Oksigen; semua pasien dengan saturasi < 90%, dapat diberikan selama 6
jam pada pasien tanpa komplikasi
Nitrogliserin; sublingual 0,4mg dan dapat ulang 3 dosis dengan interval 5
menit.
Aspirin; bukkal 160 325 mg di IGD, selanjutnya oral dengan dosis 75 162
mg
Morphin; sangat efektif menghilangkan nyeri dada dan pilihan utama
pada STEMI, 2-4 mg diulang interval 5-15 menit maksimal 29 mg
Syok
Kardiogenik
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah
jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan dapat
mengakibattkan hipoksia jaringan.
Hipotensi sistemik umumnya menjadi dasar diagnosis.
Syok kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik < 90mmHg
selama > 1 jam dimana:
tidak responsif dengan pemberian cairan saja
sekunder terhadap disfungsi jantung atau
berkaitan dengan tanda-tanda hipoperfusi atau indeks kardiak <2,2 l/menit m2 dan
tekanan baji kapiler paru > 18 mmHg (kongesti pulmonum)
Termasuk dipertimbangkan dalam definisi ini adalah:
pasien dengan tekanan darah sistolik meningkat > 90 mmHg dalam 1 jam setelah
pemberian obat inotropik dan
pasien meninggal dalam 1 jam hipotensi, tetapi memenuhi kriteria lain syok
kardiogenik.
Kondisi syok kardiogenik dapat timbul setelah gangguan pada pembuluh
darah koroner sebagai komplikasi mekanik akibat infark miokard akut.
Dapat pula timbul sebagai manifestasi akhir dari disfungsi miokard yang
progresif (kardiomiopati, iskemia miokard, hipertensi).
Keluhan pasien biasanya berkaitan dengan etiologi terjadinya syok
kardiogenik.
Pasien dengan infark miokard akan datang dengan keluhan nyeri dada tipikal
dan kemungkinan sudah mempunyai riwayat penyakit jantung koroner
sebelumnya.
Pasien dengan gangguan irama jatung pasien dapat datang dengan keluhan
palpitasi, presinkop, sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti
sejenak.
Pemeriksaan fisik
Pemberian Pemberian
- Furosemid iv 0,5-1 mg/kg - Cairan Bradikardia Takikardia
- Morfin iv 2-4 mg - Transfusi darah
- Oksigen bila perlu - Intervensi spesifik
- Nitrogliserin SL kemudian 10-20 mcg/mnt - Vasopresor
Lihat guideline ACC/AHA
bila TDS>100 mmHg
tentang infark miokard
- Dopamin 5-15 mcg/kg/menit iv bila TDS
Periksa tekanan darah dengan elevasi ST
70-100 mmHg dan gejala syok (+)
- Dobutamin 2-20 mcg/kg/menit IV vila
TDS 70-100 mmHg dan gejala syok (+)
TDS 70-100 mmHg dan TDS 70-100 mmHg dan TDS < 70 mmHg dan
TDS > 100 mmHg
tanda/ gejala syok (-) tanda/ gejala syok (+) tanda/ gejala syok (+)
Periksa tekanan darah
Tekanan darah sistolik > 100 mmHg dan tidak kurang Nitrogliserin 10- Dobutamin 2-20 Dopamin 5-15 Norepinefrin 0,5-30
dari 30 mmHg dibawah TDS sebelumnya 20 mcg/menit IV mcg/kg/menit IV mcg/kg/menit IV mcg/menit IV
Sesak hebat,
Ronki seluruh lapangan paru dan orthopnoe.
Pada EPA akibat sebab kardiak maka kelainan jantung yang mendasari
akan ditemukan, dapat berupa tanda-tanda gagal jantung kanan atau
kiri.
Pemeriksaan yang wajib dilakukan pada semua EPA adalah foto toraks.
Foto toraks dapat menunjukkan tanda-tanda EPA dan menilai kondisi
jantung.
Gambaran EPA kardiak dan non
kardiak
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap EPA harus segera dimulai setelah diagnosis ditegakkan meski
pemeriksaan untuk melengkapi anamnesis, pemeriksaan fisik masih berlangsung.
Pengobatan pada dasarnya ditujukan kepada penyebab timbulnya EPA baik kardiak maupun
non kardiak.
Antibiotik harus segera diberikan pada EPA non kardiak oleh infeksi.
EPA dengan penyebab kardiak maka tujuan utama yang harus dilakukan pada pasien adalah:
mengurangi venous return dari paru (diuretik Furosemid iv 0,5-1 mg/kg)
mengurangi tahanan perifer (Morfin iv 2-4 mg)
pemberian inotropik pada beberapa kasus
Hemoptisis
Hemoptisis atau batuk darah adalah mendahakkan darah yang berasal dari
bronkus atau paru.
Hemoptisis dapat banyak, atau bisa pula sedikit sehingga hanya berupa garis
merah cerah di dahak.
Hemoptisis juga dapat berupa bekuan darah hitam bila darah sudah terdapat
berhari-hari sebelum dapat didahakkan.
Perdarahan lain dapat keliru diangga sebagai hemoptisis misal perdarahan hidung,
rongga mulut, faring, lidah atau bahkan perdarahan yang berasal dari saluran
cerna. Sumber perdarahan selain bronkus dan paru disebut sebagai
pseudohemoptysis.
Hemoptisis merupakan pengalaman yang menakutkan bagi pasien oleh
karena itu gejala ini merupakan gejala yang paling sering mendorong
penderita untuk meminta pertolongan.
Umumnya hemoptisis berbusa karena bercampur dahak dan udara,
warna biasanya merah terang, pH darah alkalis, mengandung makrofag
alveolar yang memuat hemosiderin.
Dapat menyebabkan kematian
Secara umum sering kali hemoptisis dikelompokkan berdasarkan jumlah
darah yang keluar; masif dan tidak masif.
Akan tetapi sangat perlu menjadi perhatian adalah meski angka kejadian
hemoptisis masif hanya 5 % dari seluruh kasus, angka kematian sangat
tinggi hingga 80%.
Sehingga meski beberapa kriteria dikeluarkan untuk menyatakan suatu
hemoptisis dapat dianggap masif atau tidak masif maka apabila jumlah
berapapun yang bermakna secara hemodinamik atau mengancam
ventilasi dapat didefinisikan sebagai hemoptisis masif.
Batasan lain yang dapat dijadikan
rujukan adalah: