Tuan A, 40 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri dada. Pada anamnesis, tidak didapatkan
sesak nafas, lekas lelah, maupun dada berdebar-debar. Kebiasaan merokok dua bungkus sehari.
Kebiasaan olahraga jarang, kadang-kadang seminggu sekali. Riwayat penyakit pasien menderita
diabetes mellitus. Dia takut terkena penyakit jantung karena ayahnya pernah mengeluh nyeri
dada, dirawat inap, dan dinyatakan menderita sakit jantung koroner.
Pemeriksaan Fisik Umum:
Didapatkan data: kesadaran kompos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi
80x/menit, irama regular, isi yang cukup, RR 18x/menit, JVP tidak meningkat.
Pada Pemeriksaan Fisik Khusus Thorax:
Inspeksi menujukkan apeks tidak ada heaving, Nampak di linea medioclavicularis sinistra SIC
IV. Pada palpasi didapatkan apeks di SIC IV linea medioclavicularis sinistra, tidak ada thrill.
Pada perkusi didapatkan pinggang jantung normal, apeks di SIC IV linea medioclavicularis
sinistra. Pada auskultasi bunyi jantung I intensitas normal, bunyi jantung II intensitas normal,
normal splitting. Tidak ada murmur. Tidak ada gallop. Tidak ada rochi.
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan laboratorium normal. Pemeriksaan tambahan ECG normal. Pada foto thorax CTR =
0,49, vaskularisasi perifer normal, aorta tidak menonjol, pinggang jantung normal. Apeks tidak
bergeser ke lateral atau lateral bawah. Pemeriksaan exercise stress test (treadmill test) normal.
Pemeriksaan echocardiography menunjukkan jantung dalam batas normal.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Nyeri dada : chest pain, adalah rasa nyeri atau tidak nyaman pada daerah sekitar region
thorax
2. Sesak Nafas : gangguan fungsi pernafasan yang diakibatkan mengecil atau tersumbatnya
saluran pernafasan atau lemahnya organ pernafasan
3. Dada berdebar-debar : palpitasi, perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang tidak
teratur yang sifatnya subjektif
4. Diabetes Melitus : gangguan metabolism yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemia, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik yang
disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
5. Sakit Jantung Koroner : penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari pembuluh
darah koroner
6. Heaving : pulsasi apeks yang melebar, teraba seperti menggelombang
7. Thrill : sensasi getaran yang dirasakan pemeriksa pada palpasi tubuh dibagian dinding
thorax didaerah precordial yang terjadi karena adanya aliran turbulensi, ditemukan pada
penyempitan katup, dilatasi segmen arteri
8. Ronki : suara yang dihasilkan saat udara melewati jalan nafas yang penuh cairan atau
mucus, terdengar saat inspirasi maupun ekspirasi
9. Gallop : kelainan irama jantung
10. Murmur : bunyi auskultasi, terutama bunyi periodic berdurasi singkat dan berasal dari
jantung atau pembuluh darah
11. Splitting : adanya dua komponen pada kompleks bunyi jantung pertama dan kedua
12. CTR : Cardio Thorax Ratio, suatu cara pengukuran besarnya jantung dengan mengukur
perbandingan antara ukuran jantung dengan lebarnya rongga dada pada foto thorax
proyeksi PA
13. Echocardiography : salah satu teknik pemeriksaan diagnostic yang menggunakan
gelombang suara dengan frekuensi tinggi untuk memvisualisasikan gambaran struktur
jantung dan pembuluh darah serta fungsi jantung pada monitor
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tuan A, 40 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri dada. Pada anamnesis, tidak
didapatkan sesak nafas, lekas lelah, maupun dada berdebar-debar.
2. Kebiasaan merokok dua bungkus sehari. Kebiasaan olahraga jarang, kadang-kadang
seminggu sekali. Riwayat penyakit pasien menderita diabetes mellitus. Dia takut terkena
penyakit jantung karena ayahnya pernah mengeluh nyeri dada, dirawat inap, dan
dinyatakan menderita sakit jantung koroner.
ANALISIS MASALAH
1. Tuan A, 40 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri dada. Pada anamnesis, tidak
didapatkan sesak nafas, lekas lelah, maupun dada berdebar-debar.
a. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan yang dialami?
Jawab:
Jenis kelamin (laki-laki) menjadi faktor risiko yang meningkat pada penyakit jantung
koroner, karena pada perempuan lebih kebal terdapat efek perlindungan dari esterogen.
Kemudian faktor risiko juga meningkat berdasarkan usia (pada usia 40-60 tahun, risiko
meningkat 5 kali lipat).
Sindrom koroner akut lebih banyak terjadi pada orang dengan usia di atas 45 tahun
dikarenakan pola aktivitas fisik dan olahraga yang berkurang, kebiasaan makan dan pola
hidup yang cenderung menjadi lebih buruk, selain itu juga sindrom koroner akut lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dikarenakan faktor
hormonal. Pada wanita usia subur yang menjalani siklus haid secara teratur, hormon
estrogen akan mengontrol kadar kolesterol dengan baik sehingga kadar kolesterol pada
wanita usia subur lebih terkontrol dibandingkan dengan laki-laki.
b. Apa makna tidak didapatkan sesak nafas, lekas lelah maupun dada berdebar-debar pada
kasus ?
Makna klinis dari adanya keluhan nyeri dada tanpa sesak, lekas lelah, dan dada berdebar-
debar adalah bahwa pada kasus ini terjadi angina pektoris, yaitu rasa tidak enak di dada
sebagai akibat dari suatu iskemik miokard tanpa adanya infark miokardium. Pada
unstable angina biasanya nyeri dada terjadi baru pertama kali dan nekrosis miokardium
harus disingkirkan dengan pemeriksaan enzim serial dan pemeriksaan EKG. Keluhan
yang timbul hanya nyeri dada diakibatkan oleh karena pada unstable angina hanya terjadi
iskemik miokard tanpa terjadinya infark miokardium yang disebabkan oleh adanya oklusi
pada arteri koroner oleh berbagai sebab. Nyeri dada yang timbul diakibatkan oleh karena
otot jantung kekurangan pasokan oksigen sehingga menyebabkan terjadinya nyeri pada
dada akibat terjadinya iskemia pada otot jantung. Keluhan sesak, lekas lelah, dan dada
berdebar-debar belum timbul dikarenakan pada unstable angina belum terjadi infark
miokardium yang menyebabkan fungsi jantung akan terganggu sehingga selain
ditemukan gejala kardiovaskuler pada IMA akan ditemukan pula gejala respiratorik
dengan manifestasi sesak nafas. Selain itu pada unstable angina jantung belum
mengalami kompensasi akibat kematian jaringan otot sehingga keluhan lain pada kasus
belum ditemukan.
c. Apa etiologi dan patofisiologi dari keluhan nyeri dada pada kasus ?
Etiologi nyeri dada:
Aterosklerosis
Spasme arteri koroner
Anemia berat
Artritis
Aorta Insufisiensi
b. Bagaimana hubungan keluhan dengan riwayat penyakit pasien yaitu diabetes melitus?
Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien DM (baik DM tipe I maupun
DM tipe II) adalah penyakit jantung koroner, yang merupakan salah satu penyulit
makrovaskuler pada diabetus melitus. Penyulit makrovaskuler ini bermanifestasi
sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan otak).
Pada pasien DM resiko payah jantung kongestif meningkat sampai 4 kali.
Peningkatan resiko ini tidak hanya disebabkan karena penyakit jantung iskemik.
Beberapa tahun terakhir ini diketahui bahwa pasien DM dapat pula mempengaruhi
otot jantung secara independen. Selain melalui keterlibatan aterosklerosis dini arteri
koroner yang dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik juga dapat terjadi
perubahan-perubahan berupa fibrosis interstisial, pembentukan kolagen dan hipertrofi
sel-sel otot jantung. Pada tingkat seluler terjadi gangguan pengeluaran kalsium dari
sitoplasma, perubahan struktur troponin T dan peningkatan aktifitas piruvat kinase.
Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan gangguan kontraksi dan relaksasi otot
jantung serta peningkatan tekanan end-diastolic sehingga dapat menimbulkan
kardiomiopati restriktif.
Lesi aterosklerosis pada pasien DM dapat terjadi karena: hiperglikemia, resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, hiperamilinemi, inflamasi, trombosis, dislipidemia,
hipertensi maupun hiperhomosisteinemia.
Manifestasi klinis penyakit jantung pada pasien DM yaitu terjadinya iskemi atau
infark miokard kadang-kadang tidak disertai dengan nyeri dada yang khas (angina
pektoris). Keadaan ini dikenal dengan silent myocardial ischaemia atau silent
myocardial infarction (SMI). Terjadinya SMI pada pasien DM diduga akibat
gangguan sensitivitas sentral terhadap rangsang nyeri, penurunan
konsentrasi endorpin, neuropati perifer yang menyebabkan denervasi sensorik.
1. Pasien dibawa ke ruang treadmill dimana nadi dan tekanan darah saat istirahat
akan direkam. Elektroda ditempelkan pada dada dan dihubungkan dengan EKG
pada mesin pemeriksaan.
2. Tes ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu exercise stress test, Anda
akan diminta untuk berjalan diatas treadmill dengan prosedur latihan spesifik,
dimulai dari langkah lambat. The Bruce Protocol, protokol yang paling sering
digunakan, memiliki total 7 tahapan dengan peningkatan kecepatan secara
periodik dan inklinasi kecuraman setiap 3 menit. Tekanan darah, denyut jantung,
dan EKG Anda akan dipantau dan direkam secara bersamaan, pada saat istirahat,
dan setiap 3 menit dalam setiap tahapan latihan. Dokter akan bertanya kepada
Anda sebelum suatu tahapan berakhir, apakah Anda masih sanggup untuk
melanjutkan ke tahapan berikutnya.
3. Ada beberapa pertimbangan yang harus diikuti apabila tes ini akan dihentikan dan
Anda tidak perlu menyelesaikan 7 tahapan. Tahapan 4-6 sudah memerlukan usaha
yang intens, dan tahapan 7 memerlukan usaha maksimal. Tes ini akan dihentikan
apabila target denyut nadi telah tercapai, atau apabila Anda mengalami gejala
seperti nyeri dada, pusing, kenaikan tekanan darah yang berlebihan, atau
kelelahan yang ekstrim.
4. Bagian kedua dari tes ini adalah periode pemulihan atau fase slowing down.
Kecepatan akan diturunkan secara bertahap dalam 10 menit. Tekanan darah,
denyut jantung, dan EKG Anda akan tetap dipantau selama bagian kedua ini
berlangsung
Tes ini memakan waktu sekitar 20-40 menit tergantung dari kapasitas latihan
Anda dan waktu munculnya gejala. The Bruce Protocol memakan waktu total 21
menit, periode pemulihan 10 menit, dan persiapan 10 menit.
1. Buat garis lurus dari pertengahan thorax (mediastinum) mulai dari atas
sampai ke bawah thorax.
2. Tentukan titik A, yaitu titik terluar dari kontur jantung sebelah kanan.
3. Tentukan titik B, yaitu titik terluar dari kontur jantung sebelah kiri.
2. Mitral Stenosis
HIPOTESIS
Tn. A, 40 tahun, diduga mengalami angina pektoris et causa aterosklerosis akibat kebiasaan
dan faktor risiko yang dimiliki.
TEMPLATE (angina)
1. How to diagnose
a Anamnesis.
Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri dada
Riwayat penyakit sekarang :
Waktu dan lamanya keluhan berlangsung
Lokasi, penjalaran, frekuensi, intensitas, dan karakteristik nyeri
Faktor risiko dan pencetus serangan, termasuk faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan serangan.
Faktor pencetus serangan tidak diketahui, namun pasien yang memiliki riwayat
merokok, hipertensi
Manifestasi penyakit
Rasa nyeri dada
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat pribadi
Riwayat keluarga
b Pemeriksaan Fisik
Secara garis besar, pemeriksaan fisik terbagi menjadi 6, yaitu Pengukuran Tekanan
Darah & Frekuensi Jantung, Pengukuran Tekanan Vena Jugularis, Inspeksi, Palpasi,
Perkusi, dan Auskultasi.
Pengukuran Tekanan Vena Jugularis. Normalnya kurang dari 3-4 cm.
Inspeksi (look). Inspeksi adalah mengamati daerah yang sakit yang menjadi keluhan
utama dari pasien. Sama dengan inspeksi toraks anterior dan posterior, inspeksi
jantung pun harus dipastikan bahwa area yang diperiksa bebas dari pakaian atau
penutup. Secara umum hal yang harus diperhatikan adalah :
- Kulit : Apakah pada kulitnya terdapat bekas luka, penonjolan, perubahan warna
kulit, atau kelainan lainnya.
- Bentuk toraks : Apakah simetris atau asimetri, apakah terdapat deformitas, pectus
excavatum (funnel chest), pectus carinatum (pigeon chest), barrel chest,
kyphoscoliosis, dll.
- Apeks Jantung
Auskultasi. Lakukan auskultasi di area aorta yaitu interkostal II garis sternal kanan,
di area pulmonal yaitu interkostal II garis sternal kiri, di area ventrikel kanan yaitu
interkostal IV/V garis sternal kanan, di area ventrikel kiri yaitu interkostal IV/V garis
midclavicula kiri, dan di regio epigastrium garis midsternal.
Perkusi. Perkusi pada jantung biasa dilakukan untuk menjadi batas paru-jantung.
Agar mengetahui ukuran jantung, batas pinggang jantung, sehingga bisa dicurigai
terjadi pembesaran atau tidak.
c Pemeriksaan Penunjang
Ekg (elektrokardiogram). Ekg ini dapat merekam impuls elektrik jantung. Sehingga
dapat diketahui apakah otot jantung telah menerima supplay oksigen yang cukup atau
kekurangan oksigen (iskemia). Selain itu, ekg ini juga dapat digunakan untuk
menentukan atau mengetahui ritme jantung.
Arteriografi koroner. Merupakan satu- satunya teknik yang memungkinkan untuk
melihat penyempitan pada koroner
Foto rontgen dada . Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang
normal; pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan kadang-kadang
tampak adanya pengapuran pembuluh darah aorta
Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam
diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
serangan jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim jantung. Enzim tersebut
akan meningkat kadarnya pada serangan jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. Pemeriksaan profil lemak darah seperti kolesterol, hdl, ldl,
trigliserida dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko
seperti kolesterol dan/atau diabetes mellitus.
Uji latihan jasmani. Karena pada angina pectoris gambaran ekg sering kali masih
normal, maka seringkali perlu dibuat suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut
dibuat ekg pada waktu istirahat lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat
treadmill atau sepeda ergometer sampai pasien mencapai kecepatan jantung
maksimal atau submaksimal dan selama latihan ekg di monitor demikian pula setelah
selesai ekg terus di monitor. Tes dianggap positif bila didapatkan depresi segmen st
sebesar 1 mm atau lebih pada waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila
disamping depresi segmen st juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu
serangan, maka kemungkinan besar pasien memang menderita angina pectoris. Di
tempat yang tidak memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan
cara master, yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan ekg
sebelum dan sesudah melakukan latihan tersebut.
Thallium exercise myocardial imaging. Pemeriksaan ini dilakukan bersama-sama ujian
latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan spesifitas uji latihan.thallium 201
disuntikkan secara intravena pada puncak latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan
scanning jantung segera setelah latihan dihentikan dan diulang kembali setelah pasien
sehat dan kembali normal. Bila ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah
yang yang menderita iskemia pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien
istirahat. Pemeriksaan ini juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
2. Differential Diagnose
STEMI: akut (trombotik oklusi), ST elevasi, nyeri dada > 20-30 menit dan asal nyeri dari
tempat yang berbeda
NSTEMI: akut (penyempitan), ST depresi, asal nyeri dari tempat yang sama
3. Working Diagnose
Angina pektoris et causa aterosklerosis
4. Etiologi
Ada 3 dasar jenis angina yaitu angina stabil, angina tak stabil dan angina variant
sebagian besar penderita angina, kelainan disebabkan karena adanya pembuluh darah
koroner yang obstruktif serta kemungkinan timbul spasmekoroner dengan derajat yang
bervariasi. Pada angina variant (angina Prinzmetal) yaitu jenis angina yang jarang,
nyeri timbulakibat spasme pembuluh darah koroner yang normal ataupun ketidak
seimbangan antara kebutuhan O2 miokard dengan aliran darah juga dapat terjadi
bukan karena faktor koroner yang dapat menimbulkan angina non koroner seperti
pada:
1. Penyakit katup jantung terutama pada stenosis aorta
2. Stenosis aorta akibat klasifikasi (non rematik) yang terjadi pada orang tua atau
karena penggantian katup
3. Takikardi yang intermiten atau menetapkan seperti fibrilasi atrial terutama
pada orang tua
4. Hipertensi, anemi dan DM yang tidak terkontrol.
5. Patofisiologi
Pada saat istirahat jantung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang cukup besar (75%)
dari aliran darah koroner, lebih besar daripada beberapa organ utama yang lain dalam
tubuh. Saat metabolisme beban kerja otot jantung dan konsumsi oksigen meningkat
sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat berlipat ganda. Oksigen tambahan disuplai
oleh peningkatan aliran darah arteri koroner. Bila aliran darah koroner tidak dapat
menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen yang diperlukan oleh otot jantung, maka terjadi
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan. Kecuali, bila rasio dari suplai dan
kebutuhan menjadi seimbang, jaringan otot jantung menjadi iskemia dan infark. Disekitar
area infark ada dua zona yang disebut sebagai injuri zone dan ischemic zone. Area infark
akan terus berkembang bila suplai darah tetap membahayakan atau kurang dari
kebutuhan miokard. Luas nyata area infark tergantung pada tiga faktor yaitu sirkulasi
kolateral, metabolisme anaerobik, dan peningkatan bebena keja miokard. Sering kali
iskemik dan infark berkembang dari endokardium ke epikardium.
6. Tatalaksana
Prinsip umum :
1. Kembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/ PTCA primer untuk
menyelamatkan oto jantung dari infark miokard
2. Luas infark miokard dibatasi.
3. Pertahankan fungsi jantung
4. Memperlambat atau menghentikan progresifitas penyakit
5. Perbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan angina
6. Kurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.
Terapi Awal
Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
2. Periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT
3. Oksigenasi: Langkah ini segera dilakukan karena dapat memperbaiki
kekurangan oksigen pada miokard yang mengalami cedera serta menurunkan
beratnya ST-elevasi. Ini dilakukan sampai dengan pasien stabil dengan level
oksigen 23 liter/ menit secara kanul hidung.
4. Nitrogliserin (NTG): Kontraindikasi bila TD sistolik < 90 mmHg), bradikardia
(< 50 kali/menit), takikardia. Mula-mula secara sublingual (SL) (0,3 0,6 mg ),
atau aerosol spray. Jika sakit dada tetap ada setelah 3x NTG setiap 5 menit
dilanjutkan dengan drip intravena 510 ug/menit (jangan lebih 200 ug/menit )
dan tekanan darah sistolik jangan kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya ialah
memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard; menurunkan kebutuhan oksigen
di miokard; menurunkan beban awal (preload) sehingga mengubah tegangan
dinding ventrikel; dilatasi arteri koroner besar dan memperbaiki aliran kolateral;
serta menghambat agregasi platelet (masih menjadi pertanyaan).
5. Morphine: Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan kegelisahan;
mengurangi rasa sakit akibat iskemia; meningkatkan venous capacitance;
menurunkan tahanan pembuluh sistemik; serta nadi menurun dan tekanan darah
juga menurun, sehingga preload dan after load menurun, beban miokard
berkurang, pasien tenang tidak kesakitan. Dosis 2 4 mg intravena sambil
memperhatikan efek samping mual, bradikardi, dan depresi pernapasan. Dapat
diulang tiap 5 menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena
atau tramadol 25-50 mg iv
6. Aspirin: harus diberikan kepada semua pasien sindrom koroner akut jika tidak
ada kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial). Efeknya ialah menghambat
siklooksigenase 1 dalam platelet dan mencegah pembentukan tromboksan-A2.
Kedua hal tersebut menyebabkan agregasi platelet dan konstriksi arterial. Dosis
yang dianjurkan ialah 160325 mg perhari, dan absorpsinya lebih baik
"chewable" dari pada tablet. Aspirin suppositoria (325 mg) dapat diberikan pada
pasien yang mual atau muntah.
7. Antitrombolitik lain: Clopidogrel, Ticlopidine: derivat tinopiridin ini
menghambat agregasi platelet, memperpanjang waktu perdarahan, dan
menurunkan viskositas darah dengan cara menghambat aksi ADP (adenosine
diphosphate) pada reseptor platelet, sehingga menurunkan kejadian iskemi.
Clopidogrel 1 x 75 mg/hari peroral, cepat diabsorbsi dan mulai beraksi sebagai
antiplatelet agregasi dalam 2 jam setelah pemberian obat dan 4060% inhibisi
dicapai dalam 37 hari. Penelitian CAPRIE (Clopidogrel vs ASA in Patients at
Risk of Ischemic Events ) menyimpulkan bahwa Clopidogrel secara bermakna
lebih efektif daripada ASA untuk pencegahan kejadian iskemi pembuluh darah
(IMA, stroke) pada aterosklerosis (Product Monograph New Plavix).
Kontraindikasi :
- Perdarahan aktif organ dalam
- Perkiraan diseksi aorta
- Resusitasi kardio pulmonal yang berkepanjangan dan traumatik
- Trauma kepala yang baru atau adanya neoplasma intrakranial
- Diabetic hemorrhage retinopathy
- Kehamilan
- TD > 200/120 mmHg
- Telah mendapat streptokinase dalam jangka waktu 12 bulan.
8. Komplikasi
1. Edema pada perifer
2. Gagal jantung Dressler
3. Disritmia kongestif
4. Syok kardiogenik
5. Disfungsi otot papilaris
6. Pericarditis.
9. Prognosis
Dubia At Bonam
10. SKDI
3A.
SINTESIS
1. Anatomi Jantung
Sistem kardiovaskuler adalah sistem yang mana akan memberikan fasilitas proses
pengangkutan dari berbagai substansi untuk disampaikan ke sel-sel tubuh. Sistem
kardiovaskuler ini meliputi, organ penggeri yang kita kenal sebagai jantung, serta sistem
saluran yang meliputi, arteri dan vena. Jantung memliki panjang sebeser 12 cm, lebar 8-9
cm, ketebalan 6 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan kanan manusia (250-300 gram).
1. Pericardium Fibrosa, yakni lapisan luar yang menempel pada tulang dada, pleura dan
diagragma
2. Pericardium Serosa, yakni lapisan dalam yang berasa dari pericardium yang meliputi
lapisang parietalis: yang melekaat pada pericardium fibrosa serta lapisan viseralis yang
mana melekat pada jantung, dikenal sebagai epikardium.
Dari kedua lapisan tersebut, ada sebuah rongga pericardium yang didalamnya terdiri dari
cairan pelumas atau cairan pericardium yang isinya, kurang lebih 10-30 ml yang
berfungsi untuk mengurangi terjadinya gesekan yang biasa timbul akibat dari gerak
jantung. Selain itu, pericardium juga bermanfaat atau berperan aktif sebagai barier
terhadap infeksi yang berasal dari paru serta mediastinum.
Anatomi jantung dan pembuluh darah
Jantung terdiri dari empat bagian utama, mulai dari serambi kanan, serambi kiri, bilik
kanan dan biliki kiri, semua bagian utama tersebut memiliki fungsi masing-masing.
- Serambi kanan berfungsi untuk menerima darah yang mengandung CO2 dari dalam
tubuh yang berjalan melalui vena cava superior serta vena cava inferior.
- Serambi kiri berfungsi untuk menerima darah yang mengandung banyak O2 dari paru-
paru yang berjalan melalui vena paru-paru.
- Bilik kanan berfungsi untuk menerima darah yang mengandung banyak karbondioksida
sebagai kontrak atrium kanan.
- Sedangkan bilik kiri berperan dengan baik untuk menerima darah yang tinggi akan
kandungan oksigen dari atrium kiri.
Sistem pembuluh darah meliputi 3 jenis, kapiler, arteri serta vena. Masing-masing
memiliki peran yang sangat penting.
- Kapiler merupakan jenis pembuluh darah yang karakternya sangat halus yang mana
berperan penting menghubungkan arteriola dengan venula.
- Arteri memiliki diameter besar, berdinding elastis dan tebal. Berfungsi untuk membawa
darah keluar dari dalam jantung menuju bagian tubuh lainnya serta membawa darah yang
telah dideoksigenasi, terkecuali arteri pulmonalis. Beberapa arteri yang berukuran kecil
dinamakan dengan arteriola
- Vena memiliki fungsi untuk mengalirkan darah kembali ke jantung, berdinding tipis
dengan jaringan otot polos serta jaringan ikat sedikit.
2. Angina pectoris
Definisi Angina Pektoris. Angina adalah nyeri, ketidaknyamanan, atau tekanan
lokal di dada yang disebabkan oleh kekurangan pasokan darah (iskemia) pada otot
jantung. Hal ini juga kadang-kadang ditandai oleh perasaan tersedak, sesak napas dan
terasa berat. Kondisi ini juga disebut Angina Pectoris (Indonesia : angina pektoris).
Masyarakat awam biasanya menyebutnya Angin duduk, Masuk Angin Duduk.
Angina pektoris
Angina dapat dibagi lebih lanjut menjadi dua kategori: Angina de effort dan variant
angina.
Angina de effort
Angina de effort adalah gangguan umum yang disebabkan oleh penyempitan
pembuluh darah (atherosclerosis) yang mensuplai darah kaya oksigen ke otot jantung.
Dalam kasus Angina de effort, jantung (koroner) pembuluh darah dapat menyediakan otot
jantung (miokardium) darah yang cukup selama istirahat tetapi tidak selama periode
latihan dan stres. Rasa sakit ini berkurang dengan istirahat atau dengan pemberian
nitrogliserin, obat yang mengurangi iskemia jantung. Pasien dengan Angina de effort
memiliki peningkatan risiko serangan jantung (infark miokard).
Variant angina
Variant angina ini jarang terjadi dan terjadi secara independen dari aterosklerosis
yang mungkin, biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Variant angina terjadi saat
istirahat dan tidak berhubungan dengan pekerjaan yang berlebihan oleh otot jantung.
Penelitian menunjukkan bahwa Variant angina disebabkan oleh spasme otot arteri
koroner namun tidak cukup untuk menyebabkan serangan jantung yang sebenarnya.
Elektrokardiogram (EKG)
Elektrokardiogram adalah tes yang mencatat impuls listrik dari jantung. Grafik
yang dihasilkan dari aktivitas listrik dapat menunjukkan jika otot jantung tidak berfungsi
dengan baik sebagai akibat dari kekurangan oksigen. Electrocardiogram juga berguna
dalam menyelidiki kemungkinan abnormalitas jantung.
Stress test
Bagi banyak orang dengan angina, hasil elektrokardiogram saat istirahat tidak
akan menunjukkan adanya kelainan. Karena gejala angina terjadi selama stress (latihan
fisik), fungsi jantung mungkin perlu dievaluasi di bawah tekanan fisik dari latihan. Tes
stres dilakukan bersamaan dengan EKG sebelum, selama, dan setelah latihan untuk
mencari kelainan terkait stress (latihan fisik). Tekanan darah juga diukur selama uji stres.
Angiogram
Angiogram, yang pada dasarnya sinar x dari arteri koroner, telah menjadi tes
diagnostik yang paling akurat untuk menunjukkan keberadaan dan luasnya penyakit
koroner. Dalam prosedur ini, digunakan tabung fleksibel (kateter) yang panjang dan tipis
untuk melakukan manuver ke dalam arteri yang terletak di lengan atau pangkal paha.
Kateter ini akan dilewatkan lebih lanjut melalui arteri ke salah satu dari dua arteri koroner
utama. Sebuah pewarna disuntikkan pada waktu itu untuk membantu sinar x melihat
jantung dan arteri lebih jelas. Banyak sinar x singkat dibuat untuk menciptakan sebuah
film darah mengalir melalui arteri koroner, yang akan mengungkapkan penyempitan
yang mungkin dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung dan gejala
terkait angina.
Pengobatan Angina Pectoris
Pengobatan Konservatif
Penyakit pembuluh darah Arteri dapat menyebabkan angina, sehingga dapat
dicegah dengan mengontrol Faktor risikonya termasuk merokok, tekanan darah tinggi,
kadar kolesterol tinggi, dan obesitas. Angina sering diterapi dengan obat, paling sering
dengan nitrogliserin. Obat ini mengurangi gejala angina dengan meningkatkan diameter
pembuluh darah yang membawa darah ke otot jantung. Dapat diminum dengan
menempatkan tablet dibawah lidah atau transdermal dengan menempatkan sebuah patch
obat langsung pada kulit. Selain itu, beta blockers atau calcium channel blockers
mungkin diresepkan juga untuk menurunkan kebutuhan jantung terhadap oksigen dengan
cara mengurangi laju dan beban kerja jantung.
Terapi Bedah
Bila pengobatan konservatif tidak efektif dalam pengurangan nyeri angina dan
resiko serangan jantung tetap tinggi, dokter mungkin merekomendasikan angioplasti atau
operasi. Operasi bypass arteri koroner adalah suatu operasi di mana pembuluh darah
(biasanya vena panjang pada kaki) dicangkokkan ke arteri yang tersumbat untuk
melewati bagian yang tersumbat. Sehingga terbentuk jalan baru yang memungkinkan
darah mengalir secara memadai ke otot jantung.
Prosedur lain yang digunakan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung adalah
balon angioplasty. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan kateter dengan balon kecil di
ujungnya ke dalam lengan atau arteri pangkal paha. Kateter ini kemudian berulir naik ke
arteri koroner dan balon mengembang untuk membuka bagian yang sempit. Teknik
lainnya menggunakan laser dan alat mekanik yang sedang dikembangkan dan diterapkan,
juga melalui kateter.
Pengobatan Alternatif
Antioksidan, termasuk vitamin A (beta karoten), vitamin C, vitamin E, dan
selenium, dapat membatasi kerusakan oksidatif pada dinding pembuluh darah yang
mungkin menjadi pelopor pembentukan plak aterosklerotik.
KESIMPULAN
Tn. A, 40 tahun, diduga mengalami angina pektoris et causa aterosklerosis akibat kebiasaan dan
faktor risiko yang dimiliki
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, Triani, 2007, Bahan Ajar Histology Kardiovaskuler, Bagian Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar.
Mansjoer, Arief, dkk., 2005, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Media
Aesculapius, Penerbit FK UI, Jakarta.
Price, A. Sylvia, dan Wilson, Lorraine M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Putz R., R. Pabst, 2005, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 21, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Swartz, Mark H., 1995, Buku Ajar Diagnostik Fisik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Universiti Sains Malaysia, 2003, A Compilation of Pathogenesis and Pathophysiology, USM
Press, Malaysia.
Wiechmann, Allan dan Pillow, Jonathan, 2005, University of Oklahoma Health Sciences
Center Interactive Histology Atlas, Oklahoma.
American Diabetes Association. Standards of Medical Care for Patients with Diabetes
Mellitus (Position Statement). Diabetes Care 26 (S1): 33-50,2003.
Jackson G.: Ische heart disease clinical & management in cardiovascular update, update
Publications, England, 1984.
H.A. WASID. Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut. 2003. SMF Kardiovaskular
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Purwokerto