Anda di halaman 1dari 6

1.

Fungsi Ion Ca dalam pembekuan darah


Proses pembekuan darah atau penggumpalan darah merupakan proses yang
kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan banyak darah ketika terjadi luka. Proses
tersebut meliputi pengetatan pada dinding pembuluh darah yang terluka, pelepasan zat
untuk menarik keping-keping darah ke daerah luka, dan pembentukan benang-benang
fibrin. Komponen darah yang terlibat dalam proses penggumpalan darah adalah
keping-keping darah (trombosit) dengan bantuan ion kalsium.

Apabila luka terjadi pada pembuluh darah yang tipis, pengetatan dinding-dinding
pembuluh darah dapat mencegah pengeluaran darah. Tetapi, jika terjadi kerusakan
cukup besar pada pembuluh darah, keping-keping darah atau yang disebut trombosit
akan berkumpul di sekitar luka dalam jumlah besar dan menempel pada pembuluh
darah, kemudian membentuk jala fibrin yang menahan keluarnya sel darah. Keping-
keping darah akan mengirim zat kimia yang bekerja sama dengan zat lainnya dalam
plasma darah untuk membentuk benang-benang fibrin. Jala atau benang-benang fibrin
yang terbentuk pada permukaan luka dapat menahan keping-keping darah dan sel-sel
darah merah agar tidak menetes keluar. Luka yang besar dan tidak bisa diperbaiki
sendiri oleh tubuh perlu dijahit dengan benang khusus yang biasanya dilakukan oleh
dokter agar bagian yang terbuka menjadi lebih sempit. Dengan demikian, fungsi
benang-benang fibrin dan keping-keping darah menjadi lebih efisien.

Skema pembekuan darah adalah sebagai berikut: 1) Terjadi luka, 2) Darah keluar,
3) Keping darah (trombosit pecah), 4) Menghasilkan enzim trombokinase, 5) Bersama
ion kalsium dan vitamin K mengubah protrombin menjadi trombin, 6) Memengaruhi
fibrinogen membentuk benang-benang fibrin, 7) Membendung darah dan membeku,
Menutup luka.

Salah satu antibodi untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh adalah
Betadine,dan sebagainya

Dalam proses pembekuan darah, keping-keping darah (trombosit) yang menyentuh


permukaan luka yang kasar, akan pecah dan mengeluarkan trombokinase.
Trombokinase akan mengubah protrombin menjadi trombin. Protrombin merupakan
enzim yang belum aktif, berupa senyawa globulin yang dihasilkan di hati dengan
pertolongan vitamin K, sedangkan trombin merupakan enzim yang telah aktif.
Pengubahan protrombin menjadi trombin sangat memerlukan zat kalsium untuk
mempercepat proses tersebut. Trombin lalu mengubah fibrinogen (protein yang larut
dalam plasma darah) menjadi fibrin yang berbentuk benang-benang. Benang-benang
tersebut menjaring keping-keping darah dan sel-sel darah merah, dan kemudian
perlahan menambal luka tersebut.

ion kalsium dalam darah merangsang pembebasan fosfolipida tromboplastin dari


platelet darah yang terluka. Tromboplastin ini mengatalisis perubahan protrombin
bagian darah normal, menjadi trombin kemudian membantu perubahan fibrinogen,
bagian lan dari darah, menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah.

2. Senyawa metal yang ada dalam Hb yang bertindak sebagai inti dari protoporfirin..

senyawa metal yang bertindak sebagai salah satu unsur penyusun dari protoporfirin ialah
ferum. Protoporfirin IX merupakan prekursor penting untuk kelompok biologis penting
prostetik seperti heme, sitokrom c, dan klorofil. Akibatnya, sejumlah organisme mampu
mensintesis tetrapyrrole ini dari prekursor dasar seperti glisin dan suksinil CoA, atau
glutamat. Meskipun berbagai organisme yang mensintesis protoporfirin IX proses ini
sebagian besar dilestarikan dari bakteri ke mamalia dengan pengecualian yang berbeda
beberapa pada tumbuhan tingkat tinggi

Gangguan sintesis protoporfirin disebabkan oleh kelainan enzim yang diturunkan,


misalnya anemia sideroblastik herediter (kelainan gen). Pada keadaan ini,
pembentukan asam delta-aminolevulinat (delta-ALA) dari glisin dan suksinil KoA
berkurang, demikian juga dengan sintesis heme. Heme menghambat delta-ALA
sintase melalui jalur umpan-balik negatif. Jika konsentrasi heme sekarang dikurangi,
enzim menjadi tidak terhambat, dan sekalipun terdapat kelainan, heme yang dibentuk
masih dalam jumlah yang cukup. Kelainan pada enzim berikutnya akan menyebabkan
peningkatan konsentrasi produk antara. Sementara kecepatan pembentukan heme
ditingkatkan, metabolit ini dapat menyebabkan gangguan lain yang disebut porfiria
3. Persenyawaan Hb dengan belerang
Sulfhemoglobinaemia adalah kondisi darah yang langka yang terjadi
ketika sulfur atom dimasukkan ke dalam hemoglobin molekul. Ketika hidrogen
sulfida (H 2 S) (atau sulfida ion) dan ion besi bergabung dalam darah, darah tidak
mampu membawa oksigen. Hal ini dapat disebabkan oleh minum obat yang
mengandung sulfonamida dalam kondisi tertentu (misalnya: overdosis
dari sumatriptan ). Gejala termasuk perubahan warna kebiruan atau kehijauan dari
darah, kulit , dan selaput lendir, meskipun tes jumlah darah mungkin tidak
menunjukkan kelainan dalam darah.

4. Perkembangan Butir Darah Merah (BDM)

PERKEMBANGAN SEL DARAH MERAH

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. bahan interseluler adalah
cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur unsur padat, yaitu sel
darah.[1]
Sel darah terdiri atas tiga jenis :
1. Sel darah merah atau eritrosit
2. Sel darah putih atau sel darah putih
3. Butir pembeku atau trombosit

SEL DARAH MERAH


Sel darah merah atau eritrosit berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua
sisinya, sehingga dilihat dari samping nampak seperti dua bulan yang saling bertolak
belakang. Dalam setiap milimeter kubik darah darah terdapat 5000000 sel darah.
Kalau dilihat satu per satu warnanya kuning tu pucat, tetapi dalam jumlah terlihat
merah dan memberi warna pada darah. Stukturnya terdiri atas pembungkus luar atau
sroma, berisi massa hemoglobin.

[1]
Hemoglobin ialah protein yang kaya akan zat besi. Ia memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin didalam
sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru paru ke
jaringan jaringan. Jumlah hemoglobin dalam darah normal ialah kira kira 15 gram
setiap ml darah.[2]

PERKEMBANGAN SEL DARAH MERAH


Pada beberapa hewan tingkat rendah, hemoglobin ini beredar sebagai protin bebas
dalam plasma, tidak terbatas dalam sel darah merah. Jika hemoglobin ini terbebas
dalam plasma darah manusia kurang lebih 3%nya bocor melalui membrane kapiler
masuk kedalam ruang jaringan atau melalui membrane glomerulus pada ginjal terus
masuk kedalam saringan glomerulus setiap kali darah melewati kapiler. Oleh karena
itu, agar hemoglobin tetap berada dalam aliran darah, maka ia harus tetap berada
dalam sel darah merah. Selain memngangkut hemoglobin, sel sel darah merah juga
mempunyai fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase,
yang mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air, sehingga meningkatkan
kecepatan reaksi bolak balik ini beberapa ribu kali lipat. Cepatnya reaksi ini membuat
air dalam darah dapat bereaksi dengan banyak sekali karbon dioksida, dan dengan
demikian mengangkutnya dari jaringan menuju paru paru dalam bentuk ion
bikarbonat (HCO3-). Hemoglobin yang terdapat dalam sel juga merupakan dapar
asam basa (seprti juga pada kebanyakan protein), sehingga sel darah merah
bertanggung jawab untuk sebagian besar daya pendaparan seluruh darah.

PEMBENTUKAN SEL DARAH


Pada sumsum tulang terdapat sel sel yang disebut sel stem hemopoietik
pluripoten, yang merupakan asala dari seluruh sel sel dalam sirkulasi darah. Karena
sel sel darah ini diproduksi terus menerus sepanjang hidup seseorang, maka ada
bagian dari sel sel ini masih tepat seperti sel sel pluripoten asalnya dan disimpan
dalam sumsum tulang guna mempertahankan suplainya, walaupun jumlahnya
berkurang sesuai dengan usia. Namun,

[2]
Sebagian besar dari sel sel stem yang direproduksi akan diferensiasi untuk
membentuk sel sel lain yang diperlihatkan pada sebelah kanan.
Pertumbuhan dan reproduksi berbagai sel stem diatur oleh bermacam macam
protein yang disebut penginduksi pertumbuhan. Penginduksi pertumbuhan akan
memicu pertumbuhan tetapi tidak membedakan sel sel. Membedakan sel sel
adalah fungsi dari rangkaian protein yang lain, yang disebut penginduksi deferensiasi.
Masing masing dari protein ini akan menghasilkan tipe sel stem untuk
berdeferensiasi sebanyak satu langkah atau lebih menuju tipe akhir pada sel darah
dewasa. Pembentukan penginduksi pertumbuhan dan penginduksi deferensiasi itu
sendiri dikendalikan oleh factor diluar sumsum tulang sebagai contoh pada sel darah
merah, kontak tubuh dengan oksigen yang rendah selama waktu yang lama akan
mengakibatkan induksi pertumbuhan, diferensiasi, dan produksi eritrosit dalam
jumlah yang sangat meningkat.[3]

5. A Daya ikat Eritrosi O2 < Co2

Secara kimiawi gas karbon monoksida dapat meracuni darah atau sistem
pernafasan. Hal ini disebabkan afinitas Co terhadap hemoglobin lebih besar mengikat
Co dari pada O2 dikarenakan Co dapat larut kedalam aliran plasma darah
dibamdingkan O2. Jika hemoglobin sudah mengikat Co maka hemoglobin tidak dapat
lagi mengikat O2 sehingga menggangu pengangkutan O2 dari paru-paru ke jaringan.

6. Organ yang termasuk sistem retikulumendohelial


System retikuloendotelial adlah jaringan pengikat retilular yang tersebar luas
menyelubungi sinusoid-sinosoid di darah di hati , sum-sum tulang dan juga
menyelubungi saluran-saluran limfe di jaringan limfatik. system retikuloendotelial
mengandung 3 sel :
1. sel-sel retikuloendotelial yang melapisi sinusoid darah di hati,limfa,sum-
sum,tulang,kelenjar limfe , termasuk ke dalam sel-selkupffer di dalam hati .

2. Makrofag adalah sel-sel terbanyak yangmenepati jaringan pengikat dan di


sebut histiosit .

[3]
3. Mikroglia yang menyokok pusat susunan saraf sel-sel retikuloendotelial dapat
melepaskan diri dari kerangkanya dan mengembara , pengembaraan ini tidak
menggunakan darah .

Anda mungkin juga menyukai