PENDAHULUAN
Hidrolisa atau Hidrolisis dalam bahasa Yunani terdiri dari dua kosa kata yaitu hydro yang
berarti air dan lysis yang berarti pemecahan/pemisahan. Hidrolisis adalah suatu jenis reaksi kimia
yang melibatkan air sebagai pemecah ikatan suatu senyawa sehingga dihasilkan senyawa baru
ataupun senyawa yang lebih sederhana. Selama reaksi, ikatan kimia akan rusak di kedua
molekul, menyebabkan mereka menjadi pecah. Molekul air terpecah untuk membentuk ion
hydrogen. Sebagai contoh yakni suatu proses sakarifikasi sukrosa. Sakarifikasi adalah
suatu pemecahan karbohidrat menjadi komponen molekul gula melalui hidrolisis. Contohnya
sukrosa dipecah menjadi fruktosa serta glukosa. Umumnya hidrolisis maupun sakarifikasi
adalah langkah dalam melakukan degradasi zat.
Reaksi hidrolisis terjadi ketika beberapa senyawa ionik, misalnya, asam tertentu, basa,
dan garam, larut dalam air; reaksi hidrolisis terlibat dalam proses yang sangat penting untuk
kehidupan; digunakan dalam beberapa proses industri yang penting, seperti pembuatan sabun;
dan memainkan peranan penting pada pelapukan batuan.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
a. Hidrolisis Garam
Reaksi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam
dengan air. Dalam penguraian garam dapat terjadi beberapa kemungkinan :
1. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga menyebabkan [H+] dalam
air bertambah mengakibatkan [H+] > [OH] dan larutan bersifat asam
2. Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion OH, sehingga menyebabkan [H+] <
[OH] dan larutan bersifat basa
3. Ion garam tidak dengan air sehingga [H+] dalam air akan tetap sama dengan [OH] dan air
akan tetap netral (pH=7)
Ditinjau dari asam dan basa pembentuknya, ada 4 macam jenis garam, yaitu:
Garam asam lemah dan basa kuat
Garam akan terbentuk dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan anion yang berasal dari asam lemah yang akan bereaksi dengan air menghasilkan
OH yang menyebabkan larutan bersifat basa.
Contoh :
2
CH3COONa(aq) CH3COO(aq)+Na+(aq)
CH3COO(aq)+H2O CH3COOH(aq)+OH(aq)
Dari reaksi di atas, hanya ion CH 3COO yang mengalami hidrolisis sedang Na+tidak
bereaksi dengan air sebab NaOH yang terjadi akan segera terionisasi menghasilkan Na + kembali.
Jadi garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan
bersifat basa.
3. Sebagai Pupuk
Agar tanaman tumbuh dengan baik, pH tanaman harus dijaga. pH tanah pada
lahan pertanian harus disesuaikan dengan pH tanamannya. Untuk menjaga pH-nya agar
4
tetap sama, diperlukan pupuk agar tidak terlalu asam atau basa. Biasanya para petani
menggunakan senyawa (NH)SO untuk menurunkan pH tanah. Garam (NH)SO
berasal dari HSO (asam kuat) dan NHOH (basa lemah).
4. Pelarutan Sabun
Agar lebih terasa gurih dan enak, biasanya ke dalam makanan ditambahkan
monosodium glutamat (MSG) yang berfungsi sebagai penyedap makanan. Monosodium
glutamat yang memiliki rumus kimia CHNONa merupakan garam yang bersifat basa.
7. Kompres Dingin
5
tersedia kompres dingin instan yang diperjualbelikan di pasar. Kompres ini menggunakan
garam ammonium nitrat (NHNO) yang bersifat asam.
2. Hidrolisis Karbohitrat
Pembuatan sirup glukosa dalam industry biasanya menggunakan proses hidrolisis.
Tahapan pembuatan sirup glukosa dengan cara hidrolisis menggunakan enzim terdiri dari
gelatinisasi, likuifikasi, sakarifikasi, purifikasi, dan evaporasi. Tingkat mutu sirup glukosa
yang dihasilkan ditentukan oleh warna sirup, kadar air, dan tingkat konversi pati menjadi
komponen-komponen glukosa, maltosa, dan dekstrin, yang dihitung sebagai ekuivalen
dekstrosa (DE).
Pati ubi jalar ditimbang sebanyak 300 g, lalu ditambahkan air sebanyak 1000 ml
untuk membentuk suspensi pati 30%. Suspensi pati ini memiliki pH awal 4,0-4,2.
Suspensi pati kemudian diatur pH-nya antara 5,2-5,6 dengan cara menambahkan NaOH.
Suspensi yang telah diatur pH-nya selanjutnya ditambahkan enzim -amilase sebanyak
0,1 ml, sesuai dosis yang direkomendasikan oleh produsen (Novozymes A/S Denmark)
6
yaitu 0,25-0,65 kg per ton pati. Suspensi kemudian dilikuifikasi, yaitu memanaskan
suspensi pada suhu 95C-105C selama 120 menit. Selama proses ini dilakukan
pengadukan yaitu dengan menggunakan magnetic stirer. Larutan dekstrin yang dihasilkan
kemudian didiamkan sampai suhunya turun menjadi 60C. pH larutan tersebut setelah
likuifikasi berkisar antara 5,0-6,0. Larutan deksrin selanjutnya diatur pH-nya antara 4,0-
4,5 untuk kondisi optimum enzim amiloglukosidase yaitu dengan menambahkan HCl.
Larutan dekstrin ditambahkan enzim amiloglukosidase sebanyak 0,2 ml, sesuai dosis
yang direkomendasikan oleh produsen (Genencor International) yaitu 0,40-0,80 kg per
ton pati. Kemudian dilakukan proses sakarifikasi yaitu dengan cara menjaga suhunya
tetap 60C selama 24 jam yang dilakukan dengan mengunakan water bath shaker. Larutan
sirup glukosa yang dihasilkan pada proses sakarifikasi selanjutnya ditambahkan karbon
aktif sebanyak 2% berat kering pati untuk dilakukan proses purifikasi yaitu dengan cara
memanaskan larutan sirup ini pada suhu 80C selama 10 menit. Setelah dilakukan
pemurnian menggunakan karbon aktif, larutan sirup glukosa disaring menggunakan
penyaringan vakum, kemudian dilakukan uji kadar gula pereduksi dengan metode Luff-
Schoorl. Setelah itu dilakukan pemekatan menggunakan vacuum rotary evaporator pada
tekanan udara vakum 31 kPa, dimana lama pemekatannya berbeda-beda bergantung
kepada kadar padatan sirup yang tercapai sesuai SNI 01-2978-1992 yaitu 70Brix.
7
Perhatikan bahwa kedua reaksi di atas dapat balik (reversibel). Untuk
melangsugkan hidrolisis sesempurna mungkin, harus digunakan air yang berlebih. Air
diperoleh dari asam encer, sehingga ester perlu dicampur dengan asam encer yang
berlebih.
Ini merupakan cara yang lazim digunakan untuk menghidrolisis ester. Ester
dipanaskan di bawah refluks dengan sebuah basa encer seperti larutan natrium
hidroksida. Ada dua kelebihan utama dari cara ini dibanding dengan menggunakan asam
encer. Reaksinya berlangsung satu arah dan tidak reversibel, dan produknya lebih mudah
dipisahkan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10