Disusun Oleh:
Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke
puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi
antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama (spring tide) terjadi
ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan
dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah.
Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang
rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
-
Gambar 1. Spring Tide dan Neap Tide
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal
ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit
pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut
dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal
(diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari,
maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda (semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya
merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran
(mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran
dominasi ganda dan tipe campuran dominasi tunggal.
Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot dalam bentuk grafik
(tentunya susah jika datanya banyak ya...), tipe pasang surut juga dapat ditentukkan
berdasarkan bilangan Formzal (F) yang dinyatakan dalam bentuk (Pond and Pickard,
1983):
dengan ketentuan :
F 0.25 = Pasang surut tipe ganda (semidiurnal tides)
0,25<F1,5 = Pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed
mainly semidiurnal tides)
1,50<F3,0 = Pasang surut tipe campuran condong harian tunggal (mixed
mainly diurnal tides)
F > 3.0 = Pasang surut tipe tunggal (diurnal tides)
Dimana:
F : bilangan Formzal
AK1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan dan matahari
AO1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan
AM2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
oleh gaya tarik bulan
AS2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
oleh gaya tarik matahari
Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk
meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari
masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Komponen-komponen
utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun
demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai dan
superposisi antar gelombang pasang surut komponen utama, akan
terbentuklah komponen-komponen pasang surut yang baru.
Pada buku peramalan pasang surut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS dan
BOKOSURTANAL tertulis nilai komponen pasut tersebut baik amplitudo
maupun fase pada beberapa lokasi di perairan Indonesia. Nah dengan
mengetahui amplitudo komponen tersebut, maka dapat dihitung kan nilai
bilangan Formzal nya..so tipe pasutnya dapat ditentukan. Nah mungkin sedikit
bingung tentang apa itu komponen M2, S2, O1, K1, P1 , M4, MS4 dan lain-
lain. Secara umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi
empat tipe yaitu :
Tipe pasang surut tunggal (diurnal tide)
Tipe pasang surut campuran dominan tunggal
. Tipe Pasang surut campuran dominan ganda
Tipe Pasang surut ganda
Secara garis besar, pergerakan vertikal muka air laut yang diakibatkan proses pasang
surut dapat dinyatakan sebagai superposisi harmonik dari komponen-komponen
pasang surut, yang dapat dinyatakan dengan rumus:
Analisis pasang surut menggunakan metode Admiralty selalu dilakukan dengan
menyusun skema skema Admiralty sebagai berikut:
Skema I
Berisi data pasang surut tiap jam yang telah dikoreksi (dilengkapi) sebanyak 15
atau 29 hari (satuan elevasi pasang surut yang digunakan adalah cm). Pada skema
ini tentukanlah waktu pertengahan pengamatan.
Skema II
Berisi nilai fungsi-fungsi X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4 yang masing-masing
dikelompokkan berdasarkan tanda positif (+) dan negatif (-). Besarnya nilai
positif (+) dan negatif (-) konstanta diperoleh dengan cara mengalikan data
pengamatan pada saat tertentu (Skema I) dengan besaran konstanta penyusun
Skema II (Tabel 2).
Skema III
Merupakan penjumlahan dari komponen (+) dan (-) dari Skema II.
Skema IV
Berisi nilai dari komponen Skema II dan Skema III yang ditambahkan suffix
kedua berupa 0, 2, b, 3 dan c berdasarkan tabel pembantu untuk menyusun Skema
IV (Tabel 4).
Skema V dan VI
Skema V dan Skema VI merupakan hasil perkalian matriks antara kolom pertama
skema-skema ini dengan tabel pembantu untuk menyusun Skema V dan Skema VI
Admiralty (Tabel 5), di mana harga kolom pertama didapatkan dari hasil selisih
aljabar menurut suatu aturan tertentu dari komponen-komponen pada Skema IV.
Tabel 5. Konstanta pengali untuk memperoleh kolom pertama skema V dan VI
Merupakan tahap akhir dari proses mencari komponen pasang surut menurut metode
Admiralty. Aturan pengisian masing-masing kolom mengikuti rumus yang tertera
pada kolom pertama dari masing-masing skema ini.