Oleh:
Kelompok 2
Alvin Pratama Surya / 0133111007
Arfinda Subiantoro / 01331110
Devina Callista / 0133111027
Jonathan Easton / 0133111037
Made Gusman / 0133111026
Marsella Apriliani / 0133111006
Mikhael Hintono / 0133111010
Samuel Utomo / 0133111011
Latar Belakang
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang
(obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai
sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya.
Secara teknis, pelaku insider trading dibagi menjadi dua, yakni pihak yang
berada dalam fiduciary position, dan pihak yang menerima informasi
orang dalam dari pihak pertama (fiduciary position) atau dikenal dengan
tippees .
Pasal 95:
Orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai
informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek :
a. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau
b. Perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau
Perusahaan Publik yang bersangkutan.
Pasal 96 :
Orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang:
a. mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau
penjualan atas Efek dimaksud; atau
b. memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang
patut diduganya dapat menggunakan informasi dimaksud untuk
melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.
Pasal 97 :
1) Setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang
dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian
memperolehnya dikenakan larangan yang sama dengan larangan
yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal
95 dan Pasal 96.
Pasal 98 :
Dugaan adanya insider trading sangat terasa pada saat harga saham PGN
yang anjlok pada harga Rp 7.400,00. Jatuhnya harga saham tersebut
dilihat tidak wajar, karena merujuk pada harga sebelumnya Rp 9.650,00
berarti telah jatuh sebanyak 23,36%. Melihat drastisnya kejatuhan harga
saham dalam penjualan di bursa efek, patut diduga bahwa adanya
kesalahan atau pun kesengajaan dalam hal transaksi yang dilakukan oleh
PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Kala itu, saham PGN merosot hingga 23,32% atau Rp 2.250 menjadi Rp
7.400 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 9.650. Sebanyak 186,2 juta
saham ditransaksikan dan kategori orang dalam kasus PGN sebagaimana
dimaksud di Undang-undang Pasar Modal adalah Kementrian BUMN,
sebagai pemegang saham, manajemen emiten, serta konsultan pada
Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas dan Credit Suisse.
Dalam Pasal 86 ayat (2) UU No. 5 tahun 1995 tentang Pasar Modal
disebutkan bahwa perusahaan publik menyampaikan laporan kepada
Bapepam-LK dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa
material yang dapat mempengaruhi harga efek selambat-lambatnya
pada akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Pada kenyataannya PT Perusahaan Gas Negara Tbk terlambat
melaporkan fakta atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan
oleh PT PGN. Dalam hal ini keterlambatan pelaporan
keterbukaan informasi sebanyak 35 hari. Mengenai informasi
penurunan volume gas dan informasi tertundanya gas indikategorikan
sebagai fakta material dalam Peraturan Nomor X.K.1. Sehingga telah
jelas, bahwa PTPGN melanggar pasal 86 ayat (2) UU No. 5/1995.
Peraturan Nomor X.K.1. dengan pelanggaran ini PT PGN dikenai
sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 35 juta.
Daftar Pustaka
Hasmi, M. Ali. Insider Trading dalam Transaksi Saham oleh PT Perusahaan
Gas Negara Tbk. Yogyakarta. 2012.
www.idx.co.id
www.investopedia.com
www.bapepam.go.id