Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PANDUAN
PELAYANAN BEDAH
RSGM LADOKGI TNI AL YOS SUDARSO
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan
tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Pelayanan Bagian Bedah merupakan salah satu Bagian daripelayanan
Bagian Bedah yang memberikan pelayanan penatalaksanaan penyakit di
bidang Bedah meliputi penatalaksanaan yang berfocus pada manajemen dan
kondisi perawatan bedah yang mempengaruhi hampir semua Bagian tubuh.
Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup maka jumlah
penderita di bidang bedah untuk dewasa dan anak juga semakin bertambah
pula. Untuk meningkatkan mutu pelayanan di bidang bedah.maka perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata
cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan
pasien bedah di RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka dalam melakukan pelayanan
di bidang bedah di di RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso harus berdasarkan
pedoman pelayanan bedah di RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso.
2. Tujuan Pedoman
2
a. Memberikan standar pelayanan bedah yang baku bagi seluruh staf di
lingkungan Bagian bedah dalam memberikan pelayanan yang bermutu
dan menjamin keselamatan pasien,
b. Menjamin kontinuitas pelayanan pasien bedah dalam mendapatkan
kesembuhan, baik yang membutuhkan pelayanan rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, tindakan bedah, maupun rujukan ke tempat lain.
3
4. Batasan Operasional
a. Bagian Bedah
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang terdiri dari beberapa sub
Bagian Bedah yang memberikan pelayanan terhadap pasien dengan
kelainan atau penyakit di bidang bedah, baik pada pasien dewasa dan
anak-anak. Sub Bagian bedah yang terdapat di di RSGM Ladokgi TNI AL
Yos Sudarso adalah sebagai berikut : Sub Bagian Bedah Mulut.
b. Landasan Hukum
1) Undang undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
2) Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI /
1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3) Undang undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4) Undang undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
1. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Bagian Bedah Mulut adalah :
a. Poliklinik Bedah Mulut, dengan klasifikasi:
- Dokter spesialis bedah mulut.
- Kepala Ruang pangkat Pama/ Gol III/b latar belakang pendidikan D. III
Keperawatan.
- Anggota poli bedah pangkat Gol II dengan latar belakang D.III atau SPK.
- Petugas Administrasi pangkat Gol II dengan latar belang pendidikan non
medis.
b. Ruang Kamar Operasi
- Kepala Ruang pangkat Pama/ Gol III/b latar belakang pendidikan D. III
atau S.1 Keperawatan bersertifikasi Manajemen Kamar operasi.
- Anggota kamar operasi Bintara/ Gol II dengan latar belakang D.III / S.1
atau SPK mempunyai sertivikasi bedah dasar, bedah lanjutan.
- Petugas Administrasi pangkat Gol II dengan latar belang pendidikn non
medis.
2. Distribusi Ketenagaan
5
Pengaturan jadwal dinas perawat Bagian Bedah dibuat dan
dipertanggung jawabkan oleh Kepala Ruang (Karu) masing masing dan
disetujui oleh Kaur Kamar Operasi
(a) Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan
direalisasikan ke perawat pelaksana Bagian Bedah Mulut setiap satu
bulan.
(b) Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift
(PJ Shift) dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan .
(c) Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti. sedangkan untuk perawat kamar operasi
terbagi 1 jaga sift setiap minggu
(d) Apabila ada tenaga perawat kamar operasi jaga karena sesuatu hal
sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
(terencana), maka perawat yang bersangkutan harus memberitahu
Karu. Untuk digantikan on call sesuai jadwal yang dibuat dan sudah
disosialisasikan.
(e) Perawat rawat inap yang dinas sore atau dinas malam. Sebelum
memberitahu Karu, diharapkan perawat yang bersangkutan sudah
mencari perawat pengganti, Apabila perawat yang bersangkutan
tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu akan mencari
tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau
perawat yang tinggal di asrama.
(f) Apabila ada tenaga perawat tiba tiba tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka KaRu akan
mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat yang
tinggal di asrama. Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan,
maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk
menggantikan.
6
3) Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan maka dokter penangung jawab
menunjuk dokter pengganti
4) Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke dokter penanggungjawab atau ke petugas sekretariat paling lambat 3
hari sebelum tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
konsulen pengganti.
5) Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Kabag Klinik atau ke petugas sekretariat dan di
harapkan dokter tersebut sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti,
apabila dokter jaga pengganti tidak didapatkan, maka dokter
penanggungjawab wajib untuk mencarikan dokter jaga konsulen pengganti
(prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai SOP terlampir).
BAB III
STANDAR FASILITAS
2. Standar Fasilitas
a. Denah ruangan
1) Poli bedah mulut
7
Pelayanan Bagian Bedah Mulut di RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso
meliputi poliklinik bedah mulut yang berlokasi di URJ (Unit Rawat Jalan)
berlokasi di lantai 1 (satu).
2) Ruang rawat Inap
Ruang rawat Inap Bagian bedah mulut berada di Ruang : Pav. Molar dan
Pav. Kaninus
3) Ruang Kamar operasi
Lokasi ruang kamar Operasi terletak di lantai 1 dekat dengan ruang
IGD.
8
Senter : 1 buah
Meja Nurse stasion : 1 set
Peralatan tindakan minor : 2 set
Kotak baca foto radiografi : 0 unit
Termometer : 1 buah
Tensimeter : 1 buah
Tromol berisi kassa : 1 buah
Brankart : 0 buah
Kursi roda : 1 buah
Tabung O2 : 2 buah
Kereta makan : 0 buah
b) Pavilun Kaninus
Sarana
AC (Air Condisioner) 1` PK di masing-masing kamar
TV
Meja Pasien di samping masing-masing tempat tidur
Kursi penunggu pasien:
ATK
Almari
Troly brawat luka
Stetoscope : 1 buah
Senter : 1 buah
Meja Nurse stasion : 1 set
Peralatan tindakan minor : 2 set
Kotak baca foto radiografi : 0 unit
Termometer : 1 buah
Tensimeter : 1 buah
Tromol berisi kassa : 1 buah
Brankart : 0 buah
Kursi roda : 1 buah
Tabung O2 : 2 buah
Kereta makan : 0 buah
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
10
ALUR PASIEN RAWAT JALAN
DI RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso
PASIEN BPJS
DINAS RUJUKAN BP/
SATKES/ INSTANSI
(TNI/KELUARG
LAIN / FOLLOW UP
A)
PERAWATAN
LOKET
DATANG SENDIRI PENDAFTARAN
PASIEN PASIEN RAWAT
DOKTER PRAKTEK
UMUM/PC
RUJUKAN RS LAIN JALAN
POLIKLINIK
LOKET
PENDAFTARAN
PASIEN RAWAT
INAP
12
2) Petugas file akan membuat / mengambil berkas rekam medis pasien yang
bersangkutan. Untuk pasien KRS (Keluar Rumah Sakit), file dikembalikan ke
Bagian file 1 x 24 jam.
3) Untuk pasien MRS (Masuk Rumah Sakit) berkas rekam medis dilengkapi
dengan berkas rekam medis pasien rawat inap.
17
diidentifikasi dengan benar. Contoh pelabelan yang diberikan berupa:
Pria/Wanita Tidak Dikenal; Alfa dan sebagainya.
2) Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang pengenal baru
dengan identitas yang benar.
18
i. Pelaporan Insiden/Kejadian Kesalahan Identifikasi Pasien
1)Setiap petugas yang menemukan adanya kesalahan dalam identifikasi
pasien harus segera melapor kepada petugas yang berwenang di
ruang rawat / bagian tersebut, kemudian melengkapi laporan insidens.
2)Petugas harus berdiskusi dengan Kepala Instalasi atau Manajer
mengenai pemilihan cara terbaik dan siapa yang memberitahukan
kepada pasien / keluarga mengenai kesalahan yang terjadi akibat
kesalahan identifikasi.
3) Contoh kesalahan yang dapat terjadi adalah:
a) Kesalahan penulisan alamat di rekam medis
b) Kesalahan informasi / data di gelang pengenal
c) Tidak adanya gelang pengenal di pasien
d) Misidentifikasi data / pencatatan di rekam medis
e) Misidentifikasi pemeriksaan radiologi (rontgen)
f) Misidentifikasi laporan investigasi
g) Misidentifikasi perjanjian (appointment)
h) Registrasi ganda saat masuk rumah sakit
i) Salah memberikan obat ke pasien
j) Pasien menjalani prosedur yang salah
k) Salah pelabelan identitas pada sampel darah
4) Kesalahan juga termasuk insiden yang terjadi akibat adanya
misidentifikasi, dengan atau tanpa menimbulkan bahaya, dan juga
insidens yang hampir terjadi dimana misidentifikasi terdeteksi
sebelum dilakukan suatu prosedur.
Beberapa penyebab umum terjadinya misidentifikasi adalah :
a. Kesalahan pada administrasi / tata usaha :
a) Salah memberikan label
b) Kesalahan mengisi formulir
c) Kesalahan memasukkan nomor / angka pada rekam medis.
d) Penulisan alamat yang salah.
e) Pencatatan yang tidak benar / tidak lengkap / tidak terbaca.
b. Kegagalan verifikasi
19
a) Tidak adekuatnya / tidak adanya protokol verifikasi
b) Tidak mematuhi protokol verifikasi
c. Kesulitan komunikasi
a) Hambatan akibat penyakit pasien, kondisi kejiwaan pasien,
atau keterbatasan bahasa.
b) Kegagalan untuk pembacaan kembali dan Kurangnya kultur /
budaya organisasi.
20
Pike tperawat /
perawat jaga
2 URJ /R. Diagnosa, komplikasi pengobatan,tindakan DPJP
Rawat Inap medis, prognose, resiko dll
3 URJ /R. - Diet Ahli Gizi
Rawat Inap - Alat bantu pendengaran, penglihatan, Dr. Spesialis/dr.
protese dll Rehabmed
4 URJ /R. Bahay Merokok, Bahaya HIV/AIDS, Kesehatan Poli terkait
Rawat Inap Balita, Kesehatan Ibu Hamil, DM dll
5 URJ /R. Bimbingan mental Psikolog/Paliatif
Rawat Inap
6 Rawat Inap Bimbingan rohani sesuai agama pasien Perwira / BA
Rohani
7 URJ /R. Obat-obatan Bagian Farmasi
Rawat Inap
8 URJ /R. Prosedur untuk tindakan diagnostik/pengobatan DPJP /Tenaga
Rawat Inap khusus sesuai kebutuhan dan kondisi pasien ahli terkait
mis : radiografi, pemeriksaan lab, dll
Pilihan
Pertanyaan 1 2 3 4 5
jawaban
Biru ya / tidak
Lainnya sebutkan
21
Apakah gelang pengenal ini benar? ya / tidak
Pergelangan
Lainnya sebutkan
Baik ya / tidak
Kesesuaian gelang
Cukup ya / tidak
pengenal
Buruk ya / tidak
24
e. Bagi pasien dewasa yang berada dibawah pengampuan (curatelle)
Persetujuan atau penolakan tindakan medis diberikan menurut hal tersebut.
1) Wali
2) Curator
f. Bagi Pasien dewasa yang telah menikah/ orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut.
1) Suami/ Istri
26
c. Seluruh pasien rawat inap dinilai resiko jatuh dengan menggunankan
cheklis penilaian resiko jatuh
d. Penilaian dewasa memakai formulir Morse Fall Scale (MFS)
27
Segitiga pengaman diletakkan di samping tempat tidur pasien yang
mudah di lihat oleh petugas sehingga dapat membantu mengawasi
pasien yang resiko jatuh
k. Jaga lantai ruangan perawatan dan kamar mandi tidak lincin
Penggunaan lantai ruang perawatan dan kamar mandi harus memenuhi
standar (tidak licin) dan anjurkan pasien menggunakan kaos kaki atau
sepatu yang tidak licin.
l. Desain toilet pasien
Penggunaan jenis toilet sebaiknya jangan menggunakan toilet jongkok
karena aktifitas BAB/BAK dengan toilet jongkok saat berdiri dan jongkok
berpotensi terjadi jatuh oleh karena hilang keseimbangan dan kelelahan
fisik.
m. Desain alat-alat furniture
Penggunaan tempat tidur yang terlalu tinggi dan penempatan kursi dan
meja pasien yang menghampat mobilitas pasien dapat menyebabkan
resiko pasien jatuh
n. Siapkan di jalan keluar dari tempat tidur alat bantu berjalan
Mobilisasi pasien hendaknya menggunakan restrain atau kursi roda
sehingga bila pada saat tertentu terjadi hilang keseimbangan tidak
terjatuh
o. Pencahayaan yang adekuat
Pencahayaan harus adekuat hal ini untuk menghindari pasien tersandung
akibat adanya benda yang tidak terlihat jelas oleh pasien.
p. Dorong partisipasi keluarga dalam keselamatan pasien
Pendidikan terhadap keluarga tentang kondisi pasien dan tatacara
membantu pasien berpindah tempat perlu diberikan .
1. Lebih baik lima atau minimal empat orang harus digunakan untuk mengikat
klien.
2. Pengikat kulit adalah jenis pengikatan yang paling aman dan paling
menjamin.
3. Jelaskan kepada pasien mengapa mereka akan diikat.
4. Seorang anggota keluarga harus selalu terlihat dan menetramkan pasien
yang diikat. Penentraman membantu menghilangkan rasa takut,
ketidakberdayaan, dan hilangnya kendali klien.
28
5. Klien harus diikat dengan kedua tungkai terpisah dan satu lengan diikat di
satu sisi dan lengan lain diikat di atas kepala pasien.
6. Pengikatan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga aliran darah klien
tidak tertekan/terhambat.
7. Kepala klien agak di tinggikan untuk menurunkan perasaan kerentanan dan
untuk menurunkan kemungkinan tersedak.
8. Pengikatan harus diperiksa secara berkala demi keamanan dan kenyamanan.
9. Setelah diikat, keluarga harus menenangkan klien dengan cara
berkomunikasi.
10. Setelah klien dikendalikan, satu ikatan sekali waktu harus dilepas dengan
interval lima menit sampai klien hanya memiliki dua ikatan. Kedua ikatan
lainnya harus dilepaskan pada waktu yang bersamaan, karena tidak
dianjurkan membiarkan klien hanya dengan satu ikatan.
11. Memasung klien gangguan jiwa tidak dianjurkan, dimana klien diikat/dirantai,
tangan dan atau kakinya dipasang pada sebuah balok kayu agar tidak
berbahaya bagi dirinya sendiri ataupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Pemasungan yang berlangsung lama akan mengakibatkan anggota tubuh
yang dipasung menjadi kecil dan tidak dapat berfungsi secara normal seperti
biasanya.
Cara pemasungan lainnya yang tidak dianjurkan adalah pengandangan.
Kandang penderita dibangun diluar desa dan dikunci rapat dan diasingkan
TATALAKSANA NYERI
WHO merekomendasikan suatu tangga nyeri (Pain ladder) untuk manajemen
nyeri. Awalnya digunakan untuk nyeri kanker, tapi hal ini dapat digunakan oleh
profesi medis sebagai pedoman untuk analgesia pada semua tipe nyeri. Pada
terapi nyeri kronis, baik yang disebabkan oleh proses maligna ataupun benigna,
the three-step WHO Analgesic Ladder memberikan Guidelines untuk memilih
macam dan peningkatan sejumlah analgesia. Bila suatu ketika terapi nyeri gagal,
terapi dapat diubah ke tahap berikutnya.
1. Nyeri Ringan (Mild Pain):
Paracetamol (acetaminophen), atau non steroidal anti-inflammatory drug
(NSAID) seperti: Ibuprofen.
Table 1. Prescribing Guidelines for Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs
DRUG DOSING MAXIMUM DAILY
DOSE
I ACETIC ACIDS
1 Diclofenac 50 mg PO bid tid 200 mg
2 Indomethacin 25 50 mg PO / per rectum tid 200 mg
29
3 Ketorolac 10 mg PO qd bid 40 mg
30 mg IM/IV q6h 120 mg; NTE 5 days.
(15 mg if patient > 65 yrs)
II COX-2 INHIBITOR
1 Celecoxib 100 200 PO bid 400 mg
III FENAMATES
1 Mefenamic acid 50 100 mg PO tid qid 400 mg
IV OXICAMs
1 Meloxicam 7.5 15 mg PO qd 15 mg
2 Piroxicam 10 20 PO qd 20 mg
V PROPIONIC ACIDs
1 Ibuprofen 200 -800 mg PO q4 6h 3200 mg
2 Ketoprofen 25 75 mg PO q 6 8h 300 mg
3 Naproxen 250 500 mg PO q8 12h 1500 mg
VI SALICYLATE (ACETYLATED)
1 ASPIRIN 325 650 mg q4h 4000 mg
(Current Diagnosis & Treatment of Pain, 2006, pp.23 - 24)
30
trauma atau nyeri post-operasi. Obat nyeri kronis adalah untuk nyeri
yang berlangsung lama dan terus menerus.
Gold standard adalah Morphine yang dipilih dari semua obat
Narcotic. Fentamyl mempunyai keuntungan yaitu keluarnya histamine
lebih sedikit sehingga side-effect nya lebih sedikit.Dapat juga
diberikan dengan transdermal patch yang lebih enak diberikan pada
terapi nyeri kronis.Diluar America dan Eropa, Oxycodone digunakan
untuk nyeri kronis serius.Oxycontin berupa obat slow-release, tablet
short-acting yang juga tersedia dalam bentuk capsule, syrup dan
ampoules untuk mempermudah pemberian pada nyeri akut
intractable.
Obat-obat yang jarang digunakan: Diamorphine, methadone dan
Buprenorphine.
Pentazocine, Dextromoramide dan Dipipanone tidak dianjurkan
untuk nyeri akut bila analgetik lain tidak cocok.
Amitriptyline diberikan untuk nyeri otot kronis pada lengan,
tungkai, tengkuk dan punggung bawah. Tapi Opiate sering digunakan
untuk terapi nyeri kronis, dosis tinggi berhubungan dengan
meningkatnya risiko overdosis Opioid.
1 150 Tramadol -
2 150 Codeine 50
3 15 Morphine 5
4 - Fentanyl 0.050
Transdermal Fentanyl
31
Opioids
COMMON UNCOMMON
32
(Current Diagnosis & Treatment of Pain, 2006, p.31)
NSAIDS (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs)
Group besar analgetik lain adalah non-steroidal anti-inflammatory drugs
(NSAID).
Acetaminophen/paracetamol tidak selalu dimasukkan dalam golongan
ini.Bagaimanapun, Acetaminophen dapat diberikan sebagai obat single atau dalam
kombinasi dengan analgetik lain (NSAIDS dan Opioid). Alternatif NSAID seperti
Ketoprofen dan Piroxicam, mempunyai keuntungan terbatas untuk nyeri kronis dan
pada penggunaan lama mempunyai efek samping yang signifikan.
Penggunaan NSAIDs seperti selective COX-2 inhibitors telah dibatasi
penggunaannya karena mempunyai risiko cardiovascular dan cerebrovascular.
Analgetik lain
Obat-obat lain yang sering digunakan untuk membantu terapi nyeri disebut
sebagai terapi ajuvan.
Penggunaan Gabapentin dengan Orphenadrine, cyclobenzaprine dan
trazodone juga obat lain yang bersifat anticholinergik bersama dengan Opioid
berguna untuk nyeri neuropati.
Orphenadrine dan cyclobenzaprine adalah obat muscle relaxants sehingga
sangat berguna untuk nyeri otot skelet.Clonidine telah digunakan sebagai analgetik
dan semua obat-obat tadi memperkuat efek Opioid.
II. SNRIs
1 Duloxetine 60 mg / d PO 60 mg
III. Anticonvulsants
34
V. NMDA Receptor Antagonists
- 10mg/5ml elixir
VII. Corticosteroids
- NMDA = N-Methyl-D-Aspartate
(Current Diagnosis & Treatment of Pain, 2006, p.33-34; MIMS 2012)
35
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang
ada. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang
tersedia di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan.
Setiap pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus
dilakukan.
1. Perawatan di rumah
Meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health education)
mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat kontrol. Pemberian
pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluarga, mengenai
perawatan selama selama pasien di rumah nanti.
2. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya
Pada pasien yang akan pulang dijelaskann obat-obat yang masih diminum,
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
3. Obat-obat yang dihentikan
Meskipun ada obat-obatan yang tidak diminum lagi oleh pasien, obat-obat
tersebut tetep dibawakan ke pasien.
4. Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS
dibawakan ke pasien waktu pulang.
5. Surat-surat seperti: surat keterangan sakit, surat kontrol
a. Kepala ruangan
1) Membuka acara discharge planning kepada pasien
2) Menyetujui dan menandatangani format discharge planning
b. Perawat primer
1) Membuat rencana discharge planning
2) Membuat leaflet dan kartu discharge planning
3) Memberikan konseling
4) Memberikan pendidikan kesehatan
5) Menyediakan format discharge planning
6) Mendokumentasikan discharge planning
7) Melakukan agenda discharge planning (pada awal perawatan
sampai akhir perawatan)
c. Perawat associate
Ikut membantu dalam melaksanakan discharge planning yang sudah
direncanakan oleh perawat primer.
Menurut Neylor (2003) dalam Kristina (2007) beberapa tindakan keperawatan
yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien diperbolehkan pulang antara lain:
1. Pendidikan kesehatan: diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan pasca opname.
2. Program pulang bertahan: bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus dilakukan
pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan: integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawat komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit
sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di rumah.
Contoh Mekanisme Kegiatan
5. PP menyuruh PA untuk
menyiapkan leaflet
Karu
Pelaksanaan 1. Karu, PP dan PA
30 Bed Karu
bersama-sama ke bed pasien
2. Karu mengucapkan menit Pasien
salam dan menjelaskan
maksud kedatangan
3. Karu mempersilahkan PP PP
dan PA melakukan dischrge
planning intra perawatan PA
4. Karu kembali ke ruangan
5. PP menjelaskan tentang
tentang tumor paru serta
penatalaksanaannya kepada
pasien
6. PP mereview
pengetahuan pasien tentang
tentang tumor paru serta
penatalaksanaannya
Nurse PP
Station
Pelaksanaan 7. PP menyampaikan
pendidikan kesehatan dibantu
PA tentang: pengertian tumor
paru, gejala, penyebab,
pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan dan diet
pada tumor paru.
8. PP menanyakan kembali pada
pasien dan keluarga tentang
materi yang disampaikan
9. PP memberikan reinforcement
kepada pasien dan keluarga
38
10. PP mengucapkan terima
kasih
11. PP melakukan
pendokumentasian
Penutup 5 menit Ners Karu, PP dan
1.Karu mendatangani PP
station PA
2.Karu menanyakan dan
memeriksa pendokumentasian
discharge plnningintra
perawatan
39
1. Perawat menuliskan data-data pasien dan keterangan medis di status
pasien
2.Perawat menghubungi unit atau ruangan yang akan dituju untuk menyiapkan
tempat atau tindakan yang akan dilakukan
3.Transportasi pasien didampingi keluarga pasien.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed
consent.
2. Perawat menghubungi rumah sakit rujukan.
3. Perawat menghubungi petugas ambulan.
Spesimen
1. Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan
specimen
2. Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent.
3. Dokter Bedah mengisi formulir pemeriksaan kemudian di serahkan ke
petugas laboratorium
4. Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju
BAB V
LOGISTIK
Logistik yang diperlukan untuk pelayanan Bagian Bedah Mulut terdiri dari :
1. Alat kesehatan dan material kesehatan
Untuk jenis logistik alat kesehatan dan material kesehatan penanggung jawab
pengadaan dikoordinasikan dengan Bagian farmasi yang menyediakan seluruh
kebutuhan alat kesehatan dan material kesehatan di RSGM Ladokgi TNI AL Yos
Sudarso. Dengan mekanisme membuat nota dinas permohonan pengadaan alat
kesehatan dan material kesehatan tersebut kepada Kepala Ladokgi TNI AL Yos
Sudarso tembusan Unit Layanan Pengadaan.
2. Sarana dan prasarana penunjang
Untuk kebutuhan peralatan, sarana penunjang penanggung jawab pengadaan
kita koordinasikan dengan Bagian perbekalan yang menyediakan seluruh
kebutuhan tersebut di RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso. Dengan mekanisme
40
membuat nota dinas permohonan pengadaan peralatan dan sarana penunjang
tersebut kepada Kepala RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso tembusan Bagian
perbekalan
Adapun logistik yang diperlukan untuk pelayanan Bagian Bedah Mulut terdiri
dari 2 (dua) sumber yaitu :
a. Dropping
Alkes dan matkes dropping didapatkan dari diskesal dan puskes TNI.
Pengadaan alkes dan matkes disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di
RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso. Waktu pengadaan alkes dan matkes
ditetapkan tiap triwulan dengan cara permohonan alkes maupun matkes yang
dibutuhkan.
b. Pembelanjaan Dana Non APBN
Pengadaan alkes dan matkes dengan dropping baik dari diskesal maupun
puskes TNI bila tidak mencukupi kebutuhan atau tidak terdukung maka
dilakukan pembelanjaan dana non APBN. Sehingga kebutuhan dalam
pelaksanaan giat pelayanan dapat terselenggara dengan baik tanpa kendala
secara swadaya.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman.
TUJUAN
41
1. Terciptanya budaya
keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian
Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-
program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan ( KTD )
TATA LAKSANA
1. Pelayanan poli bedah di URJ dibagi sesuai hari yang sudah dijadwalkan
2. Mengingat perawatan bedah kelas I dan Kelas II, terutama untuk
wanitakapasitasnya terbatas maka pasien yang tidak tercover diruang bedah,
maka akan dititipkan di ruang dep KIA
3. Pelayanan rawat inap bedah
4. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada
pasien
5. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter
6. Mengobservasi keadaan umum pasien
7. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden
Keselamatan
43
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
1. PENDAHULUAN
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV
menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari
ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49
tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara -
negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan
kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat
masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran,
sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui
perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan
bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular
melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan
44
bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada
pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C
dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat
keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa
melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan
penyebaran infeksi dikenal melalui Kewaspadaan Umum atau Universal
Precaution yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi Petugas Kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan
kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus
tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan
wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit
agar dapat bekerja maksimal.
2. TUJUAN
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat
kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus
menerapkan prinsip Universal Precaution.
45
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan
pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu yang digunakan di Sub Bagian Bedah Mulut RSGM Ladokgi
TNI AL Yos Sudarso ialah kelengkapan dokumen serta informed consent pra hingga
pasca bedah.
Dalam pelaksanaan indikator mutu pengumpulan data dilakukan setiap bulan dan
dianalisis setiap tiga bulan dan dilaporkan pada Tim Mutu RS dan Kepala Bagian
Bedah Mulut. Adapun indikator mutu klinis Bagian Bedah Mulut adalah sebagai
berikut :
1. Judul : Kelengkapan dokumen dan informed Consent Pra-Pasca
Pembedahan
2. Tujuan : Tergambarnya tanggung jawab dokter untuk memberikan pelayanan
kepada pasien serta sebagai bukti yang sah bahwa pasien tersebut setuju untuk
dilakukan tindakan pembedahan pada dirinya.
3. Definisi Operasional : Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan
pasien/keluarga pasien atas dasar penjelasan mengenai tindakan pembedahan
yang akan dilakukan p[ada pasien tersebut.
46
4. Alasan dan Implikasi : Kelengkapan dokumen Pra-Pasca pembedahan
sebagai salah satu faktor keselamatan pasien.
5. Numerator : Jumlah pasien yang akan dilakukan tindakan medik berupa
pembedahan dan mendapatkan informed consent dalam satu bulan.
6. Denominator : Jumlah pasien yang dilakukan pembedahan dalam satu bulan.
7. Target : 100 %
8. Pencatatan : setiap hari kerja, oleh Tim Kamar Operasi
9. Rekapitulasi Unit : Setiap bulan, oleh Tim Kamar Operasi
10. Analisa dan Pelaporan : Setiap bulan, oleh Tim Kamar Operasi
BAB IX
PENUTUP
47
Makassar, Maret 2017
Kepala RSGM Ladokgi TNI AL Yos Sudarso
48