Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

DISUSUN OLEH :
NAMA : CANDRA SAPUTRA
NIM : 15/17675/THP
KELAS : STPK-B
JURUSAN : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
KELOMPOK : III (TIGA)
ACARA II : STANDARDISASI LARUTAN 0,1 M
NaOH DAN PENGGUNAANNYA DALAM
PENENTUAN KADAR ASAM CUKA
CO.ASS : ARISTON

INSTITUT PERTANIAN STIPER


YOGYAKARTA
2015
I. ACARA : Standardisasi Larutan 0,1N NaOH dan Penggunaanya
Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka
II. TANGGAL : 15 Oktober 2015
III. TUJUAN : 1. Menentukan normalitas larutan NaOH dengan larutan
Standart asam oksalat.
2. Menetapkan kadar asam cuka.
IV. DASAR TEORI
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume
larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan
contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi,
yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai
jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain.
Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang
ditambah titran itu disebut titrat.(Hettik,2010).
Asidi Alkalimetri adalah suatu analisis titrimetri yang melibatkan titrasi
asam-basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam
lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam
yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam
bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hydrogen
dan ion hidroksida akan membentuk air sebagai hasil akhir dari reaksi ini.
(Anonim,2015).
Proses di mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat dinamakan
standarisasi. Ada dua macam larutan standar, yakni standar primer dan
sekunder. Larutan standar primer adalah suatu zat yang tersedia dalam bentuk
murni atau keadaan dengan kemurnian yang diketahui, yang digunakan untuk
menstandarkan suatu larutan.(Anonim,2009).
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, yang melebur pada
97,5C. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus
disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau stilena. Logam ini
bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hidrogen.
(Sochichah,2010).
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk
dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
(Nugroho,2014).
NaCOmemiliki nama resmi natrii carbonas, sedangkan nama lainnya
yaitu natrium karbonat dengan berat molekul 124. Senyawa ini hablur tidak
berwarna atau serbuk hablur putih. Kelarutannya dalam air yakni tidak
mudah larut dalam air, melainkan mudah larut dalam air mendidih. Senyawa
NaCObiasanya disimpan dalam wadah yang tertutup,sedangkan untuk
menggunaannya biasanya sebagai bahan tambahan (pelengkap bahan utama).
(Phacha rhiatra,2013).
Soda api NaOH merupakan alkali terpenting dalam industri yang
digunakan dalam berbagai tujuan termasuk dalam pembuatan senyawa
anorganik dan organik, pembuatan kertas, penetralan, dan pembuatan
alumina dan sabun. Sementara itu, soda abu NaCObiasa digunakan saling
bertukaran dengan NaOH dalam beberapa aplikasi, seperti pembuatan kertas,
sabun, dan detergen. Dalam jumlah besar juga digunakan dalam pembuatan
gelas, fosfat, silikat, dan pembersihan serta penghilangan polusi SOdari
cerobong asap pembakaran bahan bakar. (Sukmirah,2009).
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Gelas ukur : 1 buah
2. Erlenmeyer : 3 buah
3. Buret : 1 buah
4. Corong : 1 buah
5. Pipet tetes : 1 buah
6. Pipet ukur : 1 buah
7. Gelas piala : 3 buah
8. Labu ukur : 1 buah
9. Pipet gondok : 1 buah
10. Ball pipet : 1 buah
B. Bahan :
1. H2C2O4 : 45 ml
2. Aquades : Secukupnya
3. Larutan NaOH 0,1 N : 152 ml
4. Indikator fenolftalein (p.p.) : 1,2 tetes
5. Asam cuka (CH3COOH) : 5 tetes
VI. CARA KERJA
A. Standardisasi Larutan NaOH
1. Timbang H2C2O4 sebanyak 15 ml ke dalam labu ukur.
2. Tambahkan 10 ml aquades.
3. Masukkan larutan yang ada di gelas piala ke dalam buret menggunakan
corong.
4. Dituang 50 ml larutanNaOHkedalam Erlenmeyer dan tambahkan 2 tetes
indicatorphenolptalein(p.p) lalu dititrasi dengan larutan asam oksalat
hingga warna ungu hilang.
5. Titrasi larutan tersebut sampai berubah warna menjadi bening.
6. Pekerjaan titrasi diulang sebanyak 3 kali
7. Bersihkan dan cuci alat-alat tersebut setelah pekerjaan selesai.
B. Penentuan Kadar Asam Cuka
1. Cuka dagang 25 % diambil 50 ml untuk diencerkan ke 1000 ml. Dari
larutan tersebut diambil 10 ml,tambahkan indikator pp 1 tetes untuk
dititrasi (distandarisasi atau ditetapkan kadarnya).
2. 10 ml larutan cuka dititrasi dengan NaOH yang telah distandarisasi.
3. Kocok larutan tersebut sampai warna berubah dari bening ke ungu yang
tak mau hilang tunggu beberapa detik.
4. Catat hasil titrasi tersebut dan lakukan perhitungan.
5. Ulangi percobaan 3 kali.
VII. HASIL PENGAMATAN
A. Standardisasi Larutan NaOH
1. Tabel Pengamatan Standardisasi Larutan NaOH
No V0 Vt Vt-V0 Warna Awal Warna Akhir
1. 3 30 27 Bening Merah muda
2. 26 47 21 Bening Merah muda
3. 2 25 23 Bening Merah muda

2. Perhitungan Standardisasi Larutan NaOH


Vt Vo
a. Volume Rata-rata = 3

27 +21+23
= 3

71
= 3

= 23,67ml
V asam oksalat x N asam oksalat
b. N NaOH I = V NaOH I

15 x 0,1
= 27

= 0,05 N
V asam oksalat x N asam oksalat
c. N NaOH II = V NaOH II

15 x 0,1
= 21

= 0,07 N
V asam oksalat x N asam oksalat
d. N NaOH III = V NaOH III

15 x 0,1
= 23
= 0,06N
N 1+ N 2+ N 3
e. Normalitas NaOH = 3

0,05+ 0,07+0,06
= 3

=0,06 N
B. Penentuan Kadar Asam Cuka
1. Tabel PengamatanPenentuan Kadar Asam Cuka
No
V0 Vt Vt-V0 Warna Awal Warna Akhir
.
1. 0 26,5 26,5 Bening Merah Muda
2. 0 29,5 29,5 Bening Merah Muda
3. 22 47 25 Bening Merah Muda

2. Perhitungan Penentuan Kadar Asam Cuka


Volume Rata-rata NaOH
Vt Vo
= 3

26,5+ 29,5+25
= 3

= 27 ml
Normalitas Asam Cuka

Va Na = Vb Nb

10 ml x Na = 27 ml x 0,06 N

27 ml x 0,06 N
Na = 10 ml

Na = 0,162 N

Untuk 10 ml asam cuka = 10 ml x 0,162 mgrek/ml


= 1,62 mgrek

Kadar Asam Cuka dalam gram / 100 ml


=

1000
x N AsamCuka x BM AsamCuka
10
x 100
50 x 1000
1000
x 1,62 x 60
10
= x 100%
50 x 1000

= 19,44%
Jadi, kadar asam cuka dalam sampel 50 ml yakni sebanyak19,44%.

C. Perhitungan Ralat
1. Perhitungan Ralat Standarisasi NaOH
a. Tabel Pengamatan Ralat Standarisasi NaOH
No. Xn Xn-X |Xn-X| |Xn-X|2
1. 27 3,34 3,34 11,15
2. 21 -2,66 2,66 7,07
3. 23 -0,66 0,66 0,43
71 6,66 6,66 18,66

b. Perhitungan Ralat Standardisasi NaOH


Xn
Rata-rata (X) = n

71
= 3

= 23,66
XnX
Deviasi Rata-rata Relative (a) = n

6,66
= 3

= 2,22
XnX 2
Deviasi Standard (s) = n1

= 18,66
31

= 18,66
2

= 9,33
= 3,05
a
Deviasi Standard Rata-rata (A) = X x 100%

2,22
= 23,66 x 100%

= 9,38%
s
Deviasi Standard Relative (S) = X x 100%

3,05
= 2306 x 100%

= 12,91%
Hasil Pengukuran = X + a = 23,66+23,66 = 33,04
= X a = 23,669,38 = 14,28
Tingkat Ketelitian =100% - A
= 100% - 9,38%
= 90,62%
2. Perhitungan Ralat Kadar Asam Cuka
a. Tabel Pengamatan Ralat Kadar Asam Cuka
No Xn Xn-X |Xn-X| |Xn-X|2
1. 26.5 -0,5 0,5 0,25
2. 29.5 2,5 2,5 6,25
3. 25 -2 2 4
81 5 5 10,5
b. Perhitungan Ralat Kadar Asam Cuka
Xn
Rata-rata (X) = n

81
= 3

= 27
XnX
Deviasi Rata-rata Relative (a) = n

5
= 3

= 1,67
XnX 2
Deviasi Standard (s) = n1

= 10,5
31

= 10,5
2

= 5,25
= 2,29
a
Deviasi Standard Rata-rata (A) = X x 100%

1,67
= 27 x 100%

= 6,18%
s
Deviasi Standard Relative (S) = X x 100%

2,29
= 27 x 100%

= 8,48%
Hasil Pengukuran =X+a = 27 + 1,67 = 28,67
= X a = 27 1,67 = 28,67
Tingkat Ketelitian = 100% - A
= 100% - 6,18%
= 93,81%

VIII.PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif
untuk menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer.
dimana pada percobaan kali ini larutan baku yang digunakan adalah
NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer C 2H2O4 (asam
oksalat). (Puspitasari,ria.2012).
Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH ini
distandarisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah
terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari
udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. (Anonim.2015)
Di mana pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan
sejumlah tertentu NaOH tidak akan memberikan kepastian massa yang
sesungguhnya, karena jumlah air dan CO 2 yang diserap oleh NaOH tidak
diketahui dengan pasti. (Harjadi.1998).
Hal ini mengakibatkan kensentrasi NaOH yang dihasilkan juga
tidak tepat. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai
pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi
sebelumnya. (Saputri,toni.2012).
Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 15 ml larutan
asam oksalat, larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena
larutan ini tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang
tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan zat.
(Harjadi.1998).
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan
2 tetes indikator fenolftalein pada masing-masing erlenmeyer. Pemilihan
indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam
lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7
dan berada pada trayek indikator fenolftalen. (Puspitasari,ria.2012).
Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara
asam oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan
adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat,
akan menunjukkan warna bening. (Puspitasari,ria.2012).
Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah diketahui
konsentrasinya, maka larutan tersebut sudah dapat digunakan untuk
menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada percobaan ini,
menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang
tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang
sebenarnya. (Sucipto,toni.2012).
Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka
dilakukan langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka
perdagangan dengan cara mengambil 10 ml asam cuka perdagangan
dengan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer.
Kemudian ditambah dengan 2 tetes indikator PP. (Anonim.2015).
Standarisasi laturan NaOH percobaan pertama volume didapat 27
ml, percobaan kedua 21 ml dan percobaan ketiga didapat 23 ml jadi
volume rata-rata NaOH adalah 23,67 ml kemudian normalitas NaOH pada
percobaan pertama ialah 0,05 N, pada percobaan kedua 0,07 N, dan
percobaan ketiga 0,06 N. jadi normalitas NaOH adalah 0,06 N.
(Anonim.2015).
Pada penentuan kadar asam cuka volume pertama sebesar 26,5 ml,
pada percobaan kedua 29,5 ml, dan percobaan ketiga 25 ml. jadi, volume
rata-ratanya adalah 27 ml. didapat normalitas asam cuka sebesar 1,62
grek. Serta kadar asam cuka dalam gram sebesar 19,44%. (Anonim.2015).
Dalam perhitungan ralat standarisasi NaOH rata-ratanya adalah
23,66. Devisiasi rata-rata relative sebesar 2,22. Deviasi standard 3,05
deviasi standard rata-rata 9,38%. Deviasi standard relative adalah 12,91%.
Sehingga hasil pengukuranya sebesar 14,28 dan tingkat ketelitian sebesar
90,62%. (Anonim.2015).
Pada perhitungan ralat penentuan kadar asam cuka didapat volume
rata-rata sebesar 27. Deviasi rata-rata relative sebesar 1,67. Deviasi
standard 2,29. Deviasi standard rata-rata 6,18 %. Deviasi standard relative
8,48%. Sehingga hasil pengukuran sebesar 28,67 dan tinkat ketelitiannya
sebesar 93,81%. (Anonim.2015).
IX. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil praktikan setelah melakukan kegiatan
praktikum standardisasi larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam
penentuan kadar asam cuka antara lain :
1. Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi
asam basa antara asam oksalat (sebagai asam lemah) dan NaOH (sebagai
basa kuat).
2. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku
primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat) dengan berat ekivalen asam
oksalat adalah 63.Dan larutan yang digunakan sebagai larutan baku
sekunder adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku
sekunder yang bersifat basa kuat.
3. Setelah dilakukan pengamatan sebanyak 3 kali dapat dihitung bahwa
volume rata-rata asam oksalat adalah sebanyak 27 ml dengan normalitas
NaOH adalah 0,162 N.
4. Setelah dilakukan perhitungan, didapatkan volume rata-rata NaOH
sebanyak 23,67 ml dengan normalitas sebesar 0,06 N.
5. Volume rata-rata larutan NaOH yang digunakan untuk menitrasi asam cuka
adalah sebanyak 0,162 ml.
6. Dari perhitungan ralat standardisasi NaOH, didapatkan tingkat ketelitian
sebesar 90,62% sedangkan pada perhitungan ralat kadar asam cuka hanya
didapatkan tingkat ketelitian sebesar 93,815%.

DAFTAR PUSTAKA
Anonima,2015.Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Institut Pertanian
Stiper,Yogyakarta.
Anonimb,2009. Percobaan Standardisasi NaOH. Sumber:http://Share.its.ac.id.
Diakses pada tanggal 25 Oktober pukul 09:27 WIB
Hettik, 2010, Asidi-Alkalimetri dan Potensiometri, Sumber:
http://hettik07.student.ipb.ac.id/2010/ 06/20/asidi-alkalimetri-
potensiometri/, 23/10/2011.Diakses 25 Oktober pukul 08:42 WIB.
Nugroho,2014.Standarisasi larutan NaOH .
Sumber:http://jawigo.blogspot.co.id/2009/12/standarisasi-larutan-
naoh.html. Diakses pada tanggak 25 oktober 2015 pukul 08:29 WIB
RhacaRhiatra, 2013.Pembuatan NaOH 0,1N Dan Standardisasi. Sumber:
Http://RhacaRhiatra.blogspot.com. Diakses pada 25 Oktober 2015 pukul
09:45 WIB.
Shochichah, 2010.Standarisasi Larutan NaOH dan Penentuan Asam Cuka
Perdagangan. Sunber: Http://shochichah.blogspot.com. Diakses pada
25 Oktober 2015, pukul 10.25 WIB.
Sukmariah,2009, StandarisasilarutanNaOH, Sumber:
http://tadriskimia .blogspot. comDiakses 25 Oktober pada pukul 10:26
WIB

Yogyakarta, 09November 2015


Mengetahui
Co. Ass Praktikan

(Ariston) (Candra saputra)

Anda mungkin juga menyukai