Anda di halaman 1dari 66

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan walaupun masih dijumpai kekurangan-
kekurangan. Penelitian ini membahas tentang bagaimana fungsi pengendalian
persediaan bahan baku dilakukan pada pr. Karya Mumi perkasa Medan. peneliti
menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam penelitian ini, oleh karena
itu sangat
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pihak pembaca untuk perbaikan
di
masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, peneriti mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini, yaitu
.

1. Rektor Universitas HKBp Nommensen Medan


2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBp Nommensen Medan
3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBp Nbmmensen Medan
4. Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi universitas HKBp Nommensen
Medan
5. Pihak Manajemen perusahaan pT. Karya Mumi perkasa Medan.
6. Rekan-rekan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas HKBp Nommensen
Medan.

MedarL
Peneliti,

Ba Tampubolon, SE, h.GA.


DAF'TAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar I
Daftar Isi ii
Daftar Tabel dan Gambar....... iv
Ringkasan

I. PENDAHULUAN ........... I

1.1. LatarBe1akang..................... I
L2. IdentifikasiMasalah 2
1,3. Hipotesis 2
1.4. Tuj uan Penelirian ..,.................,........ 3
1.5. Kontribusi Penelitian
3

II. TTNJAUAN PUSTAKA 4

2,l. Manajcmen Produksi, Persediaan dan Manfaat persediaan ,................,. 4


2.2. Fungsi dan Tujuan Pengendalian persediaan 6
2.3. Jenis-jenis Persediaan Il
2.4. Biaya-biaya Persediaan 16
Baku.................
2.5. Metode Pengendalian persediaan Bahan
19

rrl, METODOLOGI PENELTTIAN.................. 24

3.1. Lokasi Penelitian ................. 24


...
3.2. Metode Pengumpulan Data........ . .. 24
3.3. Luas dan CakupanPenelitian.........._......... 24
3.4. Metode Ana|sis ................... 25

IV. HASIL DAN PEMBAIIASAN 27

4. 1. Hasil 27
4.1.1. Jenis Persediaan Bahan Baku dan pemakaian Bahan Baku ......
27
4.1.2. Metode dan Teknik pengendalian Bahan Baku ....,........,........._. .
3l
4.1.3. Proses Produksi pada perusahaan ............... 32
4.2. Pembahasan ............,.......... JI
4.2.1. Perbandingan Pemakaian Bahan Baku Dengan produksi
Hasil Jadi Hotmix .............
4.2.2. Perhitungan Dengan Regresi Linier Sederhana 39
4.2.3. Penggunaan Rumus EOQ 5l

59

5.1. Kesimpulan 59
5.2. Saran 59
DAFTARTABEL DANGAMBAR

Daftar Tabel
Tabel Teks I lalaman

1- Data Pemakaian Bahan Baku tahun 2001 - 2003 ... 29

f'f )

4.
Data Pembelian Bahan Baku tahun 200i

Data Produksi Hasil Jadi Hotmix tahun 2001

Perbandingan Total Pemakaian Bahan Baku Dengan


- 2003
-2003
30

36

Total Hasil Produksi Pada PT. Karya Murni perkasa Medan


tahun 2001 *2003 ............. .
........ . .... ,..... 37

5. Perbandingan Pemakaian Bahan Baku Dengan Hasil produksi


Pada PT. Karya Murni perkasa Medan
tahun 2001 - 2003 .........,.... ............................. 38

6. Analisis Pemakaian Bahan-Baku pada pT. Karya Mumi


PerkasaMedan tahun 2001 - 2003 ............,................................ +O

7. Analisis Produksi Hasil Jadi Hotmix pada pT. Karva Mumi


Perkasa Medan tahun 2001 - 2003 ..,.............. ......,................ ... +Z

L Analisis Pemakaian Bahan Baku tahun 2001 2003 ............... .


- 49

Daftsr Gambar

Gambar 1. Grafik Regresi Pemakaian Bahan Baku dan


Barang Jadi Hotmix............, ........................ 44

lv
RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : l) bagaimanakah pelaksanaan


pengendalianpersediaan bahan baku pada perusahaan pT. Karya Mumi perkasa Medan,
2) faktor-fakor apakah yang menyebabkan tidak tepatnya penggunaan persediaan bahan
baku pada PT. Karya Mumi Perkasa Medan selama tahun 2001 sampai dengan tahun
2003. Masalah yang dikemukakan adalah penggunaan bahan baku selalu lJbih besar
daripada output ( hotmix ) yang dihasilkan tahun 2001 sampai dengan tahun 2003.
Sedangkan hipotesis yang diajukan adalah belum diterapkarurya metode pengendalian
persediaan yang tepat yang dapat menekan biaya dalam jumlah pemesanan yang
ekonomis.
Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier sederhana dan
analisis EoQ. Hasil analisis r5renunjukkan : l). pr. Karya Mumi perkasa belum
menyelenggarakan suatu sistem pengendalian persediaan yang tepat yang dapat menekan
biaya dalam jumlah pemesanan yang ekonomis, 2) dalam menetapkin liebuiuhan bahan,
PT. Karya Mumi Perkasa Medan belum mempunyai dasar perhitungan tertentu sehingga
sering terjadi selisih yang cukup besar antara pemakaian bahan baku dengan hiiil
produksr, 3) sistem pengawasan persediaan merupakan serangkaian kebrlaksarian yang
perludilaksanakan oleh perusahan untuk mengendalikan tingkat persediaan yang harui
dijaga bila persediaan akan diisi kembali, 4) pr. Karya Mumi perkasa beluri oapat
menekan biaya persediaan mengingat frekuensi pemesanan yang cukup tinggi uniuk
pengada"n persediaan tersebut.
Sebagai dasar pertimbangan untuk mengatasi masalah yang dihadapi, maka
._
diberikan saran sebagai berikut : l) dalam rangka pengendalian kebuiuhan bairan baku
-pesan
sebaiknya perusalnan melakutan berdasarkan ;umlah yang ekonomis, sehingga
dapat mengantisipasi flukruasi kebutuhan bahar baku untut piosei produksi yang lel-in
1ry'! 2) perusahaan dianjurkan untuk menerapkan formula economic order qLntity
(EoQ) ager biaya-biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis, 3) perusahaan henoatnya
dapat menerapkan sistem perencanaan dan pengendalian bahan baku yang baik sebelum
dilakukannya proses produksi, 4) perusahaan sebaiknya mengurangi frekuensi
pemesanan, misalnya dari 11- 12 kali menjadi 8-9 kali dalam setahun.
Hal ini
dimaksudkan agar perusahaan dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk
pengadaan bahan baku tersebut.
L PI,NDAEULUAN

1. 1. Latar Belakang

Setiap perusahaan, baik perusahaan dagang maupun perusahaan industri,

dapat mengadakan persediaan. Tanpa adanya persediaan maka perusahaan dapat

menghadapi resiko bahwa perusahaan tersebut pada suatu saat tidak dapat memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasar.

Demikian juga dengan perusahaan PT. Karya Murni Perkasa Medan, saat ini

berusaha untuk menyediakan bahan baku yang diperlukan perusahaan agar

perusahaan dapat menghasilkan produk sesuai dengan permintaan pasar yang

semakin meningkat. Manajernen produksi perusahaan dihadapkan pada usaha untuk

mengendalikan persediaan, sebab pengendalian sangat penting artinya untuk

menjamin kelancaran produksi. Oleh karena itu, maka perlu diusahakan pemakaian

dana untuk penyediaan bahan baku yatrg tepat sehingga dapat tercapai efisiensi dan

efektifitas sesuai dengan tujuan perusahaan,

Apabila persediaan bahan baku kurang, maka perusahaan tidak dapat beke{a

dengan luas produksi yang optimal, sehingga terdapat penganggwan mesin-mesin

dan tenaga kerja langsung. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya biaya produksi
yang pada akhirnya akan menekan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan

dalam suatu periode tertentu.

Pada sisi lain, jika perusahaan mengadakan persediaan bahan baku yang

terlalu besar dibandingkaa dengan kebutuhannya, maka hal ini akan mengakibatkan
besarnya biaya penyimpanan di gudang, terjadi kerugian karena kerusakan, turunnya

kualitas barang serta hilangnya penggunaan dana kepada hal-hal lain karena dana

terlalu lama terikat dalam persediaan bahan baku. Hal ini dapat mengakibatkan

menurunnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.

Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan di atas, dapat dilihat betapa

pentingrya pengendalian persediaan bahan baku dalam usaha untuk melancarkan

proses produksi. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut guna memperoleh gambaran tentang pengendalian persediaan bahan baku

pada perusahaan PT. Karya Mumi Perkasa Medan".

1. 2. ldentifikssi Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang dikemukakan adalah penggunaan bahan

baku selalu lebih besar daripada output ( hotmix ) yang dihasilkan tahun 200 t sampai

dengan tahun 2003.

1. 3. Hipotesis

Sedangkan hipotesis yang diajukan adalah belum diterapkannya metode

pengendalian persediaan yang tepat yang dapat menekan biaya dalam jumlah

pomesanan yang ekonomis.


1,4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Bagaimanakah pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku pada

perusahaan PT. Karya Murni Perkasa Medan.

2. Fakfor-tbktor apakah yang menyebabkan tidak tepatnya pengguluan

persediaan bahan baku pada PT. Karya Murni perkasa Medan selama tahun

2001 sampai dengan tahun 2003.

1.5. Kontribusi Penelitian

Kontribusi penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi untuk perusahaan-pe rusahaan industri untuk lebih

memahami pentingnya pengendalian persediaan bahan baku dalam proses

produksi.

2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang berminat pada bidang
pengendalian persediaan bahan baku.
IL TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Manajemen Produksi, Persediaan, dan Manfaat persediaan

Assauri (1993) memberikan pengertian manajemen produksi dan operasi

sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik penxahaan dengan malsud
untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang.barang yang

masih dalam pengerjaan / proses prodursi, ataupun persediaanbarang baku yang

menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. pada dasamya persediaan

diadakan rurtuk mempermudah kerancaran jalannya proses produksi daram


suatu

perusahaan, Menurut Flandoko (1999) ist ah persediaan ( inventory


) adar.ah suatu

istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya_sumber


daya

organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan pennintaan.

Sumber daya organisasi dapat meliputi bahan mentah, barang dalam proses,

barang jadi atau produk akhir, bahan pembantu atau pelengkap dan komponen*

ko'rponen lain yang menjadi bagian dari keluaran produk perusahaan. Jenis

perusahaan ini sering disebut dengan istilah "keluaran pkok" ( product output ),
dimana hampir semua orang mengidentifikasikan secara cepat persediaan.
Akan
Telapi pengertian persediaan tidak terbatas hanya di situ saja, banyak
organisasi
menyimpan persediaan lain, seperti uang, ruangan (bangunan pabrik), peralatan

tenaga kerja untuk memenuhi permintaan akan produk datr jasa.


Menurut Pardede (2003), sediaan ( inventory) adalah sejumlah bahan atau

barang yang tersedia untuk digunakan sewaklu-wak:tu di masa yang akan datang.

Pendapat lain yang juga merlelaskan tentang arti dari persediaan yaitu kekayaan

lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan bahan mentah

(bahan baku I raw material ), barang setengah jadi (work in process), dan barang jadi

(finished goods) (Priwirosentono, 2001).

Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan dan bahan-

bahan dalarn proses yarg terdapat dalam perusahaan urtuk proses produksi, serta

barang-barang jadi / produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen

atau langganan setiap wattu.

Menurut Assauri (1993), ada beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan

dengan adanya sistem pengadaan persediaan mulai dari bahan baku sampai barang

jadi, yaitu :

l. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan

yang dibutuhkan perusahaan

2 Menghilangkan resiko dari materiar yang dipesan tidak baik sehingga harus

dikernbalikan.

3. untuk menumpukan bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin ke lancaran arus

produksi.

5. Memprcepat penggunaan mesin yang optimal.


6, Memberikan pelayanan ( semice ) kepada pelanggan dengan sebaikibaiknya

di mana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau

memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi barang tidak perlu sesuai dengan

penggunaan atau penj ualannya.

2. 2. Fungsi dan Tujuan Pengendrlian Perseiliaan

Pengendalian persediaan merupalan fungsi manajerial yang sangat penting,

karena persediaan fisik perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos

akliva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam

persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin


mernpunyai persediaan opportunity cost. Dengan demikian pula bila perusahaan tidak

mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari

te{adinya kekurangan bahan.

Dalam suatu perusahaan pabrik, kelancaran proses pengolahan bertahap dari

produk yang dike{akan harus didukung oleh beberapa kegiatan yang penting, yang

sangat mempengaruhi kelancaran seluruh kegiatan operasi perusahaan. pengawasan

persediaan merupakan salah satu kegiatan dari kegiatan-kegiatan yang bertautan


erat

satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa

yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlalr, kualitas maupun
biayanya.

Oleh karena itu penting bagi semua jenis perusahaan untuk mengadakan pengawasan

atas persediaan, karena kegiatan itu penting bagi semua jenis perusahaan untuk
mengadakan pengawasan atas persediaan, karena kegiatan ini dapat membantu agar

tercapai suatu tingkat efisiensi penggunaan persediaan. Pengawasan persediaan dapat

membantu mengurangi tet'adinya resiko yang timbul akibat adanya persediaan

menjadi sekecil mungkin.

Assauri (1993) mengemukakan fi.mgsi utama pengendalian persediaan yang

efektif adalah :

1. Memperoleh ( procure ) bahaniaharL yaitu menetapkan prosedur unhrk

memperoleh suatu suplai yang cukup dari bahan bahan yang dibutuhkan baik

kuantitas maupun kualitas.

2. Menyimpan dan memelihara ( maintain ) bahan-bahan dalam persediaan,

yaitu mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan

melinduungi bahan-bahan yang telah dimasukkan dalam persediaan.

3. Pengeluaran bahan-bahan, yaitu menetapkan suatu pengaturan atas

pengeluararr dan penyampaian bahan-bahan dengan tepat pada saat serta

tempat di mana dibutul*an.

4. Meminimalisasi investasi dalam bentuk bahan atau baang (mempertahankan

persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kelancaran proses produksi

dari suatu perusahaan antara lain ditentukan oleh be{alan tidaknya fungsi
pengendalian persediaan tersebut.
Tujuan pengendalian persediaan adalah
untuk menyeimbangkan manfi*
memiliki persediaan dengan kerugian yang ditimbulkan
persediaan, sehingp
kebutuhan produksi dan pelanggan dapat
dipenuhi dengan memadai, tetapi dengan
resiko dan biaya minimum bagi perusahaan.
weber (lgg9) mengemukakan bahwa
pesan dari pengendalian persediaan
adalah untuk meminimisasi biaya persediaen
total.

I)aIatn pertgad.a.an perse<liaan l>ahaa t>eku uatak kepcacin5an pl6,tt.s<ttraan

proses produksi suatu perusahaan, terdapat beberapa faklor yang akan mempengaruhi

persediaan bahan baku tersebut. Secara bersamaan faktor-fakior tersebut akan

mempengaruhi jumlah persediaan bahan baku yang ada dalam perusahaan tersebut.

Menurut Riyanto (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan

baku adalah sebagai berikut :

1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap

gangguan kehabisan persediaan yang akan dapat menghambat atau

mengganggu jalannya proses produksi.

2. Volume poduksi yang direncanakan, dimana volume produksi ytrng


direncanakan itu sendiri sangat tergaotung kepada volume sales yang

direncanakan.

3. Besamya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapetkan

biaya pembelian yang minimal.

4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-

waktu yang akan datang.


5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material

6. F{arga pembelian bahan mentah.

7. Biaya penyipanan dan risiko penyimpanan digudang.

8. Tingkat kecepatan material menjadinya rusak atau turun kualitasnya.

Sedangkan menurut Usry dan lawrence (1995) mengemukakan agar

pengawasan persediaan dapat berjalan dengan baik, sistem dan teknik pengendalian

persediaan harus didasarkan pada prinsipprinsip sebagai berikut :

l. Persediaan diciptakan dari pembelian (a) bahan dan suku cadang dan (b)

tambahan biaya pekerja dan overhead untuk mengolah bahan menjadi barang

jadi.

z. Persediaan berkurang melalui penjualan dan kerusakan.

J. Prakiraan yang tepat atas skedul penjualan dan produksi merupakan hal yang

esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang ehsien.

4. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara

keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya

pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam

nenentukan investasi persediaan.

5, Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap prakiraan, penluguruln

rencana pengendalian produksi.

6. Pencatatan pe$ediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.

7. Pengendalian bersifat komperatif dan relatif, tidak mutlak. Ini dilaksanakan

oleh manusia dengan berbagai pengalaman dan pertimbangan.


Selanjutnya, Sumayang (2003) mengatakan bahwa ada lima tata cara

penetapan pengendalian dengan menggunakan system, yang meliputi:

1. Pencataian semua transaksi.

Ini merupakan pencatatan yang akan mendukung perhitungan tentang posisi

inventori.

2. Keputusan pengelolaan inventori yaitu keputusan tentang kapan pemesanan

dilakukan dan berapa banyak pesanan. Keputusan dengan bantuan komputer

lebih, lebih cepat dan letiih murah.

3. Laporan tentarg kasus atau hal-hal penyimpangan lainnya seperti antara lain:

- Peramalan yang tidak akurat

- Pembelian yang terlalu banyak

- Kehabisan persediaan

4. Semua keputusan pada pengelolaan inventori di dasarkan pada peramalan

pe rmintaan Sering digunakan metde peramalan time series (exponential

smoothing), jangan birkan keputusan berdasarkan fungsi pemasaran atau

fungsi keuangan.

5. Saluran laporan ke manajemen puncak.

Sistem pengendalian harus mempunyai saluran laporan ke manajemen

puncak, laporan ini meliputi kinerja inventori secara keseluruhan yang

meliputi antara lain:

- Service level

- Biaya pengelolaan dan investasi.

10
2, 3. Jenivjenis Persedia*n

Istilah persediaan ( inventory ) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan

segala sesuatu sumberdaya-sumberdaya organisasi yang disimpan dalam atisipasinya

terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumberdaya meliputi persediaan

bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan

pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian

keluaran produk perusahaan. Jenis persediaan ini sering disebut dengan istilah

persediaan keluaran produl! tetapi banyak organisasi menyimpan jenis persediaan

lain seperti wmg, ruangan (bangunan pabrik), peralatan dan tenaga kerja, untuk

memenuhi permintaan akan produk dan jasa.

Pengendalian persediaan adarah bagian dari kegiatan pengawasan produksi di

dalam suatu perusahaan. Dari sekian banyak persediaan yang digunakan dalam suatu

perusahaan, dapat digolongkan atas beberapa jenis, tergantung dari jenis perusahaan

tersebut. Misalnya kulit dapat dikatakan dengan barang jadi perusahaan dagang yang

bergerak dalam jual beli kulit, tetapi bagi perusahaan industri penghasil tas, sepatu

dan lain-lainnya, kulit merupakan bahan baku.

Menurut jenis operasi perusahaan, persediaan dapat dibedakan atas :

a. Persediaan pada perusahaan dagang @iyanto, 1993) :

Dalam perusa}aan dagang, persediaan biaya disebut dengan istilah m erchandise

inyentory. Persediaan ini dalam perusahaan dagang tidak mengalami perubahan

yang prinsipil, baik dalam bentuk maupun manfaatnya. perusahaan dagang

hanya melakukan pembelian dari produsen lain kemudian menjualnya atau

11
memasarkannya kepada konsumen. Merchandise inventoryadalah persediaan

barang yang selalu dalarn perputaren, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak

mengalami proses lebih lanjut didalam perusahaan tersebut yang mengakibatkan

perobahan bentuk dari barang yang bersangkutan.

b. Penediaan pada perusahaan industri (Handoko, 1999) :

Perusahaan industri yang mempunyai kegiatan proses yang mengubah bentuk

suatu barang lain yang lebih tinggi tingkat kegunaannya dan lebih bermutu,

mempunyai persediaan yang dapat dibedakan atas :

L Persediaan bahan mentah (raw materials)

2. Fersediaan komponen-kompon en rakitan


Qrurchased parts / component)

3. Persediaan bahan pembantu at6u penolong (supplies)

4. Persediaan barang dalam proses (work in process\

5. Persediaan baran gjadi (finishei goods).

1) Persediaan bahan mentah (rcrw materials), yaifu persediaan barang-barang

berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang

digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-

sumber alam atuu dibli dari para supplier dan/atau dibuat sendiri oleh

perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selaajuhrya.

2) Persediaan komponen-komponen rakitan


Qturchased parts/components), yaitu

persedian barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

t2
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi

suatu produk.

3) Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses, tetapi tidak merupakan bagian

atau komponen barang jadi.

4) Persediaan barang dalam proses (wor& in process), yaitu persediaan barang-

barang yang merupakan keruaran dari tiaptiap bagian daram proses produksi

atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses rebih

lanjut menjadi barang jadi.

5) Persediaan barang jadi (/inished goods). yaitu persediaan barang-barang yang

telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau

dikirim kepada langganan.

Kelima jenis persediaan ini saring berhubungan satu dengan lainnya daram

siklus proses produksi normal. Bahan mentah merupakan sarah satu faktor yang

utama yang sangat penting dalam proses produksi, karena tanpa tersedianya
bahan

mentah dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan produksi


akan berakibat
terganggunya proses produksi.

Assauri (1993) mengemukakan ada dua alasan mengapa persediaaan

diperlukan oloh perusahaan industri, karena:

1" Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi .untuk

memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang


lain, yang
disebut persediaan dalam proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat

skedul operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.

Berdasarkan fungsinya, Assauri (1993) menggolongkan persediaan dalam

3 bentuk, yaitu :

a. Batch stock atzu lot size inventory adalah persediaan yang diadakan karena

kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang

lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini

pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang

penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan

karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang

dibutuhkan. Persediaan ini timbul dimana bahan/barang yang dibeli,


dikerjakail dibuat alau diangkut dalam jumlah besar ( brlft ), sehingga

barang-barang diperoleh lebih banyak dan cepat dari pada penggunaan atau

pengeluarannya, dan untuk sementan tercipta persediaan. perlu kita ketahui

bahwa adalah relatif lebih menguntungkan apabila kita melakukan pembelian

dalam jumlah besar, karerra kemungkian untuk mendapatkan potongan harga

pembelian, biya pengangkutan yang lebih murah per mitnya dan

penghematan dalam biaya-biaya lainnya yang mungkin diperoleh.

Untuk ini kita perlu membandingkan antara penghematan-


penghematan karena mengadakan pembelian secara besar-besarafi dengan

biaya-biaya yang timbul karena besamya persediaan tersebut, seperti biaya

l4
sewa gudang, biaya investasi, resiko penyimpanan dan sebagainya. Jadi

keuntungan yang akan diperoleh dari adanya batch stock ini antara lain :

1. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian.

2. Memperoleh efisiensi produksi (manafacturing economies) karena

adanya proses pro&tksi atau prMuction run yanglebihlama.

3. Adanya penghematan dalam biaya pengangkulan.

b. Fluctuation stok adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan konsumen yahg tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan

mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen,

apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beratwan atau

tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi

apabila terdapat fluktuasi pemintaan yang sa gat besar, maka persediaan ini

(luctuation stoclc) dibutuhkan sangat besar untuk menjaga kemungkinan naik

turunnya permintaan trsebut.

c. Anticipation stoc& adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

flukuasi permintaffi yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang

terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan

perminlaan yang meningkat. Disarrping itu anticipation srocft dimaksudkan

pula untuk menjaga kemungkinan sukamya diperoleh bahan-bahan sehingga

tidak mengganggu j alannya produk atau menghindari kemacetan produltsi.

15
2, 4. Biaya-biaya Penediaan

Dari pembahasan sebelumnya dapat dipahami bahwa salah satu tujuan dari

pengendalian persediaan adalah berusaha untuk menghindari adanya pembentukan

persediaan yang terlalu besar yang dapat menimbulkan tingginya biaya-biaya yang

harus dikeluarkan perusahaan dan sebaliknya menghindari persediaan yang terlalu

kecil yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan akibat kekwangan yang

dapat mmyebabkan macetnya proses produksi. Sehubungan dengan tujuan di atas,

maka perlu diketahui jenis-jenis biaya yang timbul dengan adanya persediaan.

Weston dan Brigham (1999) mengemukakan bahwa biaya-biaya yang

berkaitan dengan persediaan adalah :

a. Biaya yang berkaitan dengan peyimpanan persediaan.

b. Biaya yang terkait dengan pemesanan dan penerimaan barang yang

dipesan.

c. Biaya yang timbul sebagai akibat kekurangan persediaan.

Sedangkan Assauri (1993) mengemukakan, biaya-biaya yang timbul dail

adanya persediaan yaitu :

l. Biaya pemesan an (ordering cost).

2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (invsntlry aayOing cost).

3 . Biaya kekurangan persediaan ( out of stock cost) .

4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated cosr)".

1) Biaya pemesanan (ordering cost)

l6
Yang dimaksud dengan biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan

berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual,

sejak dari pesanan dibuat, dikirim ke penjual, sampai barang-barang tersebut

dikirimka:r serta diserahkan di gudang atau daerah pengolahan. Biaya ini

sifatnya konstan, di antaranya : biaya administrasi pembelian, biaya telepon,

biaya pemeriksaan. Secara normal biaya pemesanan (d.i luar biaya bahan dan

potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah, tetapi semakin

hanyak komponen-komponen yang dipesan setiap kali pesanan per periode

turun, maka biaya pesanan total akan turun.

2) Biaya yang terjadi adanya persedi aan (inventory carrying cost)

Yang dimaksud dengan inventury carrying cosl adalah biaya yang diperlukan

berkenaan dengan persediaan yang meliputi seluruh pengeruaran sebagai akiba!


akibat adanya sejumlah persediaan. Biaya yang berhubungan dengan persediaan

disebut juga dengan biaya pengadaan persediaan (stock holding cosr).Besamya

biaya ini bervariasi terganhmg besar kecilnya persediaan yang ada, Biaya

penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas barang yang

semakin tinggi. Yang dimaksud cu rrying cost adalah :

' Biaya pergudangan atav storage cosr, biaya ini tidak ada apabila tidak ada

persediaan. Biaya ini terdiri dari biaya sewa gudang upah dan gaji tenaga

pngawas' biaya peralatan material handring di gudang dan biaya fdsilitas

penlmpanan (termasuk penerangan, pemanas, dan pendingin ruangan)

- Asuransi atas persediaan yang dimiliki

t7
- Bunga atas modal diinvestasikan

Biasanya inventory cdrrying cosl ditentukan sebagai suatu persentase dan

nilai uang persediaan tersebut per unitnya dalam setahun

3) Biaya kekurangan persediaan (out ofstock cost)

Yang dimaksud dengan biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbur

akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan
dalarn

sUatu proses produksi, seperti :

- Biaya tambahan yang diperlukan karena seorang langganan meminta


atau

memesan suatu barang atau bahan sedangkan barpng tersebut


tidak tersedia.
- Terganggunya proses produksi

- Kehilangan langganan

Biaya ini paling surit diperkirakan dalam praktek, terutama karena kenyataan

bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang surit diperkirakan secara

objektif.

4) Biaya yang berhubungan dengankapasitas (capacity associared cost)

Yang dimaksud denga'. cqpacity associated cosr adalah biaya yang


terdiri biaya
kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja dan
biaya pengangguran.

Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pongurangan kapasitas,


bira
terlalu banyak atau sedikit kapasitas yang digunakan pada suatu
waktu tertentu.

l8
2. 5. Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Persediaan bahan baku merupakan faktor utama dalam kegiatan produksi.

Kegiatan produksi perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga dengan demikian

dapat mencerminkan keadaan dan kemampuan perusahaan. Rencana produksi dibuat

berdasarkan jumlah produksi yang dijual pada periode-periode yang lalu, sehingga

dengan demikian dapat ditentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan pada proses

produksi.

.Perkembangan-perkembangan yang menyangkut efisiensi dengan adanya

persediaan yang perlu diperhatikan di dalarn penentuan jumlah persediaan bahan

baku. Pertimbangan ini merupakan suatu kebijaksanaan dalam pengawasan maup'n

mengenai penentuan tingkat persediaan yang optimum. Mengenai pemasaran bahan

baku perlu ditentukan bagaimana cara pemesananny4 berapa j umlah dipesan dan

kapan pemesanan itu dilakukan. Sedangkan mengenai persediaan perlu ditentukan

besamya jumlah persediaan penyelamal yang merupakan persediaan minimum,

besarnya jumlah persediaan pada suatu titik tertentu untuk kemudian mengadakan

pemesanan kembali, dan besamya persediaan maksimum.

Berdasarkan uraian di atas penulis dapat mengetahui betapa menentukannya

pengendalian persediaan bahan baku. untuk menentukan keputusan mengenai

pengendalian persediaan bahan baku diperlukan alat analisa / metode yang


digunakan, untuk kemudian hasilnya merupakan suatu keputusan.

Metode analisis yang dipergunakan antara lain adalah :

19
a. Metode perhifungan regresi linear sederhana

b. Economic order quantiry OQ)

a). Metode perhilungan regresi linear sederhanq

Pemakaian dan pembelian bahan baku dalam hubungannya dengan

perencanaan produksi dapat diperkirakan dengan rnelihat pada waltu sebelumnya dan

pada saat sekarang ini dimana kebutuhan jumlah bahan baku masa mendatang dapat

diperkirakan jumlahnya.

Menurut Handoko (1999), bentuk dari persamaan regresi linear sederhana dari

kebutuhan bahan baku yang ditetapkan oleh tingkat produksi adalah sebagai berikut :

Y: a + b.X.......

dimana :

Y : kebutuhan bahan baku

a = konstanta

b: koefisien regesi

X = wakru (bulan)

Sedangkan nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakaa rumus berikut :

IY
n

Syv
" Tr.,2
L'\

20
b. Economic Order Quantity (EOQ

Pemakaian persediaan yang dilakukan secara terus menerus untuk diproduksi,

maka bahan yang akan dipakai harus dipesan kembali untuk dapat rnenjaga

kelangsungan produksi dalam usaha mencapai target hasil produksi. pemesanan

petsediaan diharapkan mencapai jumlah yang ekonomis.

Persediaan ekonomis dapat dicapai dengan menggunak an Economic order

Quanrity (EoQ) yang merupakan penentuan jumlah pesanan persediaan kembari oleh

perusahaan dengan maksud mencapai pesanan yang ekonomi. Sedangkan pengertian

economic order quantity itu menurut Riyanto ( 1996) adalah jumlah kwantitas

barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan

sebagai jumlah pembelian yang optimal.

Cara penentuan jumlah pemesanan yang ekonomis dengan menurunkan di

dalam rumus'rumus matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan bahwa

jumlah persediaan yang minimum terdapat Ordering Cos,


sama dengan Carrying
Cost.

Rumus-rumus matematika yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

simbol-simbol atau notasi sebagai berikut :

A : Jumlah kebutuhan bahan dalam satuan (unit) per tahun

R : Harga bahan per unit

P : Biaya pemesanan (order cost) per ortler

C = Biaya penyimpanan/penahanan (Order Costs) yang dinyatakan

sebagai suatu persentasi dari persediaan rata_rata

2l
N = Jumlah pemesanan yang ekonomis

TOC : Total biaya pemesanan

TIC : Total biaya penyimpanan


Dengan simbol atrau notasi-notasi di atas, dapatlah ditetapkan bahvta ordering cost

per tahun adalah : A/N x P., dwr carrying cosl adalah (Assauri, 1993)
:

AR
j-x0,5xO=0,5RCN
. /N
Rumus-rumus yang dapat dipergunakan adalah untuk memecahkan j umlah

optimum unit per order, jumlah optimum order per tahun dan jumlah optimum
han

supply per order.

a). Jumlah optimum unit per order.

Dalam hal ini N menyatakan jumlah optimum unit per order, yang dapat

ditentukan bila total ordefing cosr per tahun sama dengan carryingcost per
tahua.

Dengan demikian maka dapat ditentukan :

A.rNxP =0,5RCN

zAP =N2Rc

nt * 2AP
RC

6 tp
N = -/-'^'
YRC

22
Cara perhitungan lain adalah dengan memperkirakan biaya pemilikan per unit

secara langsung dengan merinci setiap komponen biaya pernilikan sebagai

biaya per unit dari persediaan, dan bukan sebagai persentase rata-rata investasi

persediaan. Dengan demikian, penyebut dalam rumus EOQ menjadi hiaya

pemilikan per unit yang disajikan secara langsung, bukan dalam bentuk biaya

bahan per unit dikali persentase biaya pemilikan (Usry dan Lau,rence, 1995).

b) .lunlah oplimum order per tahun

Dalam hal ini N menunjukkan jumlah optimum order per tahun, yang dapat

ditentukan bila total ordering cott Wr tahun sama dengan carrying corl per tahun.

Dengan demikian dapat ditentukan (Usry dan Lawrence, 1993):

NxP=4x0.5xC
P

NP -AC
2N

2N2P = Ac

N2 =AC
2P

AC
JD

23
Itr. Mf,TODOLOGI PtrNELITIAN

3. 1. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi pene litian ditetapkan secaru purposive (sengaja) yaitu P'l'. Karya Murni

Perkasa Medan yang berpusat di Jalan Jalan Sei Musi No. 12 Medan dan lokasi Base Camp

berada di KM. t 8 Tanjung Morawa. Psrusahaan ini bergerak di bidang usaha jasa

konstnrksi jembatan, irigasi dan jalan raya. Adapun aktivitas-aktivitas yang dike{akan

perusahaan meliputi pembangunan gedung sekolah, jalan raya, saluran parit dan lainlain.

Yang menjadi objek penelitian adalah unit pengendalian persediaan bahan baku pada

departemen produksi.

3. 2. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang langsung diperoleh dari objek

penelitian dengan melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan pimpinan

departemen-departemen dan unit-unit dalam perusahaan. Data-data yang dikumpulkan

adalah data yang berhubungan dengan :jenis persediaan bahan baku, penggunaan bahan

baku, proses produksi dan sistim pengendalian persediaan bahan baku.

3.3. Luas dan Cakupan Penelitian

Berhubung karena banyak dan luasnya bidang produksi perusahaan, se(a untuk

menghindari kesimpangsiuran, maka peneliti perlu melakukan pembatasan terha<lap

penelitian. Adapun cakupan dan luas penelitian yang dilakukan hanya menyangkut bidang

pengendalian bahan baku saja yang digunakan unruk memproduksi aspal hotmix.

24
3. 4, Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah :

a. Metode deskiptif dan metode deduktif.

Metode deskriptif dilakukan dengan merumuskan dan mengumpulkan data,

menglasifikasikan data serta menginterpretasikannya sehingga memberikan suatu

gambaran yang jelas tentang masalah yang diperoleh. Sedangkan metocle deduktif

dilalokan untuk menarik kesimpulan berdasarkan teori-teori yang diterma sebagai sualu

kebenaran umum mengenai gejala yang timbul serta membandingkannya dengan

kenyataan dan teori, sehingga dikbtahui penyimpangan yang ada untuk sampai pada

suatu pendapat yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi

Metode Analisis Regresi Linear Sederhana

Metode ini digunakan untuk mengetahui trend besamya kebutuhan bahan baku yang

sesuai dengan proses produksi beberapa tahun ke depan berdasarkan data pengamatan

tahun-tahun sebelumnya.

Bentuk dari ptsamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut :

Y= a+ bX

II
n

"
h
Ixr
= ..-l
Zx'
dimana :

Y= kebutuhan bahan baku

2s
a: intersp

b= koefisien regresi

X: waktu (bulan )

n: jumlah tahun pengamatan

c. Metode Analisis Economic Order Quantity (EOe)

Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah pemesanan yang ekonomis yang

dapat dilakukan untuk menekan biaya sesuai dengan proses produksi.

Bentuk dari persamaan economic oriler quantity adalah sebagai berikut :

N: -E-
linc' a,,u N:
dimana :

4= jumlah kebutuhan bahan baku

P= biaya pemesanan per pesanan

R: harga bahan baku per ton

C= biaya penyimpanan di gudang


rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

4, 1. HASIL

4. 1.. 1. Jenis Persediaan Bahan Baku dan Penggunaan Bahan Baku

PT. Karya Murni Perkasa Medan memproduksi aspal hohnix yang

menggunakan bahan baku seperti :

I . Bahan Baku Utama

a. Aspal Cair

Aspal cair (cutbdck asphalt) adalah camputan aspal semen dengan

bahan pencair dari minyak bumi, misalnya bensin, minyak tanah dan minyak

solar. Jenis aspal cair ditentukan oleh jenis bahan pencair yang dipakai.

Cepatnya penguapan dan perubahan kekentalannya akibat perubahan

temperatur.

Aspal cair dibagi atas 3 jenis, tergantung dari cepat lambatnya bahan

pencair ini menguap, yaitu :

1) Rapid curing cutback atau RC, dengan bahan pencair yang sangat encer

seprli minyak bensin.

2) Medium curing cutback atau MC, dengan bahan pencair yang lebih kental

seperti minyak tanah.

3) Slow curing cutback atau SC, dengan bahan pencair yang paling kental

sepeni minyak solar.

27

rl
I
1l
Untuk keperluan lapis resep pengikat (prime cost), pnggunaan aspal cair

sangat dibutuhkan, yang mana tidak ada bahan lain yang dapat beke{a sebaik

aspal cair.

b. Abu Batu

Merupakan bahan-bahan halus hasil pemecahan batu atau kombinasi

dari bahan - bahan tersebut dalam keadaan kering. Abu batu memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

1) Nilai sand equvalen (AAS HTO.T-76), dari abu batu minimum 50%

2) Berat jenis semu Apparent( pB 0203-76), minimum 2,5%

3) Dari pemeriksaan Atterberg (pB 0109-i6), abu batu bersifat non prastis.

4) Peresapan abu batu terhadap air (pB 0202-76), minimum 3%.

c- Pasir

Pasir yang dibutuhkan harus berbidang kasar, bersudut tajam dan

bersih dari kotoran * kotoraa atau bahan - bahan lain yang tidak dikehendaki.

Dan keadaan pasir harus dalam keadaan kering.

Bahan Baku Penolong

a. Splect

Digunakan sebagai pencampur dalam pmbuatan abu batu

b. Minyak Lampu

28
Digunakan sebagai bahan pencampur dalam pembuatan Medium Caring

Cutback atau MC

c. Batu Kerikil

Digunakan sebagai bahan pencampur abu batu.

Data pembelian bahan baku selama tahun 2001 s/d tahun 2003 disajikan pada

Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Data Pembelian Bahan Baku Tahun 2001 _ Tahun 2003

183.516 Rp. 311.666,7 Rp. 57.195.826.12Q


Rp 322592 Rp. 59.176.276.480
Rp. 326.337
"9
Rp. 59.754.101.180
Sumber : PT. Karya Murni Perkasa Medan

Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dilakukan oleh pT. Karya

Mumi Perkasa Medan terhadap bahan baku seperti aspal cair, abu bahr, pasir, minyak

lampu, batu kerikil dan splect selama tahun 2001 sampai dengan
tahun 2003 adalah

sebagai berikut:

Biaya Pemesanan :

Tahun2001 : Rp, 76.094.598,-


Tahun 2002 : Rp. 78.023.222,_
Tahun 2003 : Rp. 76.649.960,-

29
Biaya Penyimpanan :

Tahun 2001 : Ftp.49.866,672 /ton


Tahun 2002 : Rp. 58.066,56 / ton

Tahun 2003 : Rp. 65.267,58 / ton

sedangkan data pemakaian bahan baku selama tahun 2001 s/d tahun 2003

disajikan pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Data Pemakaian Bahan Baku Tahun 2001 * Tahun 2003

Jaauari 15.399 15.399.000 15.249 15.249.000 15.09t l -1.091.000


Pebrurei 15.270 15.255.000 t5.342 15.242.000 14.950 14.950.000
Maret 15.306 15.306 000 15.242 t5.242.000 15.000 1i.000 000
Apnl 15.302 15.302.000 15.209 15.3209.000 l4-q9{5 t 4.996.000
Mei 15.271 15.271.000 t5.24t 15.241.000 14.966 I4.966 000
Juri 15.266 15.266.A00 15.235 15.235.000 i4.961 14.96L000
Juli t 5.271 15.292.000 t5.265 15.265 00r) 14.986 14.986 000
Agutus 15.306 15.306.000 15.2't3 15.273.000 15.000 15.000.000
September 15.289 15.293 m0 15.305 t5.305.000 14.983 14.993.000
Oktober t5.2'16 15.276.000 l5 38r l5.fEt 000 14 97(t ia.tio.ooo
Nopernber 15.271 15.261 000 15.329 15.329.000 14.966 14.956.000
DessDrbcr 15.283 15.283.000 15.369 15.469.000 14.977 t4.977.000
Total I83.516 183.516.000 183.440 183.440.000 t79.846 179.846.000
Pcrtasa Medan

30
4. 1. 2. Metode dan Teknik Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian adalah suatu tindakan untuk menjamin bahwa suatu tujuan

dapat tercapai dalam periode tertntu. Dalam hal ini pengendalian persediaan bahan

baku dilakukan agar tercapai suatu tingkat persediaan bahan baku yang dapat

menjamin kontinuitas proses produksi, artinya terdapat persediaan bahan baku yang

cukup untuk melakukan proses produksi normal untuk periode tertentu.

PT. Karya Mumi Perkasa dalarn memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku

berupa abu batu, pasir batu kerikil, minyak lampu dan splect dengan cara membeli

dari leveransir yang datang keperusahaan yang berasal dari Tanjung Morawa, Binjai

dan daerah pantai/aliran sungai sibiru-biru, kecuali aspal cair, perusahaan

memperolehnya langsung dari dealer Pertamjna.

Bahan baku yang dipesan dari leveransir tidak langsung diproses, tetapi

ditenma di Tanjung Morawa dengan terlebih dahulu ditimbang di timbangan

jembatan. Setelah ditimbang kemudian di timbun di Tanjung Morawa yang

merupakan tempat penyimpanan seluruhbahanbaku pT. Karya Murni perkasa yang

benh*nya seprti panglong yang dikenal dengan sebutan base camp. Apabila pT.

Karya Murni Perkasa mengerjakan suatu proyek maka bahan baku tersebut diangkut

dan diproses di PT. Karya Murni Perkasa yang terletak di Jalan sei Musi. setelah

diproses kemudian diangktt menuju tempat proyek yang sedang dikerjakan.

Metode dan teknik pengendalian bahan baku yang standar yang digirnakan

oleh PT. Karya Mumi Perkasa Medan belum ada, tetapi pemesanan bahan baku yang

digunakan cenderung kepada fixed order intemal. perusahaan memesan bahan baku

31
semata - mata berdasarkan kepada jumlah kebutuhan bahan baku pada suatu periode

tertentu, misalnya untuk kebutuhan satu bulan tanpa memperhitungkan kemungkinan

- kemungkinan lain yang mengganggu kelancaran pengadaan bahan baku,

kemungkinan adanya stock oar / kehabisan balan baku di tempat penyimpanan

karena keterlambatan datangnya bahan bakq dan kemungkinan penggunaan bahan


-
baku yang lebih banyak dari perkiraan rencana semula.

4. 1. 3. Proses Produksi Pada Pi:rusahaan

Secara garis besar proses produksi pada pT. Karya Murni perkasa medan

adalah sebagai berikut :

t. Penentuan perbandingan bahan baku

Sebelum dilakukan pencampuren bahan baku, terlebih dahulu diukw

perbandingan bahan baku yang akan digunakan. Dalam hal ini dinvatakan dalam

persen (%) sebagai berikut :

a. Abu batu sebanyak 25%

b. Pasir sebanyak 13%

c. Aspal cair sebanyak 7%

d. Minyak lampu sebanyak 25%

e. Batu kerikil sebanyak 20%

f. Splect sebanyak 107o

32
2. Pencampuran bahan baku

Mencampw dan menyediakan bahan aspal dibuat pada salah satu pusat

instalasi. Setelah djbuat job mix formula untuk adukan yang direncanakan, maka

bahan * bahan boleh diolah dalam satu alat pencarrlpur bahan yaitu mesin AMp

(Asphalt Mixing plants). Dalam AMP (Asphalt Mixing Plants), keenam bahan baku

yang telah disebutkan diatas dicampur dan dimasak.

Agregat kasar dan halus, terlebih dahulu dikeringkan pada suatu alat

pengering. Yang dimaksud derigan agregat adalah pasir bersih. Lalu agregat ini

disaring menurut ukuran butimya dan dimasukkan kedalam bims pemanas untuk di

panaskan dan dari bims ini diteruskan ketempat pencsmpuran asal, sehingga akhimya

akan diperoleh suatu adukan aspal beton. Temperatur pada saat pencampuran adalah

(250-325)oF atau (I2 l-163)oc.

Agar dapat menempatkan/menghamparkan dan memadatkan bahan, harus

mempunyai suhu yang benar -benar tepat. Kerusakan akibat suhu yang tidak tepat

dapat te{adi, sehingga dapat menimbulkan :

i) Campuran yang terlampau panas, akan mengakibatkan kerusakan pada saat

dilakukannya pengerasan.

2) Campwan yang terlalu dingin, akan menlulitkan pemadatan sehingga kepadatan

yang diharapkan tidak tercapai.

Langkah kerja yang dilakulon adalah :

a. Penghamparan

33
Pekeijaan penghamparan dapat dimulai setelah finisher distel /
diatur sedemikian

rupa, dengan tujuan agar didapatkan tebal aspal seperti yang dikehendaki,

Tebalnya penghamparan sebelum dipadatkan biasanya diampar .r


25% dari tebal
yang diperlukan. Aspal beton dapat langsung dihampar di
lapangan, jika kondisi

lapangair dalam keadaan utuh / tidak basah. Jadi dump truck pengangkat

diusahakan ditututpi agar bira datang hujan tidaklah basah.


campuran harus
diampar pada temperatur minimum I 150C.

b, Pemadatan

Pemadatan adalah tahapan pekerjaan akhir, yang


dirangkaikan dengan kegiatan
pembuatan rapisan konstruksi jaran, yang
mana didaram tahapan ini harus

dilakukan pengawasan yang teliti. Ketika penghamparan


dilakukan, mungkin
terjadi permukaan yang tidak rata pada tempat tempat tertentu. Untuk mengatasi
-
hal ini, penghamparan dapat dilakukan dengan tenaga manusia
saja. setetlah
bagian * bagian yang tidak sempurna ditiadakan, maka proses pemadatan
dapat
dilatukan.

Urutan pekeqjaan pemadatan yang dilakukan adalah


:

1. Pemadatan awal (break down rolling), dilakukan pada


temperatur 1100C
dengan menggwrakan tandem roller pada kecepatan (2 _
4) km /jam.
2. Sesudah pmadatan prtama selesai, dilakukan pemadatan
antara (inter
mediate rolling) dengan menggunakan mesin gilas
roda karet (pneumatic

34
tyred roller) yang beratnya berkisar antara (10,12) ton dengan kecepatan (15_

l0) km/jam.

3' Pemadatan akhir (finishing rolring) dilakukan dengan randem roller (8-r0)

ton. Sesudah pemadatan antara selesai dilakukan sampai alur _ alur roda

pemadat hilang (rata), dilakukan pemadatan akhir dengan kecepatan (j-g)

km/jam, dengan temperatur minimum 600C.

Cara - cara pemadatan yang dilakukan antara lain :

l. Pada jalan yang lurus, pemadatan dilakukan dengan memulai


dari tepi
perkerasan yang sejajar dengan arah menuju kebahagian
tengah jalan.

2. Pada daerah tikungan, pemadatan mulai dilakukan dari bagian yang


rendah
dan sejajar dengan arah menuju kebagian yang tinggi.

3. Untuk menoegah perekatan campuran pa.da masing _ masing gilas,


maka roda

mesin gilas perlu dibasahi dengan air.

c. Sambungan - Sambungan

sambmgan - sambungan diusahakan tidak terlalu banyak. Bila sambmgan


harus

diadakan, perlu diupayakan agar dapat dicapai pelekatan yang


sempuma pada

seluruh bagian tebalnya. Dalam menempatkan adukan yang


baru dengan
terdpatnya lapiran yang telah dig'as, maka hendaknya
diusahakan agar bidang

kontaknya vertikal (dengan cara lapisan yang lama


dipotong tegak lurus). dan
perlu disiram pada bidang vertikal tersebut lapis pengikat
(tack coat) yang
berfungsi sebagai penambah kelekatan pada sambungan.

35
Lapisan aspal beton dapat dibuka untuk lalu rintas dengan kecepatan rendah.

setelah selesai pemadatan akhir pada temperatur yang sudah dibawah titik lembab

aspal (biasanya + 2 jam setelah pemadatan akhir). Setelah 4 jam kemudian, jalan

dapat dibuka untuk pemakai jalan atau lalu lintas.

Data produksi hotmix selama tahun 2001 vd tahun 2003 disajikan pada Tabel

3 berikut :

Tabel 3. Data produksi Hasil Jadi Hounix Tahun 2001 _ Tahun 2003

Januari ts.376 l5-248 15.068

Pebruari t5.269 1s.306 14.963

Maret 15.294 15.224 14.988

April 15.285 15. l6l 14.979

Mei 15.271 15.296 14.966

Jutri r5.256 15.238 14.951

Juli 15.277 15.246 14.971

Agustus l5_245 15.266 14.940

September 15.257 15.288 t4.9s2

Okober 15.255 15.317 14.950

Nopernber 15.266 15.256 14.961

Desember 15.283 15.27s 14.971

Toul 183.334 l83. t4r 179.667

Sumber : PT. Karya tuturni Ferkasa VeAan

36
Data tentang perbandingan pemakaian bahan baku dengan hasil produksi disajikan

pada Tabel 4 berikut :

Tabel 4. Perbandingan Total Pemakaian Bahan Baku Dengan Total Ftasil produksi
Pada PT. Karya Mumi Perkasa Medan Tahun 2001 -. Tahun 2003
dalam Ton

2001 183.516 183.334 182

2002 183.440 I83.t4r 299

2003 t79.846 179.667 179

Sumber : PT. Karya Mumi Perkasa Medan (diolah)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pemakaian bahan baku lebih banyak

dibandingkan dengan produk yang dihasilkan, sehingga menyebabkan terjadinya

pemborosan pemakaian bahan baku.

4.2. PEMBAHASAN

4. 2. l. Perbandingan Pemakaian Bahan Baku dengan prod'ksi Easil Jsdi getmix

Peneliti menggunakan perbandingan antara pemakaian bahan baku dengan

produksi hasil jadi hotmix untuk mengetahui seberapa besar selisih pemakaian
bahan

baku dengan produksi hasil jadi hotmix sesuai dengan proses procluksi yang terus
-
menerus digunakan. Dalam hal ini peneliti menggunakan data pemakaian
bahan baku

dan produksi hasil jadi hotmix dari tahun 2001 sampai dengan tahun 200i yang

disajikan dalam Tabel 5, sebagai berikut:

JI
Tabel 5. Perbandingan Pemakaian Bahan Baku Dengan Hasil produksi pada
Murni Perkasa Medan Tahun 2001 - Tahun 2003

Januari 15.399 t5.376 0,149


Pebruari 15.270 15.269 I 0,006
Maret l5.306 15.294 1t 0,078
April 15.302 15.285 17 0,111
Mei 15.27 | ts.2't I 0 0
Juni 15.266 15.256 10 0,066
Juli t5.27',1 | 5 .277 0 0
Agustus 15.306 15.245 6l 0,4
September l5.289 rs .257 32 0,209
Oktober 15.276 15.255 21 0,137
Nopember 15.271 12.566 5 0,o32
15.283 0 0
15.249 ls.248 I
0,006
Pebruari 15.342 l5.306 36 0,235
Maxet 15.242 15.224 18 0,007
April 15,209 l5.16l 48 0,317
Mei t5.241 15.296 55 0,359
Juni 15,235 15.238 3 0,019
Juli 15.265 ts.246 l9 0,125
Agustus t5.273 t5.266 7 0,045
September 15.305
Oktober
15,288 1'l 0,lll
15.381 t5.317 64 0,417
Nopember 15329 1s.256 73 Q,479
15.369 t5.2'.15 94
Januari 15.091 15.068 0,153
Pebruari 14.950 14.963 13 0,087
Marst 15.000 14.988 12 0,080
April 14.996 14.979 t7 0,113
Mei t4.966 14.966 0 0
Juni 14.961 14.951 l0 0,669
Juli 14.986 IJ 0,r
Agustus I5.000 14.940 60 0,1
Septernbcr 14.983 14.952 3l 0,207
Oktober 14.910 14.950 0,134
Nopember 't4.966 14.96t 5 0,033
t4.977 0 0

Sumber : PT. Karya Mumi Medar (diolah)

38
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa pemakaian bahan baku lebih banyak

dibandingkan dengan produk hasil jadi hotmix yang di hasilkan, meskipun pada bulan

tertentu seperti bulan Agustus dan Desember pada tahun 2001, bulan Mei dan

Desember pada tahun 2003 selisih pemakaian bahan baku adalah nol yang berarti

pada pada bulan - bulan tersebut tidak tcrdapat pemborosan pemakaian bahan baku,

namun secara keseluruhan seperti yang ada pada Tabel 5 bahwa pemakaian bahan

baku iebih banyak dibandingkan dengan produk yang di hasilkan, sehingga

menyebabkan terjadinya pembbrosan pemakaian bahan baku yaitu sebesar 681 ton

atau 0,125 7o. Dimana hal ini akan mengakibatkan pemborosan dana sebesar :

681 x Rp. 320.166 = Rp. 218.033.046,-

Berdasarkan perbandingan antara pemakaian bahan baku dengan produk hasil

jadi hotrnix ini terlilrat bahwa dalam tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 perusahaan

masih belum menggunakan pemakaian persediaan bahan baku dengan baik. I{al im

dapat di lihat dari besamya selisih yang terjadi. Dalam hal ini sering terjadi bahwa

kebutuhan bahan baku yang di tentukan terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga

menyulitkan pihak perusahaan dalam mengawasi persediaan bahan baku hotrnix.

Dalam hal ini, sebaiknya perusahaan mengambil suatu kebijakan tlalam

penefltuan kebutuhan bahan baku, sehingga selisih yang te{iadi tidak terlalu besar.

Hal ini akan memudahkan perusahaan dalam mengendalikan persediaan bahan

bakunya.

39
4.2.2. Perhitungan dengan Regresi Linier Sederhana

Selanjutnya untuk mengetahui trend besarnya kebutuhan bahan baku dan

produksi hasil jadi hotmix untuk beberapa tahun kedepan penulis menggunakan regrsi

linier sederhana. Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi trend

besarnya kebutuhan bahan baku dan produksi hasil jadi hotmix, penulis

menggunakan dua variabel yaitu tingkat pemakaian bahan baku / produksi hasil
-iadi

hofinix sebagai variabel Y dan prediksi waktu sebagai variable X.

Pada Tabel 6 disajikan data yang digurakan untuk mengetahui nilai a dan b

dari persamaan regresi linier sederhana. Dalam hal ini peneliti menganalisis

berdasarkan pemakaian bahan baku utama dalam produksi hotmix. Berikut ini adalah

data mengenai pemakaian bahan baku utama :

40
Tabel 6. Analisis Pemakaian Bahan-Baku Pada PT. Karya Mumi perkasa Medan
Tahun 2001 - Tahun 2003

2001 Januari 15.399 -35 .s38.965 1.225


Pebruari l5.2 to -33 -503.0i0 1.089
Maret 15.306 -31 474.486 96t
April 15.302 -29 443.758 841
Mei 15.271 -11 -412.317 729
Juni 15.266 _ts -38r.650
Juli 15.277 -23 -351.371 529
AguBtus 15.306 -21 -321.426 441
September I5.289 -19 -29Q.491 361
Oktober 15,276 -17 -259.692 289
Nopember 15.27 t -15 -229.065 225
Desember t5 283 -lJ - 198.679 169

2002 Januari 15.249 ,11 167.739 t2t


Pebruari 15,3A -9 138.078 81
Maret t5.242 -'l 106.694 49
April 15.209 -5 -76.M5 25
Mei 15.241 -45.723
Juni 1s.235 -1 -ls.235 I
Juli 15.265 I ts.265 I
Agustus t5.2"13 3 45.819 9
September 15.305 5 76.525 25
Oktober l5.3E I 7 r07.66'1 49
Nopember 15.329 9 137.961 8l
Desember 15.3 69 1l 169.059 t21
2003 Januui 15.091 t3 196.183 169
Pebruari 14.950 l5 224.250 225
Marst 15.000 17 255.000 2E9
April 14.996 '19
284.924 361
Mei 14.966 2I 314.286 441
Juni t4.961 344.103 529
Juli 14.986 25 374.650 625
Agustus l5.000 27 405.000 729
Seprernber 14.983 29 434.507 E4l
Oktober M.974 3l 464.070 961
Nopember 14.966 33 493.548 L089
Desember t4 917 35 524.195 |.275
Junlah(I ) 546.802 0 -88.3 r2 1 5.540

4t
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat hal-hal sebagai bedkut :

fr = 546.802

l.rz : -as.:rz

lx':ts.s+2
Berdasarkan data yang diperoleh diatas dapat dihitung nilalnilai variabel a

dan variabel b serta besamya pemakaian bahan baku untuk beberapa tahun yang akan

datang.

Maka:

*'rii!uo' : rs.188,e
^-
= 15.189 ( pembulatan )

r= -.8-8=112:-s,z
15.540

Persamasn regresi linier sederhana bagi pemakaian bahan baku untuk tahun

2001 sampai dengantahun 2003 adalah y = 15.189 -5,7.X.

Kemudian pada Tabel 7 disajikan data yang digunakan untuk mengetahui


nilai a dan b dari persamaan regresi linier sederhana. Dalam hal ini penulis
menganalisis berdasarkan produksi hasil jadi hotmix. Berikut ini adalah data
mengenai produksi hasil jadi hotrnix :

42
Tabel 7. Analisis Produksi Hasil Jadi Hotmix pada pr. Karya Murni perkasa Medan
Tahun 2001 - Tahun 2003
.* , ,:P1e.iffii,: :

| ,' .i"'.:.,..,'. ' 1 . (Y), : I

2001 Januari 15.3 76 -35 )1<


-538.160 1
Pebruari t5.265 .33 -s03.877 t.089
Maret t5.294 -31 -474.t t4 961
April l5.285 -29 443.265 841
Mei 15 .27 | 412.317 729
Juni 15.256 -25 -381.400 625
Jdi 15.277 -23 -351.371 529
Agustus 't5.245
-21 -320.145 M1
September 15.757 '19 -289.883 361
Oktober 15.255 ,t"t -259.335 289
Nopember t5.266 -15 -228.990 ??(
Desember 15.283 -13 -198.679 169
2002 Jonuari t5.248 -ll -167.728 12r
Pebruari 15.306 -9 -137.754 81
Maret ts.224 -7 - 106.568 49
April 15. t 61 -5 -75.805 25
Mei t 5.296 -3 -4s.888 9
Juni 15.23E -l ,15.238 I
Juli t5.246 I t5.246 I
Austus 15.266 3 45.'t98 9
September r5.288 5 76.440 25
Oktober 15.317 7 101 .219 49
Nopember 15.256 9 t37.3M 8l
Desember 15 .27 S ll r6E.025 t21
2003 Januari 15.068 l3 195 884 169
Pebruari 14.963 l5 224.445 225
Maret r 4.988 t'1 254.796 289
April 14.979 284.601 36t
Mei 14.s66 21 314.286 441
Juni i4.951 23 343.873 529
Juli 14.971 25 374.27 5 625
Agustus l4.94A 27 '729
403.380
September t4.9s2 29 433.608 841
Okober 14.950 31 .+o1.450 961
Nopember 14.961 .tJ 493.713 L0E9
Desember 14.9'17 35 524.t95 1.225
Jurtah(I ) 546.121 0 -89,979 r 5.540

: PT. Kafya Perkasa

43
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat hal-hal sebagai berikut :

lr =s+o.rzt
. lxr: -8e.eze

!x, - rs.s+o

Dari data yang di peroleh maka dapat di hitung nilai-nilai variabel a dan

variabel b serta besamya produksi hasi jadi hornix untuk beberapa tahun yang akan

datang.

Maka:

546.t21
36

.b= -89.979
'- '=-5,8
1s.540

Persamaan regresi linier sederhala bagi produksi hasil jadi hotmix untuk
tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 adalah y : 15.170 _ 5,g.X.

Dari analisis pemakaian bahan baku dan anarisis produksi hasil jadi
hotonix

dapat di gambarkan graflk sebagai berikut :

44
Gambar 1. Grafik Regresi pemakaian Bahan Baku dan Barang Jadi Hotmix

15.190

15.189

15. I 80

15.170

15.000

ll 24 36
36 irallu
rr'altu ( bulan )

Dari grafik diatas dapat diambil suatu kesimpulan yaitu : pemakaian


bahan

baku lebih besar dari produksi hasil jadi hotmix. Hasir perhitungan
dapat dijadikan
perusahaan menjadi pedoman untuk memprediksi pemakaian
bahan baku dan
produksi hasil jadi hotmix untuk beberapa tahun kedepan

45
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7 di atas, maka hubungan
pemakaian bahan

baku dan tingkat produksi hotmix pada pr. Karya Murni perkasa Medan selama
tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 adalah sebagai
berikut :

Y : s46.802

x : 546.121

Yt : 8.306.170.292

X2 = 8.286.421.M1
x.Y : 8.295.760 009
Berdasarkan data yang <liperoleh diatas
maka dapat dihitung nilai-nilai
variabel a dan variabel b serta besarnya pemakaian
bahan baku yang seharusnya.
selisih antara pemakaian bahan baku seharusnya
dengan bahan baku dipakai adarah
merupakan penghematan atau pemborosan.

Maka:

a _ (546.802) (8.236.42 L34l) - (8.295.760.009) (546. l2l )


36 (8.286.421.841) _

453 1032036000000 - 453048875?000000


2983 I I I 86300 - 298248146600

_ 543.284.000.000
63.039.700

= 8.618,12 (pembulatan)

= 8.618

46
r 36 (8 295.760 009) - (546. l2 I ) (546.502\
-
36(8.286.42r.841)_ (546.r2D2

298647 360300 - 298620055000


2983 I r I 86300 - 2982481 46600

_ 27.305.300
63.039.700

= 0.43314451

Persamaan regresi linier sederhana bagi pemakaian bahan baku untuk tahun

2001 sampai dengan tahun 2003 adalah y: g.618 + 0.43314451 . Berdasarkan


persamaan diatas dapat dihitung jumlah pemakaian
bahan baku yang seharusnya /

ekonomis sebagai berikut :

Tahun2001 Januari 8618+0.433f4451(15.376) =15.Z78ton


Ppbruari 8618 + 0.43314451 (15.269) = 15.231,7 ton
Meet 8618 + 0.43314451 (15.294) = 15.242,5 ton
April 8618 + 0.43314451 (15.285) = t5.238,6 ton
Mei 86lB + 0.4331445 1 (t5.2:t) = 15.232,5 ton
Juni 8618 + 0.43314451 (15.256) = 15.226 ion
Juli 8618 + 0.4331445 1 (15.277) = 15.235 ron
Agustus 8618 + 0.43314451 (15.245) = 15.221 ron
september 86t8 + 0.4331445 1 {t5.257) = 15.226,5 ton
oktober 86r8 + 0.43314451 (t5.255) = 15.225,6 ton
Nopember 8618 + 0.43314451 (15.266) = 15.230,4 ton
Desember 8618 + 0.43314451 (15.233) = 15.237.7 to\

47
Tahun 2002 Januari 8618 + 0.43314451 (15.248) = 15.222,6 ton
Pebruari 86r8 + 0.433144s1 (15.306) = 15.247,7 ton
Maret 8618 + 0.4331445t (15.224) = 15.212,2 ton
April 8618 + 0.433144s 1 (15.161) = 15.184,5 ton
Msi 8618 + 0.43314451 (15.296) = 15.243,4 ton
Juni 8618 + 0.43314451 (1J.238) = 15.218,3 ton
Juli 8618 + 0.4331445 t (15.246) = 15 .221,7 ton
Agustus 8618 + 0.43314451 (15.266) = 15.230,4 ton
September 8618 + 0.433144s1 ( 15.288) = l5-239,9 ton
Oktober 8618 + 0.43314451 (15.317) : 15.252,5 ton
Nopember 8618 + 0.43314451 (15.256) = L5.226 ton
Desernber 8618 + 0.43314451 (15.275) = 15.234,3 ton
Tahun 2003 Januari 8618 + 0.43314451 (I J.06S) : 15.144,6 ton
Pebruari 86r8 + 0.43314451 (r5.963) = 15.099,1 ton
Mara 8618 + 0.43314451 (15.98S) = 15.109,9 ton
Apnl 8618 + 0.4331,+451 (15.979) = 15.106,1 ton
Mei 8618 + 0.433 1,t451 (15.966) = 15.100,4 ton
Juni 8618 + 0.43314451 (15.95t) = 15.093,9 ton
Juli 8618 + 0.433144s t (15.971) = 15.102,6 ton
Agustus 8618 + 0.43314451 (15.940) = 15.089,2 ton
September 8618 + 0.43314451 (15.952) = 15.094,4 ton
Oktober 8618 + 0.43314451 (15.950) : | 5.093,5 ton
Nopernber 8618 + 6.43314451 (15.961) = l5.098,3 ton
Desember 86r8 + 0.433t445 | (15.977) = 15.105,2 ton

Tabel 8 berikut akan menggambarkan analisis pemakaian bahan


baku untuk
produksi, penghematan dan pemborosan serama tahun
200r sampai dengan tahun
2003:

48
Tabel 8Jnalis;is Pemakaian Bahan Baku Tahun 2001
- Tahun 2003 dalam ton)
Tahu{ ' 'i ilB$lat I ' ':.:::
)otossn
2001 Januari s.278 r s.399 -1) t
Pebnrari 15.231,7 1s.255 -233
Maret 15.242,5 15.306 -63,5
April 15.238,6 t5.302 -63,4
Mei t5.232,5 15.27 t -38,5
Juni 15.226 15.266 -40
Juli 15.735 15.292 -)l
Agustus 15.221 15.306 -85
September t5.226,5 15.299 -1' \
Oktober ts.225,6 t5.276 -50,4
Noponber 15.230,4 15.26t -30,6
Desember ls.237,7 1s.283 -45,3

2002 Jamrari 15.222,6 1s.249 -26,4


Pebruari 15.247,7 ts.242
Maret t5.212,2 15.z4Z -29,8
April r5.184,5 15.209 -24,5
Mei 15.243,4 l5.z4t 2,5
Juni I5.218,3 15.235 -16,7
Juli 15.221,7 15.265 -43,3
Agustus 15.230,4 15.273 42,6
Spternber lst?qo 15.305 -65.1
Oktober 15.252,s 15.381 -128,5
Nopember 15.226 15.329 -103
Desembor 15.234,3 15.469 -234,7
2003 Januari 15.144,6 1s.091 s3,6
Pebruari 15.099,1 14.950 149,1
Maet 15.109,9 15.000 109.1
April r5.106,1 14.996 -889,9
Mei 15.100,4 14.966 134,4
Juni 15.093,9 14.961 t32,9
Juli 15.102,6 14.986 116,6
Agustus 15.089,2 14.000 89,2
Septomber 15.094,4 14.993 r 01,4
Oktober l5.093,5 14.970 123,5
Nopember r 5.098,3 14.956 142,3
Deserhber 15.105,2 14.977 128,2
Jumlah 545.795,4 346,802 .1006,6
Sumber: PT. Karya Mumi pe*a;Ma;, (dfi;t
Secara keselunrhan dari tahun 2001 sampai
dengan tahun 2003 pT. Karya
Mumi perkasa Medan pemborosan delam pmakaian
bahan baku yaitu sekitar 1006,6

ton. Dimana hal ini akan mengakibatkan pemborosan


dana sebesar 1006,6 x
Rp.320. 166 : Rp. 322.279.096,_

Berdasarkan anarisis regresi linier sederhana


ini terlihat bahwa dalam tahun
2001 sampai dengan tahun 2003 perusahaan
masih belum menggunakan pemakaian

persediaan bahan baku dengan baik.


Hal ini dapat dilihat dari penyimpangan yang
terjadi Dalam hal ini serting te{a<li bahwa kebutuhan
bahan baku yang ditsntukan
terlalu besar ataupun terlaru kecil sehingga
menlrlitkan pihak perusahaan dalam
mengawasi persediaan bahan baku
hotmix_

Dalam hal ini menwut penulis sebaiknya perusahaan


mengambil suatu
kebijakan dalam penentuan kebutuhan
bahan baku, sehingga penyrmpangan yahg
teg'adi tidak terlalu besar. Hal ini akan memudahkan perusahaan dalam

50
mengendalikan persediaan bahan bakunya. perusahaan perlu menempkan persediaan

pengaman yaifu sebesar a = 8618 ton

4. 2. 3. Penggunaan Rumus Economic Order euantity (trOe)


Pengendalian persediaan bahan baku yang dilaksanakan pT. Karya Mumi

Perkasa Medan masih terlihat kurang tepat, sehingga dapat mengganggu


kelancaran

proses produksi. Berdasarkan hal tersebut maka penulis penggunakan


rumus EoQ

untuk membahas cara pemesanan yang ekonomis dalam jumlahnya. penggunaan

EoQ pada analisis ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah pesanan bahan
baku
yang ekonomis agar target produksi dapat tercapai secara efektif
dan efisien.

1. EOQunruktahun200l:
Berdasarkan persamaan EOe dapat dirumuskan:

N=
2AP
RC
; atau *:-@
\ C /ton

dimana:

A = jumlah kebutuhan bahan baku


P = biaya pemesanan per pesarurn

R = harga bahan per unit

C = biaya penyimpanan digudang

Dari penelitian yang dilakukan pada pT. Karya Murni perkasa Medan

diketahui data-data pembelian bahan baku adalah sebagai berikut:

51
- Jumlah kebutuhan bahan baku (A) pada tahun 200r adalah sebesar 1g3.516 ton.

- Biaya pemesanan (P) adalah sebesar Rp.76.094.598,-

- Biaya penyimpanan digudang (C) adalah Rp. 49.966,672,-

Dengan demikian EOQ dapat dihitung:

20 83.5 16X4p.76,0e4. 598)


Tahun200l :N:

27 .929.1s2.490.000

= 1G6oi?6sr7j

: 23.665,9ton

- 23.666 ton (pembulatan)

Frekuensi pemesanan yang ekonomis sebanyak

_ 183.516
23.666

:7,75kati
: I kali (pembulatan)

Total biaya dari pemesanan sebanyak (23.666)

TC : TOC+TIC

roc :4!N

23.666

52
: Rp.590.072.330,-

TIC _ NCff
2

(3 t 1.666,7\0
- J9I23.666)

: Rp.590.072.329,8,-

= Rp.590.072.330,_ (pembulatan)

TC =Toc+TIC
= Rp.590.072.330 * Rp.590.072.330
: Rp.1.180.144.660,-

Berdasarkan hasil perhitungan di atas


memperrihatkan bahwa cara pemberian
yang paling ekonomis ialah pembelian
bahan baku sebanyak 23.666 tonsetiap
kari
pesan' ini berarti bahwa kebutuhan
bahan baku sebanyak lg3.516 ton
selama satu
tahun akan dipenuhi dengan g kali pesan
sebanyak 23.666 tonsekali pesan,
sebab
pada jumrah pesanan in'ah tercapai biaya pemberian yang minimar yaitu
sebesar
Rp.1. 180.144.660,-

2, EOQ untuktahun2002

- Jumlah kebutuhan bahan baku (A) pada


tahun 2002 adalah sebesar I g3.440
ton.
-. Biaya pemesanan (p) adalah sebesar
Rp.7g.023.222,-

- Biaya penyimpanan digudang (C)


adalah Rp.58.066,56,-

Dengan demikian EOe dapat dihitung


:

53
Tahun2oo2 *-- @1214
I 4p.58.066.56

28.625. 159.690 000


58.066,56

:,t4er.ntsw
: 22.202,9

: 22.203 ton (pembulatan).

Frekuensi pemesanan yang ekonomis sebanyak

183 440
22.2A3

= 8,26 kali

= 8 kali (pembulatan)

Total biaya dari pemesanan sebanyak (22.203 ton)

TC=TOC+TIC

AP

22.203

: Rp.644.625,915,6,-

= Rp.644.625.91 6,- (pembulatan)


TIC
)

(322 5 e2)(0,t 6)(22.203)


2

= Rp.644.625.915,8,-

: Rp.644.625.916,- (pembulatan)

TC =TOC+TIC
= Rp.644.625.916 + Rp.644.625.916

- Rp.1.289.251.832,-

cara pembelian yang ekonomis berdasarkan hasil di atas iarah pembelian

bahan baku sebanyak 22.20i ton setiap kari pesan, dimana dari
data tersebut
menuljukkan bahwa kebutuhan bahan baku sebanyak rg3.440 ton selama
satu tahun

akan dipenuhi dengan 8 kari pesonan sebanyak 22.203 ron setiap


kali pesan, sebab
pada jumlah tersebut akan tercapai biaya pembelian yang
minimal yaitu sebesar
Rp. 1.289.251.832,-

3. EOQuntuktahun2003

- Jumlah kebutuhan bahan baku (A) pada tahun 2003 adalah sebesar
129.g46 ton

- Biaya pemesanan (P) adalah sebesar Rp.26.649.g60,_

- Biaya penyimpanan digudang (C) adalah Rp.65.262,58,-

Dengan dernikian EOe dapat dihitung:

55
Tahun2003 /@
": \ Rp.6s.267,58

27 570.341.440.000
6s 267,58

= ,,1422.42a.$7,8

:20.552,8 ron

= 20.553 ton (pembelian)

Frekuensi pemesanan yang ekonomis sebanyak

179.846
20.553

:8,75 kali

= 9 kali (pembulatan)

Total biaya dari pemesanan sebanyak (20.553 ton)

TC = TOC+TIC

l{
* (t7 e.846NRp.7 6.649.860)
20.553

=Fip.670.722.286,4,-

RCt/
- 2

56
: Rp.670.722,285,9,-

= Rp. 67 0.'1 22.286,- (pembularan)

TC :TOC+TIC
: Rp.670.722286 + Rp.670.122.286

: Rp.1.341.444.572,-

Dari perhitungan di atas diperoleh bahwa cara pembeiian yang paling

ekonomis ialah pembelian bahan sebanyak 20.553 ton setiap kali pesan, ini berarti

bahwa kebutuhan bahan baku sebanyak 179.846 selama satu tahun akan dipenuhi

dengan 9 kali pesanan sebanyak 20.553 ton sekali pesan, sebab pada jumrah pesanan

ini masih memiliki biaya yang paling minimal bila dibanding dengan cara pemesanan

yang dilakukan oleh perusahaan yaitu l l-12 kali pesanan selama satu tahun.

Perlu diketahui bahwa perusahaan melakukan pemesanan sebanyak 12 kali

untuk tahun 2001 dengan total biaya sebesar Rp.2.430.240.000,- sedangkan untuk

tahun 2002 pemesanan dilakukan sebanyak 12 kali dengan totar biaya

Rp.2 502.340.000,' dan 11 kali untuk tahun 2003 dengan biaya Rp.2.349.840.000,-

dimana pemesanan dilakukan setiap 33 hari. sedangkan menurut rumusan Eoe,

perusahaan seharusnya melakukan pemesanan sebanyak g kali


dengan total biaya

RP.1'180.144.660,- dimana pemesanan dilakukan setiap 45 hari untuk


taahun 2001,

sedangkan pada tahun 2002 pemesanan juga dirakukan sebanyak g kaii


dengan total

biaya Rp. 1.289.251.832,' dimana pemesanan dirakukan setiap 45 hari,


dan pada tahun

2003 pemesanan dilakukan sebanyak 9 kali dengan totar biaya ]Rp.r .34r.444.572,-
dimana pemesanan dilakukan setiap 40 hari.

57
Dari hasil analisis yang dilakukan, yaitu pada tahun 2001 sampai dengan 2003

perusahaan menghadapi permasalahan dimana penggunaan bahan baku cenderung

selalu lebih besar dari output (hotmix) yang dihasilkan. Dimana hal ini menyebabkan

perusahaan akan mengalami pemborosan dalam hal pemakaian bahan baku yang

berarti juga pemborosan dalam hal pengeluaraan biaya. Hal ini dapat dilihat, dimana

pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 selisih penggunaan bahan baku

cenderung selalu lebih besar dari output (hotmix) yang dihasiikan yang disebabkan

karena belum diterapkannya metode pengendalian persediaan yang tepat yang dapat

menekan biaya dalam jumlah pemesanan yang ekonomis. Hal ini dapat ditihat dari

EoQ yang seharusnya 8 - 9 kali pernesanan, sementara perusahaan melakukan r 1-12

kali pemesanan. Perbedaan jumlah pemesanan inilah yang menyebabkan penggunaan

bahan baku cenderung selalu lebih besar dari output (hotmix) yang dihasirkan.

58
V. IGSIMPULAN DAN SARAN

5. l. Kesimpulan

Berdasarkan hal gngajian lxrytesk fW dilakukan terhadap permasalafran


pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Karya Mumi perkasa Medan dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Karya Mumi Perkasa belum menyelenggarakan suatu sistem pengendalian

persediaan yang tepat yang dapat menekan biaya dalam jumlah pemesanan
yang

ekonomis.

2. Dalam menetapkan kebutuhan bahan baku, pr. Karya Mumi perkasa Medan

belum mempunyai dasar perhitungan teftentu sehingga sering terjadi selisih yang

cukup besar antara pemakaian bahan baku dengan hasil produksi.

3. Sistem pengawasan persediaan merupakan serangkaian kebdaksanaan yang perlu

dilaksanakan oleh perusahaan untuk mengendalikan tingkat persediaan yang

harus dijaga bila persediaan akan diisi kembali.

4. PT. Karya Murni perkasa belum dapat menekan biaya persediaan mengingat

frekuensi pemesanan yang cukup tinggi untuk pengadaan persediaan tersebut.

5.2. Saran

setelah memperhatikan kesimpulan yang dibua! maka dikemukakan


beberapa

saran -. saran sebagai berikut :

59
L Dalam rangka pengendalian kebuhrhan bahan
baku sebaiknya perusahaan

melakrkan berdasarkan jumlah pesanan yang ekonomis,


sehingga dapat
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan bahan baku
untuk proses produksi yang rebih

aman.

Perusahaan dianjurkan untuk menerapkan formula


economic order quantity
(EOQ) agar biaya- biaya yang dikeluarkan
lebih ekonomis.

Perusahaan hendaknya dapat menerapkan


sistem perencanaan dan pengendalian

bahan baku yang baik sebelum dilakukannya proses


produksi.
4. Perusahan sebaiknya mengurangi frekuensi
pemesanan, misalnya dari ll_12 kali
ftenjadi 8-9 kali daram se'uhun. Hal ini di maksudkan
agar perusahaan dapat
menghemat biaya yang dikeruarkan untuk pengadaan
bahan baku tersebut.
DAFTARPUSTAKA

Assauri, So{an, 1993, Manajemen Produksi dau Operasi, Edisi Keempat,


lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Handoko, T. Hani, 1999, Dasar - Dasar Manajamen Produksi dan Operasi, Edisi
Pertama, Cetakan Keduabelas, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Pardede, Pontas, 2003, Manajemen Produksi dan Operasi Teorl, Model dnn
Kasus, Edisi Keenam, Cetakan Kedelapan, Penerbit Fakultas tskonomi
Universitas HKBP Nomensen, Medan.

Prawirosentono, Sujadi, 2001, Manajemen Produksi, Edisi Ketiga, Cetakan


Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 1996, Dasar - Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi


Keempat, Cetakan Kedua, Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Sumayang, Lalu, 2003, Dasar - Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi
Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Usry, Milton F. and Hammer, Lawrence H, 1995, Akuntansi Biaya Perencanaan


dan Pengendalian, terjemahan Herman Wibowo, Edisi Kesepuluh,
Cetakan Kedua, Jilid Satu, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Weber, Jean E, 1999, Analisa Matematiks Penernpan Bisnis dan Ekonomi, Edisi
Keempat, Jilid Satu, Cetakan Kedelapan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Weston, J. Fre4 and Brigham, F. Eugene, 1999, Dasar -


Dasar Manajemen
Keuangan, Alih Bahasa Altbnsus, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Penerbit
Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai