Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Korosi pada logam telah berabad-abad menimbulkan masalah dan hal ini
jelas menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Korosi menyerang hampir
semua peralatan yang terbuat dari logam. Mulai dari peralatan dapur, mesin
cuci, sampai mesin mobil. Korosi dapat terjadi di rumah, kebun, alat
transportasi, industri dan pipa-pipa bawah tanah. Hampir semua sektor
industri mempunyai permasalahan dengan korosi. Misalnya sektor industri
logam, industri perhubungan, industri pertambangan dan energi, pekerjaan
umum, industri pertanian dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul
dapat berupa kerusakan, umur pakai barang yang tidak memenuhi harapan
sampai pada faktor keamanan yang tidak memadai.

Proses korosi adalah suatu proses alamiah yang berkaitan dengan penurunan
mutu logam sebagai akibat dari hasil interaksi logam tersebut dengan
lingkungannya. Dengan demikian, proses korosi akan senantiasa terjadi di
berbagai bidang dimana terdapat logam sebagai bahan utamanya.
Konsekuensi korosi sangat jelas bagi kita, banyak komponen harus diganti,
pelanggan menjadi tidak puas dan banyak lagi masalah finansial yang rumit.
Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di
dalam negeri, akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan biaya
penanggulangan yang relatif murah, dan mendapatkan alternatif pemecahan
yang didasari oleh kemampuan sendiri.

B. PENGERTIAN KOROSI

Korosi adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang
paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam
umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarn coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi. Fe(s)
Fe2+(aq) + 2e E = +0.44 V Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke
bagian lain besi itu yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen
tereduksi. O2(g) + 2H2O(l) + 4e 4OH-(aq) E = +0.40 V atau O2(g) + 4H+
(aq) + 4e 2H2O(l) E = +1.23 V Ion besi (II) yang terbentuk pada anode
selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi (III) yang kemudian membentuk
senyawa oksida terhidrasi Fe2O3. xH2O, yaitu karat besi. Mengenai bagian
mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat
pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi dapat juga diartikan
sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia
atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan
bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih
mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah,
akan dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan
yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau
tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih
bersih dari oksida.

C. JENIS-JENIS KOROSI

1. Korosi Homogen

Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara


homogeny terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka [ telanjang ]
sifat

- Merata dan material menipis


- Kehilangan tonnage besar dan kecepatan tinggi

Contoh ;

korosi pada badan kapal, pilar pilar pelabuhan, korosi pada kaki kaki jacket,
sebatang besi yang tercelup larutanasam sulfat atap seng pemilihan
material yang sesuai, coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic
protection

2. Galvanic Corrosion

Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua
logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah ( potensial rendah)
akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan
mengalami penurunan korosinya. Galvanic corrosion dipengaruhi oleh,
lingkungan, jarak, area/luas
Pencegahan :

Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin, menghilangkan


pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan, memberikan isolasi
diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan, penerapan coating
dengan mengutamakan pada logam anode, penambahan inhibitor dengan
cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam proses korosi,
pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan
logam induknya.

3, Crevice Corrosion

Sifat ;

- Tidak tampak dari luar dan sangat merusak konstruksi

- Sering terjadi pada sambungan kurang kedap

- Penyebabnya, lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan mekanisme

Oksidasi : M + 1e

Reduksi : O2 + 2H20 + 4e 4OH-

Pencegahan :

- Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding


dengan sambungan keling untuk peralatan peralatan baru

- Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan


soldering

- Peralatan peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur,


terutama pada sambungan sambungan yang rawan

- Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis

- Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan

- Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan lengkungan


tajam serta daerah genangan fluida

4. Filiform Corrosion

Sifat
Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi hanya
mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana
permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman. Mekanisme
terjadinya Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk
jenis korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur
seperti H2O dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini
selanjutnya bereaksi dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe.
H2O dan O2 ini akan berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari bagian
ekor secara terus menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa
yang terjadi dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat asam,
sehingga korosi ini dapat menyebar secara otomatis Pencegahan secara
global

- Menyimpan material berlapis metal (email) didalam kondisi kering


- Memberikan lapisan brittle film

5. Intergranuular Corrosion

Mekanisme Penyebab

Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan penyebab grain


boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan unsur/elemen pada
kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini terjadi pada casting
and welding

Pencegahan

Casting, pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor logam
dengan step yang benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang benar
sesuai dengan karakteristik masing masing logam dan kegunaannya.
Welding, pemilihan elektrode yang benar, prosedur pengelasan yang benar,
pendinginan yang benar.

6. Pitting Corrosion

Adalah bentuk pengkaratan yang terpusat pada satu titik dengan kedalaman
tertentu.

Sifat

- Terpusat pada titik, kecil/dalam, susah dideteksi, lamert/arah gravitasi

Mekanisme

- Dalam hal ini pH sangat mempengaruhi, pitting corrosion adalah korosi


yang secara alami merupakan reaksi auto katalic. Pitting corrosion
perlu diantisipasi adanya perbedaan katodik dengan anodik sehingga
dalam membuat suatu konstruksi tidak akan berakibat fatal hanya
karena korosi yang tidak tampak dari luar
7. Selective Leaching

Adalah penghilangan suatu elemen alloy pada melalui proses korosi. Contoh
proses penghilangan/pelepasan Zn dari grass alloy. Contoh lain adalah
lunturnya salah satu unsur dari kobalt, chrom, alumunium dalam suasana
alloy dengan Fe

Mekanisme

Kuningan mengurai, Ion ZN berada dalam larutan, the cooper plate kembali
ke plat

Reaksi

2Zn + O2 ZnO
Zn + 2OH Zn(OH)

Cara Pencegahan

Proses dezincification dapat dikurangi dengan meminimalkan keganasan


lingkungan atau dengan katodic protection.

B. Korosi Erosi

Korosi erosi adalah percepatan atau penambahan keburukan sifat material


karena gerakan relatif antara fluida korosif dan permukaan metal Faktor yang
mempengaruhi

- Permukaan film

- Kecepatan, bertambahnya kecepatan secara umum akan mengakibatkan


bertambahnya pengikisan terutama jika diselubungi aliran yang
berkecepatan kuat.

- Turbulen, turbulen mengakibatkan gerakan cairan lebih besar pada


permukaan logam dibanding laminar dan terjadi persentuhan yang lebih
antara logam dengan sekitarnya

- Efek galvanic dan sifat meta/campuran cara mengatasi korosi erosi

- Material dengan ketahanan korosi yang baik

- Perancangan, penambahan diameter pipa membantu dari segi mekanika


dalam hal pengurangan kecepatan dan membuat agar aliran yang terjadi
adalah aliran laminar

- Perubahan pada lingkungan, deareation dan penambahan inhibitor

- Coating dan kathodic protection.


D. PERKEMBANGAN KOROSI

Korosi pada logam menimbulkan kerugian tidak sedikit. Hasil riset yang
berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat memperkirakan, kerugian akibat
korosi yang menyerang permesinan industri, infrastruktur, sampai perangkat
transportasi di negara adidaya itu mencapai 276 miliar dollar AS. Ini berarti
3,1 persen dari Gross Domestic Product (GDP)-nya. sebenarnya, negara-
negara di kawasan tropis seperti Indonesia paling banyak menderita
kerugian akibat korosi ini. tetapi, tidak ada data yang jelas di negara-negara
tersebut tentang jumlah kerugian setiap tahunnya. Korosi yang dipengaruhi
oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat aktifitas
mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis
dan telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang
disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat degradasi
pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan tahun1970- an.
Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air
stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada
permukaan sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut.
Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu faktor pertimbangan
pada instalasi pembangkit industri, industri minyak dan gas, proses kimia,
transportasi dan industri kertaspulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut
hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari
fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan memecahkan masalah
ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi bahaya korosi tersebut.

Mikroba merupakan suatu mikrooranisme yang hidup di lingkungan secara


luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya
dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan
mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem
air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi
penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain
bakteri, jamur, alga danprotozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap
degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu
area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi
kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau
biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2
4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-
bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan.

Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa


centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga
dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit
mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan
logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk
electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen. 2.
Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen. 3. Jenis anaerob
fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi. 4. Mikroaerofil, berkembang
biak menggunakan sedikit oksigen.

Bab ll

KASUS RIIL KOROSI

KOROSI PADA ATAP RUMAH YANG TERBUAT DARI SENG

A. SIFAT KIMIA DAN FISIKA PADA SENG


1. Senyawa Seng

Terdapat berbagai jenis senyawa seng yang dapat ditemukan, seperti


seng karbonat dan seng glukonat (suplemen makanan), seng klorida
(pada deodoran), seng pirition (pada sampo anti ketombe), seng sulfida
(pada cat berpendar), dan seng metil ataupun seng dietil di laboratorium
organik. Dalam bahasa sehari-hari seng dimaksudkan sebagai pelat seng
yang digunakan sebagai bahan bangunan. Senyawa pada seng diambil
dari bahasa Belanda yaitu zink adalah unsur kimia dengan lambang kimia
Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Ia merupakan unsur
pertama golongan 12 pada tabel periodik. Beberapa aspek kimiawi seng
mirip dengan magnesium. Hal ini dikarenakan ion kedua unsur ini
berukuran hampir sama. Selain itu, keduanya juga memiliki keadaan
oksidasi +2. Seng merupakan unsur paling melimpah ke-24 di kerak Bumi
dan memiliki lima isotop stabil. Bijih seng yang paling banyak ditambang
adalah sfalerit (seng sulfida). Kuningan, yang merupakan campuran aloi
tembaga dan seng, telah lama digunakan paling tidak sejak abad ke-10
SM. Logam seng tak murni mulai diproduksi secara besar-besaran pada
abad ke-13 di India, manakala logam ini masih belum di kenal oleh
bangsa Eropa sampai dengan akhir abad ke-16. Para alkimiawan
membakar seng untuk menghasilkan apa yang mereka sebut sebagai
"salju putih" ataupun "wol filsuf". Kimiawan Jerman Andreas Sigismund
Marggraf umumnya dianggap sebagai penemu logam seng murni pada
tahun 1746. Karya Luigi Galvani dan Alessandro Volta berhasil
menyingkap sifat-sifat elektrokimia seng pada tahun 1800. Pelapisan seng
pada baja untuk mencegah perkaratan merupakan aplikasi utama seng.
Aplikasi-aplikasi lainnya meliputi penggunaannya pada baterai dan aloi.

2. Sifat Kimia Seng

Sifat kimiawi seng mirip dengan logam-logam transisi periode pertama


seperti nikel dan tembaga. Ia bersifat diamagnetik dan hampir tak berwarna.
Jari-jari ion seng dan magnesium juga hampir identik. Oleh karenanya, garam
kedua senyawa ini akan memiliki struktur kristal yang sama. Pada kasus di
mana jari-jari ion merupakan faktor penentu, sifat-sifat kimiawi keduanya
akan sangat mirip. Seng cenderung membentuk ikatan kovalen berderajat
tinggi. Ia juga akan membentuk senyawa kompleks dengan pendonor N- dan
S-. Seng cukup reaktif dan merupakan reduktor kuat. Permukaan logam seng
murni akan dengan cepat mengusam, membentuk lapisan seng karbonat,
Zn5(OH)6CO3, seketika berkontak dengan karbon dioksida. Lapisan ini
membantu mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air. Seng yang
dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan dan
mengeluarkan asap seng oksida. Seng bereaksi dengan asam, basa, dan
non-logam lainnya Seng yang sangat murni hanya akan bereaksi secara
lambat dengan asam pada suhu kamar. Asam kuat seperti asam klorida
maupun asam sulfat dapat menghilangkan lapisan pelindung seng karbonat
dan reaksi seng dengan air yang ada akan melepaskan gas hidrogen.

2. Sifat Fisika Seng


Tampilan fisik pada logam seng ini yaitu seng memiliki warna putih
kebiruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Walau demikian,
kebanyakan seng mutu komersial tidak berkilau. Seng sedikit kurang
padat daripada besi dan berstruktur kristal heksagonal. Terdapat
banyak sekali aloi yang mengandung seng. Salah satu contohnya
adalah kuningan (aloi seng dan tembaga). Logam-logam lainnya yang
juga diketahui dapat membentuk aloi dengan seng adalah aluminium,
antimon, bismut, emas, besi, timbal, raksa, perak, timah, magnesium,
kobalt, nikel, telurium, dan natrium. Logam seng ini memiliki sifat keras
dan rapuh pada kebanyakan suhu, namun menjadi dapat ditempa
antara 100 sampai dengan 150 C. Di atas 210 C, logam ini kembali
menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk dengan
memukul-mukulnya. Seng juga mampu menghantarkan listrik.
Dibandingkan dengan logam-logam lainnya, seng memiliki titik lebur
(420 C) dan tidik didih (900 C) yang relatif rendah. Dan sebenarnya
pun, titik lebur seng merupakan yang terendah di antara semua
logam-logam transisi selain raksa dan kadmium.
B. KOROSI PADA ATAP RUMAH YANG TERBUAT DARI SENG
Seng merupakan salah satu bahan yang digunakan pada bangunan
yaitu untuk penutup atap. Seng untuk atap ini banyak di dapatkan di
toko bangunan. Ketebalan seng pada atap rumah yang digunakan
yaitu berkisar kurang dari 1mm dengan ukuran panjang dan lebar
berkisar 1830 mm X 915 mm. Seng yang digunakan sebagai penutup
atap ini membentuk profil gelombang dengan lebar profil pada seng
yaitu 76 mm, sedangkan tinggi profilnya yaitu 16 mm. Banyaknya
gelombang pada seng tiap lembaran yang digunakan untuk atap ada
10 buah. Seng dipilih sebagai bahan pembuat atap karena memiliki
beberapa kelebihan diantaranya memiliki bobot yang sendah, dari segi
harga seng memiliki kelebihan yang relative murah dan terjangkau,
serta pemasangan yang mudah sekaligus tidak memerlukan rangka
atap yang terlalu banyak sehingga menghemat biaya, Kelemahan
penggunaan atap seng ini yaitu ketika hujan turun yang mengenai
seng akan menimbulkan suara yang berisik dan air hujan yang banyak
mengandung garam membuat seng pada atap rumah lebih mudah
untuk terkena korosi ataupun karat. Selain kelemahan terhadap air
hujan seng juga tidak mempunyai sifat isolasi panas & dingin artinya
kalau udara di luar panas / dingin maka di dalam ruangan akan terasa
lebih panas / dingin juga.
Berikut adalah tahapan-tahapan pengkorosian yang terjadi pada atap
yang terbuat dari seng.
1. Proses Awal yaitu mula terjadinya korosi pada atap rumah. Proses
awal ini korosi yang terjadi masih sedekit sekali dan belum terlihat
dengan terlalu jelas. Proses awal korosi pada atap yang terbuat dari
seng seperti ditunjukan oleh gambar berikut ini.
2. Setelah korosi mulai tampak pada atap rumah jika tidak segera
dilakukan perlindungan maka korosi lambat laun akan menyebar dan
penyebaran pada proses korosi kedua pada atap rumah ditunjukkan
pada gambar berikut.

3. Pada tahap ketiga penyebaran korosi semakin meluas dan mengkorosi


hampir pada seluruh bagian lembaran seng. Berikut gambar proses
pengkorosian ke-3 pada atap rumah yang terbuat dari seng.
4. Tahap korosi pada atap rumah selanjutnya yaitu korosi melebar dan
merata pada seluruh bagian atap yang terbuat dari seng. Korosi
merata pada seng ditunjukkan oleh gambar berikut:
C. PENYEBAB KOROSI PADA ATAP SENG

Sifat seng selama berada pada lingkungan atmosfir telah sering


diperiksa pada tes yang dilakukan di seluruh dunia. Kinerja seng dalam
lingkungan atmosfer dapat diramalkan dalam batas yang wajar.
Perbandingan yang tepat dari perilaku seng pada lingkungan atmosfer
yang korosif sedikit kompleks karena banyak faktor yang terlibat,
seperti :
1. Arah angin
2. Intensitas asap korosif,
3. Jumlah garam diudara
4. Periode relatif dari kelembaban atau kondensasi dan kekeringan.
Secara umum diketahui bahwa laju korosi seng rendah; itu berkisar
dari 0,13 pM / tahun di atmosfer pedesaan kering sedangkan untuk
daerah industri yang lingkungan atmosfer lembab memiliki tingkat
korosi 0,013 mm / tahun. Seng lebih tahan korosi daripada baja di
atmosfer alam, pengecualian kondisi ini jika atmosfer dalam ruangan
dimana lingkungannya korosif, baik baja dan seng sangat rentan
terkena korosi tetapi tetap seng memiliki ketahanan yang lebih baik
dari pada baja. Sebagai contoh, di atmosfer pantai laju korosi seng
adalah sekitar 1 / 25 dari baja.
Faktor-faktor penting yang mengontrol tingkat di korosi seng yang
digunakan untuk atap perumahan/ industri yaitu:
1. Durasi dan frekuensi kelembaban
2. Tingkat di mana permukaan mongering
3. Tingkat polusi industri atmosfer

Seng secara perlahan diserang oleh oksigen atmosfer pada udara


kering,. Sebuah lapisan tipis oksida padat terbentuk pada
permukaan seng, dan kemudian membentuk lapisan luar di atasnya.
Meskipun kadang-kadang lapisan luar tersebut melepaskan diri, lapisan
bawah tetap dan melindungi logam membatasi interaksi dengan
oksigen. Dengan kondisi tersebut, yang terjadi di beberapa daerah
beriklim tropis, seng teroksidasi dengan sangat lambat. Atmosfer
korosi telah didefinisikan untuk mencakup proses korosi yang terjadi di
udara pada suhu antara -18 sampai 70 C di tempat terbuka dan di
ruang tertutup dari segala jenis. Memburuknya korosi ini kadang-
kadang disebut pelapukan. Definisi ini mencakup berbagai macam
lingkungan dari tingkat corrosivities yang berbeda-beda. Faktor-faktor
yang menentukan corrosivity atmosfer termasuk polusi industri, polusi
laut, kelembaban, suhu (terutama penyebaran antara kelembapan
tertinggi dan terendah yang mempengaruhi kondensasi dan
penguapan) dan curah hujan.

D. PROSES TERJADINYA KOROSI PADA SENG


Korosi dapat diartikan sebagai perubahan dari logam atau oksida
logam atau perubahan logam dari yang bervalensi kosong menjadi
berisi. Jadi korosi adalah logam-logam yang dapat berubah bilangan
oksidasinya. Misalnya ; bilangan oksidasinya terus meningkat apabila
terkena air maupun udara.
Contoh : Seng terkena asam
Zn + 2 HCl ------------- ZnCl2 + H2
Zn ------------- Zn2+
Artinya bilangan oksidasinya naik dari valensi kosong menjadi
bervalensi 2
Pengertian korosi secara scientist adalah korosi sebagai peristiwa
bereaksinya logam-logam dengan lingkungannya yang merusak sifat-
sifat logam tersebut dan merugikannya. Peristiwa korosi seperti yang
disebutkan di atas adalah peristiwa yang merugikan. Salah satu cara
untuk menghindarinya adalah dengan mencat logam tersebut, tetapi
harganya menjadi mahal. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu
oksidasi logam menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam
(permukaan) logam dan proses katodik yang menyerap elektron
tersebut dengan laju yang sama. Proses katodik biasanya merupakan
reduksi ion hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Salah
satu penyebab korosi pada atap seng adalah air hujan yang mengenai
permukaan seng dimana mengandung asam. Proses reaksi korosi
dengan tingkat keasaman dalam lingkungan asam
Anode : Fe (s) Fe2+(aq) + 2e [x 4] Eo = + 0,44 V
Fe2+(aq) Fe3+(aq) + e [x 4] Eo = 0,77 V
Katode : O2(g)+ 4H+(aq) + 4 e 2 H2O (l) [x3] Eo = +1,23 V
Redoks : 4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(g) 4Fe3+(aq) + 6H2O(l) Eo =
+0,90 V
Ion Fe3+ yang terbentuk di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut
oleh air membentuk karat , besi (III) oksida :
4 Fe3+(aq) + 12 H2O (l) 2 Fe2O3.6H2O (s) + 12H+ (aq) ( karat )

E. KERUGIAN YANG DITIMBULKAN


Proses Korosi pada logam merupakan proses alamiah yang tidak bisa
dicegah akan tetapi dapat dikendalikan. Dan apabila suatu komponen
atau konstruksi mudah terkorosi pasti akan menimbulkan kerugian
diantaranya:
- Banyak komponen harus diganti dikarenakan terkorosi,
- Pelanggan menjadi tidak puas karena produk mudah terkorosi
- Pelanggan menjadi tidak puas karena produk mudah terkorosi
- Kerugian dari segi keuangan yang membengkak karena korosi Oleh
karena itu pengembangan sumber daya manusia dan teknologi di
dalam negeri, akan sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan
biaya penanggulangan yang relatif murah, dan mendapatkan alternatif
pemecahan yang didasari oleh kemampuan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai