Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN 02 OKTOBER 2013

Kasus Insider Trading


PT Perusahaan Gas Negara Tbk

Oleh:

Kelompok 2
Alvin Pratama Surya / 0133111007
Arfinda Subiantoro / 01331110
Devina Callista / 0133111027
Jonathan Easton / 0133111037
Made Gusman / 0133111026
Marsella Apriliani / 0133111006
Mikhael Hintono / 0133111010
Samuel Utomo / 0133111011

m.k. LEGAL ISSUE


S1 FINANCE
PRASETIYA MULYA BUSINESS SCHOOL
2014

Latar Belakang
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang
(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya.

Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan


instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti
saham, obligasi, warant, right, reksa dana dan berbagai instrumen
derivatif seperti option, futures dan lain-lain.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal


mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan
dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang
berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek.

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara


karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai
sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk
mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang
diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal
menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain. Dengan
demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.

Pesatnya perkembangan di pasar modal Indonesia juga dibarengi dengan


meningkatnya tindak pidana di bidang pasar modal. Salah satu yang
menarik yakni, mengenai perdagangan orang dalam atau lebih dikenal
dengan insider trading. Dalam perdagangan tersebut terdapat seseorang
yang secara sengaja membocorkan informasi-informasi yang belum valid
(hanya berbentuk lisan saja). Informasi tersebut disebut juga isu-isu yang
belum tentu benar terjadi (gosip). Biasanya, orang tersebut akan
memanfaatkan isu yang dia ketahui dengan cara menjual atau membeli
saham perusahaan tersebut sebelum orang lain melakukannya, sehingga
mengakibatkan adanya peningkatan atau penurunan harga dan volume
perdagangan yang tidak wajar.

Secara teknis, pelaku insider trading dibagi menjadi dua, yakni pihak yang
berada dalam fiduciary position, dan pihak yang menerima informasi
orang dalam dari pihak pertama (fiduciary position) atau dikenal dengan
tippees .

Ketentuan mengenai pihak yang berada dalam fiduciary position terdapat


dalam pasal 95 dan 96 UU. No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Sementara ketentuan dalam pasal 97 menjelaskan mengenai pihak yang
berusaha memperoleh informasi orang dalam (insider trading).

Dengan adanya insider trading ini, salah satu perusahaan di Indonesia,


yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) tiba-tiba sahamnya anjlok
secara tidak wajar, yaitu sebesar 23,36 persen, dari Rp9.650 (harga
penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi Rp7.400 per lembar
saham pada tanggal 12 Januari 2007. Mengenai kasus tersebut akan
dijelaskan lebih lanjut mengenai apa yang sebetulnya terjadi pada PT
Perusahaan Gas Negara Tbk ini.
Analisa
A. Pengertian Insider Trading
Menurut investopedia, insider dapat diartikan sebagai transaksi yang
terjadi yang disebabkan karena suatu pihak maupun individu memliliki
informasi khusus dari dalam perusahaan yang belum sempat di
publikasikan ke masyarakat. Informasi tersebut dipergunakan oleh suatu
pihak maupun individu tertentu untuk mendapatkan keuntungan bagi
dirinya sendiri. Pada dasarnya, transaksi yang dilakukan oleh pihak ini
adalah transaksi ilegal karena hal tersebut melanggar asas transparansi di
pasar modal. Asas transparansi diharapkan dapat membuat penyebaran
informasi pada setiap investor terjadi secara merata dan dalam waktu
yang sama. Dengan adanya transparansi ini, seorang investor hanya
dapat mengambil keuntungan berdasarkan kemampuan analisa dari
informasi yang telah tersedia. Kemampuan ini bergantung pada kepekaan
dan juga pengetahuan dari tiap investor. Jika seorang trader bertransaksi
dengan informasi dari dalam perusahaan, maka trader tersebut bersikap
tidak adil dan dapat menganggu kinerja pasar yang seharusnya.
Apabilainsider trading diperbolehkan, maka investor dapat kehilangan
kepercayaan dirinya dalam situasi yang kurang menguntungkan dan
memungkinkan investor tersebut tidak lagi berinvestasi di pasar modal.

Di Indonesia sendiri, banyak sekali isu mengenai terjadinya pelanggaran


insider trading di dalam pasar modal. Isu tersebut beredar luas mulai dari
pihak pemerintah, politisi, hinggakabar burung di pasar. Namun insider
trading ini relatif sulit untuk dibuktikan. Meskipun begitu, pelanggaran
transaksi insider trading tetap diatur oleh dasar hukum Undang-undang.
Secara umum pasar modal di Indonesia diatur dalam UU No 8 tahun 1995,
namun secara spesifik kegiatan insider trading dibahas pada pasal berikut
:

Pasal 95:
Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai
informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek :
a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau
b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan orang dalam dalam Pasal ini adalah:


1)Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik;
2)Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik;
3)Orang perseorangan yang karena kedudukan atau profesinya atau
karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik
memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam;
atau
4) Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi
menjadi Pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau
huruf c di atas.

Pasal 96 :
Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang:
a. mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek dimaksud; atau
b. memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang
patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk
melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.

Pasal 97 :
1) Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang
dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95 dan Pasal 96.

2) Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang


dalam dan kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak
dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96, sepanjang informasi
tersebut disediakan oleh Emiten atau Perusahaan Publik tanpa
pembatasan.

Pasal 98 :

Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai


Emiten atau Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut, kecuali apabila:

a. Transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri,


tetapi atas perintah nasabahnya; dan

b. Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada


nasabahnya mengenai Efek yang bersangkutan.

Dari pengertian insider trading tersebut diatas, maka secara yuridis,


ditemukan beberapa elemen dari suatu pranata hukum insider trading,
yaitu :
1. Adanya perdagangan efek.
2. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan.
3. Adanya inside information.
4. Inside information tersebut belum terbuka untuk umum.
5. Perdagangan dimotivisir oleh adanya inside information tersebut.
6. Tujuannya untuk mendapat keuntungan yang tidak layak.
Dampak insider trading

Secara umum menilik dari pengalaman perisitiwa insider trading di


Indonesia, hal tersebut terjadi karena kesalahan dari pihak manajemen
perusahaan. Perusahaan seharusnya melakukan tindakan pengelolaan
yang bertujuan mencapai kepentingan shareholder. Hal ini
dikarenakanshareholder telah mempercayakan uangnya untuk
diinvestasikan, maka seharusnya manajemen perusahaan memanfaatkan
kepercayaan tersebut dengan bijak. Insider trading adalah
penyalahgunaan kepercayaan yang dilakukan oleh manajemen untuk
mencapai kepentingannya sendiri karena pihak manajemen tidak
memberikan informasi yang merata pada seluruh investor. Hal tersebut
dapat menuntun perusahaan pada menghilangnya kepercayaan investor
terhadap perusahaan. Kita semua tahu, betapa sulitnya untuk meraih
kembali kepercayaan investor.

Dalam sekala besar, dalam artian banyak perusahaan yang melakukan


insider trading, masalah yang lebih besar pun menanti. Ketika banyak
pelanggaran tersebut, pasar mulai kehilangan fungsinya karena tidak
mencerminkan informasi yang sesuai dan merata, sehingga harga yang
tercantum pun bukan harga yang mencerminkan value dari sebuah
perusahaan. Ketika hal tersebut terjadi, bukan hanya perusahaan yang
kehilangan kepercayaan dari investor, namun pasar modal itu pun akan
kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Jika terjadi penurunan drastis
dalam kinerja pasar modal, maka ada kemungkinan untuk pasar
mengalami kejatuhan dan dampaknya adalah terganggunya
perekonomian nasional sebuah negara.

Dampak lain adalah tentu berlakunya hukuman pidana dan perdata.


Dalam beberapa kasus di Indonesia, pihak-pihak yang terlibat dalam
pelanggaran ini akan mendapat hukuman denda dan juga menjadi
tahanan penjara dalam jangka waktu tertentu. Pihak-pihak ini biasanya
adalah top management dari sebuah perusahaan tercatat dalam bursa,
serta memungkinan untuk membuat bangkrutnya perusahaan tersebut
karena kembali ke masalah kepercayaan. Meskipun bukan tidak mungkin
meraih kembali kepercayaan masyarakat, perusahaan yang telah
melakukan insider trading jelas kehilangan kepercayaan masyarakat dan
citranya menjadi buruk di publik dan berdampak pada performa finansial
perusahaan.

Dengan kata lain, insider trading memang berbahaya bagi suatu


kehidupan pasar modal.Membiarkan suatu insider trading hidup
merajalela, sama saja seperti bunuh diribagi pasar modal tersebut. Tetapi
apa gerangan yang menjadi dasar pertimbangansehingga perbuatan
insider trading ini dilarang, bahkan dapat menjadi suatuperbuatan pidana.
Kiranya banyak dasar pertimbangan untuk itu. Antara lainsebagai berikut :

1. Insider trading berbahaya bagi mekanisme pasar yang fair dan


efisien. Dapat diibaratkan bahwa jika suatu insider trading tidak
dilarang, makaberjalannya pasar adalah seperti berjalannya suatu
mobil tanpa minyakpelumas. Hal ini dikarenakan :
a. Pembentukan harga yang tidak fair.
b. Perlakuan yang tidak adil di antara para pelaku pasar.
c. Berbahaya bagi kelangsungan hidup pasar modal.

2. Insider trading juga berdampak negatif bagi emiten. Dengan


adanya insider trading, pihak investor akan hilang
kepercayaannyaterhadap emiten itu sendiri dan sekali nama baik
investor jatuh, akan sulitbaginya untuk berkembang atau
menambah permodalan selanjutnya.

3. Kerugian materiil bagi investor. Pihak investor akan mengalami


kerugian secara langsung. Mungkin diatelah membeli dengan harga
yang kelewat mahal, ataupun menjualnyadengan harga yang
kelewat murah.

4. Kerahasiaan itu milik perusahaan (Teori Business Property).


Informasi rahasia itu milik perusahaan sesuai dengan asas
pengakuan hakmilik intelektual. Karena itu, tidaklah pada
tempatnya milik perusahaantersebut dimanfaatkan oleh pihak lain
selain perusahaan itu sendiri.
B. Kasus Insider Trading
Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang berindikasi
bermula pada jatuhnya dalam penjualan saham di bursa efek. Terjadinya
pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007.
Terdapat indikasi terjadinya pelangaran terhadap peraturan undang-
undang pasar modal pada transaksi penjualan saham PT Perusahaan Gas
Negara Tbk. Semuanya terjadi bermula dari penurunan secara signifikan
harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek Jakarta, yaitu
dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) menjadi
Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 Januari 2007.

Dugaan adanya insider trading sangat terasa pada saat harga saham PGN
yang anjlok pada harga Rp 7.400,00. Jatuhnya harga saham tersebut
dilihat tidak wajar, karena merujuk pada harga sebelumnya Rp 9.650,00
berarti telah jatuh sebanyak 23,36%. Melihat drastisnya kejatuhan harga
saham dalam penjualan di bursa efek, patut diduga bahwa adanya
kesalahan atau pun kesengajaan dalam hal transaksi yang dilakukan oleh
PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Kala itu, saham PGN merosot hingga 23,32% atau Rp 2.250 menjadi Rp
7.400 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 9.650. Sebanyak 186,2 juta
saham ditransaksikan dan kategori orang dalam kasus PGN sebagaimana
dimaksud di Undang-undang Pasar Modal adalah Kementrian BUMN,
sebagai pemegang saham, manajemen emiten, serta konsultan pada
Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas dan Credit Suisse.

Pada masa periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari 2007,


yang dimana telah terjadi penurunan dalam penjualan saham PT
Perusahaan Gas Negara Tbk diduga dikarenakan adanya tindakan insider
trading yang dilakukan. Namun, pembuktian terhadap dugaan insider
trading tidaklah gampang, membutuhkan waktu yang cukup lama, karena
keterbatasan teknologi yang tertinggal kemajuannya dibandingkan pada
perkembangan pasar.
Pada masa periode tersebut, yaitu 12 September 2006 sampai dengan 11
Januari 2007 terdapat adanya perdagangan saham yang dilakukan oleh
para pihak orang dalam perusahaan. Mereka yang termasuk orang dalam
telah melakukan transaksi saham perusahaan PT Perusahaan Gas Negara
Tbk, antara lain :

a) Adil Abas sebagai Direktur Pengembangan sebagaimana tercantum


dalam laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk tertanggal
31 Desember 2005 dan 31 Desember 2006.
b) W. M. P. Simandjuntak sebagai Direktur Utama sebagaimana
tercantum dalam laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk
tertanggal 31 Desember 2005 dan sebagai anggota Komisaris
sesuai laporan keuangan tertanggal 31 Desember 2006.
c) Nursubagjo Prijono, sebagai Direktur Pengusahaan sebagaimana
tercantum dalam laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk
tertanggal 31 Desember 2005.
d) Widyatmiko Bapang.
e) Iwan Heriawan.
f) Djoko Saputro.
g) Hari Pratoyo.
h) Rosichin.

i) Thorir Nur Ilhami.

Selain dugaan terjadinya praktek haram insider trading pada transaksi


saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk, terdapat juga indikasi terjadinya
pelanggaran prinsip keterbukaan informasi. Penurunan harga saham yang
signifikan tersebut sangat erat hubungannya dengan siaran pers yang
dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari sebelum (11
Januari 2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi
koreksi atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu
mulai dari (paling sedikit) 150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Juga
terdapat pernyataan bahwa tertundanya gas in yang semula akan
dilakukan pada akhir Desember 2006 namun malah menjadi Maret 2007.
Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas
Negara Tbk (PGN) yaitu dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat. Hal yang
membuat informasi ini berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga
saham PGN, yaitu manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk baru
menjelaskan penundaan komersialisasi gas pada 11 Januari 2007.

Kita dapat melihat bahwa ada penundaan keterbukaan informasi yang


dilakukan. Fakta mengenai akan diadakannya proyek pemipaan gas,
tercantum dalam laporan keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk pada
periode 2005-2006 dan 2006-2007. Dan pihak perusahaan atau
manajemen perusahaan baru menjelaskan pada publik tentang
penundaan komersialisasi gas pada 11 Januari 2007. Padahal informasi
tentang adanya penundaan tersebut sebenarnya sudah diketahui oleh
manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sejak tanggal 12 September
2006 (informasi tentang penurunan volume gas) dan sejak tanggal 18
Desember 2006 (informasi tentang tertundanya gas in).

Ada dugaan bahwa beberapa pelaku pasar telah mengetahui informasi


penting mengenai penundaan komersialisasi gas tersebut sebelum
diumumkan secara resmi oleh manajemen PT Perusahaan Gas Negara
Tbk. Dalam arti lain, tidak semua pelaku pasar mengetahui informasi
penting tersebut. Sehingga bagi mereka yang mengetahui informasi
penting tersebut, langsung mengambil langkah yang dapat
menguntungkan mereka sendiri, dengan menjual saham PGN lebih dulu
dibanding investor lainnya. Puncaknya pada tanggal 12 Januari 2007, para
investor lainnya ikut-ikutan menjual saham PGN secara besar-besaran,
yang mengakibatkan jatuhnya harga saham PGN 23,32% dari harga Rp
9.650,00
menjadi Rp 7.400,00.

Dengan melihat dan memahami posisi kasus PT Perusahaan Gas Negara


Tbk, terdapat beberapa fakta-fakta, antara lain :

1. Penurunan atau jatuhnya harga saham PT Perushaan Gas Negara


Tbk pada saat penjualan di bursa efek Indonesia. Pada harga Rp
9.650 (harga penutupan pada tanggal 11 Januari 2006) anjlok
sebesar 23,36% menjadi Rp 7.400 per lembar saham pada tanggal
12 Januari 2007.
2. Adanya bukti-bukti yang menunjuk pada praktek transaksi saham
perusahaan yang dilakukan oleh pihak orang dalam perusahaan,
yang terjadi pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11
Januari 2007.
3. Adanya informasi yang tergolong sebagai informasi material dan
dapat mempengaruhi harga saham. Antaranya :
a) Penurunan harga saham PT Perusahaan Gas Negara sangat
erat dengan siaran pers yang dilakukan manajemen
perusahan sehari sebelumnya tertanggal 11 Januari 2007.
b) Pernyataan bahwa ditundanya proyek komersialisasi
pemipaan gas PTPerusahaan Gas Negara Tbk yang semula
akan dilakukan pada akhirDesember 2006 tertunda menjadi
Maret 2007.
c) Informasi tentang penurunan volume gas telah diketahui para
pihakperusahaan sejak tertanggal 12 September 2006 dan
informasi tentangtertundanya gas in sejak tanggal 18
Desember 2006, para pihakperusahaan baru menjelaskan
pada tanggal 11 Januari 2007.

Pelanggaran yang dilakukan

Berdasar fakta-fakta tersebut, PT Perusahaan Gas Negara Tbk telah


melakukan tindakan yang melanggar undang-undang yang berlaku,
seperti :

1. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap keterlambatan


penyampaian laporan kepada Bapepam dan masyarakat
tentang peristiwa material.

Dalam Pasal 86 ayat (2) UU No. 5 tahun 1995 tentang Pasar Modal
disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan laporan kepada
Bapepam-LK dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa
material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya
pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Pada kenyataannya PT Perusahaan Gas Negara Tbk terlambat
melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan
oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan
keterbukaan informasi sebanyak 35 hari. Mengenai informasi
penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas indikategorikan
sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga telah
jelas, bahwa PTPGN melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995.
Peraturan Nomor X.K.1. dengan pelanggaran ini PT PGN dikenai
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 35 juta.

2. Pelanggaran prinsip disclosure terhadap pemberian


keterangan yang secara material tidak benar.

Ada beberapa hal yang seringkali dilarang dalam hal keterbukaan


informasi, diantaranya sebagai berikut:

A. Memberikan informasi yang salah sama sekali

B. Memberikan informasi yang setengah benar

C. Memberikan informasi yang tidak lengkap

D. Samasekali diam tehadap fakta/ informasi material

Keempat hal ini dilarang karena oleh hukum dianggap dapat


menimbulkan misleading bagi investor dalam memberikan
judgement-nya untuk membeli atau tidak suatu efek . Ketentuan ini
juga diadopsi dalam pasal 93 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal, yang
menyebutkan bahwa tiap pihak dilarang, dengan cara apa pun,
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau
menyesatkan sehingga mempengaruhi harga efek di Bursa Efek .

Dalam kasus ini PT PGN yakni memberikan keterangan material


tidak benar tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan
melalui proyek SSWJ (South Sumatera-West Java). Fakta itu
sudah diketahui atau sewajarnya diketahui oleh direksi, yang kemudian
seharusnya keterangan itu disampaikan kepada publik, namun tidak
disampaikan. Sehingga jelas terjadi bahwa telah terjadi pelanggaran
terhadap pasal 93 UU No. 8/1995 dan diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp15
milyar.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya dan sewajarnya Bapepam-LK


menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 5
miliar kepada Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan
Juli 2006 sampai dengan Maret 2007yaitu Sutikno, Adil Abas, Djoko
Pramono, WMP Simanjuntak dan Nursubagjo Prijono.

3. Keterlibatan fiduciary position dalam kasus insider trading


transaksi efek PGAS.

Dalam pasal 95 UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal menerangkan


bahwa orang dalam dari perusahaan publik yang mempunyai informasi
orang dalam dilarang melakukan transaksi atas Efek Emiten atau
Perusahaan Publik dimaksud.

Penjelasan pasal 95 memberi arti kepada orang dalam sebagai pihak-


pihak yang tergolong dalam:

1. Komisaris, Direktur, atau pengawas perusahaan terbuka.

2. Pemegang saham utama perusahan terbuka.

3. Orang yang karena kedudukannya, profesinya atau karena


hubungan usahanya dengan perusahaan terbuka memungkinkan
memperoleh informasi orang dalam. Dengan kedudukan disini
dimaksudkan sebagai lembaga, institusi atau badan
pemerintahan. Sementara yang merupakan hubungan usaha
adalah hubungan kerja atau kemitraan dalam kegiatan usahanya,
seperti, nasabah, pemasok, kontraktor, pelanggan, kreditur, dan
lain-lain.
4. Pihak yang tidak lagi menjadi pihak sebagaimana tersebut dalam
point 1,2,3 tersebut sebelum lewat jangka waktu 6 bulan.

Bahwa pada periode 12 September 2006 sampai dengan 11 Januari


2007, 9 orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS,
baik direksi maupun mantan direksi. Sehingga unsur-unsur di atas
terpenuhi. Ke 9 orang tersebut dijatuhi sanksi administrative
oleh Bapepam-LK. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan
mempertimbangkan pola transaksi dan akses yang bersangkutan
terhadap informasi orang dalam.

Kesembilan orang tersebut adalah Adil Abas (mantan Direktur


Pengembangan PGN), Nursubagjo Prijono, WMP Simanjuntak (mantan
Dirut dan Komisaris PGN), Widyatmiko Bapang (mantan Sekertaris
Perusahaan PGN), Iwan Heriawan, Djoko Saputro, Hari Pratoyo,
Rosichin, dan Thohir Nur Ilhami. Denda tertinggi dikenakan kepada
mantan Direktur PGN WMP Simanjuntak. Pria yang pernah menjabat
komisaris di perusahaan pipanisasi gas itu dikenai sanksi Rp2,33 miliar.

SEMBILAN ORANG YANG MENDAPAT SANKSI


No. Nama Denda
1. Adil Abas Rp 30 juta
2. Nursubagjo Prijono Rp 53 juta
3. WMP Simanjuntak Rp 2,33 miliar
4. Widyatmiko Bapang Rp 25 juta
5. Iwan Heriawan Rp 76 juta
6. Djoko Saputro Rp 154 juta
7. Hari Pratoyo Rp 9 juta
8. Rosichin Rp 184 juta
9. Thohir Nur Ilhami Rp 317 juta
Sumber : Bapepam-LK
Kesimpulan

Insider trading merupakan sebuah fenomena yang bersifat alami terkait


dengan struktur perdagangan dari pasar saham, dimana terdapat lapisan-
lapisan dari pelaku pasar dengan tingkat kepemilikan informasi yang
berbeda satu dengan yang lain. Secara umum, kejadian ini akan
memberikan dampak negatif secara finansial, terutama bagi pelaku pasar
pada umumnya yang tidak memiliki tingkat informasi yang sempurna
seperti dalam kasus insider trading yang terjadi pada saham PGN. Di sisi
lain, kita dapat melihat insider trading sebagai bentuk fenomena yang
secara tidak langsung meningkatkan efisiensi pasar dalam merefleksikan
informasi yang sebenarnya dari sebuah emiten.

Secara implisit, kami juga menyimpulkan bahwa insider trading adalah


sebuah peristiwa yang tidak akan dapat lenyap sampai kapanpun. Namun,
kita bisa mengalihkan fokus kita dengan menitikberakan pada bagaimana
kita bisa mengantisipasi dampak negatif dari adanya kemungkinan
kejadian-kejadian serupa di masa depan, yaitu dengan memperketat
regulasi serta meningkatkan transparansi dari transaksi-transaksi efek,
terutama pada pihak-pihak yang memiliki akses lebih dekat dengan
sumber informasi.

Daftar Pustaka
Hasmi, M. Ali. Insider Trading dalam Transaksi Saham oleh PT Perusahaan
Gas Negara Tbk. Yogyakarta. 2012.

www.idx.co.id

www.investopedia.com

www.bapepam.go.id

Anda mungkin juga menyukai