xzzzzzzzzPENDAHULUAN
1
diterima. Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break
Event Point), dan R/C ratio. Perhitungan-perhitungan itu digunakan agar orang
yang melakukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan
untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target
keuntungan yang diinginkan. Peningkatan produksi harus seimbang dengan laju
pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani
secara intensif.
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengerti apa itu usaha tani dan analisis usaha tani dalam
suatu proses budidaya tanaman beserta resiko yang ada didalamnya.
1.3 Manfaat
1) Untuk mengetahui apa itu usaha tani
2) Untuk mengetahui analisis usaha tani dalam suatu proses budidaya tanaman
3) Untuk mengetahui resiko resiko dalam suatu usaha tani
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
3
dimulai, namun usaha tani secara berladang yang berpindah-pindah belum
ditinggalkan (Hernanto, 1994).
Pada zaman Hindia-Belanda sekitar tahun 1620, sejak VOC menguasai di
Batavia kebijakan pertanian bukan untuk tujuan memajukan pertanian di
Indonesia, melainkan hanya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya bagi VOC. Sedangkan, pada tahun 1830, Van Den Bosch sebagai
gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk meningkatkan
ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa. Sebenarnya Undang-undang
Pokok Agraria mengenai pembagian tanah telah muncul sejak 1870, namun
kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun 1921. Dalam system tanam paksa
(Cultuurstelsel) ini, Van den Bosch mewajibkan setiap desa harus menyisihkan
sebagian sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor khusunya
kopi, tebu, nila dan tembakau (Hernanto, 1994).
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian
tidak banyak mengalami perubahan. Pemerintah tetap mencurahkan perhatian
khusus pada produksi padi dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi
kepada pemerintah. Namun masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan
pemilik modal besar, sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak
dengan mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap
tanamannya pun tak berkembang (Hernanto, 1994).
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program
Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program
BIMAS (Bimbingan Massal). Tujuan utama dari program tersebut adalah
meningkatkan produktivitas sektor pertanian (Hernanto, 1994).
Pada tahun 1979 pemerintah meluncurkan program INSUS (Intensifikasi
Khusus), yang meningkatkan efektifitas penerapan teknologi Pasca Usaha Tani
melalui kelompok-kelompok tani dengan luas areal per kelompok rata-rata 50
hektar, setiap kelompok diberi bantuan kredit modal dalam menjalankan usaha
pertaniannya (Lokollo, 2002). Kemudian pada tahun 1980-an pemerintah
meluncurkan program SUPRAINSUS (SI). Program ini merupakan
4
pengembangan dari Panca Usaha Tani untuk mewujudkan peningkatan
produktivitas tanaman padi (Hernanto, 1994).
Pada tahun 1998 usaha tani di Indonesia mengalami keterpurukan karena
adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang
mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit pertanian dicabut,
suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada kredit yang tersedia ke
pertanian. Keterpurukan pertanian Indonesia akibat krisis moneter membuat
pemerintah dalam hal ini departemen pertanian sebagaistake holder pembangunan
pertanian mengambil suatu keputusan untuk melindungi sektor agribisnis yaitu
pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi (Hernanto, 1994).
Mubyarto (1989) menyebutkan bahwa sistem pertanian dan usahatani yang
ada sekarang ini masih belum efektif dan efisien dari mulai proses awal sampai
pada saat panen dan pasca panen sehingga masih perlu diintensifkan sehingga
dapat memberikan hasil yang optimum. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk
mendongkrak kontribusi sektor pertanian Indonesia terhadap perekonomian
dengan mensosialisasikan sistem agrobisnis, diferensiasi pertanian, diversifikasi
pertanian dengan membuka lahan peranian baru, sistem pertanian organik,
berbagai kebijakan harga dan subsidi pertanian, kebijakan tentang ekspor-impor
komoditas pertanian dan lain-lain. Sistem pertanian organik khususnya, telah
dicanangkan pemerintah sejak akhir tahun 1990-an dan mengusung Indonesia go
organik pada tahun 2010, sistem ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas produk pertanian mengingat rusaknya kesuburan tanah
akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan dalam waktu lama serta
pencemaran lingkungan oleh penggunaan pestisida kimia. Semua upaya
pemerintah tersebut bertujuan untuk meningkatkan distribusi pendapatan petani
sehingga dengan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian
dalam perekonomian.
5
sumberdaya masyarakat (Sanusi, 2015). Menurut Purnamasari (2008) Teknik PRA
terdiri dari (1) teknik penelusuran alur sejarah desa (2) teknik pembuatan bagan
kecendenrungan dan perubahan mata pencaharian (3) teknik penyusunan kalender
musim (4) teknik pembuatan peta atau sketsa peta (5) teknik kajian kelembagaan
desa (Diagram Venn) (6) teknik bagan kegiatan harian (7) tekik penelusuran desa
(transek). Kegiatan ini dilakukan dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa
dan mengikuti suatu lintasan tertentu yang telah disepakati bersama masyarakat.
Hasil penelusuran tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah bagan atau bagan.
Jenis-jenis transek adalah (1) transek sumberdaya desa (2) transek sumber daya
alam (3) transek dengan topik khusus. Jenis-jenis transek berdasarkan lintasannya
adalah (1) transek lintasan garis lurus (2) transek lintasan zig-zag, pulang pergi,
berputar, menyapu ke semua arah (3) transek lintasan saluran air. Tujuan dari
transek adalah (1) memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan keadaan desa
dan lingkungannnya sendiri (lokasi sumber daya, batas wilayah, jenis sumberdaya
yang ada, potensi, dan masalah) (2) memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji
perubahan sumber daya, sebab, dan akibat perubahan tersebut.
6
1. Tanaman Pangan 16.096,46 78,91 4.302,68 21,09 20.339,14 100,00
2. Hortikultura 9.342,56 78,17 2.608,43 21,83 11.905,99 100,00
3. Perkebunan 11.729,89 83,09 2.386,58 16,91 14.116,47 100,00
4. Peternakan 11.080,28 75,18 3.658,01 24,82 14.738,29 100,00
5. Perikanan
Budidaya ikan 1.141,13 88,54 147,74 11,46 1.288,87 100,00
Penangkapan
869,02 93,72 58,23 6,28 927,25 100,00
ikan
6. Kehutanan 6.221,03 85,82 1.028,00 14,18 7.249,03 100,00
Umur Petani Lebih dari 50 persen rumah tangga pertanian di Indonesia
dengan petani utama berada pada kelompok usia 35-54 tahun, namun demikian
masih ada lebih dari 30 persen yang berusia tua yaitu diatas 54 tahun. Sedangkan
persentase rumah tangga dengan petani utama berumur kurang dari 35 tahun
hanya 12,87 persen saja. Jika dibedakan menurut jenis kelamin, komposisi petani
perempuan berusia tua (diatas 54 tahun) hampir 25 50 persen, sedangkan pada
petani utama laki-laki komposisinya hampir sama dengan total petani utama yaitu
30 persen (Sensus Pertanian dalam Badan Pusat Statistik, 2013)
Tabel 2. Kelompok Umur Petani Laki-laki dan Perempuan
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
Umur
Prsentase Prsentase Prsentase
Petani (000) (000) (000)
% % %
Utama
<15 2,84 0,01 0,46 0,02 3,30 0,01
15-24 208,91 0,90 21,03 0,70 229,94 0,88
25-34 2.939,89 12,71 189,75 6,33 3.129,64 11,98
35-44 6.378,80 27,57 506,30 16,88 6.885,10 26,34
45-54 6.524,57 28,20 800,97 26,70 7.325,54 28,03
55-56 4.440,90 19,19 789,00 26,30 5.229,90 20,01
65 2.640,05 11,41 691,99 23,70 3.332,04 12,75
Jumlah 23.135,97 0,01 2.999,50 0,02 26.135,45
Presentase 88,52 11,48 100,00
7
Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division
Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family
Gramineae, genus Oryza, spesies Oryza sativa L (Perdana, 2007).
Budidaya tanaman padi (Oryza sativa L) dipilih oleh banyak petani karena
beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat di Indonesia, iklim di
indonesia ialah tropis, kebutuhannya selalu meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk di indonesia, tidak perlu perwatan setiap-hari, dan teknik
budidayanya mudah dilakukan.
TFC =
8
Keterangan:
TFC = total biaya tetap (Rp)
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
Pxi = harga input (Rp)
n = jumlah atau banyaknya input
2) Biaya variable (variable cost) ialah biaya yang jumlahnya berubah jika hasil
prduksinya berubah, contohnya ialah biaya pembelian bibit, biaya obat-obatan
dan tenaga kerja (Tuki, 2008).
TVC =
Keterangan:
TVC = total biaya variable (Rp)
VC = biaya variable (Rp)
3) Biaya total ialah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
dengan kata lain biaya total ini ialah jumlah dari biaya tetap dan biaya variable
(Swastha dan Sukartjo dalam Tuki, 2008).
TC = TFC - TVC
Keterangan:
TC = biaya total (Rp)
TFC = total biaya tetap(Rp)
TVC = total biaya variable (Rp)
b) Penerimaan dan Keuntungan
Penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun yang tiak dijual (Siregar dalam Tuki, 2008).
Selain itu, Soekarwati (dalam Tuki, 2008) juga berpendapat bahwa penerimaan
ialah hasil dari perkalian jumlah produksi dengan harga jual.
TR = P x Q
Keterangan:
TR = Penerimaan (Total Revenue)
P = Harga (Price)
Q = Jumlah produk (Quantity)
9
Berikut ini ialah pergerakan kurva biaya produksi, jumlah produksi dan
keuntungan yang didapat.
10
Keterangan:
R = Penerimaan
C = Biaya
PQ = Harga output
Q = Output
TFC = Biaya tetap (fixed cost)
TVC = Biaya variabel (variable cost)
2.5.2 BEP (Break Even Point)
Menurut Aulia (2008), analisis BEP atau nilai impas adalah suatu teknis
analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable,
keuntungan, volume penjualan BEP dalam penelitian merupakan pengukuran
dimana kapasitas riil pengolahan bahan baku menjadi output menghasilkan total
penerimaan yang sama dengan pengeluaran BEP dalam unit dan dalam Rupiah
yang dirumuskan sebagai berikut:
1) BEP dalam unit produksi
Yaitu jumlah produksi yang dihasilkan dimana produsen pada posisi tidak rugi
dan tidak untung. Dengan kata lain BEP satuan menjelaskan jumlah produksi
minimal yang harus dihasilkan oleh produsen. Menurut Aulia (2008), rumus BEP
ialah sebagai berikut:
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
Q = Quantities (Produksi)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
P = Harga Produk
2) BEP dalam rupiah
Aulia (2008) menyebutkan bahwa BEP alam rupiah ialah tingkat atau
besarnya harga per unit suatu produk yang dihasilkan produsen pada posisi tidak
untung dan tidak rugi. Dengan kata lain BEP harga menjelaskan besarnya harga
minimal perunit barang yang ditetapkan produsen (BEP = HPP). Rumus:
11
Keterangan:
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
TR = Total Revenue (Penerimaan)
FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
Kurva BEP merupakan keterkaitan antara jumlah unit yang dihasilkan dan
volume yang terjual (pada sumbu X), dan antara pendapatan dari penjualan atau
penerimaan dan biaya (pada sumbu Y). BEP terjadi jika pendapatan dari
penjualan (TR) berada pada titik keseimbangan dengan total biaya (TC).
Sedangkan biaya tetap (FC) adalah variabel yang tidak berubah meskipun jumlah
volume yang dihasilkan berubah. Kurva BEP dapat dilihat pada gambar 5 agar
dapat lebih jelas mengenai perpotongan antara garis penerimaan dan biaya total
(Noviana, 2011).
(Rp)
Penerimaan TR TC
&
Biaya
VC
BEP
FC
Q (Produksi)
0
Volume Produksi
12
VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
TC = Total Cost (Total Biaya)
BEP = Break Even Point (Titik Impas)
Disimpulkan bahwa Analisa break even point memberikan penerapan yang
luas untuk menguji tindakan-tindakan yang diusulkan dalam mempertimbangkan
alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break
even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang
break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu memeberikan
informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume
penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan (Noviana, 2011).
13
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
14
1. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat
2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang
rendah
3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsistem
4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya
Di Indonesia, batasan petani kecil telah disepakati pada seminar petani kecil
di Jakarta pada tahun 1979. Pada pertemuan tersebut ditetapkan bahwa petani
kecil adalah:
1. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per
kapita per tahun
2. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 hektar lahan
sawah di Jawa atau 0,5 hektar di luar Jawa. Bila petani tersebut juga
mempunyai lahan tegal maka luasnya 0,5 hektar di Jawa dan 1,0 hektar di
luar Jawa.
3. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas
4. Petani yang memililki pengetahuan terbatas dan kurang dinamik
Dua ciri yang menonjol pada petani kecil ialah kecilnya pemilikan dan
penguasaan sumberdaya serta rendahnya pendapatan yang diterima. Pada
umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan
ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-
pencar dalam beberapa petak. Mereka mempunyai tingkat pendidikan,
pegetahuan, dan kesehatan yang sangat rendah. Mereka sering terjerat hutang dan
tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi.
Bersama dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil.
Kekurangan modal pada petani kecil di Indonesia untuk megelola tanah dan untuk
membeli sarana produksi dicoba diatasi oleh pemerintah dengan memberikan
bantuan kredit. Hal ini trjadi khususnya pada petani penghasil padi yang
memperoleh kredit melalui program intensifikasi. Program intensifikasi telah
cukup menunjukkan indikasi bahwa perubahan teknologi dalam penanaman padi
dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan apabila
penanaman itu dilakukan dengan cara tradisional.
15
Berdasarkan data wawancara bahwa narasumber petani bernama Bapak
Abdul Rahman yang ber usia 71 tahun, pendidikan terakhir bapak Abdul Rahman
ialah SMA. Bapak Abdul Rahman sendiri memiliki pekerjaan utama yaitu sebagai
petani di desa Tunggulwulung, Malang. Bapak Abdul Rahman memiliki keluarga
yang terdiri dari 1 istri bernama Fatihatul Sholiha dan juga satu orang anak.
Bapak Abdul Rahman tergolong sebagai petani kecil hal ini dikarenakan
berdasarkan kriteria diatas dan didapatkan dari hasil wawancara yaitu bapak
Abdul Rahman hanya memiliki lahan seluas 1250m2, selain itu Bapak Abdul
Rahman memiliki masalah mengenai modal yang sangat terbatas serta
pengetahuan bapak Abdul Rahman yang terbatas dan kurang dinamis.
16
3. Pilihan dan kombinasi,
4. Intensitas perusahaan pertanaman,
5. Efisiensi tenaga kerja.
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya
tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi.
Dibawah ini merupakan analisis usaha tani seperti biaya tetap (TFC), biaya
variabel (TVC), penerimaan, keuntungan usaha tani berdasarkan hasil wawancara
yang diperoleh dengan narasumber bapak Abdul Rahman didesa Tunggulwulung,
Malang.
Tabel 3. Biaya Tetap (TFC)
Harga (Rp)
No Uraian Jumlah(Unit) Biaya (Rp)
(perhitungan)
1 Sewa Lahan 1250 m2 5000.000/ha/tahun 625.000
Sewa alat:
2 1 unut 250.000 250.000
Traktor
Penyusutan alat:
1. Cangkul 1 unit (30rb),5th 18.000 2400
3
2. Sabit 1 unit(29rb), 3th 16.000 4300
3. Sprayer 1unit (390rb),7th 105.000 40.714
Total 922.414
Tabel 4. Biaya Variabel (TVC)
No Uraian Jumlah (Unit) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Benih/bibit 2 kg 0 0
2 Pupuk:
1. Urea 15 kg 3750 56.250
2. TSP 20 kg 3650 73.000
3. Ponska 50 kg 3900 195.000
3 Obat-obatan:
Pestisida (Furadan) 1 unit 18.550 18.550
4 Tenaga kerja
Kegiatan:
1. Olah tanah 2 laki laki 40. 000 80.000
2. Penanaman 2 perempuan 30.000 60.000
3. Panen 2 laki laki 40.000 80.000
Total 562.800
17
Tabel 5. Total Biaya (TC)
No Biaya Total Biaya (Rp)
1 Total biaya tetap (TFC) 922.414
2 Total biaya variabel (TVC) 562.800
Total biaya (TC) 1.485.214
Tabel 6. Penerimaan Usaha Tani
No Uraian Nilai Jumlah (Rp)
1 Produksi (Unit) 1000 kg
2 Harga (persatuan unit) Rp 4800/kg 4.800.000
PenerimaanUsaha tani (TC) 4.800.000
Tabel 7. Keuntungan Usaha Tani
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total Biaya (TC) 1.485.214
2 Penerimaan (TR) 4.800.000
Keuntungan 3.314.786
Berdasarkan perhitungan tabel diatas didapatkan nilai TC sebesar Rp
1.485.214 dan untuk nilai dari TR adalah Rp 4.800.000, sehingga dari kedua nilai
tersebut dapat diperoleh nilai , nilai diperoleh dari perhitungan TR TC
sehingga 4.800.000 1.485.214 dan didapatkan nilai sebesar Rp 3.314.786. Jadi
usaha tani yang dilakukan oleh bapak Abdul Rahman memperoleh keuntungan
sebesar Rp 3.314.786.
18
Berdasarkan perhitungan BEP unit didapat hasil 217,69 dimana hasil tersebut
merupakan produksi minimal yang harus dihasilkan oleh petani dalam
usahanya agar tidak mengalami kerugian
19
3.7 Kelembagaan Petani
Lembaga di pedesaan lahir untuk memeuh kebutuhan sosial masyarakat yang
ada di dalamnya. Menurut Koentjaraningrat (1964), lembaga kemasyarakatan atau
lembaga sosial atau pranata sosial ialah suatu sistim norma khusus yang menata
suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kebutuhan khusus
dari manusia dalam kehidupan masyarakat. Di dalam hal ini berlaku sistem norma
yang mengatur tindakan berpola, tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan
manusia dalam kehidupan masyarakat. Atau dengan kata lain kelembagaan
pedesaan ialah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta
dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang
terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. salah satu
kelembagaan untuk para petani ialah Gabungan Kelompok Tani dimana
melakukan diskusi tentang permasalahnya di lahan, kondisi yang terjadi,
perencanaan kedepannya guna meningkatkan hasil dan pendapatan petani untuk
memenuhi kebutuhannya.
Pada survei lapang yang kami lakukan di Desa Tunggulwulung, Jalan
Kenanga Indah RW 06 RT 05 dengan koresponden atau petani yang kamu jumpai
ialah Bapak Abdul Rahman dengan menanam komoditas Padi varietas padi wangi
dengan luasan lahan olah seluar 1250m2. Di sekitar tempat Bapak Abdul Rahman
ini bercocok tanam tidak ada gabungan kelompok tani dan menurut Bapak Abdul
Rahman ada atau tidaknya gabungan kelompok tani tidak akan mempengaruhi
kondisi lahan dan penghasilanya sehingga Bapak Abdul Rahman merasa
gabungan kelompok tani tidak penting baginya. Namun setelah kami wawancarai
lebih lanjut, beliau tidak mengetahui sebenarnya apa itu gabungan kelompok tani
dan fungsinya sehingga beliau membuat pernyataan seperti di atas.
20
pendapatan, dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien, guna memperoleh keuntangan yang tinggi pada waktu tertentu. Namun di
dalam usahatani pasti ada kendala dimana dapat di sebabkan oleh alam (iklim)
kondisi tanah, kondisi udara dan air, lalu saat proses budidaya, serangan
organisme pengganggu tanaman, dan masalah saat pemasaran.
Dari contoh di atas kami telah menemui beberapa permasalah yang ada di
lokasi kami survei yaitu Desa Tunggulwulung, RW 06 RT 05 dengan koresponden
atau petani yang kamu jumpai ialah Bapak Abdul Rahman dengan menanam
komoditas Padi varietas padi wangi dengan luasan lahan olah seluar 1250m2,
permasalahannya ialah (1) hasil panen di jual kepada tengkulak, hal ini ada
dampak positifnya dimana Bapak Abdul Rahman tidak susah untuk memasarkan
hasil panennya karena saat panen tengkulak akan datang ke lahannya, namun
dampak negativnya ialah dari hasil wawancara dengan Bapak Abdul Rahman di
katatakan bahwa hasil panen dari beberapa petani akan di gabungkan guna harga
jual di pasar tinggi, hal ini mengidikasi adanya kecurangan di tingkat tengkulak ke
pasar, selain itu juga harga gabah yang dibeli cukup rendah dibandingkan harga
beras yang ada di pasaran sekang berkisar Rp 10.000,00 Rp 15.000,00 dan harga
gabah yang dibeli di Bapak Abdul Rahman ialah Rp 4.600,00 Rp 4.800,00.
Selain itu, (2) Bapak Abdul Rahman merupakan petani konvensional dimana
beliau tidak mau menerima masukan baik untuk mengelola lahannya, misalkan
beliau tidak mau di anjurkan menggunakan pupuk dengan dosis pupuk yang tepat
guna meminimalisir tingkat serangan hama terhadap tanaman padinya. (3) Bapak
Abdul Rahman hanya menggunakan input anorganik ke lahannya, misalkan
pestisida kimia, hal ini dapat menyebabkan resurgensi dan resistensi terhadap
organisme pengganggu tanaman, sedangkan jika menggunakan pupuk kimia
secara intensif dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di
lingkungan tanah tersebut, Ph tanah menurun.
21
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
22
5. LAMPIRAN
23
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
4. Pekerjaan Utama
a. Petani
b. Pedagang
c. Tukang kayu/batu
d. PNS
e. Lainnya, sebutkan .
5. Pekerjaan Sampingan
a. Petani
b. Pedagang
c. Tukang kayu/batu
d. PNS
e. Tukang bangunan/buruh
6. Jumlah Anggota Keluarga : 3 jiwa
7. Keterangan Anggota Keluarga
Tabel Data Anggota Keluarga
Pekerjaan Keterangan
No. Nama Hub. Dg. KK Umur Penddk.
Utama Sampingan
Fatihatul Penjaga
1 Istri SD
Solihah warung
Penjaga
2 Anak 20 SMA
toko
24
- Dibagi-hasilkan
Jumlah (b)
Jumlah (a+b)
9. Kepemilikan Ternak
No. Jenis Ternak Jumlah
1 Sapi -
2 Kambing -
3 Ayam -
4 Lainnya .. -
25
c. Total Biaya/TC (Total Cost)
No. Biaya Total
1 Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) Rp.
2 Total Biaya Variabel (Total Variable Cost) Rp.
Total Biaya (Total Cost) Rp.
2. Penerimaan Usahatani
No. Uraian Nilai Jumlah (Rp)
1 Produksi (unit)
2 Harga (per satuan unit)
Penerimaan Usahatani (Total Revenue)
3. Keuntungan Usahatani
No. Uraian Nilai Jumlah (Rp)
1 Total Biaya (Total cost)
2 Penerimaan (Total revenue)
Keuntungan
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28