Abstrak. Robin George Collingwood adalah seorang filsuf dan sejarawan dari Inggris. Dia
berupaya untuk memisahkan bagaimana memahami kejadian alam dan historis dengan baik.
Dia berasumsi bahwa keduanya memiliki karakter yang berbeda. Proses pencariannya tersebut
telah membawanya pada salah satu cara dalam mendekati sejarah. Dia melihat bahwa sejarah
tidak akan dapat dipahami tanpa menggambarkan kembali pemikiran-pemikiran pelaku atau
seorang tokoh sejarah dalam suatu narasi. Pemikirannya tersebut tentu saja bercorak idealisme
historis sebagai hasil akumulasi kecenderungan filsafat di zamannya yang berusaha
mengawinkan kritisisme Kant dan idealisme Hegel. Selain itu, pandangan Collingwood pada
manusia dan sejarah juga akan disinggung serta re-enactment sebagai pendekatan sejarah akan
menjadi porsi utama tulisan ini. Sebagai penutup, akan disajikan pula tujuan dari sejarah
menurut Collingwood yakni meraih kebebasan.
Sejarah tematik seringkali dipahami sebagian digunakan tidak terbatas pada satu disiplin ilmu
besar orang secara nomotetis atau bahkan tertentu serta seyogyanya menggunakan
aktivitas manusia tertentu dalam perkembangan pendekatan ilmu sosial (sejarah struktural).
temporal sehingga seringkali melupakan aspek Sebagai contoh, sejarawan mengambil tema
ideografis yang menjadi karakter dari kajian sentral sejarah sosial namun ia menemukan suatu
historis. Sejarah tematik seperti sejarah politik, fakta mengapa masyarakat berubah dan
sejarah budaya, sejarah intelektual, sejarah berkembang karena imbas dari kebijakan politik
ekonomi, atau sejarah sosial tiada ubahnya tertentu. Oleh karenanya sejarawan tersebut juga
seperti pembahasan mengenai sejarah Indonesia menggunakan konsep dan teori politik untuk
atau sejarah dunia sehingga yang nampak adalah menjelaskan fenomena yang dimaksud.
pengulangan materi dengan berkedok Kuntowijoyo (2003:5-13) juga berupaya
pendalaman materi. Sudah saatnya sejarah menjelaskan berbagai keterbatasan mengapa
tematik kembali pada hakikatnya yakni hanya bidang garapan sejarah sosial begitu
bagaimana penulisan sejarah dilakukan, bukan berkembang saat ini. Hal ini bukan saja karena
perjalanan politik, ekonomi, budaya, sosial, atau faktor politik (hal yang mungkin membuat
intelektual manusia dalam waktu spasial tertentu. sejarah politik kontemporer tidak berkembang
Kartodirdjo (1993:123), memberikan pedoman dengan baik) dan keamanan diri sejarawan tetapi
cara menuliskan masa lalu sesuai dengan satu juga seringkali sejarawan tidak menguasai teori
tema sentral namun konsep dan teori yang dan konsep ilmu lain seperti ilmu ekonomi yang
8
Daya Negri Wijaya R.G. Collingwood dalam Idealisme Historis 9
cenderung kaku dan berbasis eksakta. Hasilnya Sejarah intelektual diintrodusir oleh
sejarah ekonomi juga tidak dapat berkembang seorang idealis bernama Robin George
dengan baik. Begitu pula dengan sejarawan Collingwood sebagai reaksi atas pandangan
militer yang seringkali menemui kendala dalam positivistis dalam sejarah. Dia berupaya untuk
pengumpulan data juga mengundang memberikan penjelasan bahwa sejarah dan ilmu
keprihatinan dan membuat kajian sejarah militer alam merupakan suatu entitas yang berbeda.
sulit berkembang. Selain itu, Sjamsuddin Positivisme merupakan suatu gagasan yang
(2007:306) dengan lugas memberikan gambaran percaya bahwa segala sesuatu akan mendekati
bahwa sejarawan yang mengambil tema sentral kebenaran jika berdasarkan data empiris.
tertentu seharusnya menguasai konsep dan teori Implikasinya penelitian sejarah yang dimulai
dari disiplin ilmu terkait: sejarah sosial yang erat dari heuristik memandang bahwa sumber sejarah
dengan sosiologi, sejarah ekonomi berkaitan hanya berasal dari dokumen dan artifact.
dengan model-model atau teori-teori dalam ilmu Konsekuensi logisnya bahwa fakta di dalam
ekonomi, sejarah kebudayaan yang erat dengan dokumen adalah aspek primer yang dekat
antropologi, sejarah mentalitas dekat dengan dengan kebenaran dan interpretasi dipandang
psikologi, serta sejarah intelektual dekat dengan hanya sebagai aspek sekunder karena hanya
filsafat. dilakukan jika memiliki dokumen; sejarah
Tulisan ini akan berfokus pada hal yang dipandang sebagai kebenaran tunggal seperti
terakhir yakni sejarah intelektual atau relasi realitas alam; sejarah hanya memiliki pola jika
antara sejarah dengan filsafat. Keduanya sulit pola tersebut terdapat dalam peristiwa; dan
dipahami apabila tidak memahami salah satunya. makna di dalam sejarah bersifat tetap.
Carr dalam Maarif (2003:36) menjelaskan Positivisme sebagai pendekatan dalam
bahwa sejarah sebagai bentuk tertinggi dari metodologi sejarah ternyata banyak dikritik oleh
filsafat haruslah diteropong dalam pengertian para sejarawan yang menganggap realitas sejarah
pertimbangan tentang fakta atau pertimbangan tidak sama dengan realitas alam. Hariyono
sejarah, bukan dalam bentuk cerita khusus (2006:45) memberikan ilustrasi menarik tentang
tentang fakta seperti yang biasa disebut sebagai hal ini, misalnya air yang menjadi objek ilmu
cerita sejarah, hasil rekonstruksi tentang masa alam dimana-mana kalau dipanaskan akan
lampau. Lebih lanjut, kiranya perlu diperjelas menguap dan pada titik 100 derajat akan
pemahaman akan sejarah intelektual dan sejarah mendidih, sebaliknya kebebasan untuk merdeka
gagasan karena keduanya merupakan kombinasi oleh suatu bangsa mempunyai karakter yang
pertalian antara sejarah dan filsafat. Sejarah berbeda pada setiap negara seperti Vietnam
intelektual dipahami sebagai suatu pendekatan berusaha merebut kemerdekaan dengan jalan
dalam memahami pemikiran (kumpulan revolusi dan Malaysia memperoleh kemerdekaan
gagasan) manusia di masa lalu sedangkan dengan jalan moderat dari Inggris. Salah satu
sejarah gagasan adalah suatu pendekatan dalam kubu anti-positivisme adalah kaum idealis
memahami ide atau gagasan manusia di masa dimana Collingwood bersama Croce dan
lalu (Wijaya, 2013:24).Jika sejarah filsafat Diltheymerupakantiga pendekar utama dalam
cenderung melihat perkembangan tiga garapan tradisi idealisme historis yang berusaha
filsafat: ontologi, epistemologi, dan aksiologi mengawinkan antara kritisisme Kant dan
maka sejarah intelektual berusaha untuk idealisme Hegel.
memberikan pedoman bagaimana masa lalu Collingwood menghabiskan banyak
akan tergambar dengan jelas apabila sejarawan waktunya di Oxford bahkan dia juga
menggambarkan peristiwa, kondisi sosial- mengabdikan dirinya sebagai a fellow of
budaya, serta kondisi batin berpijak pada Pembroke College dan semenjak 1935 sebagai
pemikiran tokoh atau pelaku sejarah di masa Waynflete Professor of Metaphysical Philosophy
lalu. in the University of Oxford. Dia begitu
10 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan, Nomor 1, Juni 2015
terpengaruh dan mungkin memulai petualangan media ilmu pengetahuan, dan sum berarti dunia.
intelektual bersama lingkaran realis Oxford (dia Bilamana pikiran dihubungkan dengan dunia
menyebutnya sebagai the school of Green) yang melalui aktivitas berpikir maka dunia tidak ada
diwakili Green dan Bradley yang kemudian jika aku (manusia) tidak berpikir (Descartes,
diteruskan oleh Cook Wilson dan Prichard. 2015:8). Dengan kata lain, manusia akan
Walaupun turut serta menggores akal budi menemui ketiadaan atau ketidaktahuan tanpa
Collingwood namun dia menolak serta aktivitas berpikir. Goresan Descartes ini telah
membantah pemahaman pengetahuan versi membawa manusia pada corak manusia modern
school of Oxford. Menurutnya keterkaitan antara yang bersifat antroposentris atau yang
pikiran dan benda adalah tiada serta keduanya menempatkan manusia sebagai pusat dari dunia.
tentunya dipengaruhi oleh konteks sejarah Mereka mulai berpikir dan meragukan segala
dimana pikiran itu ada. Dia cenderung mengikuti sesuatu termasuk dogma-dogma agama yang
apa yang dipikirkan oleh Croce bahwa kunci membelenggu pemikiran manusia seperti di
dalam memahami filsafat abad ke-20 adalah zaman saat Descartes hidup. Pondasi
memahami sejarah abad ke-20 tersebut. Selain rasionalisme atau idealismenya yang
itu mereka juga memberikan perhatian pada mengedepankan akal manusia sebagai prasyarat
metode dan penjelasan sejarah (Gardiner, dalam menjalani kehidupan ini kemudian yang
1959:249). membuat revolusi filsafat pada abad XVII dan
Menarik kiranya untuk mengulas kembali abad XVIII termasuk dua filsof kenamaan, John
bagaimana pandangan Collingwood dalam Locke dan J.J. Rousseau, berhutang budi
idealisme historis atau dengan kata lain padanya.
bagaimana para sejarawan (intelektual) harus Walaupun Locke dan Rousseau berupaya
memahami metode dan penjelasan sejarah. untuk menyangkal bahwa pengetahuan terbentuk
Walaupun banyak kritik yang ditujukan padanya dari proses akali, namun keduanya tidak
seperti nampak melebihkan pemikiran daripada menyangkal bahwa akal memiliki peran penting
kesadaran beragama, terlalu mereduksi sejarah dalam memproses informasi yang didapat dari
sebagai sejarah pemikiran, dan seorang kelima panca indera menjadi pengetahuan.
individualis karena dibatasi oleh pemikiran Terlihat dalam satu sisi kaum empiris melihat
perseorangan (Kuntowijoyo, 2003:190) namun otak atau pikiran manusia akan bekerja setelah
kiranya pandangannya dapat dijadikan pijakan mendapatkan pengalaman empiris, tetapi kaum
awal dalam memahami metodologi sejarah empiris juga kiranya melupakan bahwa manusia
intelektual terkini. Teringat pepatah bahwa masa dianugerahi akal untuk berpikir serta yang
kini tidak dapat hadir tanpa didahului masa lalu membedakan dengan makhluk hidup lainnya.
begitu pula arah baru metodologi sejarah Idealisme di sisi yang lain juga tidak menampik
intelektual akan sulit dipahami tanpa memahami keberadaan dari materi atau pengalaman serta
pijakan metodologis dari R.G. Collingwood. menolak keberadaan hukum-hukum alam. Hegel
dalam Abidin (2009:28) menjelaskan bahwa
KONSTRUKSI IDEALISME HISTORIS kekuatan fisik dan hukum alam memang ada,
R.G. COLLINGWOOD tetapi keberadaannya merupakan manifestasi
dari kekuatan atau kenyataan sejati dan lebih
Manusia modern mulai memahami tinggi. Lebih lanjut, para idealis percaya bahwa
idealisme ataupun rasionalisme melalui tindakan manusia seperti semua gerakan alam
pandangan Rene Descartes yang terkenal yakni akan menuju suatu titik tertentu yang menjadi
cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada). tujuan manusia atau alam. Oleh karena itu setiap
Dia secara tegas memberi penjelasan apa yang kejadian atau peristiwa pasti telah direncanakan
dimaksud dengan cogito sebagai subjek, ergo oleh kekuatan spiritual (pikiran manusia).
sebagai predikat, dan sum sebagai objek. Cogito Namun demikian, Abidin (2009:30) menjelaskan
berarti kepala atau pikiran manusia, ergo berarti bahwa tidak semua dari kaum idealis memiliki
Daya Negri Wijaya R.G. Collingwood dalam Idealisme Historis 11
pandangan yang determistik. Ada pula bagian seperti mereka yang menduduki jabatan adalah
dari kaum idealis yang menekankan pada mereka yang dapat berkomunikasi dengan dewa.
kebebasan manusia yang disebut sebagai Kedua, manusia dalam kuasa para pahlawan.
personalisme yang berasumsi bahwa roh yang Manusia akan tunduk pada manusia lainnya
dimaksud bukanlah roh absolut tetapi roh apabila mereka ditundukkan secara fisik. Pada
bersifat individual sehingga setiap individu periode ini manusia mulai menggunakan akalnya
mengekspresikan dirinya sendiri. untuk berpikir apakah benar manusia yang
Dalam koridor yang terakhir itulah, berkuasa adalah pilihan Tuhan. Terakhir,
asumsi dasar Robin George Collingwood atas manusia telah mengenali dirinya sendiri
idealisme muncul. Seperti tokoh idealis yang kemudian mendirikan kerajaannya sendiri yang
lain, Collingwood juga terpengaruh oleh Plato. memiliki tatanan tertentu untuk menciptakan
Idealisme Plato pada dasarnya berpijak pada ide keadilan sosial (Hamid & Madjid, 2011:120-
yang berbeda dengan pemikiran. Ide dapat 121).
berkembang menjadi pemikiran dan tindakan. Comte seperti Vico menempatkan dunia
Sebaliknya, pemikiran belum tentu dapat ide dalam mengaji masyarakat, bidang kajiannya
menjadi ide karena pada dasarnya ketika inilah yang kemudian menjadi embrio ilmu
manusia berpikir dan bertindak membutuhkan kemasyarakatan atau sosiologi. Dunia ide yang
ide. Ide ini muncul ketika manusia berdialog dimaksud adalah cara berpikir manusia yang
dengan manusia yang lain serta dalam proses berkembang dalam tahap teologis, tahap
dialog tersebut manusia akan berusaha untuk metafisik, dan tahap positif. Pada tahap teologis,
mencari tahu apa yang sebenarnya berada dibalik akal budi manusia secara alamiah mencari tahu
perilakunya. Dengan kata lain pemerolehan ide tentang sebab terjadinya kehidupan dan kemana
ini berasal dari kecerdasan cara berpikir manusia kehidupan itu bermuara. Pada tahap metafisik,
yang lazim kini disebut sebagai pola berpikir akal budi manusia tidak lagi percaya pada
induktif yang mencoba menarik kesimpulan dari kekuatan supranatural tetapi mencari sebab-
beberapa premis (Hatta, 1986:98). Terlihat disini akibat segala sesuatu terkait pada kekuatan-
Plato berupaya mengajarkan bahwa kekuatan yang abstrak. Tahap terakhir yakni
perkembangan manusia terkait dan tergantung tahap positifistis dimana akal budi manusia
pada perkembangan ide manusia tentang dunia. meninggalkan kepercayaan pada kekuatan
Beberapa tokoh yang mengembangkan cara supranatural dan abstrak berganti pada penelitian
berpikir Plato adalah Giambastista Vico, August ilmiah yang dipandang lebih rasional (Hamid &
Comte, dan G.W.F. Hegel. Mereka berasumsi Madjid, 2011:123-124).
bahwa perkembangan manusia dan masyarakat Hegel kiranya juga memiliki
tergantung pada bagaimana cara manusia kecenderungan yang sama dengan kedua filsuf di
berpikir apakah rasional atau irrasional dalam atas. Pola berpikir manusia dalam sejarah
konsepsi Vico; teologis, metafisik, atau positif universal terbagi dalam tiga karakter seperti roh
dalam konsepsi Comte; serta roh objektif, roh objektif, roh subjektif, dan roh absolut. Menurut
subjektf, atau roh absolut dalam pandangan Hegel, sejarah adalah perkembangan (dunia) roh
Hegel. dalam waktu. Hegel percaya bahwa ide adalah
Giambastita Vico sebagai seorang ahli kebenaran yang abadi dan manusia harus
hukum, sejarawan, dan filsof begitu terkenal atas berproses mendapatkannya. Pada mulanya
teorinya tentang daur kultural spiral. Dalam teori manusia sebagai objek di dunia berarti manusia
tersebut, Vico membuat suatu periodisasi sejarah memiliki kecenderungan bahwa mereka masih
manusia berdasarkan pola pikirnya. Pertama, percaya pada hal-hal yang berhubungan dengan
manusia berada dalam kekuasaan para dewa. aspek metafisika. Kemudian mereka mulai
Manusia mengikuti jalan hidupnya melalui mitos memposisikan diri sebagai subjek namun mereka
dan hal-hal yang lain yang berbau irrasional berebut posisi dengan sesama manusia sendiri.
12 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan, Nomor 1, Juni 2015
Alam kebebasan dalam dua keadaan ini tidak apapun pekerjaan yang didapat. Kondisi ini yang
akan terlaksana tanpa manusia memiliki roh nantinya menciptakan masyarakat kapitalis,
absolut dimana mereka sudah mulai menegakkan bahwa kerabat tuan tanah menjelma menjadi
kebebasan melalui negara dan dijamin oleh kaum borjuis seperti yang disebut kelas
hukum (Hegel, 2005). menengah dan kelas bawah adalah transformasi
Namun, idealisme dari Hegel mendapat dari budak yang berganti nama menjadi buruh
kritik dari seorang materialis yang paling (menjadi alat manusia untuk mengatur
berpengaruh di abad 19, Karl Marx. Bagi Marx, metabolismenya dengan alam) tetapi mendapat
dialektika Hegel tidak akan membawa manusia perlakuan yang sama saja seperti budak (jam
pada keadilan apalagi kebebasan karena pola kerja yang tidak manusiawi serta wanita dan
berpikir bebas hanya dimiliki oleh kaum borjuis anak yang dipekerjakan). Para buruh akan tetap
sedangkan kaum proletar terikat dengan jam tidak mendapatkan keadilan tanpa mereka
kerja yang panjang. Jalan keluar dari bersatu untuk berjuang menekan kaum borjuis
ketidakadilan tersebut adalah seluruh buruh atau (majikan). Mereka sudah saatnya sadar bahwa
tenaga kerja harus bersatu. Mengapa demikian? kekuasaan para borjuis atas perekonomian
Pada hakikatnya buruh hidup dalam tangan menjadi benteng yang harus segera dihancurkan.
majikan dan mereka mengikuti kehendak Ketika buruh bersatu dan menduduki semua aset
majikannya.Jarang ditemui buruh yang memiliki serta menyamaratakan properti yang ada maka
lebih dari satu majikan dan yang ada hanyalah kesejahteraan akan didapat.
majikan yang mempunyai lebih dari satu buruh. Upaya dalam mendamaikan materialisme
Mengikuti pola materialisme dialektika Marx atau empirisme di satu sisi dan rasionalisme atau
dalam sejarah yang menyatakan it is not idealisme di sisi yang lain dilakukan oleh filsof
consciousness of men that determine their dari Jerman yakni Immanuel Kant jauh sebelum
beings, but, on the contrary their social beings Hegel maupun Marx hadir dalam sejarah filsafat
determine our consciousness. Pandangan Marx Barat. Dia berupaya untuk menjadi penengah
tersebut kemudian dikenal sebagai materialisme pertikaian dari dua tradisi yang berakar dari Plato
historis.Menurut pandangan ini aktivitas manusia dan Aristoteles hingga Leibniz dan Hume. Dia
dimulai dari kehidupan komunalisme. memberikan penjelasan melalui konsep kuncinya
Komunalisme ini hidup dalam dua aktivitas yang yakni kritisisme. Kata kritik secara harafiah
bertentangan yakni kehidupan berpindah- berarti pemisahan. Dia bermaksud membedakan
berpindah dan kehidupan menetap. Kehidupan antara apa yang dimaksud sebagai pengenalan
komunalisme ini yang kemudian menggiring murni dan tidak murni. Akal tidak seluruhnya
manusia pada persinggungan dan pertentangan benar atau salah begitu pula dengan pengalaman,
sehingga menciptakan tatanan masyarakat yang sehingga keterbatasannya itu selayaknya
bersifat feodal. Feodalisme dalam memberikan tempat pada iman kepercayaan.
perkembangannya menimbulkan dua kelas yang Menurutnya syarat pengenalan untuk mencapai
dominan yakni kelas feodal (tuan tanah) dan ilmu pengetahuan bersifat umum dan mutlak
kelas budak. serta memberi pengetahuan yang baru. Dalam
Dalam perkembangan ekonomi ternyata hal ini dia terinspirasi oleh Newton. Idealisme
hasil pengolahan tanah tidak lagi mencukupi berusaha melepaskan dari pengalaman dan
kebutuhan dan menyejahterakan rakyat maka memberikan putusan analitis dan tidak
jarum jam beralih pada ekonomi industri dimana memberikan pengetahuan yang baru. Sedangkan
para tuan tanah berlomba-lomba untuk empirisme berupaya melepaskan dari akal dan
menyewakan tanah atau membuat industri di memberikan putusan secara sintetis tidak secara
lahan mereka. Dalam situasi inipula banyak umum dan mutlak. Oleh karena itu kedua aliran
budak yang diperjualbelikan dan melarikan diri. tersebut tidak memenuhi syarat yang dituntut
Namun karena tidak mampu mencukupi oleh ilmu pengetahuan. Bagi Kant pengamatan
kebutuhan diri maka mereka harus bekerja, yang nyata adalah bersifat inderawi yang
Daya Negri Wijaya R.G. Collingwood dalam Idealisme Historis 13
mengatur kesan-kesan pengamatan kita pada dua dengan Benedetto Croce, seorang filsuf
atau tiga dimensi ruang. Jika ruang mengatur kenamaan dari Italia yang juga memiliki
kesan terhadap lahiriah maka waktu membentuk pemikiran identik dengan Collingwood.
kesan secara batiniah.Kedua hal inilah yang
disebut Kant sebagai penginderaan apriori MANUSIA DAN SEJARAH
(bersamaan dengan bekerjanya inderawi juga
bekerja pula akal). Lebih lanjut, dia juga Manusia dan sejarah pada hakikatnya
menjelaskan bahwaakal hanya mengatur gejala- memiliki keterkaitan yang bersifat alamiah. Hal
gejala yang banyak dari pengalaman dengan ini disebabkan karena manusia selalu belajar dari
menciptakan pengertian-pengertian. Hal ini pengalaman dan pengalaman manusia tersebut
terjadi karena rasio yang mengatur akal. Rasio merupakan kajian dari sejarah. Ali (2005:102)
adalah daya pencipta pengertian-pengertian mengungkapkan bahwa sejarah adalah
murni yang tidak diberikan pengalaman dan pengalaman manusia dan ingatan tentang
rasio inilah yang kemudian mendorong pengalaman yang diceritakan tersebut. Oleh
terbentuknya ide tentang kenyataan yang ada karena itu, peran manusia dalam sejarah ialah
(Hadiwijana, 1980). sebagai pencipta sejarah karena hanya manusia
Collingwood telah menangkap semangat yang membuat pengalaman menjadi sejarah.
Kant ketika dia membaca karyanya sejak umur 8 Lebih lanjut, dia memiliki asumsi bahwa
tahun (Collingwood, 1939:3). Oleh karena itu, manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah
wajar apabila dia mengritisi apa yang disebut karena manusia dan sejarah adalah dwi tunggal,
pengetahuan aposteriori ketika dia menimba manusia sebagai subjek dan objek sejarah.
ilmu di Oxford. Pada waktu itu Oxon (University Sejarah menceritakan tentang riwayat manusia;
of Oxford) dikuasai oleh aliran realisme dibawah riwayat manusia diceritakan oleh manusia; cerita
John Cook Wilson (penerus dari pendiri the itu dibaca dan dialami oleh manusia pula.
circle of Green, Thomas Hill Green) yang Gasset dalam Daliman (2012:9)
berpandangan bahwa knowledge is factive and mengungkapkan bahwa manusia tidak memiliki
not definable in terms of belief. The Circle of kodrat dan yang dipunyainya hanyalah sejarah.
Green sangat antipati pada idealisme Hegel Hal ini sangat berguna untuk menjelaskan
walaupun pada dasarnya hampir semuanya eksistensi manusia di dunia yang berbeda dengan
memiliki pemahaman yang baik pada pemikiran eksistensi alam benda. Jika alam benda bersifat
Hegel maupun Kant (Collingwood, 1939:15). tetap dan tidak berubah karena mengikuti kodrat
Collingwood muda menyaksikan berbagai yang tidak pernah berkembang, maka manusia
perdebatan keras baik dalam kelas ataupun di cenderung berubah-ubah setiap detik dan setiap
media bagaimana salah satu sekutu dari realist saat. Tidak terdapat sifat-sifat tertentu yang dapat
school of Oxford yakni G.E. Moore dari diniscayakan kepada hidup manusia. Oleh
Cambridge mempublikasikan artikel tentang karena itu, kodrat manusia adalah sejarah.
refutation of idealism yang sebenarnya ditujukan Dengan sifat historitasnya manusia berubah dan
pada George Berkeley. Begitupula di ruangan perubahan yang dimaksud baik secara fisik
kelas, Bradley memberikan kritik tajam pada maupun spiritual terjadi karena manusia
poin-poin pemikiran Wilson. Collingwood senantiasa berkembang.
melihat kaum realis hanya mendalami filsafat Asumsi-asumsi yang melihat bahwa
saja namun tidak melihat bagaimana filsafat manusia berbeda dengan suatu benda kiranya
terbentuk, hal ini menurutnya dapat dipahami membawa Collingwood untuk memisahkan
hanya jika merekonstruksi masa lalu atau sejarah sebagai ilmu dengan kaum positivistis
mengombinasikan antara filsafat dan sejarah yang melihat sejarah harus mengikuti prosedur
(Collingwood, 1939:23). Dalam titik ini, banyak yang ada dalam ilmu alam. Manusia memiliki
orang yang sering memperbandingkannya karakteristik tersendiri yang berbeda dengan
14 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan, Nomor 1, Juni 2015
berusaha untuk mengetahui apa yang dipikirkan Dalam menyusun kenyataan tersebut
oleh Plato apabila ia menyuarakan sejarawan akan membutuhkan imajinasi.
pandangannya dalam kata-kata tertentu. Dengan Imajinasi memiliki tugas seperti semen yang
kata lain para sejarawan berusaha untuk merekatkan kedua fakta dalam suatu peristiwa
memahami perkataan-perkataan yang karena seringkali satu fakta dengan fakta yang
mengemuka. Contoh lain, dalam sejarah politik lain tidak terkait. Imajinasi historis Collingwood
atau peperangan yang menggambarkan tindakan- berupaya mengembangkan kerja akal budi dari
tindakan tertentu yang dilakukan oleh Caesar, Immanuel Kant. Sejarawan yang sempurna
maka yang akan dilakukan adalah memahami adalah sejarawan yang memiliki imajinasi yang
tindakan ini dari apa yang dipikirkan oleh akal kuat agar hal-hal yang dituliskannya menjadi
Caesar (Collingwood, 1985:267). berkesan dan indah. Selama ini sejarawan
Terlihat bahwa dalam relasi manusia dan memandang rendah imajinasi karena terkesan
sejarah, Collingwood percaya bahwa suatu sebagai hiasan suatu narasi padahal imajinasi
peristiwa akan mudah dipahami hanya jika memiliki fungsi yang bersifat struktural.
seorang sejarawan, melalui akalnya, memahami Manusia akan kesulitan memahami alam di
aspek luar peristiwa yang berupa tindakan tokoh sekelilingnya tanpa menggunakan imajinasi.
atau pelaku sejarah serta aspek dalam yang Ilustrasi yang dapat dikembangkan adalah ketika
berupa pemikiran tokoh atau pelaku sejarah. kita memandang laut dan melihat kapal serta
Dengan cara yang demikian, sejarawan akan kapal tersebut lima kemudian akan berpindah.
menemukan fakta-fakta yang ada dalam suatu Kita secara alamiah akan mengimajinasikan
realitas historis. bagaimana kapal itu bergerak dan hal inilah
contoh kecil dalam melakukan pemikiran historis
SEJARAH SEBAGAI PENGGAMBARAN (Collingwood, 1985:300).
KEMBALI PENGALAMAN MASA LALU Pada hakikatnya imajinasi historis
dilakukan dengan berbasis pada ruang, waktu,
Kartodirdjo (1993:88) menjelaskan bahwa akal, dan sumber sejarah (Collingwood,
bahan utama dalam menyusun cerita atau 1985:307). Hal ini dilakukan karena suatu
analisis sejarah adalah fakta. Fakta itu pada peristiwa pasti terikat pada ruang atau unsur
hakikatnya adalah suatu konstruk yang dibuat spasial dimana pelaku atau tokoh sejarah
oleh sejarawan yang sebenarnya telah bertindak dalam suatu tempat tertentu. Aktivitas
mengandung faktor subjektif. Subjektivitas manusia yang terikat pada unsur spasial juga
seorang sejarawan sangat dipengaruhi oleh nilai- terikat oleh waktu baik di masa kini maupun
nilai yang dianutnya seperti nilai etis, nilai masa lalu. Jika aktivitas tersebut bersifat lampau
agama, kelas sosial, rasial, etnisitas, seksual, maka penggambaran masa lalu dengan baik
serta ideologis. Faktor nilai ini yang kemudian dapat dilakukan hanya jika sejarawan
menentukan relevansi fakta terhadap konteks, menggunakan akalnya untuk meresapi dan
juga kesepihakan, dalam menggarap fakta. berperan sebagai seorang tokoh atau pelaku
Apabila nilai-nilai dibiarkan maka akan sejarah dalam bertindak di suatu peristiwa
mempengaruhi pengolahan fakta dan kejujuran tertentu. Setiap masa kini memiliki masa lalunya
ilmu mulai melonggar. Namun, kebenaran dalam sendiri dan setiap rekonstruksi seyogyanya
pandangan kaum idealis bukanlah terkait dengan didasarkan pada khayalan untuk menyusun
objektivitas atau subjektivitas tetapi terkait narasi masa lalu bagi masa kini (Collingwood,
dengan persetujuan kenyataan-kenyataan yang 1985:309). Seperti halnya Plato yang percaya
dibuat oleh sejarawan dengan kenyataan- bahwa ide dan pemikiran merupakan entitas
kenyataan yang didapatinya daripada akalnya yang berbeda, Collingwood (1985:310)
(Collingwood, 1985:297). mengikuti Descartes dan Kant bahwa ide
bukanlah hasil di luar asumsi manusia yang
16 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Kesembilan, Nomor 1, Juni 2015
didasarkan oleh beberapa sebab psikologi tetapi Masa lalu bukanlah suatu fakta yang dapat
ide yang dimiliki oleh setiap manusia adalah dipahami secara empiris melalui penglihatan.
bagian dari sistem kerja akal budi manusia. Sejarawan bukanlah pengumpul fakta yang ingin
Namun, imajinasi yang dapat dilakukan diketahuinya. Pengetahuan tentang masa lalu
seyogyanya didukung dengan adanya sumber- biasanya dalam bentuk perantara dan bersifat
sumber sejarah. Hal ini sangat berguna untuk tidak langsung. Perantara yang dimaksud bukan
membedakan antara sejarawan dan seniman bersifat keterangan tetapi sejarawan seyogyanya
dalam mengimajinasikan sesuatu. Collingwood tidak mengetahui masa lalu secara langsung dari
(1985:308) berpendapat bahwa sumber sejarah pemberi keterangan yang melihat peristiwa-
bukanlah pengetahuan sejarah yang tersedia peristiwa dan meninggalkan sumber sejarah.
ataupun ditelan begitu saja oleh akal ahli sejarah Ketika sejarawan mendapat informasi dari
tetapi sumber sejarah digunakan sebagai bukti pemberi informasi selayaknya sejarawan harus
dalam menyusun suatu peristiwa. Sumber memberikan kritisi pada sumber yang didapat.
sejarah yang dimaksud dapat berupa sumber Oleh karena itu sejarawan harus memahami apa
tertulis atau dokumen, sumber lisan, dan sumber yang sebenarnya terjadi dalam suatu peristiwa
artefaktual. Lebih lanjut, Kuntowijoyo (2013:73) melalui penggamabaran kembali masa lalu
menjelaskan bahwa sumber sejarah menurut dalam akalnya sendiri (Collingwood, 1985:354).
bahannya dibagi menjadi dua yakni tertulis dan Apabila seseorang berpikir secara historis,
lisan atau dokumen dan artefak. Sedangkan, dokumen-dokumen yang ada merupakan
Abdillah (2012:93-95) menjelaskan bahwa peninggalan manusia di masa lalu. Oleh karena
sumber sejarah menurut bentuk dan sifatnya itu, apa yang dimaksud dalam dokumen akan
terdiri dari tulisan, lisan, dan visual serta sumber sulit dipahami tanpa mengetahui tujuan dari
sejarah jika dilihat dari jenisnya dibagi menjadi orang atau instansi yang menuliskannya. Dengan
sumber primer dan sekunder. Sumber primer demikian, sejarawan akan mengetahui makna
berkenaan dengan segala sesuatu yang melekat dengan lebih tepat (Collingwood, 1985:355).
dengan peristiwa atau pelaku sejarah. Biasanya Proses penggambaran harus dilakukan
sumber primer ini berbentuk dokumen seperti dengan hati-hati karena pemikiran manusia dapat
autobiografi, surat pribadi, catatan, memoirs, dipahami hanya jika manusia menggunakan
surat kabar, dokumen pemerintah, dan cerita akalnya untuk mengimajinasikan apa yang
roman. sedang dipikirkan. Jika manusia menolak
Sjamsuddin (2007:97) memberikan pandangan ini berarti mereka termasuk manusia
kategori yang gamblang tentang sumber sejarah yang menolak sifat alaminya sebagai makhluk
yang dibagi ke dalam peninggalan-peninggalan yang berpikir (Collingwood, 1985:362). Segala
(relics atau remains) dan catatan-catatan sesuatu yang masuk dalam akal manusia pada
(records). Peninggalan-peninggalan yang hakikatnya bersifat subjektif maka dengan itu
dimaksud disini sebenarnya sebagai pelantar manusia harus berpikir untuk menggapai
fakta yang tidak direncanakan seperti surat, objektivisme (Collingwood, 1985:367).
sastra, dokumen umum, catatan bisnis, sebuah Pengetahuan sejarah adalah ingatan khusus
inskripsi tertentu bahasa, adat-istiadat, lembaga- dimana objek pemikiran masa kini adalah
lembaga, alat-alat, dan artifak-artifak lainnya. pemikiran masa lalu. Jurang diantara masa kini
Sedangkan catatan-catatan sebenarnya dan masa lalu bukan saja dihubungkan dengan
difungsikan sebagai pelantar fakta yang kekuatan pemikiran masa kini dalam
direncanakan ada yang tertulis (kronik, annal, memikirkan masa lalu tetapi juga menggunakan
biografi, genealogi, memoir, catatan harian); ada kekuatan pemikiran masa lalu untuk membangun
yang lisan (balada, anekdot, cerita, saga, dirinya sendiri dalam masa kini (Collingwood,
fonograf, dan tape recording); serta karya seni 1985:369).
seperti foto, lukisan, patung, mata uang, dan
film.
Daya Negri Wijaya R.G. Collingwood dalam Idealisme Historis 17