidak akan
menghalangi muslim yang lainnnya yang ingin
menuntut ilmu di tempat lain walaupun itu berarti dia
keluar dari lingkungan jamaahnya. Tapi apabila
murobbi marah dan bersikap aneh, maka hati-hati.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 78


Keinginan antum untuk keluar harus lebih dikuatkan
lagi.

3. Mengatakan yang sejujurnya


Lebih baik memilih untuk mengatakan apa adanya yang
kita rasakan. Sewaktu kita sudah berhadap-hadapan
dengan murobbi, kita katakan dengan sejujurnya bahwa
kita ingin mengundurkan diri dan ingin mengikuti
manhaj salaf yang merupakan jalannya rasulullah dan
para sahabatnya karena inilah jalan yang pasti benar.

Ketika murobbi sempat menanyakan kepada antum


tentang calon pasangan yang antum inginkan, maka
persiapkan diri untuk membayangkan kalau harus
menikah dengan orang yang tidak sefikrah yang sudah
terjerat dalam intrik-intrik perpolitikan. Apalgi
perpolitikan yang mengatasnamakan agama. Seharusnya
menggunakan politk untuk kepentingan agama, bukan
menggunakan agama untuk kepentingan politik.

Selanjutnya pembicaraan di arahkan kembali ke


topiknya dan jelaskan kepada beliau bahwa ant um
sudah mengenal manhaj ini cukup lama. Karena kami
lihat dakwah salaf di kota ini cukup berkembang dan
banyak majelis - majelis ilmu. Tidakkah antum
merindukan akan majelis ilmu yang berisikan
kalamullah, perkataan Rasulullah, dan para
sahabatnya?

Katakan kepada murobbi bahwa antum seperti


merasakan suatu kehilangan yang sangat berharga yaitu
kehilangan moment-moment untuk lebih mengenal
ulama-ulama besar abad ini. Padahal setiap ustadz-
ustadz yang pernah belajar ke negeri arab pastilah
menjadi murid-murid mereka.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 79


Telah banyak waktu terlewat yang seharusnya untuk
mendalami tulisan-tulisan dan karya-karya mereka.

Insya Allah setelah lebih mengenal manhaj ini, antum


akan benar-benar menemukan suatu jalan yang terang
dan tahu harus kemana melangkah.

Walau dahulu sering terombang-ambing dalam


kebingungan yang tidak jelas karena dulu lebih
memfokuskan sesuatu dengan timbangan akal dan
perasaan, sering sakit hati melihat orang-orang yang
berkesan keras. Dahulu bingung dengan pendapat begitu
banyak orang, bingung memutuskan mana yang benar
seakan-akan semua orang bisa berpendapat dan mereka
selalu tahu cara untuk meyakinkan untuk men-support
pendapatnya.

Tapi ketika manhaj salaf sudah antum pahami dengan


baik, maka semua pendapat yang di lontarkan oleh para
penyokongnya akan terlihat dimana letak kesalahannya.

Sebagai seorang yang sudah mengenal islam sejak lahir,


kondisi ini tidak jauh berbeda dengan para mualaf yang
baru menerima islam.

Antum akan merasakan bahwa ada suatu tekat yang


keras dalam hati setelah menganal manhaj al-haq,
untuk harus memperlajari agama dengan yang sebenar-
benarnya dan senantiasa memohon untuk di berikan
petunjuk kejalan yang lurus, sering menangis sendiri
karena kekecewaan apabila sudah terlalu lama
tenggelam dalam kubangan lumpur itu.

Hal ini dikarena semakin banyaknya jalan-jalan yang


menyimpang dari yang haq dan yang haq sudah semakin
terkaburkan.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 80


Sebenarnya islam itu mudah dan sederhana. Allah
telah membuat agama ini sempurna. Melalui Rasul-
Nya semuanya telah di sampaikan.

Kita hanya tinggal mengikut dan mencontoh. kita tidak


di suruh berkreasi sendiri dan merasa apakah hal
tersebut baik atau tidak.

Mahaj salaf sering di musuhi karena manhaj ini


selalu berusaha memurnikan ajaran agama ini.
Menjelaskan kesalahan dan meluruskannya bukan
menyembunyikan dan membiarkannya. Allah subhana
wataala mengatakan dalam firmannya:

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak


dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan
yang hak itu, sedang kamu mengetahui (Q.S. Al
Baqarah: 42)

Bila membiarkan saja kesalahan-kesalahan fatal atas


nama persatuan dan ukhuwah maka sama saja
menghalalkan ajakan-ajakan ke jalan yang batil, yakni
kejalan neraka. Bila membiarkan saja pekara - pekara
yang bisa membuka jalan kepada ke-bidahan dengan
alasan sebagai metode dalam berdakwah, justru ini akan
mengaburkan sunnah yang sebenarnya dan mendorong
orang untuk jatuh dalam jurang kebidahan. Dan yang
terpenting apakah ini metode para nabi dan rasul dalam
berdakwah?

Bila setelah diberi peringatan yang semakin gentar


mengkampanyekan kebatilannya dengan dalil-dalil
mereka tafsirkan sendiri, maka umat harus diberi
peringatan akan semua kejelekkan mereka agar tidak

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 81


semakin banyak yang terjerumus kedalam kesesatannya.
Kalau kita membiarkannya, ini sama saja membiarkan
orang lain, saudara- saudara kita yang awam
terjerumus ke jurang neraka. astaghfirullah

Yang Kami rasakan, memberi nasehat dan peringatan ini


adalah kasih sayang yang sesungguhnya.
Mengembalikan saudara-saudara (khususnya saudara
satu organisasi di kampus) yang tidak tahu mereka
berada di kesesatan untuk kembali ke jalan yang haq,
kejalan yang lurus, kejalan para sahabat yang Allah
terlah ridhoi atas mereka.

Karena agama ini adalah nasehat sebagaimana dalam


hadits dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahu-
anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahualaihi wa-
sallam bersabda :

: .

.
Agama adalah nasehat, kami berkata: Kepada siapa?
beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya
dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya.3

Pengalaman pribadi bukan suatu ukuran kebenaran.


Bagi saudara- saudara yang merasa masih merasakan
nilai positif berada di tarbiyah alias ikhwani
ataupun PKS, ingatlah bahwa ukuran kebenaran itu
adalah dengan kita ber-ittiba(ikut seutuhya) kepada
Rasulullah shallallahu alahi wassalam pada praktek
para sahabat-sahabat beliau karena mereka adalah
generasi yang terbaik.

3
H.R. Bukhori dan Muslim dalam shahihain.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 82


Pada saat mereka telah wafat, sekarang ini penting bagi
kita untuk mengukur kebenaran itu dengan tidak
berlepas dari para ulam karena mereka adalah pewaris
para Nabi.

Coba lihat fatwa-fatwa ulama rabbani ini, mereka telah


mengeluarkan fatwa untuk memperingatkan umat dari
manhaj dakwah Ikhwanul Muslimin.

Apakah fatwa- fatwa mereka tidak membuat hati


ikhwah fillah tidak nyaman?

Masih tetap berkeras bahwa hal positif yang


antum rasakan benar - benar haq? Ingatlah kapasitas
keilmuan kita tidak sampai ke sana untuk melihat dan
menelaah secara ilmiah untuk menemukan yang salah.

Kami menghimbau bagi para thollabul ilmy alangkah


baiknya bila mulai belajar islam dari sumber yang
benar dan setiap melakukan suatu hal ibadah apapun dan
sekecil apapun bentuknya harus ada set dalam pikiran
kita apakah ibadah itu yang di ajarkan oleh Rasulullah
shallallahu alahi wassalam dan di praktekkan oleh para
sahabat.

Segala sesuatu yang baik itu pasti telah di jelaskan


dengan terang oleh Allah dan Rasulnya. Dan semua
praktek ibadah yang baik pasti para sahabat akan
berlomba-lomba mempraktekkannya karena mereka
dalah generasi yang terbaik.

Berhati- hati terhadap ke bidahan d an semua firqoh-


firqoh yang ada. Terkadang tidak dalam kapasitas kita
untuk berada di sana tanpa tersesat.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 83


Semakin kita duduk dan bermajelis di sana, semakin
kita berada dalam suatu lingkaran yang membuat
kebidahan itu semakin mendarah daging yang tanpa
kita sadari itu adalah suatu perkara yang bidah.
nauzubillah.

Kalau antum sudah mendapatkan manhaj yang lurus


ini, Inilah jalan yang sangat berharga dan mahal.
Alangkah tinggi dan mulianya ilmu yang haq tersebut.
Jangan biarkan diri antum terus berada dalam kubangan
lumpur bila antum sudah menemukan suatu kolam yang
jernih. Jalan-jalan para salafush sholeh, kembali pada
kehidupan dan pemahaman mereka dan menjadi
orang-orang yang berusaha meniti jalan mereka.

Kami berharap untuk berbagi kebahagian menemukan


manhaj yang lurus ini kepada saudara kami yang masih
di tarbiyah. Tidak ada suatu kebahagiaan yang lebih
baik dari pada kita bisa berbagi bagian terbaik yang
telah kita temukan dan berharap mereka tidak harus
melewati jalan yang berliku untuk menemukan
keindahan berada di manhaj yang lurus ini.

Tulisan ini hanya untuk menasehati bukan untuk


mencaci dan mencela. Semuanya di niatkan untuk
menasehati dengan harapan kebenaran bisa sampai
melalui tulisan ini. Mudah mudahan kita semua
menjadi mereka yang meniti jalan para salafus
shsoleh.

Berada pada jalan mereka yang lurus, berakidah yang


murnidan semua pengikutnya sampai akhir jaman. Insya
Allah, Allah akan mewafatkan kita dalam keadaan yang
Allah ridhoi dan dalam keadaan mulia
memperjuangkan sunnah Rasul-Nya. Amiin

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 84


Dan sekali lagi kami berharap kepada pembaca untuk
merujuk langsung kepada tulisan yang ada di website
yang kami cantumkan pada catatan kaki4. Serta
membaca habis semua artikel disana dengan penuh
kesabaran dan adil dalam menimbang.

4
Mengapa Harus Salafi ?
https://almanhaj.or.id/909-mengapa-
harus-salafi.html
Mengenal Manhaj Salaf
http://muslim.or.id/430-mari-mengenal-manhaj-salaf.html
Tiga Landasan Utama Manhaj Salaf
https://almanhaj.or.id/3729-tiga-landasan-utama-manhaj-salaf.html
Siapakah Ahlusunnah?
http://asysyariah.com/siapakah-ahlussunnah/
Ciri-Ciri Ulama Ahlusunnah
http://salafy.or.id/blog/2005/02/12/ciri-ulama/
Apa Perbedaan Antara Manhaj, Aqidah Dan Uslub Da'wah
https://almanhaj.or.id/1599-apa-perbedaan-antara-manhaj-aqidah-dan-uslub-dawah.html
Dalil-Dalil Dari Al-Qur'an : Kewajiban Mengikuti Jejak Salafush Shalih Dan
Menetapkan Manhajnya
https://almanhaj.or.id/1276-kewajiban-ittiba-mengikuti-jejak-salafush-shalih-dan-
menetapkan-manhajnya.html
Fatwa-Fatwa Ulama Besar Tentang Ikhwanul Muslimin
http://asysyariah.com/fatwa-fatwa-ulama-besar-tentang-ikhwanul-muslimin/

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 85


BAB VII
TANGGAPAN DAN JAWAANNYA

Segala puji bagi Alloh subhanahu wa taala yang hanya


kepada-Nya kami memuji, memohon pertolongan, dan
ampunan. Kami berlindung kepada-Nya dari kekejian
diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang
diberi petunjuk oleh Alloh maka tidak ada yang dapat
menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari
jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya
petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang
berhak di ibadahi dengan hak kecuali Alloh yang tiada
sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan Rasul-Nya. Semoga sholawat beserta
sallam tercurahkan atas Nabi kita, keluarga, sahabat
serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Maka sesungguhnya sebenar-benarnya perkataan adalah


Kitabulloh dan sebaik-baiknya petunjuk adalah Sunnah
Rasululloh Shalallohu Alaihi wa Sallam. Sejelek-
jeleknya perkara ialah yang diada-adakan dan setiap
bidah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di
neraka.

Berikut ini tanggapan dari para ikhwah di tarbiyah


yang identitasnya tidak di tampilkan demi menjaga
privasi.

Pertanyaan-pertanyaan yang masuk kepada kami


kebanyakan dari hasil diskusi melalui inbox via facebook
dan juga langsung tatap muka.

Tulisan yang miring berwarna biru adalah tulisan


penanya dan kami memberi tanggapan dengan tulisan

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 86


berwarna hitam disetiap kalimat agar bisa lebih fokus
pada pokok permasalahan.

Disamping itu di harapkan ada koreksi dari para ikhwah


yang juga bermanhaj salafussaleh yang mulia ini yang
memiliki ilmu agama lebih dalam.

Diskusi 1 :
Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarakatuh.

Apakah semua salah? Tidak juga. Ketika ana baca


tentang bagaimana suasana liqoat, apakah selalu
seperti itu? Tidak pernah memberikan apa-apa kepada
peserta dan hanya membuang waktu? Insya Allah ana
sudah sangat merasakan perubahan pada diri ana
sendiri

Waalaikumsalam warahamatullah wabarakatuh.

Mudah mudahan ini bukan berarti antum bermaksud


menunjukkan kemarahan karena kami seakan akan
mengecilkan "tarbiyah" dan mengemukakan hal-hal
yang ditemukan di manhaj da'wah Ikhwanul Muslimin
tersebut. Karena kemarahan ini bisa menunjukkan
kebanggaan antum terbadap hizbiyah yang lebih
mengikatkan hati dengan kefanatisan kelompoknya dan
merasa sangat marah bila orang mengkritik kelompok
tersebut walaupun yang disampaikan adalah suatu
kebenaran.

Kalaulah kebanggaan ini yang muncul, maka perubahan


yang antum rasakan adalah perubahan yang semu.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 87


Kalaulah anti merasa waktu bertahun tahun yang
telah antum luangkan di liqoat liqoat tersebut benar
- benar bermakna ilmu itu adalah hak antum untuk
merasakan hal tersebut. Tapi apakah berarti saya
berfikiran sempit kalau saya merasakan sudah banyak
waktu yang terbuang dan menyesali seandainya waktu
tersebut saya gunakan untuk membaca buku-buku para
ulama, dan bermajalis ilmu dengan para ustadz yang
bermanhaj salaf ?

Jujur saya katakan, dulu saya juga tidak terlalu merasa


bahwa hal yang kami lakukan adalah membuang waktu
dan banyak hal postif yang di rasakan sama halnya
seperti yang anti rasakan saat ini. Tapi itu dulu... Seiring
dengan mengetahui ilmu yang haq dan belajar mengenai
nilai kebenaran sebenarnya, barulah semua itu dapat
dirasakan, bahwa k i t a telah banyak melewatkan
kesempatan untuk lebih banyak belajar.

Tapi ketika kita sudah melihat cahaya hijrah itu, antum


baru akan merasakan betapa bahagianya kita kalau
mendapat hidayah ini sejak dulu.

Ukhti... apakah tidak terlepas dalam ingatan, seringnya


dulu kita sering meninggalkan aktifitas - aktifitas untuk
datang ber liqo tapi setelah sampai tidak ada murobbi?

Atau berapa banyakkah kita benar-benar membahas


masalah keilmuan? Dekat kah kita dengan buku-buku
para salaf? Pahamkah kita akan ulama-ulama yang
sebenarnya? Pahamkah kita akan makna tauhid?
Bisakah kita menjawab dengan benar bila ada seorang
menanyakan pertanyaan mendasar seperti dimanakah
Allah? apakah makna laa ilaha ilallah?

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 88


Kebanggaan yang sebenarnya seharusnya adalah rasa
syukur yang mendalam akan ilmu dan mengikuti
Quran dan sunnah dengan pemahaman yang benar.
Kesetiaan seorang muslim haruslah berlandaskan
kesetiaannya pada Quran dan sunnah kesetiaan pada
yang haq bukan kesetian karena ikatan tarbiyah dan
liqoat.

Kemarahannya haruslah kemarahan rasa cemburu


yang membakar bila Quran dan sunnah
diselewengkan.

Kecintaannya seharusnya kecintaan yang tulus yang


didasari oleh akidah yang benar.

Dokrin hizbiyah dan duduk dengan hizbiyah membuat


kita wala dan bara (loyal dan berlepas diri) dengan cara
yang salah.

Alasan inilah yang membuat mereka yang masih hanif


yang belum tersentuh dengan tarbiyah" ikhwani akan
lebih mudah untuk menerima kebenaran yang haq
karena hati dan pikirannya belum dimasukki oleh
banyak banyak syubhat.

Tetapi beberapa fakta tersebut juga membuat ana


semakin sadar, bahwa memang banyak hal yang
perbaiki. Kemampuan keilmian membuat ana sendiri
terutama berusaha untuk selalu meng up-grade
pengetahuan syariah, memperbaiki interaksi dengan
Al-Quran yang agung, lebih mendalami tafsir dan
fiqh dll. Mohon doanya ya saudaraku.. smg Allah
berkenan menerangi dada ini dengan ilmu-Nya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 89


Alhamdulillah... Alasan antum ini membuat saya sangat
ber-husnuzan kepada Antum bahwa Antum adalah
seorang yang ikhlas untuk menuntut ilmu syar'i dan
senantiasa selalu berusaha untuk mencari pemahaman
yang benar tentang agama islam ini. Dan pasti juga
sangat berkeinginan untuk berdakwah dengan manhaj
yang benar.

Insya Allah kami yakin, antum ingin ber-Islam dengan


tidak setengah-setengah dan tidak bermaksud untuk
menerima sebagian dan menolak sebagian.

Hanya pesan saya, lebih baik anti belajarlah ilmu tafsir


melalui penafsiran ulama yang Tsiqoh serta berhati-hati
dalam duduk dan thollabul ilmi (menuntut ilmu).

Diskusi 2 :

Pesan ana untuk sahabat tercinta.. berhati-hatilah


dalam menghujat, mencaci, menyesatkan seseorang..
siapa tahu orang itu lebih di cintai Allah yang maha
tahu segalanya,, siapa tahu sholat malamnya lebih
membuat Allah sayang padanya, siapa tahu jihad dan
dakwahnya lebih Allah banggakan dibanding kita yang
ahh.. belum seberapa ini. (terutama untuk beberapa
ulama, ustadz yang antum bilang ahli bidah). Sudah
seberapa hebatkah kapabilitas kita untuk
menyimpulkannya?? Wallahualam bishowab

Kami ingin berkomentar mengenai perkataan anti


mengenai seseorang yang kelihatan ibadahnya baik.
Antum pernah dengar dengan kaum yang bernama
khawarij ?

Khawarij adalah fitnah besar yang pernah ada dalam


islam. Kaum khawarij adalah kaum yang dikenal

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 90


sebagai kaum yang suka beribadah, wara' dan zuhud,
akan tetapi tanpa disertai ilmu, sehingga banyak
kesesatan. Mereka lebih mengutamakan pendapatnya,
berlebih-lebihan dalam zuhud dan khusyu' dan lain
sebagainya.

Mereka dikenal sebagai qura' (ahli membaca Al-Qur'an),


karena besarnya kesungguhan mereka dalam tilawah
dan ibadah, akan tetapi mereka suka menta'wil Al-
Qur'an dengan ta'wil yang menyimpang dari maksud
yang sebenarnya.

Ketika ibnu Abas diutus untuk menda'wahi mereka


Beliau berkata :
"Aku belum pernah menemui suatu kaum yang
bersungguh-sungguh, dahi mereka luka karena
seringnya sujud, tangan mereka seperti lutut unta, dan
mereka mempunyai gamis yang murah, tersingsing, dan
berminyak. Wajah mereka menunjukan kurang tidur
karena banyak berjaga di malam hari".1

Pernyataan ini menunjukkan akan ketamakan mereka


dalam berdzikir dengan usaha yang keras. Sifat mereka
seperti yang di kabarkan Rasulullah shallallahu alahi
wassalam...

.
.


.

Akan muncul suatu kaum dari umatku yang membaca


Al-Qur'an, yang mana bacaan kalian tidaklah
sebanding bacaan mereka sedikitpun, tidak pula shalat
kalian sebanding dengan shalat mereka sedikitpun, dan
tidak pula puasa kalian sebanding dengan puasa
mereka sedikitpun".2
1
Lihat Tablis Iblis, hal: 91

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 91


Intinya, seorang ahli ibadah belum tentu ia lebih
dicintai oleh Allah bila ibadahnya tidak didasari oleh
ilmu. Seseorang tidak boleh meremehkan orang lain
yang ibadahnya kelihatan lebih sedikit karena bisa jadi
ibadahnya yang sedikit tersebut didasari oleh ilmu yang
haq.

Terus terang hadist-hadist dan atsar-atsar mengenai


fitnah khawarij selalu membuat merinding sampai
sampai salah seorang salaf mengatakan bahwa terbebas
dari fitnah ini merupakan suatu anugrah yang besar
karena pada saat itu fitnah khawarij melanda sedemikian
hebatnya.

Bibit-bibit pemikiran khawarij di jaman ini pun banyak


dan bahkan di negara kita. Dimana mereka suka
mencela pemimpin, mengumbar aib pemimpin (hampir
semua pergerakan Islam mencela pemimpin), gampang
mengkafirkan dan lain sebagainya. Mudah- mudahan
Allah menyelamatkan kita dari fitnah-fitnah pemikiran
mereka.

Insya Allah manhaj salaf adalah manhaj para sahabat


yang agung dan sangat jauh dari menghujat, mencaci
dan meyesatkan seseorang dengan sembarangan, tanpa
memyandarkan pada nash yang shohih dan analisa
ilmiah yang mendalam.

Manhaj ini ber-ittiba' terhadap sunnah Rasulullah


shallallahu alahi wassalam dan prakek para sahabat
Radiyallahu anhum. Menyeru kepada Islam dan
bersatu di atas Sunnah Rasul sallallahualaihi
wasalam.

2
H.R. Muslim II/743-744 No. 1064

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 92


Mereka tidak sembarangan menyesatkan dan
mengafirkan orang-orang yang menyelisihinya karena
perkara penafsiran yang berbeda dalam hal yang furu',
kecuali dalam perkara aqidah, dikarenakan mereka
berpandangan bahwa siapa-siapa yang menyelisihinya
dalam perkara aqidah, maka telah sesat.

Kita berusaha menasehati dengan hikmah


penyelewengan penyelewengan yang terjadi. Bila orang
tersebut menerima nasehat tersebut alhamdulillah. Bila
yang besangkutan tidak menerima nasehat dan
mendakwahkan kebidahan, mereka yang bermanhaj
salaf akan berada di garis terdepan untuk
memperingatkan umat agar tidak terjerumus kepada
jalan tersebut.

Para salaf selalu memiliki pemikiran orang-orang


sebelum mereka tentu lebih baik dari dirinya. Para
tabiut tabiin selalu merasa ibadah mereka kesholehan
mereka lebih rendah di bandingkan dengan para tabiin
dan para tabiin merasa mereka kurang bila
dibandingkan dengan para salaf.

Seorang yang berhati salaf (mengikuti teladan para


salaf) akan merasa orang yang berdiri di sampingnya
tentunya lebih baik dari dirinya.

Insya Allah apabila Antum telah menemukan manhaj


yang agung ini, maka antum aka berusaha untuk
menitinya dan berusaha tidak berkata tanpa bashiroh
(ilmu).

Mengenai statement Antum yang mengatakan bahwa


kami menyebutkan ustadz- ustadz yang ahli bidah,
Lebih baik anti menyatakan dengan lebih jelas. ustadz
yang mana?

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 93


Apakah Antum maksud adalah mengenai Yusuf

Qardhawi ?

Apakah Anti maksud adalah Sayyid Quthb?

Apakah Anti maksud adalah Hasan Al Banna ?

Subhanallah

Sebaiknya Anti merujuk kembali keperkataan ulama


dan perkataan ahlul ilmy. Adapun saya hanyalah
penuntut ilmu yang mengutip perkataan-perkataan para
ulama dan pemahaman mereka untuk menilai seseorang
sesat atau tidak dan tentunya harus disertai dengan dalil.

Dan apakah yang dimaksud dengan bidah ?


Lalu sebutan apakah untuk seseorang yang berilmu yang
mempraktekkan bidah dan mendawahkan
kebidahannya kepada orang lain ?

Dan apakah sebutan buat seseorang yang telah di tegur


oleh banyak ulama robbani tatapi tetap mendawahkan
kebidahannya ?

Tentulah orang orang seperti kami yang tidak memiliki


kapasitas keilmuan syariah yang memadai untuk
menbidahkan seseorang. Tetapi kita harus merujuk
kepada ulama yang robbaniyyin.

Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah


sebelum berpendapat tentang Sayyid Quthb beliau
menelaah semua tulisan-tulisannya selama bertahun-
tahun. Dan para masyaikh robbani lainya telah
bersepakat mengenai hasil penelitian beliau terhadap
Sayyid Qutb.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 94


InsyaAllah begitulah ulama yang robbani karena mereka
tidak akan berbicara tanpa dasar ilmu. Sungguh sudah
sangat banyak sekali tulisan-tulisan ulama mengenai
ulama-ulama menjadi rujukan Ikhwanul Muslimim.

Oleh karena itu kami tidak bosan-bosannya


menghimbau agar kita tidak salah dalam belajar terlebih
pada saat kita belum memiliki dasar akan kebenaran
karena ini akan mudah sekali masuknya syubhat dan
mudah sekali untuk tersesat.

Diskusi 3 :

Siapa yang bisa memastikan dirinya selamat sampai


akhir perjalanan ini?? Hanya Allah yang mampu, hanya
rahmat Allah yang bisa menyelamatkan kita. Semoga
Allah menyelamatkan kita semua.

Hanya Allah yang Maha Tahu siapa-siapa yang akan


Selamat diujung perjalanan kita. Tapi Allah sungguh
Maha Penyayang. Ia telah mengutus para nabi dan
rasulnya untuk menunjukkan jalan yang selamat itu
yang akan membimbing kita ke penghujung jalan itu,
untuk sampai ke surga-Nya dan melihat Wajah-Nya.

Suatu saat Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu


berkisah,

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 95


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membuat
sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, Ini adalah
jalan Allah, kemudian beliau membuat garis lain pada
sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, Ini
adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan
ada syetan yang mengajak kepada jalan itu, kemudian
beliau membaca,

Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-


Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya ([Al Anam:
153]3

Dan sesungguhnya dalam hadis yang lain Rasulullah


telah mengatakan :

Maka sesungguhnya, siapa yang hidup di antara


kalian, maka akan melihat perpecahan yang banyak,
maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan
sunnahku dan sunnahnya para khalifah yang
terbimbing."4

3
H.R. Ahmad dan yang lainnya, sahih.
4
Hadits shahih dari beberapa jalan, dikeluarkan oleh Imam Ahmad IV/126, Imam
At-Tirmidzi: 2676, Imam al-Hakim I/96, dan Al-Baghawi di dalam Syarhus
Sunnah I/105 no. 102

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 96


Itulah jalan- jalan yang dilalui para sahabat, para
tabi'in, tabi'ut tabi'in dan orang orang berkonsistensi
menjaga sunnah dan mengamalkannnya sampai akhir
zaman serta memurnikan dan membersihkan dari hal hal
yang mengkaburkannya.

Jadi apakah kita masih bisa berdalih nanti dihadapan


Allah bahwa kita tidak berada di jalan yang lurus karena
tidak ada petunjuk yang jelas?

Diskuai 3:

Assalamu'alaikum warahmatullaah wabarkatuh...

Ada yang mengganggu bagi saya selama ini ketika


membaca beberapa buku maupun mendengarkan
ceramah para ustadz dari salafy (mohon maaf saya
tidak memiliki sebutan lain untuk menamakan kalangan
ini, tapi ini yang sering disebut-sebut), saya orang
awam yang ketika membaca atau mendengarkan
ceramah para ustadz tersebut saya bertanya-tanya
apakah memang Rosulullah dan para sahabat (salafus
sholeh) mengajarkan kepada kita untuk mencaci-maki
dan mengorek-ngorek kesalahan orang yang tidak
sejalan dengan kita? Saya membaca bahwa Islam
adalah Rahmatan lil 'alamiin, apakah mencela,
mencaci-maki dan mencari-cari kesalahan lalu
mempubliksikan ke khalayak ramai melalui berbagai
media adalah juga merupakan bagian dari rahmatan lil
'alamiin? Mohon maaf ini sekedar kegelisahan saya
selama ini.

Semoga antum senantiasa dirahmati oleh Allah.


Alhamdulillah antum sudah pernah membaca buku
dan mendengarkan ceramah para ustadz yang

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 97


bermanhaj salaf. Mudah-mudahan ini bisa diteruskan
insya Allah.

Kalaulah benar mereka adalah para pengikut Quran dan


sunnah dengan pemahaman ulama as-Salaf, maka antum
tidak salah menamakan kalangan tersebut sebagai salafi.
Alhamdulillah itu adalah pernisbahan yang baik.

Salafi adalah sebutan untuk orang yang menyatakan diri


sebagai muslimin yang berupaya mengikuti al-Quran
dan al-Hadist sesuai dengan pemahaman ulama as-Salaf.
Bentuk jamak dari salafi adalah Salafiyyun atau
Salafiyyin.

Sedangkan as-Salaf adalah tiga generasi pertama dan


generasi yang paling utama dari umat Islam ini, yaitu
pada sahabat yang hidup dan bertemu dengan Nabi
shallallahu alahi wassalam, para tabiin (mereka yang
hidup pada masa sahabat) dan para tabiut tabiin
(mereka yang hidup di masa tabiin) yang mereka
semua wafat sebagai seorang muslim Alhamdulillah
mereka adalah generasi terbaik yang telah dipuji oleh
Allah dan rasul-Nya shallallahu alahi wassalam.

MasyaAllah itu adalah sebutan yang sangat indah bila


kita dikatakan sebagai salafi. Seorang muslim yang
sejati mereka adalah salafi, berbangga dengan Quran
dan sunnah dan mengukuti jejak dan pemahaman para
Salaf.

Jadi tidak inginkan anti juga di sebuat sebagai salafi?

Berkaitan dengan penjelasan siapa itu salafi. Bagi antum


yang senang membaca dan mendengarkan ceramah
(alhamdulillah) pasti paham bagaimana akhlaq para
salaf kita. Para pengikut mereka seharusnyalah mereka

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 98


yang prilaku dan perkataannya penuh hikmah,
senantiasa mengikuti sunnah. Mereka orang-orang yang
beragama berdasarkan Wahyu, atsar-atsar yang bukan
berdasarkan sandaran akal-akal mereka.

Antum harus bisa membedakan mereka yang


menisbahkan dirinya terhadap dakwah salaf akan tapi
tidak mencerminkan prilaku para As-salaf maka mereka
bukanlah salafi.

Kami tidak begitu paham dengan maksud antum


yang mengatakan para salafi mencaci-maki dan
mengkorek-korek kesalahan orang lain. Mungkin antum
bisa lebih spesifik lagi. Kalaulah yang antum maksud
adalah kegigihan mereka dalam berusaha menasehati
dalam kebenaran, meluruskan aqidah, memberantas
kesyirikan dan memperingatkan dari kebidahan sebagai
cacian dan mengkorek - korek kesalahan, hal itu
tidaklah demikian. Tapi hal ini adalah tahzir yaitu
memperingatkan umat akan bahaya penyimpangan.

Agama kita adalah nasehat. Kemampuan seorang


muslim untuk menasehati muslim yang lainnya dengan
lisan dan prilakunya merupakan indikator keimanan
orang tersebut. Kecemburuan hatinya bila ajaran
agama yang murni ini terkotori dengan prilaku-
prilaku orang- orang yang mengkaburkannya. Dari
masa kemasa ulama ahlus sunnah selalu akan berada
dibarisan terdepan untuk mengembalikan agama ini
semurni murninya.

Tidak semua orang mampu untuk mengkritik dengan


benar, tidak semua orang punya keberanian untuk
menyatakan kebenaran. Jadi seharusnyalah kita
berterimakasih bila ada saudara kita yang menasehati
kita dan menunjukkan kesalahan kita, itu adalah kasih
sayang yang sesungguhnya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 99


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
Sebagian mereka berkata kepada Imam Ahmad bin
Hanbal: Sesungguhnya berat bagiku untuk mengatakan
si fulan begini dan begitu. Maka beliau berkata: Kalau
Anda diam dan akupun diam, kapan orang yang tidak
tahu akan tahu mana yang benar dan yang salah?5

Alhamdulillah kita harus berterimakasih dengan adanya


ulama ulama ahlus sunnah yang dengan kerja kerasnya
memberikan penelitian mereka dan memperingatkan
umat terhadap penyimpangan-penyimpangan agar umat
ini tidak terjerumus kedalam kebiahan, kesyirikan dan
kemungkaran.

Apa jadinya ummat ini bila tidak ada mereka para ulama
ahlus sunnah yang mengembalikan kepada pemahaman
Quran dan sunnah yang murni? Tentu saja ulama tidak
akan tinggal diam melihat kemungkaran atau
penyimpangan. Tidak ada cara lain disamping
memperingatkan muslim agar berhati-hati. Terkadang
harus dengan ketegasan dan harus dipublikasikan,
tergantung dari sejauh mana penyimpangan tersebut.

Rasulullah sallahu alahi wassalam dan para sahabatnya


juga demikian.

Sungguh keikhlasan mereka dalam menasehat


bukanlah ghibah, cacian atau tuduhan tampa dasar.
Ketahuilah, tidaklah semua ghibah diharamkan. Ada
jenis ghibah tertentu yang diperbolehkan.

5
Lihat di Naqdur Rijal hal: 39

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 100


Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan :
"Ketahuilah bahwasanya ghibah diperbolehkan bila
untuk tujuan yang benar dan syari yang tidak mungkin
dapat dicapai (tujuan itu) kecuali dengannya, yang
demikian itu dengan alasan enam sebab salah satu
diataranya memperingatkan kaum Muslimin dari suatu
kejelekan dan menasehati mereka. Yang demikian
meliputi beberapa bentuk di antaranya dengan
menerangkan kejelekan rawi-rawi hadits dan para saksi
yang memiliki kejelekan. Hal itu diperbolehkan
berdasarkan ijma kaum Muslimin bahkan wajib
karena adanya kebutuhan.
Dan (bentuk lain) yaitu jika seseorang melihat seorang
penuntut ilmu mondar-mandir mendatangi mubtadi
atau seorang yang fasik, dia mengambil ilmu darinya
dan dikhawatirkan si penuntut ilmu itu terpengaruh
dengannya maka wajib bagi orang tadi untuk
menasehatinya dengan menerangkan keadaan mubtadi
tersebut. Dengan syarat dia bermaksud memberi
nasehat6.

Imam An Nawawi menyatakan bahwa ghibah


diperbolehkan jika dalam rangka memperingatkan kaum
Muslimin dari suatu kejelekan dan untuk menasehati
mereka.

Berapa banyak kitab-kitab para ulama yang membahas


kejelekan rawi-rawi hadits dan kelemahaan mereka,
seperti Kitab Adh Dhuafa karya Imam Bukhari,
Nasai, Al Uqaili, dan Ad Daraquthni.

6
Demikian dinukil secara ringkas dari Kitab Riyadhush Shalihin bab ke-256, Bab
Perkara Diperbolehkan Berghibah halaman 525-527 di tahqiq oleh Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 101


Kitab Al Kamil fid Dhuafa karya Ibnu Abi Hatim,
Kitab Al Mughni fidh Dhuafa karya Imam adz-
Dzahabi dan berbagai kitab lainnya yang berisi jarh
(kritikan) terhadap rawi-rawi hadits. Apakah kita
menuduh para ulama telah melakukan ghibah terhadap
individu-individu tertentu atau kelompok-kelompok
tertentu? Naudzu Billah.

Ketahuilah, bahwa menyebutkan kejelekan seseorang


diharamkan jika tujuannya semata-mata mencela,
membongkar aib, dan merendahkan dia. Adapun jika di
situ ada maslahat bagi seluruh kaum Muslimin atau
khususnya bagi sebagian mereka dan bertujuan
mencapai maslahat itu maka tidak diharamkan tetapi
mandub (disunnahkan).7

Saudaraku yang dirahmati Allah, sebagai orang awam


saya jadi bertanya-tanya apakah seburuk itukah
"pengajian" yang pernah diikuti sebelumnya.

Kami akui, membutuhkan waktu yang sangat lama bagi


kami sendiri untuk sampai pada suatu titik untuk
memahami keburukan apakah yang ada dalam manhaj
dakwah Ikhwanul Muslimin. Semua itu perlu proses dan
pengkajian dengan ilmu yang cukup. Kita tidak bisa
melihat semua itu sebagai keburukan sama sekali kalau
kita sendiri belum paham bagaimanakah manhaj dakwah
yang haq itu. Bagaikan seekor ikan yang hanya
mengetahui lingkungan kolamnya yang sempit dan
penuh dengan lumpur, sang ikan tidak pernah tahu akan
adanya sungai yang luas dan jernih.

7
Ibnu Rajab Al Hambali dalam Al Farqu bainan Nashihah wat Tayir
halaman 25

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 102


Menemukan manhaj salaf seperti sang ikan yang
menemukan sungai yang luas dan jernih, berenang
bebas sampai menemukan samudra yang tidak berbatas.
Barulah sang ikan benar-benar merasakan alangkah
buruknya dahulu sewaktu dia berkeras untuk tetap
berada di kubangan kolam yang sempit berlumpur,
terlena dengan makanan yang di berikan oleh sang tuan,
padahal hal itu hanyalah untuk lebih mengikat dirinya
berada dalam kolam tersebut dan tidak pernah melirik
sungai yang luas dan jernih. Sementara samudra yang
luas dan jernih menjanjikan lebih banyak lagi.

Ikhwah yang di rahmati Allah...


Keburukan yang terbingkai dengan bungkus yang indah
jauh lebih berbahaya dibandingkan suatu keburukan
yang nyata.

Keburukan yang dibungkus indah itu akan cendrung


menipu dan tidak membuat mereka yang berada di
dalamnya terasa ditipu. Tetapi sesungguhnya bagi
mereka yang hati-hatinya mengetahui kebenaran yang
hakiki, mereka akan sadar sungguh telah menipu diri
sendiri.

Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata:

"Kebathilan seandainya tersingkap bentuk aslinya maka


tidak ada seorangpun yang mau menerimanya, tetapi
karena dikemas dengan sedikit dari kebenaran
(dicampur aduk) maka banyak orang yang
menerimanya."8
8
Lihat Syarh al-Wasithiyyah, hlm. 56

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 103


Seorang shahabat yang agung Hudzaifah bin Yaman
Radhiyallahu anhu berkata : Adalah manusia
bertanya kepada Rasulullah sallallahualaihi wasalam
tentang kebaikan, dan saya bertanya kepadanya
tentang keburukan karena khawatir bila ia menimpaku
sehingga aku terjerumus di dalamnya9

Antum perlu mengetahui tentang keburukan juga,


sehingga tidak terjerumus lebih dalam. Tidaklah kita
tahu akan keburukan dan kebaikan melainkan kita rajin
mencarinya dengan menuntut ilmu.

Alangkah dapat dibayangkan bagaimana jadinya umat


bila tidak ada ulama-ulama yang mempublikasikan hasil
penelitian mereka secara terbuka apalagi suatu jamaah
yang di ketahui penyimpangannya telah memiliki massa
yang banyak. Tentulah akan semakin banyak umat yang
jauh dari ajaran islam yang murni.

Bagaimana pengajian mereka, apakah mereka


menyuruh mencuri, merampok, menyuruh melawan
kepada orang tua ataukah mereka menyuruh untuk
menyekutukan Allah dan berkhianat kepada Rosulullah
Shollallahualaihi wa sallam. Apakah sholat mereka
berbeda dengan sholat umat Islam yang lain (salaf)?
Apakah mereka menyuruh untuk membunuh orang-
orang yang tidak berdosa? apakah mereka menyuruh
untuk nge-bom hotel atau tempat-tempat keramaian?
Apakah mereka juga mencaci-maki, mencela, atau
menanggap paling benar dalam ber-Islam?

9
H.R. Bukhari dan Muslim, Lihat takhrij dan syarahnya dalam buku Syaikh Ali bin
Hasan Al-Halabi Al-Atsari, Ad-Dawah Ilallah

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 104


Akhi, Hujjah seperti ini kurang tepat. Gerakan yang
lebih sesat seperti Ahmadiyah dan Syiah Rafidhah
mereka juga tidak menyuruh mencuri, merampok,
melawan orang tua dan lain-lain. Mereka tidak
mengajarkan hal ini. Mereka dengan yakin akan
mengatakan bahwa mereka berpegang Teguh pada
Quran dan sunnah dan mereka juga sholat.

Tapi tolak ukurnya, shohihkah pemahaman mereka


tentang Quran dan sunnah mereka? Apakah aqidah
mereka benar? Apakah ibadah mereka berdasarkan cara
dan pemahaman yang benar? Lihatlah Orang orang
Ahmadiyah mereka menggunakan Al Qur'an dan Al
Hadist tapi dengan cara penafsiran mereka sendiri
sehingga mereka meyakini Mirza Ghulan Ahmad
sebagai nabi. Astaghfirullah.

Kalaulah kita bertanya kepada kaum sufi dan pengikut


pengikut tariqat mereka akan marah bila dikatakan
mereka melakukan praktek ibadah yang menyimpang.
Mereka akan marah bila kita mengkritik cara beribadah
mereka yang diada-adakan dengan banyaknya dzikir-
dzikir bidah yang mereka ciptakan.

Semua orang tentulah akan merasa benar bila mereka


menolak ukur kebenaran itu dari pemahaman mereka
sendiri. Tapi apakah islam seperti itu? Tolak ukur suatu
kebenaran yang hakiki adalah kebenaran sebagaimana
Rasululllah sallallahualaihi wasalam mengajarkannya
kepada para sahabat beliau. Sehingga para sahabat
adalah mereka yang pemahamannya paling shahih
dibandingkan dengan pemahaman-pemahaman kita.

Bila kita membandingkan pemahaman- pemahaman


sesat tersebut dengan pemahaman para sahabat Nabi
sallallahualaihi wasalam maka akan sangat jelaslah

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 105


dimana penyimpangan dan kesesatan mereka.

Tolak ukur kebenaran yang pokok dan fundamental


adalah keshohihan aqidah seseorang. Tanpa aqidah yang
benar dan pemahaman yang shohih berdasarkan
pemahaman para as-Salaf, apalah arti amal sholeh bila
tidak dilakukan dengan aqidah dan cara yang benar?

Saya ingin bertanya...


Bagaimana dengan pandangan antum terhadap
sekelompok pergerakan yang berusaha merangkul
semua golongan, bahkan golongan-golongan yang
penuh dengan kemusyrikan sekalipun?

Tidakkah mereka sama buruknya?

Tokok-tokoh mereka sangat gigih mengkampanyekan


penyatuan Sunni Syiah. Bagaimanakah hati kecil antum
terhadap mereka yang mencaci maki ibu-ibu antum
untuk bersatu dengan mereka? Itulah pergerakan yang
dikenal sebagai pergerakan Ikhwanul Muslimin.

Jadi hal-hal yang antum sebutkan tidak bisa menjadi


tolak ukur, karena memang ada nilai-nilai kebenaran
universal dimana orang non-muslim sekalipun bisa
melakukan yang lebih baik dari itu. Siapakah yang tidak
kenal dengan bunda Theresa, tidak tahu dengan para
missionaris yang jiwa sosialnya sangat tinggi
membangun fasilitas umum, meningkatkan taraf hidup,
pendidikan dan ekonomi, tapi dalam misinya tersebut
tersisip niat jahat misi-misi mereka untuk mengubah
aqidah kita.

Sekarang tidak usah memikirkan mereka karena mereka


sudah sangat jelas kafir. Lalu bagaimana dengan
saudara-saudara muslim kita yang mengajarkan islam
dengan metode-metode mereka sendiri yang tidak

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 106


pernah di pergunakan atau di contohkan oleh
Rasulullah sallallahualaihi wasalam dan generasi
sahabat?

Tidakkah lebih baik kita semua bersatu dengan aqidah


yang benar? menyeru golongan-golongan tersebut untuk
memurnikan aqidah mereka dan bersatu dalam satu
naungan aqidah yang benar?

Satu hal lagi, kenapa saudara begitu kecewa dengan


pengajian sebelumnya sampai- sampai merasa sia-sia,
apakah karena mereka menjerumuskan saudara untuk
melakukakan hal-hal yang bertentangan dengan
agama?

Pahamilah...
Terkadang ada masa dimana pada saat seseorang sudah
beranjak tua dia duduk tercenung sendiri pada saat
semua badan sudah tidak kuat, pikiran sudah tidak
tajam, mata sudah kabur, yang ada hanya penyesalan
mengapa tidak menggunakan masa muda dengan lebih
baik. Hal itu yang seharusnya kita rasakan. Cobalah
ketika sejak dulu seandainya kita fokus terhadap dawah
salaf serta aktif mencari dan belajar dengan
pemahaman para as-Salaf, tentunya lebih banyak yang
telah kita dapatkan sekarang. Wallahualam.

Ketika disibukkan dengan membaca buku-buku ulama


yang ternyata bukanlah ulama yang sebenarnya,
tidakkah ada rasa penyesalan? Malah terkadang kita
meninggalkan tulisan-tulisan mereka yang benar-benar
ulama. Walaupun terkadang kita akan mengenal ulama-
ulama yang benar-benar ulama ini melalui tulisan-
tulisan ulama-ulama yang bukan ulama sehingga
membuat kita jauh dari tertarik untuk memperlajarinya

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 107


karena sudah mencium aroma ulama yang
sesungguhnya.

Tentulah sia-sia bila bertahun-tahun yang telah dilewati


terkukung dalam suatu pola fakir yang salah tanpa
menyadari itu adalah suatu kesalahan. Dan b a h k a n
sangat menyakini bahwa itu adalah suatu kebenaran.
Karena ada pola fikir tersendiri yang mau tidak mau
itu menjadi bagian dari diri kita dan itu akan
membutuhkan waktu yang lama untuk meluruskannya
lagi. laa haula walla quwata illa billah

Diskusi 4 :

Saya lihat, kalau Salafy Membeberkan ulama non Salafi


sangat semangat sekali, dan Tahzirnya juga sangat
menghebohkan. Kayaknya ulama non- salaf kaga ada
baiknya sama sekali.

Begitukah yang antum kira? Apakah antum sudah


paham apa yang di maksud dengan tahzir. Dan
mengapa ulama sampai men- tahzir terhadap
golongan lain. Dan apa saja syarat seorang ulama bisa
mentahzir golongan yang lain?

Kalaulah antum paham apa itu makna dari "Ulama


salafi" dan makna ulama-non salafi, tentulah antum akan
menarik perkataan antum. Bukankah semua ulama
diharuskan untuk menjadi salafi? Yang berarti mereka
harus mengikuti Quran dan sunnah berdasarkan
pemahaman para As-salaf? Justru ulama non-salafi yang
tidak mengikuti manhaj (cara beragama) para salaflah
yang mereka memang seharusnya di tahzir.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 108


Karena apa jadinya agama ini bila dipahami dengan
pemahaman masing-masing orang?

Din ini bukan berdasarkan pemikiran akan tetapi


berdasarkan atsar yang jelas dan shahih. Sesuatu yang
bukan menjadi bagian agama di masa para sahabat, di
masa para As Salaf, tentu juga bukanlah menjadi bagain
agama di saat sekarang.

Jadi mungkin antum harus lebih memahami atau


memperjelas apa yang antum maksud dengan ulama
salaf dan non-salaf.

Atau dalam hal ini antum bermaksud mengatakan antum


lebih berbangga dan mengikuti ulama-ulama yang tidak
mengikuti manhaj para As Salaf, para sahabat
radiyallahuanhum, para tabiin dan tabiut tabiin?

Merupakan tugas seorang ulama ahlus sunnah untuk


men tahzir (memperingatkan umat) dari ulama- ulama
non- salaf (yang tidak berperdoman pada manhaj dan
metode para ulama as-Salaf), karena mereka-mereka
yang berlepas dari pemahaman salaf berarti mereka
membuat pemahaman-pemahaman sendiri yang mereka
akui bahwa pemahaman dan metode mereka lebih baik
dari pemahaman dan metoda para salafus sholeh.

Penjelasan mengenai kelompok-kelompok yang


menyimpang dan sesat pada hakikatnya adalah dakwah
kepada tauhid, sebab maksud dari dakwah tauhid sendiri
adalah menyeru kepada tauhid dan meninggalkan syirik,
dan sesuatu tidak akan diketahui kecuali dengan
mengetahui lawannya.

Apakah tidak ada metode dakwah yang lebih baik selain


mencela umat Islam yang lain?????

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 109


Jika manhaj salaf yang didakwahkan itu benar saya kira
tidak perlu mencela, mencaci, menjelek-jelekan muslim
yang lain yang mereka justru banyak bekerja untuk
umat ini, dakwahlah seperti Rosulullah sallallahualaihi
wasalam dan para sahabat berdakwah.

Akhi....
Bekerja sesungguhnya untuk umat ini adalah bila
pekerjaan dakwah tersebut benar-benar dilakukan
dengan metode dan cara dakwah yang benar.

Mengikuti metode dakwah para Nabi dan Rasul yang


menyeru kepada dakwah tauhid yang utama, mengajak
manusia hanya untuk beribadah kepada Allah
subhanahuwataala semata dengan cara yang di
contohkan oleh Rasulullah sallallahualaihi wasalam.

Adapun bekerja untuk umat ini dengan tanpa


mengindahkan metode dan cara dakwah yang lurus,
tentulah bukan bekerja yang sebenarnya, bahkan akan
mengancurkan umat dan menyesatkan umat.

Alhamdulillah Allah subhanahu wataala telah


mengatakan :


Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang lebih baik."(Q.S. An-Nahl: 125).

Itulah contoh yang dilakukan oleh Rasulullah


sallallahualaihi wasalam dan para As-Salaf, dan insya
Allah begitulah metode dakwah para salafiyyun (para
pengikut jejak salaf).

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 110


Tergantung dari siapa objek dakwah, terkadang harus
didebat, terkadang harus dengan kekerasan, hikmah
disini harus sesuai dengan hikmah yang dicontohi oleh
rasul dan para sahabatnya.
Shaikh asy-Syaikh Rabi bin Hadi Umair Al-Madkholiy
berkata : Hukum asal di dalam berdakwah adalah al-
Liin (lemah lembut), ar-Rifq (ramah) dan al-Hikmah.
Inilah hukum asal di dalam berdakwah. Jika anda
mendapatkan orang yang menentang, tidak mau
menerima kebenaran dan anda tegakkan atasnya
hujjah namun dia menolaknya, maka saat itulah anda
gunakan ar-Radd (bantahan).
Jika Anda adalah seorang penguasa (dan pelaku bidah
ini adalah seorang dai) maka luruskanlah ia dengan
pedang, dan terkadang ia dihukum mati jika ia tetap
bersikukuh dengan menyebarkan kesesatannya. Banyak
para ulama dari berbagai macam madzhab memandang
bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh Ahlul Bidah
lebih berbahaya dari para perampok. Oleh karena itu ia
harus dinasehati kemudian ditegakkan atasnya hujjah.
Jika ia enggan maka diserahkan urusannya kepada
hakim syari untuk dihukum, bisa jadi hukumannya ia
dipenjara, atau diasingkan atau bahkan dibunuh.

Para ulama telah memutuskan hukuman terhadap Jahm


bin Shofwan, Bisyr al-Marisi dan selainnya dengan
hukuman mati, termasuk juga Jad bin Dirham. Ini
adalah hukum para ulama bagi orang yang menentang
dan tetap keras kepala menyebarkan kebidahannya,
namun jika Allah memberikannya hidayah dan ia mau
rujuk/taubat, maka inilah yang diharapkan10.

10
Transkrip ceramah Syaikh Rabi bin Hadi bin Umair al-Madkhali yang berjudul :
Al- Hatstsu alal Mawaddah wal Itilaaf wat Tahdziiru minal Furqoti
wal Ikhtilaafi

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 111


Akhi, pernah dengar bahwa Ali bin Abi Tholib bahkan
membakar orang khawarij sesat? Bahwa Rasulullsah
sallallahualaihi wasalam (mengancam)
memerintahkan membakar rumah-rumah orang-orang
yang tidak sholat berjamaah? Bahwa di saat sekaratnya
Umar ibnu Khatab menegur seorang pemuda yang
mengunjunginya dengan pakaian yang isbal (melewati
mata kaki) atau pernah dengar bagaimana seorang ibnu
umar menegur seseorang yang bershalawat dikala
bersin? dan banyak contoh contoh lainnya.

Mereka as-Salaf adalah yang paling paham berdakwah


dengan hikmah. Insya Allah mereka-mereka yang meniti
jalannya akan mengikuti contoh dan teladan para
pendahulunya. Dalam hal yang prinsip dan mendasar
seorang ulama harus tegas (tegas tidak indentik dengan
kekerasan), mereka harus membeberkan semua fakta
dan menjawabnya dengan hujjah (dalil) yang jelas dari
al-Kitab dan sunnah menurut pemahaman para as-Salaf.
Kalaulah orang-orang yang antum maksud tidak
memiliki ciri-ciri seperti ini, itu hanyalah mereka yang
menisbahkan dirinya terhadap para salaf tapi mereka
tidak ber akhlak salaf. wallahualam.

Saya pernah membaca sebuah kisah Umar bin Khattab


berbeda pendapat dengan Ibnu Mas'ud tetapi mereka
tidak memperlihatkan nya ditengah-tengah umat bahkan
suatu ketika mereka bertemu Umar bin Khattab
menyebut Ibnu Mas'ud dengan Si Gudang Ilmu.

Alhamdulillah Akhi familiar dengan syirah Umar bin


Khatab radiyallahu anhu dan Ibnu Masud radiyallahu
anhuma. Tentulah sudah sangat paham bagaimana
kedua sahabat tersebut amat sangat menjaga sunnah
Nabi dan sangat keras sikap mereka terhadap
kebidahan. Lalau apakah Antum akan berani

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 112


mengatakan bahwa dakwah mereka adalah dakwah yang
tidak hikmah dan mencaci maki?

Lalu perbedaan yang bagaimanakah yang mungkin


terjadi diantara para sahabat?

Shaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin pernah


ditanya apakah perbedaan boleh dalam setiap masalah ?

Jawaban beliau:

Perbedaan ini hanya pada sebagian masalah.


Sebagian masalah disepakati, tidak ada perbedaan,
alhamdulillah, tapi sebagian lainnya ada perbedaan
pendapat karena hasil ijtihad, atau sebagian orang
lebih tahu dari yang lainnya dalam menganalisa nash-
nash Al-Kitab dan As-Sunnah. Di sinilah terjadinya
perbedaan pendapat. Adapun dalam masalah-masalah
pokok, sedikit sekali terjadi perbedaan pendapat.

Shaikh Utsaimin Juga mengatakan :


Perbedaan pendapat yang terjadi di antara para
ulama umat Islam tidak boleh menyebabkan perbedaan
hati, karena perbedaan hati bisa menimbulkan
kerusakan besar, sebagaimana firman Allah:

Artinya : Dan janganlah kamu berbantah-bantahan,


yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguh-nya Allah
beserta orang- orang yang sabar.(Q.S. Al-Anfal : 46)

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 113


Perbedaan pendapat yang diakui oleh para ulama, yang
kadang dinukil (dikutip) dan diungkapkan, adalah
perbedaan pendapat yang kredibel dalam pandangan.
Adapun perbedaan pendapat di kalangan orang-orang
awam yang tidak mengerti dan tidak memahami, tidak
diakui. Karena itu, hendaknya orang awam merujuk
kepada ahlul ilmi, sebagaimana ditunjukkan oleh firman
Allah subhanallahu wataala:

Artinya : Maka bertanyalah kepada orang yang


mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
(Q.S. An-Nahl : 43) 11

Jadi perbedaan antar ahlul ilmy yang didasarkan dalil


yang jelas tidak lah mengapa. Perbedaan diantara Umar
dan Ibnu Masud tentulah perbedaaan diatara mereka
yang berilmu dengan itjitihadnya masing-masing, dan
tidak melepaskan mereka dari ukhuwah dan saling
menghormati. Selayaknya kita dalam ber-ittiba
(mencontoh atau mengikuti) mereka kita tidak
menciptakan pendapat baru yang berlepas atau keluar
dari pendapat-pendapat yang pernah ada pada zaman
Rasulullah sallallahualaihi wasalam.

11
Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syariyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, Darul
Haq

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 114


Beginilah kerasnya Ibnu Masud menentang ke bidahan:

Diriwayatkan oleh Ad Darimi (1/79), Al Bazzar (Tarikh


Wasith 1/198) dari 'Amru bin Salamah Al Hamdani,
katanya: "Kami pernah duduk di pintu 'Abdullah bin
Mas'ud radliyallahu 'anhu sebelum shalat zhuhur. Kalau
dia keluar, kami berangkat bersamanya menuju Masjid.
Tiba-tiba datanglah Abu Musa Al Asy'ari radliyallahu
'anhu sambil berkata: Apakah sudah keluar bersama
kalian Abu 'Abdirrahman? Kami katakan: Belum.
Tatkala beliau keluar, kami berdiri, dan Abu Musa
berkata: Ya Abu 'Abdirrahman, sungguh aku baru saja
melihat sesuatu yang pasti kau ingkari di Masjid itu. Dan
saya tidak melihat (alhamdulillah) kecuali kebaikan.

Ibnu Mas'ud berkata: Apa itu? Katanya pula: Kalau


kau panjang umur akan kau lihat pula sendiri. Saya
lihat di masjid itu sekelompok orang dalam beberapa
halaqah (lingkaran) sedang menunggu shalat, dan
masing-masing halaqah dipimpin satu orang, di tangan
mereka tergenggam kerikil, dia berkata: Bertakbirlah
seratus kali! Maka yang lainpun bertakbir seratus kali.
Pemimpinnya mengatakan: Bertahlil seratus kali!
Merekapun bertahlil (mengucapkan laa ilaaha
illallaahu). Pemimpinnya mengatakan: Bertasbihlah
seratus kali! Merekapun bertasbih seratus kali. Ibnu
Mas'ud bertanya: Lalu apa yang kau katakan kepada
mereka?

Abu Musa berkata: Saya tidak mengatakan sesuatu


karena menunggu pendapatmu. Ibnu Mas'ud berucap:
Mengapa tidak kau perintahkan mereka menghitung
dosa-dosa
mereka, dan kau jamin tidak akan hilang sia-sia
kebaikan mereka sedikitpun?

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 115


Kemudian dia berjalan, dan kamipun mengikutinya
sampai tiba di tempat halaqah - halaqah itu. Beliau
berhenti dan berkata: Apa yang sedang kalian
kerjakan ini?

Mereka berkata: Ya Abu 'Abdirrahman, kerikil yang


kami gunakan untuk bertakbir, bertahlil dan bertasbih.

Beliau berkata:Coba kalian hitung dosa-dosa kalian,


saya jamin tidak akan hilang sia-sia kebaikan kalian
sedikitpun. Celaka kalian, wahai ummat Muhamamd
sallallahualaihi wasalam ! Alangkah cepatnya kalian
binasa. Ini, mereka para sahabat Nabi kalian
sallallahualaihi wasalam, masih banyak di sekitar
kalian. Pakaian beliau belum lagi rusak, mangkok-
mangkok beliau beliau lagi pecah. Demi Zat yang
jiwaku di tangan-Nya. Sesungguhnya kalian ini berada
di atas millah (ajaran) yang lebih lurus daripada ajaran
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa
sallam, ataukah sedang membuka pintu kesesatan?

Mereka berkata: Demi Allah, wahai Abu 'Abdirrahman,


kami tidak menginginkan apa- apa kecuali kebaikan.

Beliau berkata: Betapa banyak orang yang


menginginkan kebaikan tetapi tidak pernah
mendapatkannya. Sesungguhnya Rasulullah
sallallahualaihi wasalam telah menyampaikan kepada
kami satu hadits, kata beliau:

Sesungguhnya ada satu kaum mereka membaca Al


Quran tapi tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka
lepas dari Islam seperti lepasnya anak panah dari
sasarannya.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 116


Demi Allah, saya tidak tahu, barangkali sebagian
besarnya adalah dari kalian. Kemudian beliau
berpaling meninggalkan mereka. 'Amru bin Salamah
mengatakan: Sesudah itu kami lihat sebagian besar
mereka ikut memerangi kami di Nahrawand bersama
Khawarij. 12

Dalam riwayat Ibnu Wadldlah, dia mengatakan:


"Sungguh kalian betul-betul berpegang dengan
kesesatan ataukah kalian merasa lebih terbimbing
daripada sahabat-sahabat Nabi Muhammad
sallallahualaihi wasalam?"13

Alangkah indahnya ukhuwah yang mereka contohkan,


tanpa celaan, tanpa caci maki, tanpa tuduhan keji yang
berlindung dibalik ilmu, tanpa saling menjelekan.
Kepada kita hanya diperintahkan untuk BEKERJA
(Dakwah), Allah, Rosul-Nya dan orang-orang beriman
yang akan melihatnya.

Adalah pandangan yang keliru bila keyakinan bahwa


praktik mengkritik, saling menasehati, amar ma'ruf
dan nahi mungkar akan menimbulkan kekacauan
dibarisan Islam dan kegoncangan dalam beramal.

Memang Indah kalau kita semua bisa bersatu dalam


aqidah islam yang murni dan untuk mencapai itu
memang di haruskan ada ulama-ulama yang ikhlas dan
jujur yang memberikan nasehat. Ulama-ulama berilmu
yang berkata dengan hujjah yang jelas Insya Allah
semua ini bisa terwujud bila kita bisa melihat nasehat
mereka itu juga dengan hati yang jernih dan ikhlas untuk
mencari kebenaran.

12
Lihat Ash Shahihah karya Syeikh Al-Albani no 2005.
13
Silahkan lihat Al Bid'ah wan Nahyu 'anha halaman 27.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 117


Tidak bersilat lidah dan mengolah fikiran bila hujjah
yang nyata sudah dihadapkan apalagi menuduh mereka-
mereka yang sayang dengannya dengan tuduhan
tuduhan keji dan menganggap nasehat nasehat sebagai
caci maki.

Inilah dakwah yang sebenarnya akhi. Mengembalikan


umat ini kepada tauhid yang murni dan pemahaman
islam yang shohih berdasarkan pemahaman para ulama
As- Salaf.

Prioritas dan pokok-pokok dakwah Islamiyah sejak


diutusnya Rasulullah sallallahualaihi wasalam hingga
hari Kiamat tetap sama, tidak berubah karena
perubahan zaman. Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi
wa sallam mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman, beliau
bersabda.

Artinya : Ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tiada


tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Setelah
mereka mematuhi itu, beritahulah mereka bahwa
sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas mereka
pelaksanaan lima kali shalat dalam sehari semalan.
Setelah mereka mematuhi itu, beritahulah mereka
bahwa sesungguhnya Allah telah mewajibkan zakat atas
mereka yang diambil dari yang kaya untuk disalurkan
kepada yang miskin di antara mereka13

Tidakkah ada keheran dihati antum mengapa dakwah


yang menyeru pada pemurinian aqidah dan menyeru
kepada kembali pada al-Kitab dan as-Sunnah
berdasarkan pemahanaman as-Salaf menjadi suatu
dakwah yang di jauhi?
14
H. R. Bukhari dalam Az-Zakah 1458, dan Muslim dalam Al-Iman 19

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 118


Mengapa orang-orang hizbiyah lebih bisa bertoleransi
dan bersemangat menyatu dengan orang-orang syiah
dan para ahlul bidah?

Hanya Allah yang akan menilai siapa yang terbaik


amalnya diantara kita bukan ulama Aatau Ustadz B.
Wassalamualaikum.

Allah mengutus Rasulnya dan memelihara para


pewarisnya untuk mengajarkan kepada kita dalam
menilai apakah kira-kira amal kita akan diterima atau
tidak.

Syarat amal kita diterima selain harus ikhlas dalam


hal ibadah - ibadah tertentu juga sebab, cara, waktu,
tempat, jenis, bilangan harus sesuai dengan apa yang
dicontohkan oleh Rasulullah salallahu alahi wassalam.
Jadi tidak cukup hanya ikhlas tapi harus juga benar-
benar berittiba yaitu sesuai dengan tuntunan Rasulullah
salallahualaihi wasalam.

Dalil dari dua syarat di atas disebutkan sekaligus dalam


firman Allah Taala,

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan


Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Tuhannya. (QS. Al Kahfi:
110)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya,

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 119


Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh,
maksudnya adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti
petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pen). Dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya, maksudnya selalu
mengharap wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik
pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu
harus ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.15

Sekali lagi kami akan katakan alangkah naifnya kita bila


sudah diberi tahukan inilah jalan yang lurus, kita masih
menempuh jalan-jalan yang lain dengan metoda yang
lain dan finally innoncently mengatakan, hanya Allah
yang akan menilai siapa yang terbaik amalnya
Perkataan ini benar, tapi pemahamannya yang harus di
luruskan. Walluhu alam.

Setiap Ikhwanul Muslimin pasti akan selau menutup


hujjah mereka dengan perkataan ini. Coba amati
semua tanggapan yang ada pasti selalu intinya
adalah sama. Dan diantara dalil mereka ketika mereka
di bantah adalah :

Bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan


kamu, (Q.S. Al-Baqarah : 139)

Seolah-olah mereka telah mengikuti al-Qurn dengan


sikapnya tersebut.

15
Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah Qurthubah.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 120


Alangkah aneh sikap mereka itu, dibantah karena
menyelisihi al-Qurn dengan dalil ayat al-Qurn tapi
malah ngeyel dengan pemahaman yang bertentangan
dengan maksud al-Qurn itu sendiri.

Jika kita memperhatikan al-Qurn, maka sesungguhnya


ayat yang berbunyi Lana amaaluna walakum
amaalukum (bagi kami amalan kami, dan bagi kamu
amalan kamu) tidak boleh ditujukan kepada orang
Muslim yang mengajak bersatu di atas kebenaran.

Sesungguhnya kalimat tersebut terdapat di tiga tempat di


dalam al-Qurn, dan semuanya diucapkan oleh orang-
orang yang beriman kepada orang-orang kafir. Dan
maksud kalimat itu adalah bara (berlepas diri) dari
orang-orang kafir dan perbuatan mereka sebagaimana
ditafsirkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Di antara cara ahlul bidah berdalil dengan memotong-


motong ayat atau mengambil satu ayat dan mengabaikan
ayat yang lain dan dipahami dengan otaknya sendiri.

Sehingga dari sinilah banyak bidah-bidah yang lahir


karena pemahamannya dan semua itu dia anggap
kebenaran16.

Semoga kita terhindar dari pemahaman seperti ini dan


terhindar dari orang-orang yang memiliki pemahaman
yang menyimpang17.

16
Sisi Perbedaan Antara Bidah Dengan Maksiat
https://almanhaj.or.id/1203-sisi-perbedaan-antara-bidah-dengan-maksiat.html
17
Memulai Dakwah ; Apakah Diawali Dengan Tauhid Atau Dengan Mentahdzir
Terlebih Dahulu?
https://almanhaj.or.id/1701-memulai-dakwah-apakah-diawali-dengan-tauhid-atau-dengan-
mentahdzir-terlebih-dahulu.html

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 121


BAB VIII
PENUTUP

Kenikmatan terbesar yang tidak bisa di beli dengan


apapun dan dengan harga berapapun adalah hidayah.
Sekaya apapun seseorang dengan hartanya tidak akan
bisa membeli yang namanya hidayah. Hidayah hanya di
tangan Allah subhanahu wa taala. Hanya Dia yang
berhak memberi hidayah kepada hamba-hamba yang
dikehendakinya. Allah subahanhu wa taala berfirman :


Sesungguhnya kamu tidak akan bisa memberi hidayah
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allahlah yang
memberi hidayah kepada orang yang dikehendaki-Nya,
dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk. (Q.S. al-Qhasas : 56)

Hidayah adalah sesuatu yang mahal dan setiap orang


harus mencarinya untuk mendapatkan hidayah itu.
Banyak jalan untuk mendapatkan hidayah diantaranya
adalah belajar agama dengan sungguh-sungguh dan selalu
berusaha mencari kebenaran. Kita harus
mengesampingkan hawa nafsu dan kesombongan kita
agar hati kita bisa menerima hidayah yang berjalan diatas
jalan yang lurus.

Para ikhwah sekalian, salah satu penyebab terbesar yang


menghalangi seseorang untuk mendapatkan hidayah
adalah faktor kesombongan. Apabila hati sudah di

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 122


lingkupi kesombongan maka seribu dalil ditegakkan pun
sulit untuk menyadarkan kita.

Kami berharap, dengan hati yang lapang dan jujur kita


akan mudah menerima kebenaran dariamnapun
datangnya.

Semoga dari tulisan ini bisa menunjukkan secercah


cayaha bagi kita yang berhati jujur dan ikhlas untuk
memperkuat tekad hijrah kepada jalan yang lebih terang
yaitu jalan kebenaran yang sesungguhnya.

Di zaman yang penuh fitnah, lingkungan yang tidak


mendukung, tekanan masyarakat setempat akan menjadi
ujian yang berat bagi kita yang berusaha berpegang
teguh kepada sunnah Nabi shallallahualaihi wa salam.

Tapi jangan khawatir, karena Dari Abu Hurairah,


Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,



Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali
pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah
orang yang asing1

Semoga para ikhwah yang masih teguh berpegang


dengan sunnah dan kebenaran, diberikan kesabaran
dalam menghadapi keterasingan ini agar keberuntungan
itu menyertai kita di dunia dan di akhirat nanti. Aamiin...
Mari kita bersemangat belajar ilmu yang haq walalupun
kita memerlukan kesungguhan untuk mencarinya.
Belajar kepada ahlinya, lurus akidahnya dan mulia
akhlaknya. Itulah guru kita harus bersimpuh di
hadapannya untuk mengambil ilmu darinya.
1
HR. Muslim no. 145

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 123


Karena dengan ilmu kita bisa menangkal syubhat yang
hendak datang, dan juga memberikan penerangan kepada
orang yang terkena syubhat.

Walau terkadang guru yang diharapkan sulit untuk


didapatkan paling tidak website-website yang kita baca
tidak menganduk syubhat pemikiran.

Mungkin antum bisa banyak membaca website-website


islam yang bermuatan ilmiah. Suatu hal yang sangat
menggembirakan kami ketika mengetahui bahwa banyak
dari para ustadz yang ikut ngeblog dan menulis materi
agama untuk menambah ilmu agama. Ada beberapa
website yang kami rekomendasikan untuk menjadi bahan
bacaan antum seperti :
1. http://www.abiubaidah.com oleh ustadz Abu
Ubaidah Yusuf As-Sidawi
2. http://www.media-ilmu.com yang diasuh ustadz
Zainal Abidin
3. http://www.abuhaidar.web.id yang diasuh oleh
ustadz Abu Haidar
4. http://www.ustadzkholid.com yang diasuh oleh
ustadz Kholid Syamhudi
5. http://www.ustadzaris.com yang diasuh oleh
ustadz Aris Munandar
6. http://www.abuzubair.net blog ustadz Abu Zubair
7. http://rumaysho.com yang diampu oleh ustadz
Muhammad Abduh
8. http://www.abumushlih.com yang diampu oleh
ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi
9. http://tanyajawabagamaislam.blogspot.com yang
diasuh oleh ustadz Abdullah Roy

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 124


10. http://basweidan.wordpress.com yang diampu
oleh ustadz Basweidan
11. http://abu0dihyah.wordpress.com yang diampu
oleh ustadz Marwan
12. http://addariny.wordpress.com yang diampu oleh
ustadz Musyaffa Ad-Dariny
13. http://abusalma.co.cc, blog Ustadz Abu Salma
14. http://noorakhmad.blogspot.com, milik ustadz
Abu Ali
15. http://fariqgasimanuz.wordpress.com, milis
ustadz Fariq Gazim An-Nuz
16. http://penuntutilmu.multiply.com, milik ustadz
Subkhan Khadafi
17. http://abul-jauzaa.blogspot.com, milik ustadz
Abul Jauzaa
18. http://www.serambimadinah.com, merupakan
website yang diasuh oleh para ustadz yang sedang
menimba ilmu di kota Madinah An-Nabawiyah. Dan
website-website pada catatan kaki yang kami cantumkan
diharapkan pembaca sekiranya bersedia untuk
membacanya.

Demikianlah, dan kami akhiri tulisan ini dengan


memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang
maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna,
agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita
petunjuk dan taufik-Nya.

Serta kecukupan dan penjagaan dari-Nya, sesungguhnya


Dia Maha memberi kecukupan dan Maha Mengabulkan
doa.

Cahaya Hijrah Di Pelataran Kampus 125

Anda mungkin juga menyukai