Anda di halaman 1dari 38

FARMAKOLOGI II

(SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT)


HELMI ARIFIN

DESKRIPSI :

1. PENGENALAN SECARA UMUM


2. OBAT-OBAT MERANGSANG SSP
3. OBAT-OBAT MENEKAN SSP
4. ANESTESI UMUM
5. ANESTESI LOKAL
6. OBAT-OBAT ANSIOLITIK
7. OBAT-OBAT HIPNOTIK SEDATIF
8. OBAT-OBAT PARKINSON
9. OBAT-OBAT NEUROLEPTIK
10. OBAT-OBAT EPILEPSI

KEPUSTAKAAN

1. Goodman, G.A. et al. The Pharmacological Basic of Therapeutics. Pergamon


Press. London.
2. Katzung, BG., Basic and Clinical Pharmacology, Appleton & Lange, San
Fransisko
3. Kee JL. & Hayes ER., Pharmacology: A Nursing Process Approach, W.B.
Sounders Co.
4. Swonger AK and Matejski MP. Nursing Pharmacology, An Integrated
Approach to drug Therapy and Nursing Practice, . J.B. Lippincott Co.
Philadelphia.

SISTEM SARAF

SSP SST

Otak Medulla Spinalis


SS Somatik SS Otonom

SS Parasimpatik SS Simpatik

1
SSP : merupakan jaringan saraf di otak dan medulla spinalis yang
berfungsi mengatur fungsi-fungsi tubuh. Kerjanya
menterjemahkan informasi yang disampaikan oleh
rangsangan dari saraf tepi, dan mengembalikan instruksi
melalui SSP untuk kerja selular yang sesuai
(meningkatkan/menghambat sel saraf)

SSS : Bersifat sadar (dapat dikontrol), bekerja pada otot-otot rangka


(Untuk bergerak dan respirasi)

SSO : Bersifat tidak sadar (tidak dapat dikontrol), berfungsi untuk


mengendalikan/mengatur fungsi jantung, GIT, genitourinari,
kelenjar, dsb.

Obat-obat yang mempengaruhi SSP dapat bekerja pada :

Presinaptik, mempengaruhi produksi, penyimpanan dan


pengakhiran kerja neurotransmiter.
Menghambat reseptor postsinaptik
Menghambat atau meningkatkan ambilan neurotransmiter pada
celah sinap.

Kerja obat pada SSP dapat melalui :


1. Perangsangan (stimulus) meningkatkan aktivitas sel saraf
(neuron)
2. Penghambatan (inhibisi), menghambat aktivitas sel saraf

2
STIMULANSIA SSP

Obat SSP yang bekerja meningkatkan aktivitas sel saraf


(Stimulansia = merangsang)

1. Amfetamin
2. Obat golongan Xanthin
3. Nikotin
4. Kokain
5. Striknin
6. Pentetrazol (Penta metilen tetrazol)
7. Nketamid

1. Amfetamin

Amfetamin dan turunannya (Metilfenidat) bekerja :


merangsang menglepasan neurotransmiter NE dan DA dari otak dan SS
Simpatis (terminal saraf tepi).

Efek Psikis :

Meningkatkan kewaspadaan
Rasa kantuk hilang
Rasa lelah hilang
Perbaikan mood
Inisiatif meningkat
Keyakinan diri dan daya konsentrasi meningkat
Aktivitas motorik meningkat
Aktivitas bicara meningkat

3
Efek Terapi :

1. Sindrom kurang atensi


Anak kurang aktif dan kurang mampu terlibat dalam
suatu aktivitas.
Menghilangkan beberapa masalah tingkah laku yang
ada hubungannya dengan sindrom tsb.
2. Narkolepsi
Metilfenidat (turunan amfetamin) digunakan untuk
pengobatan narkolepsi, suatu penyakit dengan
keinginan tidur yang luar biasa

Efek merugikan :

SSP : susah tidur, gelisah, tremor


CV : (Pemakaian terus menerus) meningkatkan HR,
aritmia, meningkat BP, angina dan kolaps pmblh
GIT : anoreksia, mual, muntah, kram perut dan diare

ES : Efek yang merugikan pada SSP, CV, GIT dan endokrin yang
meliputi :

Gelisah, Insomnia
Hipertensi, Takikardia
Mulut terasa kering
Nafsu makan berkurang
BB turun, Diare atau konstipasi
Impotensi

4
Setelah penggunaan Amfetamin

selalu diikuti depresi mental,


kelelahan fisik dan adiksi.

Farmakokinetik :
Abs. Sempurna dalam GIT
dimetabolisme di hati
diekskresikan melalui urin

Penggunaan Amfetamin amat dibatasi, karena :

Menimbulkan efek ketergantungan fisik dan psikis


Menimbulkan efek toleransi sampai efek euforia dan
anoreksia (pada pemakaian kronis)

Penyalahgunaan :

Sering digunakan dengan siuntikan i.v atau merokok.


Euforia berlangsung 4-6 jam
Menimbulkan adiksi ketergantungan
Menimbulkan toleransi dan keinginan mendapatkan
obat

2. Golongan Xantin

(Kofein, Teofilin, Teobromin)

Meknisme kerja :

Meningkatkan siklik adenosin monofosfat (cAMP)


dan siklik guanosin monofosfat (cGMP) yang

5
mengakibatkan penghambatan fosfodiesterase dan
reseptor adenosin (NT inhibisi).

Senyawa golongan Xanthin bekerja pada :

1. SSP : 100-200 mg (1-2 cangkir kopi), dapat menurunkan


rasa letih dan meningkatkan kesiagaan mental. 1.5 g kofein (15
cangkir kopi) dapat menimbulkan ansietas dan gemetar.
2. CV. : berpengaruh pada jantung (kontraktilitas
meningkat), berbahaya pada angina. Percepatan denyut
jantung (HR)
3. Fungsi diuretik : Kofein bekerja diuretik ringan yang
meningkatkan natrium, kalium dan klorida urin
4. Mukosa lambung : Memacu sekresi HCl mukosa
lambung, berbahaya pada penderita gastrik dan tukak
lambung.

Penggunaan terapi :

Kofein dan detrivatnya bekerja melemaskan otot polos


bronkiolus.
Bayi baru lahir dengan distres pernafasan, diberi kofein untuk
meningkatkan laju pernafasannya
Teofilin dapat digunakan sebagai terapi asma (dahulu),
sekarang sudah digantikan oleh kortikosteroid dan agonis

Farmakokinetik :

PO mudah diabsorbsi, disebar keseluruh tubuh termasuk otak.


Dapat melewati plasenta, dan ekskresikan ke dalam ASI.
Dimetabolisme di hati, dan ekskresi melalui urin

ES
Kofein dosis sedang : gugup, ansietas, tremor dan agitasi
Dosis besar : mual, muntah, konvulsi, tinitus (telinga
3. NIKOTIN
berdering), iritasi GIT (mencret), aritmia jantung
dan kematian
6
Mekanisme kerja :

Dosis rendah menyebabkan stimulasi ganglion dngan depolarisasi


Dosis tinggi menyebabkan penghambatan ganglion.

Kerja SSP :
Nikotin sangat mudah larut dalam lemak, mudah lewat
BBB.

Dengan merokok atau nikotin dosis rendah dapat menyebabkan


:
euforia ringan
meningkatkan kesadaran
memperbaiki atensi
memperbaiki daya belajar

Pada dosis tinggi :


Paralisis pernafasan pusat
Hipotensi hebat karena paralisis medulla

Kerja Perifer : Lihat kuliah SSO

Farmakokinetika :

Karena nikotin mudah larut dalam lipid, maka absorbsi


mudah terjadi pada mukosa mulut, paru, mukosa
pencernaan dan kulit.
Nikotin dapat melewati plasenta dan ditemui dalam air
susu ibu menyusui
Bersihan nikotin menyangkut metabolisme dalam hati
dan paru, dan ekskresi melalui ginjal.

Efek samping :

7
Tremor
Kram pencernaan
Diare
Peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
Meningkatkan metabolisme beberapa obat lain

Penggunaan terapi :

Sekarang tidak ada lagi penggunaan terapi (kecuali


dalam terapi penghentian merokok)
Terapi penghentian merokok dengan cara Patch
transdermal dan permen karet yang mengandung
nikotin dosis rendah (menanggulangi ketagihan
nikotin).

4. KOKAIN

Mekanisme kerja :

Menghambat ambilan balik NE, Serotonin dan DA ke


terminal presinaptik, sehingga memperpanjang dan
memperkuat kerja katekolamin pada SSP dan SS
perifer.

Pemanjangan kerja dopaminergik mengakibatkan


kenikmatan dalam otak (sistem limbik), menghasilkan
rasa gembira yang berlebihan. Penggunaan kronik
akan menghabiskan dopamin, sehingga keinginan
untuk mendapatkan kokain lagi dan menghilangkan
depresi berat untuk waktu sementara.

8
Kerja SSP :

Meningkatkan kesadaran mental dan memberikan


perasaan sehat dan euforia
Kokain dapat menyebabkan halusinasi, delusi dan
paranoid.

Kokain memacu aktifitas motorik dan pada dosis


tinggi menyebabkan tremor dan jangkitan kejang
yang diikuti depresi pernafasan dan vasomotor.

Kerja Perifer : Lihat kuliah SSO

Penggunaan terapi :

Kokain digunakan sebagai nestesi lokal (penggunaan


rasional) pada bedah THT
Kerja nestesi lokal ini berhubungan dengan kerja
kokain pada saluran ion Na+.

Farmakokinetik :

Abs. Disegala tempat, termasuk selaput lendir


Pemberian oral tidak efektif karena dalam usus
terhidrolisis

Mengalami detoksikasi di hati


Sebahagian kecil diekskresikan melalui urin dalam
bentuk utuh

9
Efek Samping :

Ansietas, hipertensi, takikardi, berkeringat.


Depresi mental, fisik dan agitasi (dapat diobati
dengan BDZ atau fenotiazin)
Penyakit jantung, kejang jantung dan aritmia (diobati
dengan diazepam i.v)

5. STRIKNIN

Mekanisme kerja :

bekerja sebagai antagonis kompetitif terhadap


transmiter penghambat (glisin) pada post sinaptik.

Farmakodinami:

Tidak digunakan lagi dalam terapi, hanya


untuk menjelaskan fisiologi dan farmakologi susu
nan saraf.
Striknin melakukan perangsangan bada
semua bagian SSP.
Striknin merupakan konvulsan yang kuat
dengan sifat kejang yang khas. Striknin juga
merangsang medula spinalis secara langsung,
shg kejang ditimbulkannya disebut konvulsi
spinal.
Striknin bekerja sentral pada pusat
vasomotor, menyebabkan naiknya tekanan darah.

10
Farmakokinetik

Mudah diserap di saluran cerna dan tempat


suntikan, segera meninggalkan sirkulasi dan masuk
ke dalam jaringan.
Striknin segera dimetabolisme oleh enzim
mikrosom sel hati dan diekskresikan melalui urin.

Gejala Keracunan

Kaku otot muka dan leher, gerakan motorik yang hebat


Semua otot lurik mengalami kontraksi penuh
Nafas terhenti karena kontraksi otot diafragma, dada dan
perut
Gejala ini dapat dihentikan dengan pemberian diazepam
10 mg i.v.

6. PENTILENTETRAZOL

(Penta metilen tetrazol)

Mekanisme kerja :

Bekerja menghambat sistem GABA-ergik sehingga


meningkatkan eksitasibilitas SSP.

Farmakodinami :

Digunakan sebagai analeptik (perangsang) SSP. Dahulu


digunakan sebagi penegak diagnosa epilepsi.

Farmakokinetik :

Segera diabsobsi dari berbagai tempat pemberian


Distribusi merata ke semua jaringan, cepat diinaktivasi
dlm hati

11
Diekskresikan sebahagian besar melalui urin (bentuk
inaktif)

7. NIKETAMID

Mekanisme kerja :

Perangsangan selektif pada pusat pernafasan.


Bekerja dengan cara meningkatkan derajat
perangsangan, bukan blokade NT penghambat.

Farmakodinami :

Merangsang pada semua tingkat sumbu cerebro


spinal sehingga mudah timbul kejang.

Farmakokinetik :

Mula-mula obat didistribusikan ke SSP, kemudian


diredistribusikan ke organ-organ lain.

Efek samping :

hipertensi, takikardi, aritmia, batuk, bersin, muntah,


tremor, kaku otot, berkeringat, kemerahan di wajah.

12
ANESTESI LOKAL

Alam :
Kokain

Sintetis :
Prokain
Lidokain
Dibukain
Mepivakain
Piperokain
Tetrakain
Prilokain

Obat yang digunakan secara lokal :

Menghambat impuls konduksi saraf sensorik dari perifer ke SSP


Menghilangkan sensasi pada daerah tubuh terbatas, tanpa
menghilangkan kesadaran
Bekerja menghambatan saluran Natrium membran saraf.
Tempat kerjanya di membran sel
Terdiri dari group rantai amino (hidrofilik) dan rantai aromatik
(lipofilok) yang dihubungkan oleh bahagian ester (lihat rumus
bangun Prokain dan Lidokain !)

Farmakodinami

SSP
Semua Anlok merangsang SSP yang menyebabkan :
Kegelisahan
Tremor
Kejang klonik
Perangsangan ini akan diikuti oleh depresi yang dapat mematikan
akibat kelumpuhan pernafasan
Perangsangan terjadi karena adanya depresi selektif pada neuron
penghambat.
Kokain sifat perangsangan sangat kuat sehingga menimbulkan
adiksi. Hal ini berbeda dengan Anlok sintetik yang tidak
menimbulkan adiksi.

13
CV
Pengaruh utama pada miokard adalah penurunan eksitabilitas,
kecepatan konduksi dan kekuatan kontraktilitas.
Anlok sintetis juga menyebabkan vasodilatasi arteriol

Otot Polos
Mempunyai bersifat spamolitik yang disebabkan oleh efek
depresi langsung pada otot polos dan depresi pada reseptor
sensorik sengingga hilangnya tonus refleks setempat.

Farmakokinetik

Sebahagian dari Anlok merupakan ester


Mudah mengalami hidrolisis/degradasi di hati.
Anlok golongan amida 55-95 % diikat protein plasma. Kadar
pengikatan ini meningkat pada penderita karsinoma, trauma,
infark miokarda, merokok dan uremia. Kadar menurun pada
penggunaan kontraseptik.

1. KOKAIN

Kerja menghambat hantaran saraf (pemakaian lokal)

ES.
Rangsangan SSP
Dosis sedang, menyebabkan denyut jantung meningkat karena
rangsangan saraf simpatik.
Dosis kecil memperlambat denyut jantung akibat terjadi
perangsangan pada pusat vagus.
Pemberian dosis besar (IV) menyebabkan kematian mendadak
karena payah jantung akibat efek toksik langsung kokain pada
otot jantung.

Terapi :
Kokain pernah digunakan sebagai Anlok pada tindakan
optalmologi.
Tapi dapat menyebabkan terkelupasnya kornea mata.
Sekarang dibatasi untuk pemakaian topikal
14
1. PROKAIN

Farmakodinami
Penyuntikan sc 100-800 mg, terjadi analgesia umum yang ringan
Efek maksimal berlangsung 10-20 menit, hilang setelah 60 menit.

Farmakokinetik
Abs. Cepat melalui suntikan
Untuk memperlambat Abs. Perlu ditambahkan
vasokonstriktor
Cepat dihidrolisis oleh esterase dalam plasma menjadi
PABA dan dietilaminoetanol
Tidak boleh diberikan bersama sulfonamida
PA BA diekskresikan melalui urin (80% utuh)

Indikasi
Secara suntikan sebagai anestesi infiltrasi, blokade
saraf, epidural, kaudal dan spinal.
Untuk geriatrik , dapat menambah potensi fisik dan
mental, memperbaiki aktifitas seksual dan fungsi kelenjar
endokrin, ini hanya efek fisikologis

3. LIDOKAIN (XILOKAIN)

Fermakodinami
Anlok kuat yang diberikan secara topikal dan suntikan
Anestesi terjadi lebih cepat, lebih kuat dan lebih lama
Efektif digunakan tanpa vasokonstriktor, tapi kecepatan
absorbsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerja lebih
pendek.

Farmakokinetik
Mudah diserap dari tempat suntikan
Dapat melalui BBB
15
Mengalami dealkilasi dan metabolisme di dalam hati
Diekskresikan dalam bentuk metabolit melalui urin

ES
Berkaitan dengan SSP (kantuk, pusing, gangguan mental dan koma.

Indikasi
Secara suntikan sebagai anestesi infiltrasi, blokade saraf, anestesi
kaudal dan epidural
Dapat juga digunakan sebagai anestesi permukaan, anestesi
rongga mulut, kerongkongan dan saluran cerna bahagian atas.

4. DIBUKAIN

Anlok paling kuat, paling toksik dan masa kerja yang panjang.
Berbanding prokain adalah 15 X kuat dan toksik, masa kerja 3X lebih
panjang
Pemberian suntikan untuk anestesi topikal telinga (0.5-2%), untuk kulit
berupa salep (0.5-1%) dan anestesi spinal (7.5-10 mg).

5. MEPIVAKAIN

Anlok gol. Amida ini sifat farmakologisnya mirip dengan lidokain.


Digunakan sebagai anestesi infiltrasi, blokade saraf regional dan
anestesi spinal.
Sediaan untuk suntikan berupa larutan 1%, 1.5% dan 2%

6. PIPEROKAIN

Anlok berupa ester as. Benzoat dan etanolamin


Kekuatan dan toksisitasnya (s.c) hampir sama dengan prokain, tetapi
pemberian i.v 3X prokain
Digunakan topikal larutan 2% untuk kornea, dan 4% untuk salep mata
Larutan 2-10% untuk hidung dan tenggorokan.
Larutan 1-4% untuk saluran kemih
Untuk blokade saraf, larutan 0.5-1%, untuk anestesi kaudal 1-1.5%.
16
TEKNIK PEMBERIAN ANESTESI LOKAL

1. Permukaan

Garam Anlok tidak dapat menembus kulit sehat.


Larutan/suspensi 2%mdalam CMC digunakan untuk menghilangkan
nyeri selaput lendir mulut, faring dan esofagus.
Anestesi yang tidak larut dapat digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeri pada luka, ulkus dan luka bakar.

2. Anestesi infiltrasi

Bertujuan untuk anestesi ujung saraf melalui kontak langsung dengan


obat.
Larutan obat ini disuntikan secara intra dermal atau subkutan (s.c)
Cara infiltrasi yang sering digunakan adalah blokade lingkar (ring
block), yaitu dengan suntikan sc mengelilingi daerah yang akan
dioperasi. Akan terjadi blokade saraf sensoris secara selektif di sekitar
daerah yang akan dioperasi.

3. Anestesi Blok

Bertujuan untuk mempengaruhi konduksi saraf otonom maupun saraf


somatis melalui Anlok.

a. anestesi spinal (block intratekal)


Anestesi luas yang disuntikan langsung ke ruang intratekal
Setelah penyuntikan intratekal yang dipengaruhi terlebih dahulu
adalah saraf otonom, kemudian diikuti saraf untuk rasa dingin,
panas, raba dan tekanan dalam.

b. anestesi epidural
Anestesi luas dengan menyuntikan langsung ke dalam ruang
epidural.
Anestesi lengkap setelah 15-30 menit
Untuk blokade simpatis digunakan larutan lidokain 0.5-1%, blokade
sensoris dipakai larutan 1-1.5% dan blokade motoris dipakai larutan
2%

c. anestesi kaudal
Anestesi yang disuntiakan langsung ke dalam kanalis sakralis

17
Biasanya digunakan lidokain, mevikain atau piperokain 1-1.5%
dalam larutan fisiologis sebanyak 30 ml.
Untuk menghambat absorbsi sistemis sering ditambahkan larutan
epineprin (1:100.000).

ANSIOLITIK (ANTIANSIETAS = TRANQUILIZER MINOR)


HIPNOTIK SEDATIF (OBAT TIDUR DAN PENENANG)

ANSIETAS : Ketegangan yang tidak menyenangkan, rasa takut, gelisah


yang timbul dengan sebab yang tidak diketahui.

Gejala berat : takikardi, berkeringat, gemetar dan palpitasi yang


mengganggu aktivitas sehari-hari.

Obat-obat Ansiolitik :
1. Golongan Benzodiazepin (BDZ)

Diazepam
Lorazepam
Klordiazepoksid
ANSIOLITIK
Klonazepam
Klorazepat
Alprazolam

Quazepam
Midazolam
Estazolam HIPNOTIK/SED
Flurazepam
Temazepam
Triazolam

2. Golongan Barbiturat

Fenobarbital Amobarbital
Pentobarbital Sekobarbital
Tiopental

3. Hipnotik sedatif Non Barbiturat

Antihistamin
Khloralhidrat
Etanol

4. Golongan Lain

18
Buspiron
Zolpidem
Hidroksizin

1. GOLONGAN BENZODIAZEPIN

Merupakan ansiolitik yang paling banyak digunakan

Mekanisme Kerja :

Pengikatan BDZ pada reseptornya (dengan afinitas tinggi) memacu


afinitas reseptor GABA untuk NT yang bersangkutan, sehingga
membran sel akan membuka saluran ion Khlorida (Cl-) lebih sering
dan meningkatkan efek konduksi Cl- . Aliran Cl- yang masuk
menyebabkan hiperpolarisasi, menurunkan potensi postsinaptik dan
meniadakan pembentukan kerja potensial.

BDZ mempunyai efek:

1. Menurunkan ansietas (pada dosis rendah)


2. Bersifat sedatif dan hipnotik (tergantung dosis)
3. Antikonvulsan, sebahagian obat golongan BDZ digunakan
sebagai pengobatan epilepsi dan gangguan kejang lainnya
4. Pelemas otot, BDZ dapat melemaskan otot skelet yang spastik,
mungkin dengan cara meningkatkan inhibisi presinap dalam sum-
sum tulang.

Penggunaan terapi :

1. Gangguan ansietas (Diazepam, Lorazepam, Klordiazepoksid,


Klonazepam, Klorazepat, Alprazolam)
2. Gangguan spasma otot skelet (Diazepam)
3. Kejang / epilepsi (Klonazepam, Diazepam)
4. Gangguan tidur (Flurazepam, Temazepam, Triazolam)

Farmakokinetik

BDZ bersifat lipofilik, diabsorbsi cepat dan sempurna (oral), dan


didistribusikan ke seluruh tubuh.
BDZ mempunyai waktu paruh pendek, sedang dan panjang,
tergantung obatnya.

19
BDZ umumnya dimetabolisme oleh sistem metabolit mikrosomal
hati menjadi senyawa yang juga aktif, sehingga waktu paruhnya
menunjukan kombinasi dari obat dan metabolitnya.
BDZ dikeluarkan melalui urin dalam bentuk metabolit glukuronat
atau metabolit oksidasi.

Ketergantungan

BDZ dapat menimbulkan ketergantungan baik fisik maupun psikis


bila diberikan dengan dosis tinggi dan jangka panjang.
Reaksi putus obat dapat berupa : bingung, ansietas, agitasi, gelisah,
insomnia dan stres.

Efek samping

Mengantuk, bingung, ataksia, gangguan daya ingat, ansietas dan


insomnia.

2. GOLONGAN BARBITURAT

Dulu digunakan sebagai obat penenang dan obat tidur. Tapi sekarang
sudah digantikan dengan golongan BDZ, sebab gol. Barbiturat dapat
menyebabkan
efek toleransi
enzim metabolik obat
ketergantungan fisik
gejala putus obat yang hebat
dapat menimbulkan koma.

Mekanisme Kerja

Mengganggu transport Na+ dan K+ melewati membran sel yang


mengakibatkan inhibisi aktivitas sistem retikular mesensefalik.
Menghambat transmisi polisinaptik SSP
Meningkatkan fungsi GABA memasukkan Cl- ke dalam neuron,
walaupun obat tidak terikat dengan reseptor BDZ

Menurut lama kerja :

Kerja panjang : Fenobarbital (1-2 hari)


Kerja singkat : Pento, Seko dan Amo barbital (3-8 jam)
20
Kerja sangat singkat : Tiopental (20 menit)

Barbiturat kerja panjang digunakan untuk pengobatan kejang


Barbiturat kerja singkat digunakan untuk hipnotik sedatif
Barbiturat kerja panjang digunakan untuk induksi anestesia (i.v)

Kerja Barbiturat

1. Depresi SSP
Dosis rendah menimbulkan sedasi (menenangkan, menurunkan
eksitasi)
Dosis tinggi menimbulkan hipnosis, anestesia, koma dan mati
Tidak meningkatkan ambang nyeri, dan tidak bersifat analgetik
2. Depresi Pernafasan yang diikuti dengan kematian (bila over dosis)
3. Induksi Enzim
Memacu enzim makrosomal hati P-450, sehingga pemberian jangka
panjang dapat mengurangi efek beberapa obat yang metabolismenya
melalui P-450.

Penggunaan terapi

1. Anestesia (pemilihan disesuaikan dengan dosis dan lama kerja)


2. Antikonvulsan (Fenobarbital digunakan untuk menanggulangi
kejang epilepsi terutama pada anak-anak)
3. Ansietas (telah digunakan sebagai sedatif ringan dalam pengobatan
ansietas, tensi saraf dan insomnia, sekarang telah digantikan oleh
BDZ)

Farmakokinetik

Absorbsi baik melalui oral dan distribusi luas ke seluruh tubuh


Metabolisme di hati, metabolit inaktif dikeluarkan ke dalam urin

Efek Samping

SSP : Kantuk, konsentrasi terganggu, kelesuan mental dan fisik

Ketergantungan

Penghentian secara mendadak menyebabkan tremor, ansiets, lemah,


gelisah, mual, mutah, kejang, jantung berhenti.

Keracunan
21
Terjadi depresi pernafasan yang hebat, depresi kardiovaskular,
menimbulkan shok dengan pernafasan dangkal dan lambat
Penanggulangan keracunan dilakukan dengan ; respirasi artifisial,
kurasan isi lambung, haemodialisis dan alkalinasi urin untuk
membantu pengeluaran fenobarbital.

3. HIPNOTIK SEDATIF NON BARBITURAT

a. Kloralhidrat
Merupakan hipnotik sedatif yang baik, menyebabkan tidur dalam 30
menit dan berlangsung selama 6 jam.
Dalam pencernaan zat ini menyebabkan iritasi dan nyeri epigastrik,
dan juga menimbulkan sensasi tidak enak dalam mulut.

b. Antihistamin
Difenhidramin dan doksilamin bersifat sedasi dan efektif mengobati
insomnia ringan/situasional. Biasanya dicampur dalam obat-obat
bebas. Penggunaan lebih sedikit berbanding BDZ karena ES nya.

c. Etanol
Walau mempunyai efek antiansietas dan sedatif, tetapi potensi
peracunannya lebih banyak dari keuntungannya.
Etanol memberikan efek sedasi dan akhirnya hipnosis dengan dosis
yang ditingkatkan. Kerja sinergistik dengan obat-obat sedatif lain dan
dapat menyebabkan depresi SSP hebat dengan antihistamin atau
barbiturat.

4. GOLONGAN LAIN

1. BUSPIRON
Mempunyai efek yang sama dengan BDZ.
Kerja melalui mediasi reseptor Serotonin (5-HT1A), 5-HT2 dan DA.
Berbeda dengan BDZ, Buspiron tidak bekerja sebagai antikonvulsi
atau pelemas otot, dan menyebabkan sedasi minimal.
Efek samping lebih rendah dari BDZ, yang meliputi : sakit kepala,
pusing, ringan kepala dan gelisah.

2. ZOLPIDEM
Bekerja hipnotik yang bekerja mirip dengan BDZ
Tidak mempunyai sifat antikonvulsi dan pelemas otot
Tidak mempunyai gejala putus obat, menimbulkan toleransi ringan
pada penggunaan lama
Absorbsi (GIT) cepat dan eliminasi cepat
22
SE : mimpi buruk, agitasi, sakit kepala, gangguan GIT, pusing, kantuk
disiang hari.

3. HIDROKSIZIN
Merupakan antihistamin (antiemetik). Berguna untuk pasien ansietas
dengan riwayat penyalahgunaan obat. Juga digunakan untuk sedasi
sebelum perawatan gigi atau operasi.

ANTIPARKINSON

Parkinson

adalah suatu gangguan neurologik gerakan otot, bradikinesia


(lambat dalam memulai dan melakukan gerakan), kelainan posisi
tubuh dan cara-cara berjalan.

Penyebab : kematian sekelompok sel-sel otak yang bekerja bersama NT


Dopamin (DA)

Penyakit ini berhubungan dengan penurunan aktivitas inhibitor neuron


dopaminergik dalam substansia nigra dan korpus striatum (pusat
pengatur gerakan)

Substansia nigra bahagian dari sistem ekstrapiramidal, merupakan


sumber neuron dopaminergik yang berakhir dalam striatum. Sistem
dopaminergik memberikan pengaruh yang berifat tonik, terus menerus
selama aktivitas motorik

Striatum dan substansia nigra dihubungkan oleh neuron yang


mengeluarkan GABA di terminalnya dalam substansia nigra. Sebaliknya
sel-sel substansia nigra mengirim neuron ke striatum dengan transmiter
DA.

Parkinson sekunder dapat disebabkan oleh

virus ensevalis
lesi vaskular kecil yang multipel
obat-obat (fenotiazin, haloperidol) menghambat reseptor DA di
otak (obat ini dilarang untuk penderita parkinson)

Banyak gejala parkinson memperlihatkan ketidakseimbangan antara


neuron eksitasi kolinergik dan neuron inhibitori dopaminergik yang
menurun.

23
Terapi ditujukan untuk mengembalikan dopamin dalam ganglia basalis
dan melawan efek eksitasi neuron kolinergik, sehingga terjadi kembali
keseimbangan antara DA dan Ach.

Obat-obat Antiparkinson :
Levodopa Antimuskarinik
Karbidopa Amantadin
Bromokriptin Deprenil (Selegiline)

1. LEVO DOPA (L-dopa) dan KARBIDOPA

L-dopa adalah prekursor DA, sehingga dapat mengembalikan kadar DA


dalam substansia nigra. Pengobatan bersifat simptomatik, berlangsung
selama obat masih berada dalam tubuh.
DA tidak dapat melewati BBB, maka diberikan L-dopa yang mudah
masuk SSP dan diubah menjadi DA dalam otak.

Karbidopa (suatu inhibitor dekarboksilase DA), bekerja :

memperkuat kerja L-dopa.


mengurangi metabolisme L-dopa dalam GIT dan jaringan perifer.
merendahkan dosis L-dopa sampai 4-5 kali
menurunkan SE DA yang terbentuk di perifer.

Efek :
L-dopa mengurangi kekakuan, tremor dan gejala-gejala lain parkinson

Penggunan terapi

L-dopa bersama Karbidopa, poten dan efektif untuk obat parkinson.


2/3 dari pasien yang diobati dengan L-dopa/karbidopa, menurunkan
morbiditas penyakit dalam tahun pertama pengobatan.

Farmakokinetik

Absorbsi cepat dalam usus halus (usus kosong), mempunyai


T1/2 sangat pendek (1-2 jam) shg kadar plasma berubah-ubah.
Akibatnya terjadi turun naiknya respon motorik (fenomena on-of)
shg pasien tiba-tiba kehilangan motilitas normal dan mengalami
tremor, kram dan tidak dapat bergerak.
L-dopa harus diminum dalam keadaan lambung kosong (45
menit sebelum makan), sebab bersaing dalam absorbsi dan melewati
BBB dengan beberapa protein (leusin, isoleusin) yang terdapat dalam
makanan.

Efek Samping
24
Perifer :
Anoreksia, nausea dan muntah karena stimulasi pusat muntah
Takikardia dan ekstrasistole ventikular akibat kerja langsung DA
pada jantung, juga menyebabkan hipertensi

SSP : Halusinasi visual, pendengaran dan gerakan undercontrol


Perubahan fikiran, depresi dan ansietas

Interaksi :
Vit. B6 meningkatkan penguraian diperifer
Bersama Inhibitor MAO (fenelzin) menimbulkan hipertensi karena
produksi katekolamin meningkat.
Pada pasien psikotik, L-dopa memperberat gejala
Pada pasien glaukoma, L-dopa dapat meningkatkan tekanan
intraokular
Pasien penyakit jantung, mungkin akan terjadi aritmia

2. BROMOKRIPTIN

Suatu derivat ergotamin, merupakan agonis reseptor DA


Sering digunakan bersama L-dopa untuk pasien yang responsif
dengan terapi tsb.
Kerjanya sama dengan L-dopa, kecuali halusinasi, bingung, mual dan
sering hipotensi ortostatik.
Pada pasien psikiatrik, memperburuk kondisi mental
Pada pasien i jantung, timbul infrak jantung
Pada pasien vaskuler perifer, terjadi peningkatan vasospasma
Pada pasien tukak lambung, terjadi ulkus semakin parah

3. ANTIMUSKARINIK (benztropin, triheksifenidil, biperidin)

Kurang efektif berbanding L-dopa, hanya sebagai tambahan terapi


Dapat memacu perubahan fikiran, dan menghasilkan serostomia
(mulut kering) dan masalah visua.
Obat mengganggu peristaltik usus
Tidak dapat digunakan pada pasien glaukoma, hipertrofi prostat
Penghambatan transmisi kolinergik memberikan efek yang sama
dengan peningkatan transmisi dopaminergik (keseimbangan DA/Ach)
ES. Sama dengan atropin dosis tinggi (dilatasi pupil, bingung,
halusinasi, retensi urin dan mulut kering).

4. AMANTADIN
Kerja meningkatkan sitesis, pengeluaran dan ambilan DA dari neuron yang
sehat.
25
SE : gelisah, agitasi, bingung, halusinasi, hipotensi ortostatik, retensi urin,
edema perifer dan mulut kering.
Berbanding L-dopa, kurang efektif, namun SE lebih kecil

5. DEPRENIL (Selegilin)
Menghambat kerja MAO-B (metabolisator DA), tidak menghambat MAO-A
(metabolisator NE dan 5-HT), sehingga bermanfaat dalam meningkatkan
DA dalam otak.
Obat ini dapat meningkatkan kerja L-dpoa bila diberikan bersama

ANTIDEPRESAN (TIMOLEPTIKA)

Depresi

penyakit alam perasaan yang menyimpang, mengganggu energi,


pola tidur, nafsu makan, libido dan kemampuan bekerja.

Gejala depresi

Perasaan sedih yang sangat mendalam, tak berdaya,kecewa dan


tidak dapat merasakan kesenangan dalam aktivitas biasa

Mania dicirikan

sebagai tingkat yang berlawanan dengan depresi, yaitu gembira,


pemikiran dan bicara cepat berlebihan, percaya diri yang
berlebihan dan gangguan pertimbangan.

Semua antidepresan bekerja memperkuat, langsung atau tidak kerja


NE, DA dan/atau 5-HT otak.

Penggolongan antidepresan :

1. Antidepresan Trisiklik / Polisiklik


Amitriptilin Maprotilin
Amoksapin Nortriptilin
Protriptilin Desipramin
Imipramin Doksepin
Trimimpramin

2. Penyekat ambilan kembali serotonin selektif


Fluoksetin Sertralin
Fluvoksamin Trezodon
Nefazodon Paroksetin
26
Venlafaksin

3. Penyekat MAO
Isokarboksazid
Fenelzin
Tranilsopromin

4. Obat penyakit Mania


Garam Litium

A. Antidepresan Trisiklik / Polisiklik

Mekanisme kerja TCA menghambat ambilan kembali


neurotransmiter NE dan 5-TH neuron masuk ke terminal saraf
prasinaptik, sehingga meningkatkan konsentrasi monoamin di
celah sinap, shg menimbulkan antidepresan
Terapi jangka panjang mungkin menyebabkan perubahan
reseptor-reseptor SSP tertensu.
Semua antidepresan trisiklik (TCA) mempunyai efek terapi yang
sama, pilihan tergantung pada toleransi, SE dan lama kerja.

Kerja :
Meningkatkan fikiran
Memperbaiki kewaspadaan mental
Meningkatkan aktivitas fisik
Mengurangi angka kesakitan depresi utama sampai 50-70%
Perbaikan alam fikiran lambat (2 minggu lebih)
Ketergantungan fisik dan phisikis

Penggunaan terapi

Efektif untuk pengobatan depresi mayor


Pengobatan gangguan panik
Imipramin digunakan untuk mengontrol ngompol (anak > 6 th),
karena efek kontraksi sfingter interna kandung kencing.

Farmakokinetik

TCA mudah diabsorbsi melalui oral, dan tersebar keseluruh tubuh


termasuk SSP (karena lipofilik).
Karena sifat lipofilik, mempunyai T1/2 yang panjang (mis. imipramin
4-17 jam)
TCA dimetabolisme melalui sistem mikrosomal hati dan konjugasi
dengan as. Glukuronat.
TCA dikeluarkan sebagai metabolit melalui ginjal.
27
Efek Samping

Efek antimuskarinik : penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin,


konstipasi, memperberat glaukoma dan epilepsi.
CV : stimulasi jantung berlebihan, perlambatan konduksi
arterioventikular
Hipotensi ortostatik : akibat penghambatan -adrenosepor, juga
menyebabkan takikardia
Sedasi : dapat terjadi beberapa minggu pertama pengobatan

B. Inhibitor Ambilan Kembali Serotonin Selektif (SSRI)

Golongan SSRI ini bekerja khusus hanya menghambat ambilan


serotonin secara selektif, tanpa mempengaruhi monoamin lainnya
SSRI menyebabkan efek antikolinergik lebih kecil dan
kardiotoksisitas lebih rendah
SSRI bermanfaat yang sama dengan TCA dalam pengobatan
depresi mayor, hanya SSRI bebas dari SE TCA termasuk efek
antikolinergik, hipertensi ortostatik.

Farmakokinetik

Fluoksetin dalam terapi terdapat berupa campuran R dan


enentiomer S yang lebih aktif.
Kedua senyawa mengalami demetilasi menjadi norfluoksetin
(aktif)
Fluoksetin dan metabolitnya dikeluarkan secara lambat dari
tubuh dengan T1/2 (1-10 hari untuk senyawa asli, 3-30 hari metabolit)
Fluoksetin adalah inhibitor kuat enzim sitokrom P-450 hati

SSRI lain berbeda dengan fluoksetin dalam efek relatif pada ambilan
serotonin dan NE. Obat ini tidak lebih efektif dari Fluoksetin, tetapi
bentuk SE yang agak berbeda.
Eliminasi obat antar pasien (termasuk Fluoksetin) bervariasi besar.

C. Penyekat MAO (MAOI)

MAO berfungsi sebagai katup penyelamat, sebab menginaktifkan


setiap molekul NT (NE, DA dan Serotonin) yang berlebih dan bocor
keluar vesikel sinaptik ketika neuron istirahat.

28
MAOI dapat menginaktifkan MAO secara reversibel atau ireversibel,
sehingga NT tidak mengalami degradasi dan menumpuk dalam neuron
presinaptik, masuk kedalam celah sinaptik, sehingga reseptor
monoamin lebih aktif untuk bekerjanya sebagai antidepresi.

Mekanisme kerja

Sebahagian besar MAOI membentuk senyawa kompleks yang stabil


dengan MAO, menyebabkan inaktivasi yang reversibel, sehingga
terjadi peningkatan depot NE, DA dan Serotonin dalam neuron, dan
difusi ke dalam sinaptik.

Penggunaan terapi

MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tdk responsif atau


alergi dengan antidepresan golongan lain
MAOI juga digunakan pada pasien dengan aktivitas psikomotor
lemah, fobia, depresi atipikal (ditandai dengan fikiran yang labil,
menolak kebenaran dan gangguan nafsu makan)

Farmakokinetik

MAOI mudah diserap peroral tetapi efek antidepresan memerlukan


2-4 minggu pengobatan
MAOI dimetabolisme dalam hati dan diekskresikan dengan cepat
dalam urin

Efek Samping

Mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur, mulut kering,


disuria dan konstipasi
MAOI dan SSRI jangan diberi bersamaan, Kenapa..? (cari..!)

D. Garam Litium

Digunakan untuk profilaksis pada pengobatan pasein maniak depresi,


episode maniak dan hipomania.
29
Cara kerja belum diketahui, terakhir dikatakan bahwa garam Li
bekerja dengan mengubah konsentrasi mesenjer kedua dalam sel
(Inositol trifosfat = IP3).
Litium diberikan oral, bentuk ionnya dikeluarkan melalui ginjal
Garam litium sangat toksik

30
NEUROLEPTIKA
(Antiskizopren, Antipsikotik, Tranquilizer mayor)

Skrizopenia

Suatu gangguan mental yang disebabkan oleh disfungsi otak


dengan sifat yang menonjol seperti delusi, halusinasi (sering dalam
bentuk suara) dan gangguan pemikiran atau bicara.
Skrizopenia mempunyai komponen genetik yang kuat, yang disertai
kelainan biokimia dasar, akibat aktivitas berlebihan neuron
dopaminergik mesolimbik
Kerja sntipsikotik neuroleptika berupa penghambatan reseptor
dopamin dan/atau reseptor serotonin

Penggolongan :

1. Golongan Fenotiazin
Klorpromazin
Prometazin
Flufenazin
Prokloperazin
Tioridazin
2. Golongan Benzisoksazol (Risperidon)
3. Golongan Dibezodiazepin (Klozapin)
4. Golongan Butirofenon (Haloperidol)
5. Golongan Tioxantin (Tiotiksen)

Mekanisme kerja :

1. Menghambat reseptor dopamin dalam otak


Semua obat neuroleptik menghambat reseptor dopamin di otak dan
perifer.
Ada 5 reseptor DA; D1 dan D5 mengaktifkan adenilsiklase, sedangkan
D2, D3 dan D4 menghambatnya.
Kerja Neuroleptika diantagonisir oleh obat-obat yang meningkatkan
DA, mis. L-dopa.

2. Menghambat reseptor serotonin dalam otak


Beberapa obat neuroleptik menghambat reseptor serotonin dan
reseptor dopamin (klozapin dan risperidon

31
Efek Neuroleptika :

1. Kerja antipsikotik, mengurangi halusinasi dan agitasi dari skizofren


dengan cara menghambat reseptor DA sistem mesolimbik otak.
Menenangkan dan mengurangi gerakan fisik spontan
Tidak menekan fungsi intelektual, gangguan koordinasi motorik
minimal
2. Gejala parkinson, akatisia (kegelisahan motorik), diskinesia tardif
(postur leher, badan atau ekstremitas tidak benar) terjadi pada
pemakaian kronis.
3. Umumnya mempunyai efek antiemetik (kecuali tioridazin) melalui
penghambatan D2 di daerah kemoreseptor medula
4. Semua neruroleptik (terutama tioridazin dan klorpromazin)
menyebabkan efek antikolinergik, termasuk penglihatan kabur, mulut
kering, sedasi, bingung dan penghambatan gerakan otot polos
pencernaan dan kandumg kemih sehingga terjadi konstipasi dan
retensi urin
5. Penghambatan pada -adrenergik menyebabkan hipotensi dan
pusing.

Penggunaan terapi

Pengobatan skizoprenia yang efektif


Pencegahan mual dan muntah yang hebat (Proklorperazin)
Sebagai tranquilizer untuk mengatur tingkah laku yang agitatif
Pengobatan sakit kronis dengan stres berat bila digabung dengan
analgetik narkotik

Farmakodinami

Absorbsi peroral tidak begitu baik


Obat mudah masuk otak, mempunyai volume distribusi yang besar,
terikat dengan protein plasma dan dimetabolisme oleh sistem P-450
dalam hati.

Efek Samping

Efek parkinson, penghambatan DA biasanya diimbangi oleh kerja


eksitasi ganglion kolinergik
Diskinesia tardif (gerakan tak terkendali)
Depresi SSP (kantuk, bingung)
Mulut kering, retensi urin, konstipasi, hilang akomodasi,
hipotensi, menekan hipotalamus menyebabkan infertilitas dan
impotensi

32
ANTIEPILEPSI

Epilepsi

Suatu kelainan kejang kambuhan yang berbeda-beda, yang


mempunyai kesamaan yaitu lepasan saraf otak yang mendadak,
berlebihan dan tidak normal yang menyebabkan gerakan- gerakan
atau presepsi yang abnormal yang berlangsung singkat tetapi
cenderung untuk berulang.

Klasifikasi Epilepsi

1. Epilepsi Parsial (Fokal)


Parsial Sederhana
Parsial Kompleks
2. Epilepsi Generalisata (umum)
Tonik-Klonik (grand mal)
Absence (Petit mal)
Mioklonik
Kejang demam pada anak-anak
Status Epileptikus

Epilepsi Parsial (fokal)


Gejala tiap jenis kejang tergantung pada tempat terjadinya lepasan
saraf

Epilepsi Parsial sederhana


kejang yang disebabkan oleh suatu kelompok saraf hiperaktif dengan
aktivitas listrik tidak normal yang terbatas pada satu lokus tunggal di
otak. Kelainan listrik tsb tidak menyebar
Penderita tidak hilang kesadaran, menunjukkan aktivitas abnormal
dari sebuah anggota badan saja atau kelompok otot tertentu saja
yang dikontrol oleh bagian otak yang mengalami gangguan tsb.

Epilepsi Parsial kompleks


Kejang menunjukkan halusinasi sensoris yang kompleks, gangguan
mental dan kehilangan kesadaran.
Gerakan fungsi motoris bisa melibatkan gerakan mengunyah, diare,
urinasi

Epilepsi Umum (generalisata)


Kejang ini mulai lokal, menyebar dengan cepat, menghasilkan
lepasan listrik abnormal diseluruh kedua hemisfer otak. Pasien
biasanya kehilangan kesadaran dengan cepat.
33
Tonik-Klonik (grand mal)
Serangan menyebabkan hilangnya kesadaran, diikuti dengan kejang
tonik kemudian oleh fase kejang klonik.
Serangan tsb diikuti oleh periode kebingungan dan kelelahan

Absence (Petit mal)


Serangan ini berupa kehilangan kesadaran yang pendek tiba-tiba dan
sembuh sendiri. Pasien memandang dan menunjukkan mata
berkedip-kedip dengan cepat selama 2-5 detik

Mioklonik
Serangan terjadi atas episode-episode kontraksi otot yang singkat,
biasanya berulang-ulang untuk beberapa menit.
Biasanya karena kerusakan saraf permanen akibat hipoksia, uremia,
ensefalistis atau keracunan obat

Kejang demam
Anak-anak (3-5 th) sering kejang dengan demam tinggi. Kejang ini
terdiri atas kejang umum tonik-klonik yang berlangsung singkat.
Penyakit ini ringan, jarang menimbulkan kematian, kerusakan
neurologik, atau gangguan belajar, jarang perlu pengobatan

Status Epileptikus
Serangan-serangan yang berulang secara cepat

Obat-obat Antiepilepsi

Fenitoin Primidon
Karbamazepin Asam Valproat
Fenobarbital Etosuksimid
Gabapentin Lamotrigin
BDZ (Klonazepam, Klorazepat, Diazepam)

Mekanisme kerja

Obat-obat yang efektif mengurangi serangan epilepsi bekerja


dengan menghambat lepasan listrik dari area fokal, atau
mencegah meluasnya lepasan listrik abnormal ke daerah-
daerah otak sekelilingnya

Pemberian obat pertama untuk menekan atau mengurangi serangan


epilepsi disesuaikan dengan tipe serangan yang spesifik (klasifikasi)

34
1. FENITOIN (difenilhidantoin)

Efektif menekan serangan tonik-klonik dan parsial. Obat pilihan untuk


terapi pertama, terutama untuk orang dewasa

Mekanisme kerja
Menstabilkan membran sel saraf terhadap depolarisasi dengan cara
mengurangi masuknya ion-ion Na ke dalam neuron pada saat
istirahat (depolarisasi)
Menekan dan mengurangi influks ion kalsium selama depolari-sasi
dan menekan perangsangan saraf yang berulang-ulang
Mengurangi perambatan impuls-impuls abnormal di dalam otak

Penggunaan terapeutik
Fenitoin sangant efektif untuk semua serangan parsial (sederhana
dan kompleks)
Untuk mengobati status epileptikus yang disebabkan oleh
serangan tonik-klonik yang berulang
Tidak efektif untuk serangan absence

Farmakokinetik
Absorbsi peroral lambat, tetapi distribusi cepat, konsentrasi
dalam otak tinggi.
Metabolisme di hati, waktu paruh 24 jam (pada dosis rendah)

ES
Depresei SSP terutama pada serebelum dan sistem vestibular
Perubahan tingkah laku seperti bingung, halusinasi dan
mengantuk
Pada GIT, menyebabkan mual dan muntah
Fenitoin bersifat teratogen pada bumil
Fetal hydantoin sydrome meliputi bibir sumbing (cleft lip),
peny. jantung bawaan, pertumbuhan terlambat,defisiensi mental
Menginduksi P-450, shg meningkatkan metabolisme obat lain

2. KARBAMAZEPIN

Kerja :

35
Mengurangi perambatan impuls abnormal di dalam otak dengan cara
menghambata kanal Na, sehingga menghambat timbulnya potensial
aksi yang berulang-ulang di dalam fokus epilepsi.

Penggunaan terapi
Sangat efektif untuk semua serangan epilepsi parsial dan sering
menjadi obat pilihan pertama. Efektif untuk serangan tonik-klonik

Farmakokinetik : Hampir sama dengan fenitoin

ES
Pemberian kronik menyebabkan koma, depresi pernafasan, pusing,
vertigo dan pandangan kabur. Perpotensi penyebab toksisitas hati

3. FENOBARBITAL

Kerja (lihat kuliah terdahulu !),


Membatasi penyebaran lepasan kejang dalam otak
Meningkatkan ambang rangsang epilepsi
Kerja epilepsi mungkin melibatkan potensiasi efek inhibisi
neuron-neuron yang diperantarai GABA

Penggunaan terapi
Merupakan obat pilihan utama untuk mengobati epilepsi
berulang pada anak-anak, termasuk kejang demam.
Mengobati serangan tonik-klonik kambuhan
Mengobati serangan parsial sederhana, kurang efektif untuk
seranagn kompleks

Farmakokinetik
Absorbsi peroral adalah baik dan menembus otak dengan bebas
Merupakan induser enzim P-450 yang poten, maka pemberian kronis
dapat meningkatkan metabolisme obat lain

ES :Sedasi, ataksia, vertigo dll (lht kuliah yll !)

4. PRIMIDON

Rumus dan aktivitas dalam konvulsi mirip fenobarbital


Efektivitasnya banyak berasal dari metabolitnya (fenobarbital
dan feniletilmalonamid) dengan T1/2 lebih panjang
Fenobarbital efektif untuk serangan tonik-klionik dan parsial
sederhana, feniletilmalonamid efektif untuk parsial kompleks
36
Pirimidon sering dikombinasi dengan karbamazepin dan fenitoin
shg dosis lebih kecil
Absorbsi melalui oral baik, pengikatan protein tidak baik
Efek samping sama dengan fenobarbital

5. ASAM VALPROAT

Kerja mengurangi perambatan lepasan listrik abnormal di otak


Memperkuat kerja GABA pada sinap-sinap inhibisi
Merupakan obat paling efektif untuk serangan mioklonik,
mengurangi absence, namun punya potensi heptotoksik
Mengurangi serangan dan beratnya serangan tonik-klonik
Pemberian oral efektif, dan penyerapan cepat
Metabolisme melalui sistem P-450 mengalami glukuronilasi
dan diekskresikan melalui urin
Efek samping berupa mual, muntah, sedasi, ataksia dan tremor

6. ETOSUKLSIMID

Kerja mengurangi perambatan lepasan listrik abnormal di otak


Obat pilihan pertama untuk serangan absence
Absorbsi peroral baik, tidak terikat pada protein
Dimetabolisme melalui P-450 dalam hati, dan diekskresikan
dalam urin
Efek samping berupa iritasi lambung, mual dan muntah (kronis),
mengantuk, gelisah, agitasi, ansietas serta gangguan konsentrasi

7. BENZODIAZEPIN

Golongan ini paling aman dan paling sedikit SE nya


Diazepam obat pilihan untuk serangan akut status epileptikus
Klonazepam dan klorazepat untuk pengobatan kronik
Klonazepam efektif pada serangan absence dan mioklonik
Klorazepat efektif untuk serangan parsial (bila bersama obat lain)

8. GABAPENTIN DAN LAMOTRIGIN

Gabapentin merupakan turunan gaba, namum mekanisme kerja


belum jelas
Lamotrigin bekerja menghambat glutamat dan pelepasan
aspartat, menghambat kanal Na
37
Obat-obat ini berguna untuk serangan sederhana dan kompleks
dan serangan generalisata tonik-klonik
Obat dimetabolisme dihati dan ekskresi ke dalam urin

38

Anda mungkin juga menyukai