Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AGROEKOSISTEM

LAPORAN OBSERVASI HUTAN MINI (ARBORETUM)


UNIVERSITAS GADJAH MADA

PAPER

Disusun Oleh :
Ahmad Wakhidatus S 20160210059
Zulfa Adiba 20160210087
Wallid Nur Achsan 20160210115
Raynaldi Alfi S 20160210066

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2017
A. PENDAHULUAN

Agroekosistem adalah tanaman dan hewan yang berhubungan dengan


lingkungannya (baik fisik maupun kimia) yang sengaja dibuat oleh manusia untuk
menghasilkan keuntungan bagi manusia. Keuntungan yang didapat bisa berupa
fisik(hasil panen) maupun tidak secara fisik(peningkatan kualitas lingkungan hidup
manusia). Agroekosistem itu sendiri meliputi komponen-komponen yang terbagi
ke dalam faktor abiotic dan faktor biotik.
Definisi atau rumusan hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon
dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitarnya. Odum (1983)
menerangkan bahwa jaringan dari komponen-komponen dan proses yang terjadi
pada lingkungan merupakan sistem. Sistem lingkungan hidup biasanya meliputi
daratan atau air, misalnya hutan, danau, lautan, lokasi pertanian, perkotaan,
regional, desa dan biosfer.
(Fakuara dalam Sundari, 2015:9) menerangkan tentang hutan kota yaitu
ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang
memberi manfaat kepada lingkungan sebesar besarnya untuk penduduk kota dalam
kegunaan proteksi, estetika, dan rekreasi.
Sedangkan menurut Grey dan Deneke (1978) 13 hutan kota merupakan
kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak tanamnya terbuka bagi umum,
mudah dijangkau oleh penduduk kota dan dapat memenuhi fungsi perlindungan dan
regulatifnya, seperti kelestarian tanah, tata air, ameliorasi iklim, penangkal polusi
udara, kebisingan dan lain-lain. Jorgensen (1977, dalam Grey dan Deneke, 1978)
seseorang yang dianggap sebagai pelopor menerangkan bahwa hutan kota meliputi
lahan minimal seluas 50 100 ha, jarak lokasi hutan kota dapat dicapai dengan
berjalan kaki dari pusat permukiman penduduk padat, jarak sama yang ditempuh
dari titik akhir jaringan transportasi umum atau setara waktu yang diperlukan
pejalan kaki apabila ia bersepeda dan harus terbuka bagi umum.
Hutan kota sering berada di luar batas kota. Jalur hijau, hutan kota, hutan
lindung dan tanaman urugan dapat dikatakan bagian dari hutan kota. Area ini
biasanya untuk umum dan bermanfaat untuk berbagai macam kegunaan, serta
mempunyai nilai luar biasa untuk lingkungan kota yaitu sebagai pelindung mata air,
rekreasi, memberikan pemandangan, tempat hiburan atau sebagai tempat
pembuangan limbah.
Tempat yang digunakan sebagai bahan acuan yaitu hutan kampus UGM.
Hutan mini atau arboretum di kawasan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah
Mada Yogyakarta, membentang di areal seluas 0,9 hektar atau kurang lebih 9000
meter persegi. Hutan ini terletak di sudut perempatan antara Universitas Gajah
Mada dengan wilayah Jalan Kaliurang Yogyakarta, tepat di depan Selokan
Mataram.

Gambar depan hutan kota UGM


B. KOMPONEN EKOSISTEN HUTAN MINI UGM
Hutan kota yang merupakan bagian dari agroekosistem memiliki beberapa
komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya. Komponen tersebut dibagi
menjadi 2 komponen besar, yaitu komponen biotik dan abiotik.
1. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk
hidup. Adapun komponen biotik yang berada di kawasan hutan kota UGM adalah
sebagai berikut :
a. Manusia
Dalam hal ini manusia yang di maksud adalah pengelola pihak UGM, yang
merupakan komponen penting bagi keberlangsungan hutan kampus UGM, karena
hutan kampus merupakan bagian dari ekosistem buatan yang mana peranan
manusia begitu dominan untuk melestarikan keberadaannya.

b. Tumbuhan
Di area hutan kampus UGM terdapat berbagai jenis pohon, di antaranya
Meranti merah (shorea leprosula), Miara payung (filicium depiciens),
Ketapang(Terminalia catappa), Glodogan (Polyalthea longifolia), Angsana
(Pterocarpus indicus), Sapu tangan (Maniltoa grandiflora), Kepel (Stelechocarpus
burahol), Sawo kecik (Manilkara kauki), dan Trembesi (Samanea saman). Selain
itu terdapat rumput liar, semak-semak, dan tumbuhan perdu.
Gambar contoh tumbuhan di Hutan Kota UGM
c. Hewan
Terdapat berbagai jenis hewan di Hutan Kampus UGM ini, di antaranya
yaitu burung Cangak abu (Ardea purpurea), Cangak laut (Ardea sumatrana), dan
Kowak malam abu (Nycticorax nycticorak), kupu-kupu, berbagai jenis serangga,
dan hewan lainnya. Sangat disayangkan tidak ada hewan yang bisa kami abadikan
karena keterbatasan alat yang dibawa.
2. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen yang berasal dari lingkungan, atau
bisa dikatakan komponen abiotik lah yang mendukung komponen biotik dapat
melangsungkan kehidupan. Komponen abiotik yang terdapat dan yang berperan di
Hutan Kampus UGM ini di antaranya:
1. Sinar matahari.
2. Suhu udara.
3. Kelembaban.
4. Tanah.
5. Air.
6. Kelembaban udara.
7. Kemasaman tanah.
C. INTERAKSI KOMPONEN
Dalam sebuah ekosistem, terjadi siklus yang akan terus berlangsung.
Maksudnya yaitu energi yang berasal dari matahari mengalir menuju tanaman, yang
berguna untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tersebut nantinya akan
menghasilkan nutrisi yang disimpan dalam hasil produksi masing-masing
tanaman. Komponen biotik dan komponen abiotik saling berinteraksi, dan dari
interaksi tersebut tercipta sebuah keseimbangan di alam. Dan manusia pun terlibat
dalam interaksi tersebut, mengingat Hutan Kampus UGM merupakan hasil karya
manusia, tentunya manusia ikut andil dalam keberlangsungan kehidupan. Berikut
interaksi antar komponen yang terjadi di Hutan Kampus UGM.
1. Interaksi manusia dengan biotik
Interaksi pertama yang paling berperan adalah interaksi manusia dengan
biotik, karena pada dasarnya hutan kota tidak akan terjadi keberlangsungannya
apabila manusia dan komponen biotik tidak saling berinteraksi satu sama lain.
Sebagai contoh dari interaksi keduanya adalah :
a. Memberikan unsur hara sebagai masukan tambahan selain yang didapat dari
alam.
b. Memberikan tambahan pasokan air
c. Melakukan regenerasi tumbuhan yang ada, bahkan menambah tumbuhan
baru.
d. Memberikan makan tambahan untuk burung yang tinggal di hutan kota
supaya bisa berkembang biar dan tetap berada di lingkungan hutan kota.
Semuanya dilakukan untuk menjaga kelangsungan komponen biotik yang
secara tidak langsung akan berpengaruh juga terhadap keberlangsungan
manusia.
2. Interaksi manusia dengan Abiotik
Interaksi selanjutnya yang tidak kalah penting adalah interaksi manusia dan
komponen abiotik, Di mana komponen abiotik secara tidak langsung memberikan
pengaruh yang cukup signifikan, karena komponen abiotik mampu melengkapi apa
yang tidak bisa komponen utama berikan, contohnya dalam penyediaan unsur hara
ataupun cahaya matahari untuk pertumbuhan tanaman hutan kota. Manusia
memiliki keterbatasan dalam menyediakan keduanya, oleh karena itu perlu adanya
dukungan dari komponen abiotik yang memang menyediakan kebutuhan itu.
3. Interaksi antara komponen biotik dan abiotik
Komponen biotik yang terdiri dari hewan dan tumbuhan akan berinteraksi
dengan komponen abiotik yang terdiri dari sinar matahari, suhu, tanah, unsur hara.
dari interaksi ini akan tercipta sebuah keseimbangan di lingkungan Hutan Kampus
tersebut. Faktor abiotik merupakan sumber kehidupan bagi keseluruhan komponen
biotik, karena komponen abiotic menyediakan sumber nutrisi untuk biotik,
misalnya unsur hara, cahaya matahari maupun iklim. Interaksinya dalam bentuk
berikut ini.
a. Cahaya matahari membantu tanaman untuk berfotosintetis, sehingga pohon dapat
melangsungkan kehidupannya. Selanjutnya pohon itu menjadi rumah bagi burung-
burung dan bermacam serangga yang ada di Hutan Kampus.
b. Dedaunan dan kotoran burung yang jatuh ke tanah dapat menyuburkan tanah,
dan tanah yang subur akan bagus untuk pohon.
c. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup untuk tetap lestari, sehingga air mampu
membuat keberlangsungan ekosistem, karena tumbuhan dan hewan
membutuhkannya.
D. PROFIL HUTAN KOTA UGM
Arboretum berasal dari kata arbor yang berarti pohon, dan retum yang
berarti tempat. Arboretum milik Fakultas Kehutanan UGM terletak di tengah
kawasan bisnis dan pendidikan menimbulkan dampak positif dari keberadaan
Arboretum yaitu sebagai penyerap CO2 guna mengurangi produksi CO2 yang
dapat menyebabkan Global Warming, sebagai objek dalam kepentingan kegiatan
penelitian maupun pendidikan, serta sebagai penyejuk. Manfaat lain dapat
dirasakan seperti peredam kebisingan sarana transportasi dan sumber daya seperti
pupuk, kayu bakar dan lainnya.
Di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, khususnya Fakultas
Kehutanan membentang areal Arboretum seluas 0,9 hektar atau kurang lebih 9000
meter persegi. Hutan ini terletak di sudut perempatan antara Universitas Gadjah
Mada dengan wilayah Jalan Kaliurang Yogyakarta, tepat di depan Selokan
Mataram.

Gambar di salah satu tempat Hutan Mini UGM


E. ANALISIS AGROEKOSISTEM
Analisis agroekositem hutan mini UGM di cukup menarik, di antaranya
sebagai berikut :
1. Produktivitas.
Produktivitas sangat rendah bila dibandingkan dengan luasan yang sama tetapi
dengan sistem agroekosistem yang lain misalkan dengan produktivitas sawah
apabila dengan luasan sama dengan hutan mini UGM bisa menghasilkan produksi
padi yang cukup besar. karena memang pembuatan hutan kota tidak dimaksudkan
untuk keuntungan materi semata, melainkan untuk tujuan yang lebih kepada
peningkatan ekosistem di suatu kota.
2. Keberlanjutan.
Dari segi keberlanjutan usaha, sistem ini sangat buruk dari sisi hasil dan nilai
ekonomisnya. Hal ini karena rata-rata pohonnya berumur panjang. Dan sistem
hutan kota kemungkinan kecil untuk diterapkan oleh petani.
3. Stabilitas.
Stabilitas hasil yang diperoleh sangat buruk. Karena pohon yang ditanam tidak
ditujukan untuk diambil manfaatnya dari segi materi. Selain itu hewannya juga
demikian. Akan tetapi apabila dilihat dari aspek stabilitas lingkungan dan
ketersediaan oksigen untuk lingkungan. Maka stabilitas di hutan mini UGM
sangatlah baik.
4. Kemerataan.
Sistem ini sangat tidak mungkin untuk diterapkan oleh petani. Selain
membutuhkan lahan yang cukup luas, juga perawatan serta biaya yang banyak. Dan
sistem ini tidak memberi petani hasil materi.
F. KESIMPULAN
Hutan Mini yang berada di kawasan kampus Universitas Gadjah Mada
merupakan salah satu contoh hutan kota yang komponennya cukup lengkap, karena
di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain.
Di antaranya komponen Biotik yang terdiri dari Manusia, Hewan dan Tumbuhan.
Komponen Abiotik yang terdiri dari pendukung keberlangsungan komponen biotik
seperti cahaya matahari, air, udara dan lainnya.
Kedua komponen tersebut saling berinteraksi demi menjaga
keberlangsungan hutan mini UGM. Peranan manusia sangatlah kompleks karena
hutan mini merupakan bagian dari ekosistem buatan.
Hutan mini sebagai hutan kota yang berada di kawasan perkotaan dan
pendidikan, tidak terlalu fokus pada produktivitasnya, akan tetapi lebih berfokus
terhadap keberlangsungan dan stabilitasnya agar tetap terjaga dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Hardiatmi, JM Sri. 2010. Inovasi Pertanian. Jurnal. IPB Press. Bogor

Meisella, D. 2015. Persepsi Arboretum Fakultas Kehutanan UGM. http://dmeisella-


dmeisella.blogspot.co.id/p/blog-page_4955.html. Diakses pada tanggal 26
Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai