Anda di halaman 1dari 13

TUGAS LAPORAN OSEANOGRAFI

PENGAMATAN PASANG SURUT METODE ADMIRALTY

Disusun Oleh:

Ridho Oktariansyah Suci Atma 16.25.902


Eleonoris D.R 16.25.909
Muhammad Fazrul 16.25.921
Rizky Andala Beagusta 16.25.922
Muhammad Dimyati 16.25.925

JURUSAN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2016
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengertian Pasang Surut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan
gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan
bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh
atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi pasut terutama
di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar
perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang
disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range).

Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi
antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama (spring tide) terjadi
ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan
dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah.
Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
-
Gambar 1. Spring Tide dan Neap Tide

Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal
ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit
pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut
dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal
(diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari,
maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya
merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran
(mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.

Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik
(tentunya susah jika datanya banyak ya...), tipe pasang surut juga dapat ditentukkan
berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk (Pond and Pickard,
1983):
dengan ketentuan :
F 0.25 = Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)
0,25<F1,5 = Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed
mainly semidiurnal tides)
1,50<F3,0 = Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed
mainly diurnal tides)
F > 3.0 = Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)

Dimana:
F : bilangan Formzal
AK1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan dan matahari
AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan
AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan
AS2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
oleh gaya tarik matahari

Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk
meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari
masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen
utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun
demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan
superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan
terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.
Pada buku peramalan pasang surut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan
BOKOSURTANAL tertulis nilai komponen pasut tersebut baik amplitudo
maupun fase pada beberapa lokasi di perairan Indonesia. Nah dengan
mengetahui amplitudo komponen tersebut, maka dapat dihitung kan nilai
bilangan Formzal nya..so tipe pasutnya dapat ditentukan. Nah mungkin sedikit
bingung tentang apa itu komponen M2, S2, O1, K1, P1 , M4, MS4 dan lain-
lain. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi
empat tipe yaitu :
Tipe pasang surut tunggal (diurnal tide)
Tipe pasang surut campuran dominan tunggal
. Tipe Pasang surut campuran dominan ganda
Tipe Pasang surut ganda

Daftar Istilah pada pasang surut


- Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada
suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
- Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah
pada suatu periode waktu.
- Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang
tinggi.
- Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut
rendah.
- Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi
dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya
satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai
air tinggi terttinggi.
- Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari
dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak
akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
- Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak
akan terdapat pada pasut diurnal.
- Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari
dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu
air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil
sebagai air rendah terendah.
- Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air
tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang
(range) pasut itu tertinggi.
1.2 Teori Admiralty
Pada tahun 1928, Doodson mengenalkan metode yang amat praktis untuk analisis
pasang surut dari pengamatan 15 atau 29 hari (15/29 Piatan), yang kemudian
terkenal dengan sebutan Admiralty Method of Analysis Of Tide. Pada metode
perhitungan metode Admiralty digunakan untuk menghitung dua konstanta
harmonik dari data pasang surut yang ada. Dalam metode Admiralty harus
mencari nilai amplitudo dan phasa sesaat dari masing-masing komponen.
Data masukan untuk analisis pasang surut ini adalah data hasil pengamatan
pasang surut di lapangan. Dari data pasut tersebut, kita akan mendapatkan nilai-
nilai komponen dari pasut dimana komponen tersebut dapat kita gunakan untuk
mendapatkan nilai MSL, HWL, LWL, dan tipe pasut berdasarkan komponen
tersebut. Nilai-nilai tersebut merupakan hasil dari perhitungan. Cara ini
merupakan cara yang efektif untuk menentukan atau menghitung data pasut
karena selain pengerjaan yang cepat, komponen dari pasut dapat kita ketahui
semua.
Urutan analisis pasang surut adalah sebagai berikut:
Menguraikan komponen-komponen pasang surut.
Penentuan tipe pasang surut yang terjadi.
Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut.
Menghitung elevasi muka air penting.
Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi
muka air akibat pasang surut menjadi komponen-komponen harmonik
penyusunnya. Komponen utama adalah akibat gaya tarik bulan dan matahari
(lunar dan solar komponen). Komponen lainnya adalah komponen non
astronomis. Komponen pasang surut yang ada sebanyak 9 (sembilan). Bagan alir
analisis data pasang surut dapat dilihat pada Gambar 2. Sedangkan penjabaran ke
sembilan komponen pasang surut tersebut seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen pasang surut


Gambar 2. Bagan alir analisis data pasang surut

Secara garis besar, pergerakan vertikal muka air laut yang diakibatkan proses pasang
surut dapat dinyatakan sebagai superposisi harmonik dari komponen-komponen
pasang surut, yang dapat dinyatakan dengan rumus:
Analisis pasang surut menggunakan metode Admiralty selalu dilakukan dengan
menyusun skema skema Admiralty sebagai berikut:
Skema I
Berisi data pasang surut tiap jam yang telah dikoreksi (dilengkapi) sebanyak 15
atau 29 hari (satuan elevasi pasang surut yang digunakan adalah cm). Pada skema
ini tentukanlah waktu pertengahan pengamatan.
Skema II
Berisi nilai fungsi-fungsi X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4 yang masing-masing
dikelompokkan berdasarkan tanda positif (+) dan negatif (-). Besarnya nilai
positif (+) dan negatif (-) konstanta diperoleh dengan cara mengalikan data
pengamatan pada saat tertentu (Skema I) dengan besaran konstanta penyusun
Skema II (Tabel 2).

Skema III
Merupakan penjumlahan dari komponen (+) dan (-) dari Skema II.
Skema IV
Berisi nilai dari komponen Skema II dan Skema III yang ditambahkan suffix
kedua berupa 0, 2, b, 3 dan c berdasarkan tabel pembantu untuk menyusun Skema
IV (Tabel 4).

Skema V dan VI
Skema V dan Skema VI merupakan hasil perkalian matriks antara kolom pertama
skema-skema ini dengan tabel pembantu untuk menyusun Skema V dan Skema VI
Admiralty (Tabel 5), di mana harga kolom pertama didapatkan dari hasil selisih
aljabar menurut suatu aturan tertentu dari komponen-komponen pada Skema IV.
Tabel 5. Konstanta pengali untuk memperoleh kolom pertama skema V dan VI

Skema VII & VIII

Merupakan tahap akhir dari proses mencari komponen pasang surut menurut metode
Admiralty. Aturan pengisian masing-masing kolom mengikuti rumus yang tertera
pada kolom pertama dari masing-masing skema ini.

Tabel VI. Struktur data untuk skema VII


Tabel 7. Struktur Data Untuk Skema VIII
Dengan menggunakan nilai konstanta harmanik dari metode admiralty,
selanjutnya dapat dilakukan perhitungan nilai nilai penting pasang surut dengan
menggunakan rumus sesuai dengan tipe pasang surut masing masing lokasi.
Referensi:
http://surveikelautan.com/2016/04/analisis-pasang-surut-menggunakan-metode-
admiralty/ (diakses pada tanggal 7 bulan 4 tahun 2017, pukul 20.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai