BIOKIMIA I
ISOLASI ENZIM DARI TANAMAN DAN APLIKASINYA
UNIVERSITAS MATARAM
2016
BAB I
PENDAHULUAN
URAIAN MATERI
Enzim, selain terdapat di dalam tubuh makhluk hidup, enzim juga ada dan terdapat
dalam tumbuhan. Sebab tumbuhan itu merupakan bagian dari makhluk hidup yang ada di
dunia ini. Tumbuhan adalah jenis makhluk hidup yang menghasilkan metabolit yang sifatnya
sekunder dan berfungsi untuk melindungi tumbuhan itu dari serangan musuh seperti
serangga, jamur, bakteri, dan juga jenis pathogen yang lainnya.
1. Isolasi Enzim
Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam adalah sebuah cara untuk
memisahkan senyawa yang bercampur sehingga menghasilkan senyawa tunggal yang
murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa yang dikategorikan sebagai metabolit
primer dan metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami ini
mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena senyawa metabolit
sekunder diyakini dan telah diteliti dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Antara lain manfaatnya dalam bidang pertanian, kesehatan dan pangan.
Untuk memproduksi enzim dalam jumlah besar dan mempunyai aktivitas yang
tinggi, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti kondisi pertumbuhan, cara isolasi,
serta jenis substrat yang digunakan. Kondisi pertumbuhan yang menunjang produksi
enzim secara maksimal adalah pH, suhu inkubasi, waktu inkubasi, dan komposisi media
pertumbuhan harus mengandung sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen dan
mineral (Wang, 1979).
Enzim dapat diperoleh dengan mengisolasi dari sumbernya. Enzim yang telah
diisolasi ini dapat dimanfaatkan lebih lanjut dalam bidang industri maupun kesehatan
Untuk mengeluarkan enzim dari sumbernya perlu dilakukan isolasi yang dapat dilakukan
cara.
1) Filtrasi
Dasar pemisahan adalah ukuran partikel. Efisiensinya dibatasi oleh:
Bentuk partikel
Kemampuan partikel menahan tekanan
Kekentalan fasa cair
2) Ekstraksi
Metode ekstraksi enzim ditentukan oleh jenis sumbernya. Enzim yang terdapat
pada tepung biji-bijian diekstraksi dengan cara mencampur pada media cair kemudian
diaduk, enzim dari bagian tanaman yang bersifat lunak diekstraksi dengan dipotong
kecil-kecil, dipres kemudian disaring dengan kain, sedangkan untuk mengekstrak
enzim dari daun dan biji-bijian dengan cara digiling, dihomogenasi dalam media cair
atau langsung diblender dalam media cair. Dalam ekstraksi enzim dari tanaman
digunakan buffer untuk mempertahankan harga pH. Beberapa pH yang dapat
digunakan misal: bufer tris-hidroksimetil amino metan, bufer glisin dan bufer fosfat.
3) Sentrifugasi
Metode sentrifugasi merupakan cara pemisahan enzim dari partikel-partikel
lain yang tidak dikehendaki. Semakin kecil partikel, kecepatan sentrifugasi yang
diperlukan semakin besar. Pemisahan dilakukan sentrifugasi pada kecepatan dan
gaya berat tertentu sehingga sel-sel mikroorganisme mengendap dan supernatant
merupakan cairan yang berisi enzim. Dasar pemisahan secara sentrifugasi yaitu:
Perbedaan antara fasa cair dan padat
Ukuran partikel,
Berat jenis partikel,
Berat jenis bahan cair/larutan,
Jari-jari sentrifus.
2. Pemurnian Enzim
Memperoleh enzim dengan kemurnian yang tinggi, tidaklah mudah butuh biaya
serta proses yang lama untuk memperoleh enzim dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
Pemurnian enzim bertujuan untuk memisahkan enzim yang dikehendaki dari enzim lain
yang tidak diinginkan. Ada tiga strategi yang harus diperhatikan dalam pemurnian enzim:
1) kualitas, perlu tindakan untuk mempertahankan aktivitas enzim dengan mengurangi
proteolisis dan denaturasi, 2) kuantitas, perlu diperhatikan jumlah pemakaian akhir
protein murni, dan 3) ekonomis, perlu dipertimbangkan biaya apabila diterapkan dalam
skala laboratorium maupun industri.
Pemurnian merupakan tahap yang penting setelah enzim diisolasi. Pemurnian
enzim dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan pelarut organik, gel
filtrasi atau menggunakan garam.
a. Pengendapan dengan Amonium Sulfat
Pengendapan dengan garam anorganik atau pelarut organik bertujuan untuk
meningkatkan konsentrasi enzim dan merupakan langkah awal proses pemurnian
enzim. Garam anorganik yang efektif digunakan dalam fraksinasi adalah berupa
kation monovalent seperti (NH2)2SO4. Amonium sulfat merupakan garam yang
umumnya digunakan karena mempunyai keuntungan: memiliki daya larut yang tinggi
dalam air, tidak mengandung zat yang bersifat toksik, protein stabil di dalam larutan
amonium sulfat 2-4 M, protein terlindungi dari denaturasi, dan membatasi
pertumbuhan bakteri serta relatif tidak mahal.
Prinsip pengendapan dengan amonium sulfat berdasarkan pada kelarutan protein yang
merupakan interaksi antara gugus polar dengan molekul air, interaksi ionik protein
dengan garam dan daya tolak menolak protein yang bermuatan sama. Berdasarkan
fenomena ini, proses kelarutan protein terbagi dua yaitu: proses salting in dan salting
out. Kelarutan protein pada pH dan suhu tertentu akan meningkat saat konsentrasi
garam meningkat sampai pada konsentrasi tertentu (salting in). Selanjutnya pada
penambahan garam dengan konsentrasi tertentu, kelarutan protein akan menurun
(salting out). Molekul air yang berikatan dengan ion-ion garam semakin banyak
sehingga terjadi penarikan air yang mengelilingi permukaan protein. Peristiwa
pengendapan ini mengakibatkan protein saling berinteraksi, berdegradasi, dan
mengendap (Harris, 1989; Scopes, 1987). Filtrat enzim yang telah dijenuhi dengan
amonium sulfat dibiarkan satu malam pada suhu 4oC agar protein terdegradasi dan
mengendap sempurna, endapan yang diperoleh adalah protein.
b. Cara pengendapan dalam garam organik (salting out) atau pelarut organik (aseton)
Fraksinasi dengan garam berdasarkan pada sifat-sifat garam seperti kelarutan dan
keefektifannya dalam mengendapkan protein. Garam-garam yang sangat efektif
adalah garam-garam yang mengandung anion yang bermuatan banyak seperti sulfat,
fosfat dan sitrat. Garam yang paling sering digunakan adalah garam amonium sulfat.
Amonium sulfat yang terlarut setelah proses fraksinasi dipisahkan dengan cara
dialisis. Prinsip dialisis adalah difusi garam amonium sulfat melalui membran
semipermeabel. Penggunaan amonium sulfat untuk salting out memiliki keuntungan
antara lain harga relatif murah, kelarutannya tinggi, pH larutan tidak berubah secara
ekstrem, dan tidak bersifat toksik. Kerugiannya ialah konsentrasi garam yang
tertinggal dalam produk tinggi dan kurang efisien dalam menghilangkan pencemar.
Pengendapan protein dengan pelarut organik seperti aseton akan menghasilkan produk
dengan aktivitas tinggi, tetapi kondisi reaksi harus dipertahankan pada suhu rendah (-
5C) untuk mencegah denaturasi protein.
Proses pemurnian menyebabkan hilangnya kofaktor yang penting sehingga
menyebabkan hilangnya aktivitas enzim. Selain itu dapat pula terjadi denaturasi
protein akibat pengaruh suhu dan pH selama pemurnian berlangsung.
BAB II
REVIEW JURNAL
Bromelin merupakan enzim proteolitik yang terdapat pada tanaman nanas (Ananas
comosus L).Telah dilakukan isolasi dan penentuan aktivitas spesifik enzim bromelin dari
buah nanas.Pada penelitian ini bromelin diisolasi dengan metoda ekstraksi, lalu ditentukan
aktivitas unit dengan substrat kasein dan penentuan kadar protein dengan metoda Lowry
menggunakan spektrofotometer. Hasil isolasi merupakan ekstrak kasar enzim bromelin
dengan aktivitas spesifik 0,521 U/mg.
Enzim merupakan unit protein fungsional yang ber- peran mengkatalisis reaksi-reaksi
dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam tubuh. Spesifikasi enzim terhadap
substratnya teramat tinggi dalam mempercepat reaksi kimia tanpa produk samping
(Lehninger, 1982).
Jenis-jenis ikatan kimia yang menstabilkan stuktur enzim adalah ikatan peptida,
ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan elektrostatik dan ikatan disulfida (Conn, et. al, 1967).
Aktivitas dari enzim dalam mengkatalis reaksi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah:
1. Konsentrasi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu kecepatan reaksi enzimatis bertambah pada saat
bertambahnya konsentrasi enzim.
2. Konsentrasi substrat
Pada saat konsentrasi enzim konstan bertambahnya konsentrasi substrat meningkatkan
kecepatan reaksi enzimatis. Pada konsentrasi tertentu tidak terjadi peningkatan
kecepatan reaksi walau- pun konsentrasi substrat ditambah.
3. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lam- bat, pada suhu tinggi secara umum
reaksi kimia berlangsung cepat. Pada suhu optimum kecepatan reaksi enzimatis adalah
maksimum. Pada suhu melewati suhu optimumnya dapat menyebabkan terjadinya
denaturasi enzim sehingga menurunkan kecepatan reaksi.
5. Inhibitor
Keberadaan inhibitor akan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis. Inhibitor dapat
membentuk kompleks dengan enzim baik pada sisi aktiv enzim maupun bagian lain dari
sisi aktiv enzim. Terbentuknya komplek enzim inhibitor akan menurunkan aktivitas
enzim terhadap substratnya (Poedjiadi, 1994).
Banyak varietas nanas ((Pineapple, Ananas comosus L) yang termasuk dalam family
bromeliaseae mengandung enzim proteolitik yang disebut bromelin (Hui,1992). Enzim ini
menguraikan protein dengan jalan memutuskan ikatan peptida dan menghasilkan protein
yang lebih sederhana (Sumarno,1989). Enzim bromelin terdapat dalam semua jaringan
tanaman nanas. Sekitar setengah dari protein dalam nanas mengandung protease bromelin. Di
antara berbagai jenis buah, nanas merupakan sumber protease dengan konsentrasi tinggi
dalam buah yang masak (Donald, 1997).
Bromelin bonggol nanas memiliki sifat karakteristik (Mantell et. al., 1985; Reed,
1966; Anonim, 2000) sebagai berikut :
a. Berat molekul: 33 500
b. Titik isoelektrik: pH 9,55
c. Derajad Keasaman (pH) optimum: 6-8
d. Suhu optimum: 50 oC
e. Aktivitas spesifik: 5-10 U/mg protein.
f. Warna: putih sampai kekuning-kuningan dengan bau khas.
Bromelin merupakan unsur pokok dari nanas yang penting dan berguna dalam
bidang farmasi dan makanan (Donald, 1997). Fungsi bromelin mirip dengan papain dan
fisin, sebagai pemecah protein. Pada akhir-akhir ini enzim bromelin lebih banyak
digunakan untuk penjernihan bir (chillpoofing bir) dan pengempukan daging (Anonim,
2000). Selain itu enzim bromelin sering pula dimanfaatkan sebagai bahan kontrasepsi KB
untuk memperjarang kehami- lan. Ibu-ibu yang sedang mengandung tidak dianjur- kan
makan nanas karena dapat mengakibatkan keguguran (Harianto, 1996).
Kegunaan lain dari bromelin adalah untuk memper- lancar pencernaan protein,
menyembuhkan artritis, sembelit, infeksi saluran pernafasan, luka atletik (pada kaki),
angina, dan trauma (Wirakusumah, 1999).
Untuk menentukan cara isolasi enzim, pertama-tama perlu mengetahui lokasi enzim
di dalam sumbernya. Enzim dari jasad hidup dibagi menjadi dua macam yaitu enzim
ekstraseluler dan intraseluler (Anonim, 2000). Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah
jenis enzim serupa yang berasal dari sumber yang berbeda maka berbeda pula jumlah dan
aktivitas katalitik enzim walaupun katalisasi reaksinya sama. Sebagian besar waktu yang
dibutuhkan dalam isolasi enzim adalah digunakan dalam uji aktivitas dengan ukuran/porsi
yang berbeda-beda. Sangat dianjurkan uji aktivitas dengan cepat agar lebih akurat (Paul,
et. al., 1985).
Aktivitas enzim tergantung pada kondisi seperti suhu, pH dan konsentrasi. Jika
perlu secara khusus dan selalu menggunakan kondisi yang sama dalam membandingkan
aktivitas enzim (Paul, et. al,1985). Aktivitas enzim sering digunakan dalam satuan unit
(U) yaitu jumlah enzim yang mengkatalisis 1 mikromol substrat per menit pada kondisi
tertentu. Sedangkan kemurnian enzim dinyatakan dalam aktivitas spesifik yaitu jumlah unit
aktivitas per miligram protein (Winarno, 1986).
METODE PENELITIAN
1. Isolasi enzim
Isolasi enzim yang dilakukan menggunakan buah nanas yang dipotong-potong.
Kemudian dihomogenisasi dengan bufer fosfat pH 7,5 dingin sedikit-sedikit sebanyak 1 : 1.
Larutan yang diperoleh disentrifugasi pada 3000 g selama kira-kira 15 menit pada suhu 15
oC. Selanjutnya supernatan dipisahkan dari endapannya. Supernatan yang diperoleh
Penentuan unit aktivitas enzim dilakukan dengan cara sebanyak 2,5 mL substrat
ditambah dengan larutan enzim yang telah diencerkan 10 kali. Diinkubasi pada suhu 37 oC
kira-kira 10 menit, larutan TCA 1 M dit- ambahkan sebanyak 3 mL. Campuran reaksi diinku-
basi pada suhu 37 oC kira-kira 40 menit, lalu disen- trifugasi 3000 rpm kira-kira 20 menit.
Setelah disen- trifugasi supernatan dibaca serapannya pada lambda 290 nm dengan
spektrofotometer UV-Vis simadzu.
Isolasi enzim dilakukan dengan metode ekstraksi. Tujuan untuk mengeluarkan enzim
dari dalam sel-sel jaringan buah nanas. Selama proses berlangsung suhu dijaga agar tidak
melebihi 10oC dan ditambah larutan penyangga dengan pH 7,5 serta pemblenderan secara
fisik. Dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan enzim kasar dari sisa-sisa jaringan nanas.
Hasil sentrifugasi berupa endapan yaitu sisa-sisa jaringan nanas dan supernatant
merupakan enzim kasar bromelin. Ekstrak kasar merupakan campuran dari beberapa enzim
dan kemungkinan masih mengandung senyawa-senyawa yang bukan enzim.
Enzim kasar bromelin ditentukan menggunakan substrat kasein dan absorbansi pada
panjang gelombang 290 nm dengan spektrofotometer UV-Vis simadzu. Panjang gelombang
290 nm merupakan panjang gelombang maksimum pada tirosin. Ekstrak kasar enzim
bromelin dari buah nanas adalah 5,373 U/mL.
biru berasal pereaksi Folin Ciocalteu oleh reaksi antara protein dengan ion kupri ( Cu ++)
dalam larutan alkalis dan terjadi reduksi garam fosfomolibdat fosfotungstat oleh tirosin dan
triptopan pada protein. Karena kandungan kedua macam asam amino tersebut bervariasi,
maka intensitas warna yang ditimbulkan per miligram proteinpun berbeda (Sudarmadji,
1984).
Hasil serapan yang diukur pada panjang gelombang 760 nm sebagai panjang
gelombang maksimum untuk kasein sebagai larutan standar protein. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar protein enzim kasar bromelin dari buah nanas adalah 10,299
mg/mL. Kemurnian suatu enzim ditentukan oleh harga dari spesifik aktivitasnya. Ekstrak
kasar yang didapat rendah yaitu 5,373 U/mL dan kandungan proteinnya 10,299 mg/mL
protein sehingga spesifik aktivitasnya adalah 0,521 U/mg.
KESIMPULAN
Enzim bromelin kasar hasil isolasi dari buah nanas mempunyai : Unit aktivitas
5,373 U/mL, Kadar protein 10,299 mg/mL, Aktivitas spesifik 0,521 U/mg.
BAB III
Edawati L. 2011. Aplikasi Penggunaan Enzim Papain Dan Bromelin Terhadap Perolehan
Vco. Cet. 1. Yogyakarta: UPN Press.
Harris, E.L.V., S, Angal. 1989. Protein Purification Methods. A Practical approach. IRL
Press : Oxford.
Indrawati T. 1992. Pembuatan Kecap Keong Sawah dengan Menggunkan Enzim Bromelin.
Semarang: Balai Pustaka dan Media Wiyata.
Kumaunang, M. dan Kamu, V., (2011), Aktivitas Enzim Bromeilin dari Ekstrak Kulit
Nanas(Ananas comosus L), Jurnal ilmiah sains volume 11 No.2.
Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivitas Enzim Bromelin dari Buah Nanas (Ananas
comosus L.). Journal Ilmiah Biologi. 2 (3) : 83-87.
Prayitno AD, Rachmawaty R, Handayani H, Selvy F dan Sari RP. Penggunaan Enzim Dalam
Industri Pangan. Makalah Teknologi Enzim. Teknik Kimia Fakultas Teknik.
Universitas Diponegoro. Semarang. 2011
Ratnasari.2014.enzim.[online]. Diakses pada tanggal 28 November 2015 di
http://kepetlupi.blogspot.co.id/2014/10/enzim.html