Anda di halaman 1dari 36

OP PENGELOLAAN REAGEN

a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, cara penggunaan dan suhu penyimpanan.


b. Pemakaian reagen dengan metode First inFirst out (sesuai urutan penerimaan).
c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk.
d. Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan
reagen.
e. Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan.
f. Lindungi label dari kerusakan.
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya
matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan.
SOP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
1. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan,
alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
2. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam
laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium (hati-hati
dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
3. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan
rapi.
4. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah
selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi
sebelum meninggalkan ruang laboratorium.)
5. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi
limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
SOP PEWARNAAN BTA
Pengertian :
Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
mengandung banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan
pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan
tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosa tuberculosis. Bakteri tahan asam (BTA) akan memberikan warna merah,
sedangkan yang tidak tahan asam akan berwarna
Alat dan Bahan:
1. Object glass
2. Carbol fuchsin 0,3%
3. Alkohol asam 3% (Alkohol + konsentrasi HCl 3%)
4. Methylen-blue 0,3%
5. Air
6. Lidi
7. Lampu bunsen/spiritus
8. Pinset
9. Bak pewarnaan
10.Rak pengering
11. Mikroskop
Prosedur :
1. Ambil contoh uji dahak pada bagian yang purulen dengan lidi
2. Apuskan dahak di atas kaca sediaan pada permukaan yang sama dengan
nomor identitas.
3. Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil-
kecil.
4. Keringkan di dalam suhu kamar
5. lidi langsung dibuang ke dalam botol berisi disinfektan.
6. Lakukan fiksasi. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang kaca .
Pastikan apusan menghadap ke atas Lewatkan 3 x melalui api dari lampu
spiritus.
7. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci jarak antara satu sediaan dengan sediaan
lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari
8. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin.
9. Panasi dari bawahdenganmenggunakan sulut api setiap sediaan sampai
keluar uap, jangan sampai mendidih
10. Dinginkan selama minimal 5 menit
11. Bilas sediaan dengan air mengalir secara hati-hati dari ujung kaca sediaan
12. Miringkan sediaan menggunakan pinset untuk membuang air
13. Genangi dengan asam alcohol sampai tidak tampak warna merah carbol
fuchsin. Jangan sampai ada percikan ke sediaan lain
14. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue selama 20-30 detik
15. Miringkan sediaan untuk mengalirkan sisa methylene blue
16. Keringkan sediaan pada rak pengering
17. Setelah kering Teteskan oil imersi pada sediaan sputum lihat pada
pembesaran lensa objektif 100x dan carilah BTA yang berbentuk batang
warna merah.
18. Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig zag dari atas kebawah
kemudian ulangi dengan berlawanan arah.
Interpretasi Hasil :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lp, disebut negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lp, ditulis jumlah kuman yang ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lp, disebut + atau (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lp, disebut ++ atau (2+)
Ditemukan >10 BTA dlam 1 lp, disebut +++ atau (3+)
SOP PEWARNAAN GRAM
Pengertian
Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding
sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri
berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram
negatif. Gram positif warnanya violet (ungu) karena mengikat zat warna utama
kristal violet. Sedangkan Gram negatif berwarna merah jambu karena melepaskan
zat warna utama dan menangkap zat warna penutup fuchsin.
Alat dan bahan
1. Mikroskop
2. Larutan Kristal violet
3. Larutan lugol
4. Alcohol 96 %
5. Larutan safranin
6. Aqua dest
7. Lampu spritus
8. Jarum Ose
9. Objek glas
10. Pinset (Penjepit kayu)
Prosedur
Cara pewarnaan Gram :
1. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di
atas api Bunsen.
2. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan
selama 5 menit.
3. Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan
selama kira-kira 1-3 menit.
4. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna
gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi).
5. Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup
(counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
6. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan
mikroskop memakai lensa rendam minyak.
Hasil :
Gram positif = ungu.
Gram negatif = merah.
SOP Pemeriksaan Jamur
Prinsp
Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut sehingga bila
mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora
Tujuan
Menemukan adanya hypa darn atau spora pada kulit, kuku dan rambut
c. Persiapan Pasien
Tidak diperlukan
A. Pengambilan Specimen
1) Alat
a. Scalpel
b. Pinset
c. Alcohol 70%
d. Kapas
e. Kertas/wadah bersih
2) Lokasi
a. Kulit : Bagian tepi kelainan kulit
b. Kuku : Kuku yang mengarami penebalan
c. Rambut
Rambut rapuh dan berwarna agak pucat
Pada rambut terdapat benjolan
Daerah sekitar rambut menunjukan kelainan kulit, misalnya bersisik, botak dan
lain-lain.
3) Cara Fengambilan
a. Kerokan Kulit
Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alcohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya,
Keroklah bagian yang aktif dengan scalpel dengan arah dari atas ke bawah
(cara memegang scalpel harus miring membentuk sudut 450 ke atas)
b. Kerokan/guntingan kuku
Letakkan hasil kerokan kulit dalam kertas atau wadah.
Bersihkan, kuku yang sakit dengan kapas alcohol 70% dengan maksud seperti
diatas
Kerokanlah bagian kuku yang sakit pada bagian permukaan dan bagian bawah
kuku yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting Rambut
Rambut yang sakit dicabut dengan pinset
Letakkan rambut tersebut pada kertas{wadah yang bersih
B. Pembuatan sediaan
1. Alat
a. Kaca objek
b. Kaca penutup
c. Lampu spirtus
d. Pinset
2. Reagen
Larutari KOH 10% untuk kulit dan kuku
Larutari KOH 20% untuk rambut
3. Cara pembuatan sadiaan
a. Teteskan 1-2 gelas larutari KOH 10% pada kaca objek
b. Letakkan hahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH
tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.
c. Biarkan 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik
untuk mempercepat proses lisis
C. Pengiriman Spesimen
1) Wadah
Amplop yang bersih
2) Cara Pengiriman
a. Bungkus specimen yang telah diletakkan pada kertas/wadah yang bersih dan
kering
b. Kemudian masukkan kedalam amplop
c. Tulis identitas pasien diatasnya : nama dan umur pasien, tanggal pengambilan
d. Kemudian mesukkan lagi kedalam amplop yang lebih besar dan tebal. Lalu
rekatkan
e. Spesimen siap dikirim
2.6. Cara Pemeriksaan Jamur
i. Alat
Mikroskop
ii. Cara
Periksa sediaan dibawah mikroskop.
Mula-mula dengan pembesaran objektif 10x kemudian dengan pembesaran 40 x
untuk mencari adanya hypa dan atau spora
2.7. Hasil Pemeriksaan
Positif : bila ditemukan adanya hypa dan atau spora
Negatif : bila tidak ditemkan adanya hypa dan atau spora
PEDOMAN TES MALARIA
Pengertian : Tes malaria adalah tes laboratorium yang dapat memberikan informasi tentang
parasit
khususnya genus Plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria.
Tujuan : Untuk menunjang diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan
penyakit malaria
Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu dikonfirmasi oleh
dokter yang bertugas
2. Pra Analitik
a. Persiapan pasien :
-
Pengambilan sampel dilakukan sebelum pasien menggunakan obat antimalaria.
- Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada saat demam
b. Persiapan sampel :
Darah dapat berupa darah kapiler atau darah vena yang diberi antikoagulan Na Citrat 3,8%,
atau EDTA.
c. Alat dan Bahan:
- Kapas alkohol 70%
- Blood lancet
- Etil alkohol
- Object glass
- Larutan Giemsa dengan larutan Buffer Ph 7,2
- Air kran/aquades
- Mikroskop
3. Analitik
A. Tes Pembuatan Sediaan Darah Tebal dan Tipis
1. Bersihkan ujung jari atau anak telinga dengan kapas alkohol 70%. Biarkan mengering.
2. Tusuk kulit dengan jarum (blood lancet) dengan cepat, cukup dalam sehingga darah dapat
mengalir secara bebas tanpa diperas (dipijat). Tetesan darah pertama dibuang.
3. Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 - 4 tetes darah pada daerah
dekat ujung object glass yang bersih dan bebas dari lemak. Dengan sudut object glass yang
lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sehingga diameternya sekitar 20 mm.
Ketebalannya sedemikian rupa sehingga masih bisa membaca koran yang diletakkan di
belakang sediaan tersebut.
4. Buatlah sediaan darah tipis pada sisa tempat di object glass yang sama.
5. Tempatkan di kotak sediaan atau letakkan horizontal agar mengering. Lindungi terhadap
pengotoran oleh debu atau gangguan lalat, dan kecoa. Sediaan darah tebal kadang-kadang
perlu waktu 2 jam untuk menjadi kering.
B. Prosedur Pewarnaan
1. Sediaan darah tipis
a. Sediaan darah tipis difiksasi dengan direndam ethyl alkohol absolut atau metyl alkohol
absolut selama 2-3 menit.
b. Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 (satu) cc stock Giemsa dengan 50 cc larutan
Buffer air selama 10-45 menit.
c. Cuci dengan aquadest dan biarkan mengering
2. Sediaan darah tebal
Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman dengan ethyl alkohol absolut (methyl
alkohol absolut), tetapi langsung dengan pewarnaan. Kemudian cuci dengan aquadest dengan
hati-hati selama 2 (dua) menit.
C. Pemeriksaan sediaan apusan
- Periksa sediaan apusan darah di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100x untuk
melihat ada atau tidak parasit malaria, dan untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum Plasmodium Malariae, atau Plasmodium ovale.
- Hasil tes positif jika ditemukan parasit malaria, dan negatif jika tidak ditemukan parasit
malaria.
Nilai rujukan:
Negatif : tidak ditemukan parasit malaria
4. Pasca Analitik
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung parasit dengan
identifikasi parasit yang tepat.
Hitung parasit pada tetes darah tebal: dihitung berdasar leukosit (eritrosit sudah lisis), yaitu per
200 leukosit.
Contoh: Hasil : 1500 parasit/200 leukosit
Bila leukosit 8000/uL, hitung parasit: 8000/200 x 1500 par. = 60.000/uL
Penilaian: Hitung parasit < 100.000/uL, mortalitas < 1%
Hitung parasit > 500.000/uL, mortalitas >50%
Catatan:
- baik untuk parasitemia rendah
- kurang baik bila parasit padat
Secara kasar pada pemeriksaan tetes darah tebal sering dilaporkan dengan kode plus 1(+) satu
sampai dengan plus 4 (++++), yang artinya ialah:
+ : 1-10 parasit per 100 lapang pandang
++ : 11-100 parasit per 100 lapang pandang
+++ : 1-10 parasit per satu lapang pandang
++++ : lebih dari 10 parasit per satu lapang pandang
Pemeriksaan Hematologi
1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Metode : Metode sahli
Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah
Prinsip : Hemoglobin darah diubah menjadi hematin asam kemudian warna yang
terbentuk dibandingkan secara visual dengan standard pada alat.
Alat dan Bahan :
Alat
Hemoglobinometer (hemometer) sahli
Lancet
Tissue
Bahan
Darah kapiler
Larutan HCl 0,1 N
Aquadest
Kapas alkohol 70%
Cara Kerja :
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer sampai tanda 2.
c. Isaplah darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 l atau 0,02
ml.
d. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
e. Segeralah alirkan darah dari pipet ke dasar tabung pengencer yang berisi HCl 0,1 N.
Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
f. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa homogen sehingga
warna campuran menjadi coklat tua.
g. Tambahkan aquadest tetes demi tetes setiap kali diaduk dengan batang pengaduk.
Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai pada cahaya terang.
h. Bacalah kadar hb dalam satuan gram/100 ml darah atau g%.
Nilai Normal : Laki-laki : 14-16 gr%
Perempuan : 12-14 gr%
2. Hitung Jumlah Trombosit
Metode : Tabung
Tujuan : Untuk menghitung jumlah trombosit dalam darah
Prinsip kerja : Darah di encerkan dan di cat dengan larutan Amonium
Oxalat lalu di hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang
mana Amonium Oxalat akan melisiskan sel selain trombosit, jadi pada saat
pemeriksaan yang terlihat hanyalah trombosit saja.
Alat dan Bahan :
Alat
pipet 20l
kamar hitung (improved neubaure)
deck glass/cover glass
tabung reaksi
mikroskop
Pipet volume
Bahan
Kapas alcohol 70%
Ammonium Oxalate 1%
Darah kapiler
Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet larutan Ammonium Oxalate sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung
reaksi.
c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l
d. Homogenkan
e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung.
f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lalu pindahkan ke pembesaran
40 lensa objektif.
Perhitungan : N 1000
*kotak yang dihitung hanya 1 kotak yaitu kotak eritrosit
Nilai normal : 50.000 - 400.000 / mm
3
3. Hitung Jumlah Eritrosit
Metode : Tabung
Tujuan : Untuk menghitung jumlah eritrosit dalam darah
Prinsip kerja : Darah di encerkan dan di cat dengan larutan Hayem lalu di
hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang mana larutan
Hayem akan melisiskan sel selain eritrosit, jadi pada saat pemeriksaan yang terlihat
hanyalah eritrosit saja.
Alat dan Bahan :
Alat
pipet 20l
kamar hitung (improved neubaure)
deck glass/cover glass
tabung reaksi
mikroskop
Pipet volume
Bahan :
Kapas alcohol 70%
Larutan Hayem
Darah kapiler
Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet larutan Hayem sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.
c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l
d. Homogenkan
e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan ke dalam kamar hitung.
f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lensa objektif.
Perhitungan : N 10.000
Nilai normal : Laki-laki : 4,5-5,5 juta sel/mm
3
Perempuan : 4,0-5,0 juta sel/mm
3
4. Hitung Jumlah Leukosit
Metode : Tabung
Tujuan : Untuk menghitung jumlah trombosit dalam darah
Prinsip kerja : Darah diencerkan kemudian hitung jumlah leukosit dalam
volume pengenceran tertentu dalam mengalikan factor pengenceran.
Alat dan Bahan :
Alat
pipet 20l
kamar hitung (improved neubaure)
deck glass/cover glass
tabung reaksi
mikroskop
Pipet volume
Bahan :
Kapas alcohol 70%
Larutan Turk
Darah kapiler
Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Pipet larutan Turk sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi.
c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l
d. Homogenkan
e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung.
f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lensa objektif.
Perhitungan : N 50
Nilai normal : 5.000 - 10.000 / mm
3
5. Pemeriksaan LED (laju endap darah)
Metode : Westergreen
Tujuan : Untuk mengetahui terjadinya infeksi dan homokonsentrasi pada darah.
Prinsip : Pengendapan sel-sel darah merah ke dasar tabung, jika darah yang
sudah diberi antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung westergreen yang
diletakkan secara vertical.
Alat dan Bahan :
Alat
Tabung Westergreen
Tabung
Rak tabung westergreen
Timer
Tabung reaksi
Bahan
Sampel darah vena
Natrium citrate 3,8%
Cara kerja :
a. citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA
yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl
0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
b. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun
sinar matahari langsung.
d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
C. Pemeriksaan Kimia Klinik
1. Pemeriksaan Glukosa, Kolesterol, dan Asam Urat
Metode : Nesco (menggunakan strip)
Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat
Prinsip : Darah kapiler dimasukkan ke dalam strip glukosa lalu dibaca pada alat.
Alat dan Bahan :
Alat
Lancet steril
Nesco
Strip glukosa
Tissue
Bahan
Kapas alkohol 70%
Darah kapiler
Cara Kerja :
a. Siapkan alat Nesco, pasang chip (memory) dan pasang strip pemeriksaan.
b. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70% dan tunggu sampai kering.
c. Pegang bagian bawah yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
untuk mengurangi rasa sakit.
d. Tusuk dengan lancet steril, darah harus keluar dengan sendirinya tanpa harus
ditekan.
e. Tetesan darah pertama dihapus dengan kapas kering.
f. Masukkan spesimen darah ke dalam strip Nesco.
g. Tunggu hasilnya dan catat hasil pemeriksaan.
Nilai Normal :
Glukosa Darah Puasa: 70-110 mg/dl
Kolesterol : <200 mg/dl
Asam urat : Laki-laki : 3,5-7,0 mg/dl
Perempuan : 2,5-6,0 mg/dl
2. Pemeriksaan Protein/Albumin Urine
Metode : Asam Acetat
Tujuan : Tujuan tes ini adalah untuk mendeteksi ada atau tidaknya protein yang
terkandung dalam urine.
Prinsip : Protein yang dipanasakan akan membentuk presipitat yang terlihat berupa
kekeruhan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik
isoelektrik protein
Alat dan bahan
Tabung reaksi
Lampu spiritus
Rak tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi
Asam asetat 6%
Cara Kerja
a. Masukkan urin jernih (sentrifus terlebih dahulu) ke dalam tabung reaksi sampai 2/3
penuh
b. Dengan memegang bagian tabung reaksi pada ujung bawah dengan penjepit tabung
reaksi, lapisan atas urine dipanasi di atas nyala api sampai mendidih 30 detik.
c. Perhatikan ada atau tidaknya kekeruhan di lapisan atas. Jika terjadi kekeruhan,
kemungkinan disebabkan oleh protein, kalsiumfosfat, kalsiumkarbonat.
d. Teteskan 3-5 tetes asam asetat 6% ke dalam urine yang masih panas itu. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsiumfosfat maka kekeruhan akan lenyap. Jika
kekeruhan disebabkan oleh kalsiumkarbonat maka kekeruhan akan tetap hilang tapi
dengan pembentukan gas. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi,
maka tes terhadap protein adalah positif.
Penilaian
- : tidak ada kekeruhan
+ : kekeruhan ringan (seperti awan) tanpa butir (kadar protein
0,01-0,05%)
++ : kekeruhan mudah diilihat dan tampak butir-butir dalam
kekeruhan (0,05-0,2%)
+++ : urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping (0,2-0,5%)
++++ : urin sangat keruh dan berkeping-keping besar atau bergumpal-
gumpal (>0,5%)
Syarat = urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka
harus dilakukan sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan.
3. Mikroskopik urine
Metode : Natif
Tujuan : untuk mengetahui unsur organik dan anorganik.
Prinsip : adanya bentukan-bentukan atau elemen-elemen atau
unsur-unsur yang teresuspensi dalam urine akan
dipresipitatkan denga jalan di centrifuge.
Alat dan Bahan :
Alat
Centrifuge
Tabung centrifuge
Objek glass
Deek glass
Mikroskop
Bahan
Urine segar
Cara kerja :
a. Kocok botol penampung urine agar homogen.
b. Masukkan urine sebanyak 7-8 ml kedalam tabung centrifuge.
c. Centrifuge urine pada alat centrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 5
menit.
d. Buang cairan atas(supernatant)sehingga tersisa sedimen kira 0,5 ml.
e. Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen.
f. Teteskan 1 tetes diatas obyek glass tutup dengan deck glass.
g. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 10 x kemudian 40 x.
Nilai normal :
Sel erytrosit : 0-1 per Lapang Pandan Besar (LPB).
Sel leukosit : 1-5 per Lapang Pandang Besar (LPB).
Silinder : 0-1 per Lapang Pandang Kecil (LPK)
Epitel : Negatif.
D. Pemeriksaan Immunoserologi
1. Pemeriksaan Plano Test (Tes Kehamilan)
Metode : Immunokromatografi
Tujuan : Untuk memeriksa kehamilan dengan mendeteksi
adanya Human Chorionic Gonadothropin (HCG) dalam urine dengan kepekatan
hingga 25 mIU/ml urine.
Prinsip : Strip dicelupkan ke dalam urine. HCG yang dihasilkan oleh jaringan
placenta muncul dalam urine dan konsentrasinya meningkat cepat. Kadar HCG
mencapai 100 mIU/ml urine.
Alat dan Bahan :
Alat
Strip plano test
Wadah urine
Bahan
Urine segar
Cara Kerja :
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Tampung urine segar ke dalam wadah yang bersih dan kering.
c. Celupkan strip ke dalam urine sesuai dengan tanda panah batas maksimum selama
30-60 detik.
d. Angkat strip, tunggu selama 1-3 menit.
e. Baca hasil pemeriksaan.
Interpretasi Hasil :
Positif : Jika muncul dua garis merah (garis
control dan garis test)
Negatif : Jika muncul satu garis merah (garis
control)
PEMERIKSAAN GULA DARAH DENGAN CARA STRIP A.
Prinsip Prinsip pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah
diteteskan pada
zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari
elektron yang
terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Persiapan : Pasang lancet pada alat pena coblos Accu Check soft click. Atur sesuai kedalaman
yang diinginkan.
2.
Usap jari tengah menggunakan alkohol swab dan tunggu hingga kering. 3.
Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot tempat strip. Nyalakan
alatnya menjadi
on. 4.
Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan no. Kode kalibrasi yang muncul di layar dengan yang
tertera di tabung
harus sama. Yang tertera di tabung 222 sama dengan no yang muncul di layar. 5.
Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft click. Lokasi pengambilan sampling
darah di samping
jari karena sedikit jala ujung saraf penyebab nyeri. 6.
Masukkan darah ke dalam bantalan strip sampai terisi penuh. 7.
Tunggu proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar 8.
Limbah rumah sakit berasal dari unit-unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah
sakit tersebut termasuk laboratorium. Semua jenis limbah di laboratorium harus dinyatakan
sebagai bahan yang infeksius, oleh karena itu penanganan dan pembuangan limbah harus
ditangani secara benar agar tidak menimbulkan dampak negatif sebagai akibat dari kegiatan
operasional laboratorium yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan,
baik pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat sekitarnya.
II. PERATURAN-PERATURAN
Pengaturan limbah di Indonesia mempunyai beberapa peraturan yang harus ditaati,
peraturan-peraturan tersebut dibuat berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia. Beberapa dasar hukum yang dapat dicermati antara lain:
1. Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
3. Undang-Undang nomor 4 tahun 1982, tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor : 986/MENKES/PER/XI/1992, tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
5. Undang-Undang Konservasi dan Pemulihan Sumber (Resource Conservation and Recovery
Act = RCRA ) dan amandemen-amandemennya.
6. Undang-undang tentang Reaksi, Kompensasi dan Tanggung Jawab Lingkungan
(Comprehensive Environmental Response, Compensation, and Liability Act = CERCLA)
atau disebut juga Superfund Amandments and Reauthorization Act (SARA), mengatur
kerugian terhadap lingkungan yang disebabkan limbah berbahaya.
Dan undang-undang lainnya yang terkait.
III. PENGERTIAN
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam
bentuk padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.
Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium,
Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan
beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Limbah Benda tajam
2. Limbah Infeksius
3. Limbah Jaringan tubuh
4. Limbah Sitotoksik
5. Limbah Bahan kimia
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
2. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
3. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di autoklaf.
Sifat limbah digolongkan menjadi:
1. Buangan bahan berbahaya dan beracun
2. Limbah infektif
3. Limbah radioaktif
4. Limbah umum
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
1. Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma, urine dan cairan
tubuh lainnya.
b. Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan atau pencucian
alat.
c. Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia,
misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.
2. Limbah padat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Limbah padat infeksius:
- Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya jarum suntik, pecahan
dari kaca dan pisau.
- Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan medium biakan.
b. Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue, plastik kayu,
pembungkus, kardus dan sebagainya.
3. Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan
etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).
IV. PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN LIMBAH
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah
terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah
tersebut.
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu :
1. Limbah berbahaya dan beracun, dengan cara :
a. Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)
2
Sebaliknya, limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H
2
SO
4
atau HCI.
Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat digunakan Phenol Phtalein (PP.).
Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar
antara 6,5-8,5.
b. Pengendapan/sedimentasi, koagulasi dan flokulasi
Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC1
3
, Ca(OH)
2
/CaO
karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
c. Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi (redoks)
sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik.
d. Penukaran ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap
oleh resin anion.
2. Limbah infeksius
Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu
a. Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan kimia yang
dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.
Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk:
- Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol,
Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan satu-
satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi limbah penyakit
menular.
- Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan harus
berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan mengikat
desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit.
- Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas
pengolahan.
- Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan
meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.
- Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses
pengolahan.
- Pengadukan.
b. Metode Pengenceran (Dilution)
Yaitu dengan cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi
terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan
pendangkalan terhadap badan-badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga
dapat menimbulkan banjir.
c. Metode Proses Biologis
Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut
akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah.
d. Metode Ditanam (Landfill)
Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah.
e. Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator senyawa
kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO
2
dan H
2
O.
Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan
tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk
abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah).
Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi:
- Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup,
- Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat kecil dan
gas,
- Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator,
- Suhu yang cukup untuk volatilisasi,
- Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.
Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling
sedikit 800 - 1000C.
3. Limbah radioaktif
Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil
mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi.
Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan:
a. Bentuk : cair, padat dan gas,
b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma ( ),
c. Tinggi-rendahnya aktifitas
d. Panjang-pendeknya waktu paruh,
e. Sifat : dapat dibakar atau tidak.
Ada 2 sistem penanganan limbah radioaktif :
a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses peluruhan, peguburan
dan pembuangan.
b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan
Tanaga Atom Nasional (BATAN).
4. Limbah umum
Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat kuat
dan dibakar di insinerator.
Penampungan limbah adalah upaya untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau
pemaparan pada petugas yang menangani limbah. Wadah penampungan limbah harus
memadai, misalnya:
1. Penampungan limbah benda tajam, harus tahan tusuk, impermeabilitas (kekedapan, tidak
dapat dirembesi), kokoh, aman dan diberi label.
2. Penampungan limbah cairan infeksius:
a. Diwadahi dengan botol penutup yang aman atau wadah yang kaku sejenis botol dan ditutup
dengan tutup berulir atau gabus. Botol tersebut dimasukkan dalam kaleng atau kotak untuk
pengamanan tambahan dan menampung adanya tumpahan serta mengurangi resiko
pemaparan.
b. Limbah cair yang akan disterilkan dengan uap sebaiknya terbuat dari logam karena logam
bersifat memperluas penyebaran panas. Jangan menggunakan bahan gelas/kaca.
c. Limbah cair yang akan diinsinerasi sebaiknya wadah terbuat dari plastik karena mudah
terbakar.
V. PEMISAHAN LIMBAH
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis
adalah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.
NO WARNA KANTONG JENIS LIMBAH
1. Hitam Limbah rumah tangga, tidak digunakan untuk
menyimpan atau mengangkat limbah klinik.
2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar
3. Kuning dengan strip hitam Jenis limbah yang sebaiknya dibakar, tetapi bias juga
dibuang di sanitary landfill bila dilakukan
pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan.
4. Biru muda atau transparan
dengan strip biru tua
Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)
sebelum pembuangan akhir.
Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah/kebersihan.
Selain kode warna pada kantong plastik untuk pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol
yang telah distandarisasi untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya, yaitu :
NO GOLONGAN SAMPAH GAMBAR SIMBOL
1. Sampah Infeksius :
Kantong warna kuning dengan simbol
Biohazard yang telah dikenal secara
internasional berwarna hitam.
2. Sampah Sitotoksik :
Kantong berwarna ungu dengan simbol
sitotoksik (berbentuk cell dalam telofase)
3. Sampah Radioaktif :
Kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif yang telah dikenal secara
internasional.
VI. PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM
1. Limbah Cair:
a. Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam
wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan yang banyak digunakan
adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena kekuatan desinfektan makin lama
makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang selanjutnya
dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
c. Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi
rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak
penampungan untuk diolah.
Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan berbagai
cara, antara lain :
a. FBK Bioreactor
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak
penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami proses, limbah
disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk lapisan biomassa.
Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke dalam tangki
Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan biomassa terjadi
berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi degradasi
BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara
dimasukkan ke dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-
gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara spesifik
rnenghasilkan efek floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan
ke saluran umum.
b. Sewage Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair menjadi air
bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
- Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk
menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan
material yang masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik.
- Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
- Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses
dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan
lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air
mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap (Settling Tank).
- Settling Tank :
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan
disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian
didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk
ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir
selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba
patogen.
- Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa
ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2. Limbah Padat :
a. Limbah Padat Infeksius:
- Limbah benda tajam
Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan,
pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol.
Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat
kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator.
- Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam
autoclave suhu 121C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan
kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator.
b. Limbah Padat Non Infeksius:
Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna hitam. Setelah
sampah mengisi kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan untuk
dibakar dalam insinerator.
3. Limbah Gas:
Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter
harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah
ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka
filter harus dibungkus dengan plastik polietilen.
VII. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH
Air hasil pengolahan limbah dapat diketahui kualitasnya dengan menggunakan
indikator biologi seperti pengadaan kolam ikan atau penyiraman taman.
Selain itu hasil pengolahan limbah cair juga perlu diperiksa ke instansi pemerintah
yaitu Bapedal setiap 3 bulan sekali dan di laboratorium sendiri setiap 1 bulan sekali.
VIII. KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH
Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga
mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab
kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani
limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu
diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri,
seperti sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium.
Tabel 2. Prosedur Kerja Pengurangan Resiko
NO PROSEDUR PENGURANGAN RESIKO
1. Kelompokkan limbah untuk mengetahui
jenis yang perlu pengelolaan dan
penanganan khusus
Tentukan golongan-golongan limbah
sesuai kriteria yang berlaku
2. Pisahkan limbah yang memerlukan
penanganan khusus (yang infeksius dan
radioaktif) dari limbah lainnya.
Pindahkan limbah yang memerlukan
penanganan khusus. Pisahkan limbah itu
dari tempat limbah umum
3. Gunakan kontainer yang berbeda untuk
limbah-limbah khusus
Upayakan agar limbah khusus dapat
dikenal dengan mudah
4. Berhati-hati waktu mengangkat dan
memindahkan kontainer limbah
Jaga kemungkinan terjadinya salah urat
pada punggung dan bagia tubuh lainnya
5. Gunakan kereta yang baik untuk
mengumpulkan dan memindahkan
kontainer limbah
Jaga agar kontainer limbah tidak jatuh
dari kereta dengan begitu akan
mengurangi terjadinya luka dan terpapar.
6. Gunakan kereta yang bongkar-muatnya
mudah, mudah digerakkan, direm dan
diarahkan serta mudah dibersihkan
Kurangi kecelakaan dari kereta hingga
dengan begitu mengurangi kejadian luka
dan paparan
7. Semua kontainer limbah harus ditutup
rapat (bila memungkinkan) sebelum
dipindahkan
Kurangi terjadinya paparan
8. Limbah gas dibuang kewadah yang telah
ditentukan (tidak lagi dilakukan
penyortiran)
Kurangi penanganan limbah dan
kemungkinan terjadinya paparan
9. Gunakan alat pelindung perorang yang
memadai, seperti sarung tangan, masker,
kaca mata, celemek pada waktu
menangani limbah khusus
Adakan perlindungan terhadap paparan
10. Usahakan agar semua kegiatan hanya Kurangi resiko ekpose pada orang-orang
dilakukan oleh orang yang cukup terlatih. yang memakai alat dengan cara yang
keliru
IX. KESIMPULAN
Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan dalam
kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,
pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang
kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi
warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya.
X. DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta, Tahun
1980
2. Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta, Tahun 1985
Download
of 30
Sop Pemeriksaan Laboratorium
by alul847474

on Jul 11, 2016

Report

Category:

Documents

Download: 82

Comment: 0

874

views

Comments

Description

sop pemeriksaan lab


Download Sop Pemeriksaan Laboratorium

Transcript

SOP PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran


Puskesmas Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan, diberi
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang
datang kePuskesmas untuk melakukan pemeriksaan laboratorium, setelahmendaftar di loket
pendaftaran Puskesmas, langsung menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir
permintaan rujukanpemeriksaan laboratorium dari dokter yang merujuknya (Formuli
Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas laboratorium
Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, pasien diambil
spesimennya. Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium. Hasil
pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan validasi.
Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter untuk
mendapat penjelasan dari dokter tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut. Untuk pasien
rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke dokter yang merujuk.
Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada pasien. SOP
PENGELOLAAN REAGEN a. Perhatikan tanggal kadaluwarsa, cara penggunaan dan suhu
penyimpanan. b. Pemakaian reagen dengan metode First inFirst out (sesuai urutan penerimaan).
c. Sisa pemakaian reagen tidak diperbolehkan dikembalikan ke dalam sediaan induk. d.
Perhatikan perubahan warna, adanya endapan, kerusakan yang terjadi pada sediaan reagen. e.
Segera tutup kembali botol sediaan reagen setelah digunakan. f. Lindungi label dari kerusakan. g.
Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya matahari
langsung. h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan. SOP PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI 1. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja. 2. Jas laboratorium yang bersih
harus dipakai terus menerus selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta
ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi). 3.
Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang dengan rapi. 4. Petugas
harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan setelah selesai melakukan
aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju proteksi sebelum meninggalkan ruang
laboratorium.) 5. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning (menjadi
limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus. SOP PEWARNAAN BTA Pengertian :
Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung
banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut
bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan
untuk membantu menegakkan diagnosa tuberculosis. Bakteri tahan asam (BTA) akan
memberikan warna merah, sedangkan yang tidak tahan asam akan berwarna Alat dan Bahan: 1.
Object glass 2. Carbol fuchsin 0,3% 3. Alkohol asam 3% (Alkohol + konsentrasi HCl 3%) 4.
Methylen-blue 0,3% 5. Air 6. Lidi 7. Lampu bunsen/spiritus 8. Pinset 9. Bak pewarnaan 10.Rak
pengering 11. Mikroskop Prosedur : 1. Ambil contoh uji dahak pada bagian yang purulen dengan
lidi 2. Apuskan dahak di atas kaca sediaan pada permukaan yang sama dengan nomor identitas.
3. Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil-kecil. 4. Keringkan
di dalam suhu kamar 5. lidi langsung dibuang ke dalam botol berisi disinfektan. 6. Lakukan
fiksasi. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang kaca . Pastikan apusan menghadap
ke atas Lewatkan 3 x melalui api dari lampu spiritus. 7. Letakkan sediaan dengan bagian apusan
menghadap ke atas pada rak yang ditempatkan di atas bak cuci jarak antara satu sediaan dengan
sediaan lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari 8. Genangi seluruh permukaan
sediaan dengan carbol fuchsin. 9. Panasi dari bawahdenganmenggunakan sulut api setiap sediaan
sampai keluar uap, jangan sampai mendidih 10. Dinginkan selama minimal 5 menit 11. Bilas
sediaan dengan air mengalir secara hati-hati dari ujung kaca sediaan 12. Miringkan sediaan
menggunakan pinset untuk membuang air 13. Genangi dengan asam alcohol sampai tidak
tampak warna merah carbol fuchsin. Jangan sampai ada percikan ke sediaan lain 14. Genangi
permukaan sediaan dengan methylene blue selama 20-30 detik 15. Miringkan sediaan untuk
mengalirkan sisa methylene blue 16. Keringkan sediaan pada rak pengering 17. Setelah kering
Teteskan oil imersi pada sediaan sputum lihat pada pembesaran lensa objektif 100x dan carilah
BTA yang berbentuk batang warna merah. 18. Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig
zag dari atas kebawah kemudian ulangi dengan berlawanan arah. Interpretasi Hasil : Tidak
ditemukan BTA dalam 100 lp, disebut negatif Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lp, ditulis jumlah
kuman yang ditemukan Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lp, disebut + atau (1+) Ditemukan 1-
10 BTA dalam 1 lp, disebut ++ atau (2+) Ditemukan >10 BTA dlam 1 lp, disebut +++ atau (3+)
SOP PEWARNAAN GRAM Pengertian Pewarnaan ini didasarkan pada tebal atau tipisnya
lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya lapisan lemak pada membran sel
bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan
gram negatif. Gram positif warnanya violet (ungu) karena mengikat zat warna utama kristal
violet. Sedangkan Gram negatif berwarna merah jambu karena melepaskan zat warna utama
dan menangkap zat warna penutup fuchsin. Alat dan bahan 1. Mikroskop 2. Larutan Kristal
violet 3. Larutan lugol 4. Alcohol 96 % 5. Larutan safranin 6. Aqua dest 7. Lampu spritus 8.
Jarum Ose 9. Objek glas 10. Pinset (Penjepit kayu) Prosedur Cara pewarnaan Gram : 1. Buat
sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x di atas api Bunsen. 2.
Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin), biarkan selama 5 menit. 3.
Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan selama kira-kira 1-3
menit. 4. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai warna gentian
violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur lagi). 5. Cuci dengan air kran sampai bersih,
kemudian bubuhi dengan cat-penutup (counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2
menit. 6. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan mikroskop
memakai lensa rendam minyak. Hasil : Gram positif = ungu. Gram negatif = merah. SOP
Pemeriksaan Jamur Prinsp Larutan KOH 10% atau 20% akan melisiskan kulit, kuku dan rambut
sehingga bila mengandung jamur, dibawah mikroskop akan terlihat hypha dan atau spora
Tujuan Menemukan adanya hypa darn atau spora pada kulit, kuku dan rambut c. Persiapan
Pasien Tidak diperlukan A. Pengambilan Specimen 1) Alat a. Scalpel b. Pinset c. Alcohol
70% d. Kapas e. Kertas/wadah bersih 2) Lokasi a. Kulit : Bagian tepi kelainan kulit b.
Kuku : Kuku yang mengarami penebalan c. Rambut Rambut rapuh dan berwarna agak
pucat Pada rambut terdapat benjolan Daerah sekitar rambut menunjukan kelainan kulit,
misalnya bersisik, botak dan lain-lain. 3) Cara Fengambilan a. Kerokan Kulit Bersihkan kulit
yang akan dikerok dengan kapas alcohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran
lainnya, Keroklah bagian yang aktif dengan scalpel dengan arah dari atas ke bawah (cara
memegang scalpel harus miring membentuk sudut 450 ke atas) b. Kerokan/guntingan kuku
Letakkan hasil kerokan kulit dalam kertas atau wadah. Bersihkan, kuku yang sakit dengan
kapas alcohol 70% dengan maksud seperti diatas Kerokanlah bagian kuku yang sakit pada
bagian permukaan dan bagian bawah kuku yang sakit, bila perlu kuku tersebut digunting Rambut
Rambut yang sakit dicabut dengan pinset Letakkan rambut tersebut pada kertas{wadah yang
bersih B. Pembuatan sediaan 1. Alat a. Kaca objek b. Kaca penutup c. Lampu spirtus
d. Pinset 2. Reagen Larutari KOH 10% untuk kulit dan kuku Larutari KOH 20% untuk
rambut 3. Cara pembuatan sadiaan a. Teteskan 1-2 gelas larutari KOH 10% pada kaca objek
b. Letakkan hahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang
sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca
penutup. c. Biarkan 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk
mempercepat proses lisis C. Pengiriman Spesimen 1) Wadah Amplop yang bersih 2) Cara
Pengiriman a. Bungkus specimen yang telah diletakkan pada kertas/wadah yang bersih dan
kering b. Kemudian masukkan kedalam amplop c. Tulis identitas pasien diatasnya : nama dan
umur pasien, tanggal pengambilan d. Kemudian mesukkan lagi kedalam amplop yang lebih
besar dan tebal. Lalu rekatkan e. Spesimen siap dikirim 2.6. Cara Pemeriksaan Jamur i.
Alat Mikroskop ii. Cara Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan pembesaran
objektif 10x kemudian dengan pembesaran 40 x untuk mencari adanya hypa dan atau spora
2.7. Hasil Pemeriksaan Positif : bila ditemukan adanya hypa dan atau spora Negatif : bila
tidak ditemkan adanya hypa dan atau spora PEDOMAN TES MALARIA Pengertian : Tes
malaria adalah tes laboratorium yang dapat memberikan informasi tentang parasit khususnya
genus Plasmodium sebagai penyebab penyakit malaria. Tujuan : Untuk menunjang
diagnosis, memantau perjalanan penyakit, efektifitas pengobatan, dan penyakit malaria Prosedur:
1. Dilaksanakan oleh petugas laboratorium/analis yang telah terlatih, jika perlu dikonfirmasi
oleh dokter yang bertugas 2. Pra Analitik a. Persiapan pasien : - Pengambilan sampel
dilakukan sebelum pasien menggunakan obat antimalaria. - Waktu pengambilan sampel
harus tepat yaitu pada saat demam b. Persiapan sampel : Darah dapat berupa darah kapiler atau
darah vena yang diberi antikoagulan Na Citrat 3,8%, atau EDTA. c. Alat dan Bahan: -
Kapas alkohol 70% - Blood lancet - Etil alkohol - Object glass - Larutan Giemsa
dengan larutan Buffer Ph 7,2 - Air kran/aquades - Mikroskop 3. Analitik A. Tes
Pembuatan Sediaan Darah Tebal dan Tipis 1. Bersihkan ujung jari atau anak telinga dengan
kapas alkohol 70%. Biarkan mengering. 2. Tusuk kulit dengan jarum (blood lancet) dengan
cepat, cukup dalam sehingga darah dapat mengalir secara bebas tanpa diperas (dipijat). Tetesan
darah pertama dibuang. 3. Buat sediaan darah tebal dengan cara meneteskan sebanyak 3 - 4
tetes darah pada daerah dekat ujung object glass yang bersih dan bebas dari lemak. Dengan sudut
object glass yang lain campurkan tetesan darah tersebut secara membulat sehingga diameternya
sekitar 20 mm. Ketebalannya sedemikian rupa sehingga masih bisa membaca koran yang
diletakkan di belakang sediaan tersebut. 4. Buatlah sediaan darah tipis pada sisa tempat di
object glass yang sama. 5. Tempatkan di kotak sediaan atau letakkan horizontal agar
mengering. Lindungi terhadap pengotoran oleh debu atau gangguan lalat, dan kecoa. Sediaan
darah tebal kadang-kadang perlu waktu 2 jam untuk menjadi kering. B. Prosedur Pewarnaan 1.
Sediaan darah tipis a. Sediaan darah tipis difiksasi dengan direndam ethyl alkohol absolut atau
metyl alkohol absolut selama 2-3 menit. b. Rendam sediaan dalam larutan campuran 1 (satu) cc
stock Giemsa dengan 50 cc larutan Buffer air selama 10-45 menit. c. Cuci dengan aquadest dan
biarkan mengering 2. Sediaan darah tebal Pada sediaan darah tebal, tidak dilakukan perendaman
dengan ethyl alkohol absolut (methyl alkohol absolut), tetapi langsung dengan pewarnaan.
Kemudian cuci dengan aquadest dengan hati-hati selama 2 (dua) menit. C. Pemeriksaan sediaan
apusan - Periksa sediaan apusan darah di bawah mikroskop dengan lensa obyektif 100x
untuk melihat ada atau tidak parasit malaria, dan untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium
vivax, Plasmodium falciparum Plasmodium Malariae, atau Plasmodium ovale. - Hasil tes
positif jika ditemukan parasit malaria, dan negatif jika tidak ditemukan parasit malaria. Nilai
rujukan: Negatif : tidak ditemukan parasit malaria 4. Pasca Analitik Interpretasi pemeriksaan
mikroskopis yang terbaik adalah berdasarkan hitung parasit dengan identifikasi parasit yang
tepat. Hitung parasit pada tetes darah tebal: dihitung berdasar leukosit (eritrosit sudah lisis), yaitu
per 200 leukosit. Contoh: Hasil : 1500 parasit/200 leukosit Bila leukosit 8000/uL, hitung
parasit: 8000/200 x 1500 par. = 60.000/uL Penilaian: Hitung parasit < 100.000/uL, mortalitas <
1% Hitung parasit > 500.000/uL, mortalitas >50% Catatan: - baik untuk
parasitemia rendah - kurang baik bila parasit padat Secara kasar pada pemeriksaan tetes
darah tebal sering dilaporkan dengan kode plus 1(+) satu sampai dengan plus 4 (++++), yang
artinya ialah: + : 1-10 parasit per 100 lapang pandang ++ : 11-100 parasit per
100 lapang pandang +++ : 1-10 parasit per satu lapang pandang ++++ : lebih dari 10
parasit per satu lapang pandang Pemeriksaan Hematologi 1. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Metode : Metode sahli Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah Prinsip :
Hemoglobin darah diubah menjadi hematin asam kemudian warna yang terbentuk dibandingkan
secara visual dengan standard pada alat. Alat dan Bahan : Alat Hemoglobinometer (hemometer)
sahli Lancet Tissue Bahan Darah kapiler Larutan HCl 0,1 N Aquadest Kapas
alkohol 70% Cara Kerja : a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. b.
Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer sampai tanda 2. c. Isaplah
darah kapiler dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 20 l atau 0,02 ml. d. Hapuslah
darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet. e. Segeralah alirkan darah dari pipet ke
dasar tabung pengencer yang berisi HCl 0,1 N. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
f. Campurlah isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa homogen sehingga warna
campuran menjadi coklat tua. g. Tambahkan aquadest tetes demi tetes setiap kali diaduk
dengan batang pengaduk. Persamaan warna campuran dan batang standar harus dicapai pada
cahaya terang. h. Bacalah kadar hb dalam satuan gram/100 ml darah atau g%. Nilai Normal
: Laki-laki : 14-16 gr% Perempuan : 12-14 gr% 2. Hitung Jumlah
Trombosit Metode : Tabung Tujuan : Untuk menghitung jumlah trombosit dalam
darah Prinsip kerja : Darah di encerkan dan di cat dengan larutan Amonium
Oxalat lalu di hitung jumlah tombosit dalam volume pengenceran tertentu. Yang mana Amonium
Oxalat akan melisiskan sel selain trombosit, jadi pada saat pemeriksaan yang terlihat hanyalah
trombosit saja. Alat dan Bahan : Alat pipet 20l kamar hitung (improved neubaure) deck
glass/cover glass tabung reaksi mikroskop Pipet volume Bahan Kapas alcohol
70% Ammonium Oxalate 1% Darah kapiler Cara kerja : a. Siapkan alat dan bahan b.
Pipet larutan Ammonium Oxalate sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi. c.
Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l d. Homogenkan e.
Buang beberapa tetes, kemudian masukkan kedalam kamar hitung. f. Amati dibawah
mikroskop dengan pembesaran 10 lalu pindahkan ke pembesaran 40 lensa objektif.
Perhitungan : N 1000 *kotak yang dihitung hanya 1 kotak yaitu kotak eritrosit Nilai normal
: 50.000 - 400.000 / mm3 3. Hitung Jumlah Eritrosit Metode : Tabung Tujuan :
Untuk menghitung jumlah eritrosit dalam darah Prinsip kerja : Darah di
encerkan dan di cat dengan larutan Hayem lalu di hitung jumlah tombosit dalam volume
pengenceran tertentu. Yang mana larutan Hayem akan melisiskan sel selain eritrosit, jadi pada
saat pemeriksaan yang terlihat hanyalah eritrosit saja. Alat dan Bahan : Alat pipet 20l
kamar hitung (improved neubaure) deck glass/cover glass tabung reaksi mikroskop
Pipet volume Bahan : Kapas alcohol 70% Larutan Hayem Darah kapiler Cara kerja :
a. Siapkan alat dan bahan b. Pipet larutan Hayem sebanyak 0,38 ml, lalu masukkan kedalam
tabung reaksi. c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet kapiler sebanyak 20l d.
Homogenkan e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan ke dalam kamar hitung. f. Amati
dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lensa objektif. Perhitungan : N 10.000 Nilai
normal : Laki-laki : 4,5-5,5 juta sel/mm3 Perempuan : 4,0-5,0 juta sel/mm3 4.
Hitung Jumlah Leukosit Metode : Tabung Tujuan : Untuk menghitung jumlah
trombosit dalam darah Prinsip kerja : Darah diencerkan kemudian hitung jumlah
leukosit dalam volume pengenceran tertentu dalam mengalikan factor pengenceran. Alat dan
Bahan : Alat pipet 20l kamar hitung (improved neubaure) deck glass/cover glass
tabung reaksi mikroskop Pipet volume Bahan : Kapas alcohol 70% Larutan Turk
Darah kapiler Cara kerja : a. Siapkan alat dan bahan b. Pipet larutan Turk sebanyak 0,38
ml, lalu masukkan kedalam tabung reaksi. c. Ambil darah kapiler dengan menggunakan pipet
kapiler sebanyak 20l d. Homogenkan e. Buang beberapa tetes, kemudian masukkan
kedalam kamar hitung. f. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 lensa objektif.
Perhitungan : N 50 Nilai normal : 5.000 - 10.000 / mm3 5. Pemeriksaan LED (laju endap
darah) Metode : Westergreen Tujuan : Untuk mengetahui terjadinya infeksi dan
homokonsentrasi pada darah. Prinsip : Pengendapan sel-sel darah merah ke dasar tabung, jika
darah yang sudah diberi antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung westergreen yang diletakkan
secara vertical. Alat dan Bahan : Alat Tabung Westergreen Tabung Rak tabung
westergreen Timer Tabung reaksi Bahan Sampel darah vena Natrium citrate 3,8%
Cara kerja : a. citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah
EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl
0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa. b. Sampel darah yang telah diencerkan
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. c. Tabung
diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari
langsung. d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit. C. Pemeriksaan
Kimia Klinik 1. Pemeriksaan Glukosa, Kolesterol, dan Asam Urat Metode : Nesco
(menggunakan strip) Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat
Prinsip : Darah kapiler dimasukkan ke dalam strip glukosa lalu dibaca pada alat. Alat dan
Bahan : Alat Lancet steril Nesco Strip glukosa Tissue Bahan Kapas alkohol 70%
Darah kapiler Cara Kerja : a. Siapkan alat Nesco, pasang chip (memory) dan pasang strip
pemeriksaan. b. Bersihkan ujung jari pasien dengan kapas alkohol 70% dan tunggu sampai
kering. c. Pegang bagian bawah yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit
untuk mengurangi rasa sakit. d. Tusuk dengan lancet steril, darah harus keluar dengan
sendirinya tanpa harus ditekan. e. Tetesan darah pertama dihapus dengan kapas kering. f.
Masukkan spesimen darah ke dalam strip Nesco. g. Tunggu hasilnya dan catat hasil
pemeriksaan. Nilai Normal : Glukosa Darah Puasa: 70-110 mg/dl Kolesterol : 0,5%) Syarat =
urine yang dipakai untuk pemeriksaan harus jernih. Bila tidak jernih, maka harus dilakukan
sentrifugasi dan yang dipakai adalah supernatan. 3. Mikroskopik urine Metode :
Natif Tujuan : untuk mengetahui unsur organik dan anorganik. Prinsip :
adanya bentukan-bentukan atau elemen-elemen atau unsur-unsur yang teresuspensi dalam urine
akan dipresipitatkan denga jalan di centrifuge. Alat dan Bahan : Alat Centrifuge
Tabung centrifuge Objek glass Deek glass Mikroskop Bahan Urine
segar Cara kerja : a. Kocok botol penampung urine agar homogen. b. Masukkan urine
sebanyak 7-8 ml kedalam tabung centrifuge. c. Centrifuge urine pada alat centrifuge dengan
kecepatan 1500-2000 rpm selama 5 menit. d. Buang cairan atas(supernatant)sehingga tersisa
sedimen kira 0,5 ml. e. Kocok tabung untuk meresuspensikan sedimen. f. Teteskan 1 tetes
diatas obyek glass tutup dengan deck glass. g. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa
obyektif 10 x kemudian 40 x. Nilai normal : Sel erytrosit : 0-1 per Lapang Pandan Besar (LPB).
Sel leukosit : 1-5 per Lapang Pandang Besar (LPB). Silinder : 0-1 per Lapang Pandang
Kecil (LPK) Epitel : Negatif. D. Pemeriksaan Immunoserologi 1. Pemeriksaan Plano
Test (Tes Kehamilan) Metode : Immunokromatografi Tujuan : Untuk memeriksa
kehamilan dengan mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadothropin (HCG) dalam urine
dengan kepekatan hingga 25 mIU/ml urine. Prinsip : Strip dicelupkan ke dalam urine. HCG
yang dihasilkan oleh jaringan placenta muncul dalam urine dan konsentrasinya meningkat cepat.
Kadar HCG mencapai 100 mIU/ml urine. Alat dan Bahan : Alat Strip plano test Wadah
urine Bahan Urine segar Cara Kerja : a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Tampung urine segar ke dalam wadah yang bersih dan kering. c. Celupkan strip ke dalam
urine sesuai dengan tanda panah batas maksimum selama 30-60 detik. d. Angkat strip, tunggu
selama 1-3 menit. e. Baca hasil pemeriksaan. Interpretasi Hasil : Positif : Jika muncul
dua garis merah (garis control dan garis test) Negatif : Jika muncul satu garis merah (garis
control) PEMERIKSAAN GULA DARAH DENGAN CARA STRIP A. Prinsip Prinsip
pemeriksaan pada metode ini adalah strip test diletakkan pada alat, ketika darah diteteskan pada
zona reaksi tes strip, katalisator glukosa akan mereduksi glukosa dalam darah. Intensitas dari
elektron yang terbentuk dalam alat strip setara dengan konsentrasi glukosa dalam darah.
Persiapan : Pasang lancet pada alat pena coblos Accu Check soft click. Atur sesuai kedalaman
yang diinginkan. 2. Usap jari tengah menggunakan alkohol swab dan tunggu hingga kering. 3.
Pasang strip. Ambil satu strip dari tabung kemudian dipasang ke slot tempat strip. Nyalakan
alatnya menjadi on. 4. Check nomor kode kalibrasi. Bandingkan no. Kode kalibrasi yang
muncul di layar dengan yang tertera di tabung harus sama. Yang tertera di tabung 222 sama
dengan no yang muncul di layar. 5. Ambil sampling darah dengan menggunakan pena soft
click. Lokasi pengambilan sampling darah di samping jari karena sedikit jala ujung saraf
penyebab nyeri. 6. Masukkan darah ke dalam bantalan strip sampai terisi penuh. 7. Tunggu
proses pemeriksaan lalu hasilnya akan tertera di layar 8. Limbah rumah sakit berasal dari unit-
unit pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut termasuk laboratorium. Semua jenis
limbah di laboratorium harus dinyatakan sebagai bahan yang infeksius, oleh karena itu
penanganan dan pembuangan limbah harus ditangani secara benar agar tidak menimbulkan
dampak negatif sebagai akibat dari kegiatan operasional laboratorium yang jika tidak dikelola
dengan baik dapat mencemari lingkungan, baik pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat
sekitarnya. II. PERATURAN-PERATURAN Pengaturan limbah di Indonesia
mempunyai beberapa peraturan yang harus ditaati, peraturan-peraturan tersebut dibuat
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Beberapa dasar hukum yang dapat
dicermati antara lain: 1. Undang-Undang nomor 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup. 2. Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1999, tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. 3. Undang-Undang nomor 4 tahun 1982, tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. Nomor :
986/MENKES/PER/XI/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 5.
Undang-Undang Konservasi dan Pemulihan Sumber (Resource Conservation and Recovery
Act = RCRA ) dan amandemen-amandemennya. 6. Undang-undang tentang Reaksi,
Kompensasi dan Tanggung Jawab Lingkungan (Comprehensive Environmental Response,
Compensation, and Liability Act = CERCLA) atau disebut juga Superfund Amandments and
Reauthorization Act (SARA), mengatur kerugian terhadap lingkungan yang disebabkan limbah
berbahaya. Dan undang-undang lainnya yang terkait. III. PENGERTIAN
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam bentuk
padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi. Limbah Klinis adalah limbah yang
berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium, Farmasi, Kamar Bedah dan pelayanan medis
lainnya yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius, berbahaya dan membahayakan.
Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat dibagi
menjadi 5 jenis, yaitu: 1. Limbah Benda tajam 2. Limbah Infeksius 3. Limbah Jaringan tubuh
4. Limbah Sitotoksik 5. Limbah Bahan kimia Limbah laboratorium dapat berasal dari
berbagai sumber, yaitu: 1. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa, 2. Bahan habis pakai,
misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai, 3. Produk proses di dalam laboratorium,
misalnya sisa spesimen, 4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali
pakai setelah di autoklaf. Sifat limbah digolongkan menjadi: 1. Buangan bahan berbahaya dan
beracun 2. Limbah infektif 3. Limbah radioaktif 4. Limbah umum Bentuk limbah yang
dihasilkan dapat berupa: 1. Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu: a. Limbah cair infeksius,
misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma, urine dan cairan tubuh lainnya. b.
Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan atau pencucian
alat. c. Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan kimia,
misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna. 2. Limbah padat dibagi menjadi 2, yaitu : a.
Limbah padat infeksius: - Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, misalnya
jarum suntik, pecahan dari kaca dan pisau. - Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan,
faeces, bekuan darah dan medium biakan. b. Limbah padat non infeksius, misalnya sampah
umum seperti kertas, tissue, plastik kayu, pembungkus, kardus dan sebagainya. 3. Limbah gas
adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi dengan etilen oksida atau
dari thermometer yang pecah (uap air raksa). IV. PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN
LIMBAH Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi resiko pemaparan limbah
terhadap kuman yang menimbulkan penyakit (patogen) yang mungkin berada dalam limbah
tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah, yaitu : 1. Limbah
berbahaya dan beracun, dengan cara : a. Netralisasi Limbah yang bersifat asam dinetralkan
dengan basa seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2 Sebaliknya, limbah yang bersifat basa
dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCI. Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai
indikator dapat digunakan Phenol Phtalein (PP.). Zat ini akan berubah pada pH 6-8 sehingga
cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-8,5. b. Pengendapan/sedimentasi,
koagulasi dan flokulasi Kontaminan logam berat dalam ciaran diendapkan dengan
tawas/FeC13, Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg. c. Reduksi-
Oksidasi Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi oksidasi
(redoks) sehingga terbentuk zat yang kurang/tidak toksik. d. Penukaran ion Ion logam berat
nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion beracun dapat diserap oleh resin anion. 2.
Limbah infeksius Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat
infeksius, yaitu a. Metode Desinfeksi Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan
cara penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman
penyakit menjadi tidak aktif. Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk: -
Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol, Formaldehyde,
Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini merupakan satu-satunya jenis
desinfektan yang digunakan secara rutin untuk mendesinfeksi limbah penyakit menular. -
Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan harus
berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan mengikat desinfektan
dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman penyakit. - Memberikan waktu kontak
yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas pengolahan. - Mengawasi kondisi-
kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai akan meningkatkan / menghambat
proses desinfeksi. - Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan
kecepatan proses pengolahan. - Pengadukan. b. Metode Pengenceran (Dilution) Yaitu dengan
cara mengencerkan air limbah sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Kerugiannya ialah bahan kontaminasi terhadap badan-badan air
masih tetap ada, pengendapan yang terjadi dapat menimbulkan pendangkalan terhadap badan-
badan air seperti selokan, sungai dan sebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir. c. Metode
Proses Biologis Yaitu dengan menggunakan bakteri-bakteri pengurai. Bakteri-bakteri tersebut
akan menimbulkan dekomposisi zat-zat organik yang terdapat dalam limbah. d. Metode
Ditanam (Landfill) Yaitu penanganan limbah dengan menimbunnya dalam tanah. e. Metode
Insinerasi (Pembakaran) Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator.
Dalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan
H2O. Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit, jaringan
tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa dalam bentuk abu
yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis limbah). Agar insinerasi
berlangsung optimal, perlu 5 kondisi: - Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup, -
Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat kecil dan gas, -
Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator, - Suhu yang cukup untuk
volatilisasi, - Cukup waktu untuk terjadinya reaksi. Alat insinerator yang baik adalah yang
memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama paling sedikit 800 - 1000C. 3. Limbah
radioaktif Masalah penanganan limbah radioaktif dapat diperkecil dengan memakai radioaktif
sekecil mungkin, menciptakan disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan berdasarkan: a. Bentuk : cair, padat
dan gas, b. Tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma (), c. Tinggi-rendahnya aktifitas d.
Panjang-pendeknya waktu paruh, e. Sifat : dapat dibakar atau tidak. Ada 2 sistem penanganan
limbah radioaktif : a. Dilaksanakan oleh pemakai secara perorangan dengan memakai proses
peluruhan, peguburan dan pembuangan. b. Dilaksanakan secara kolektif oleh instansi
pengolahan limbah radioaktif, seperti Badan Tanaga Atom Nasional (BATAN). 4. Limbah
umum Limbah umum non infeksius setelah dikumpulkan dalam wadah kantong plastik diikat
kuat dan dibakar di insinerator. Penampungan limbah adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kontaminasi atau pemaparan pada petugas yang menangani limbah. Wadah penampungan limbah
harus memadai, misalnya: 1. Penampungan limbah benda tajam, harus tahan tusuk,
impermeabilitas (kekedapan, tidak dapat dirembesi), kokoh, aman dan diberi label. 2.
Penampungan limbah cairan infeksius: a. Diwadahi dengan botol penutup yang aman atau
wadah yang kaku sejenis botol dan ditutup dengan tutup berulir atau gabus. Botol tersebut
dimasukkan dalam kaleng atau kotak untuk pengamanan tambahan dan menampung adanya
tumpahan serta mengurangi resiko pemaparan. b. Limbah cair yang akan disterilkan dengan uap
sebaiknya terbuat dari logam karena logam bersifat memperluas penyebaran panas. Jangan
menggunakan bahan gelas/kaca. c. Limbah cair yang akan diinsinerasi sebaiknya wadah terbuat
dari plastik karena mudah terbakar. V. PEMISAHAN LIMBAH Untuk memudahkan
mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong
dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis adalah seperti pada tabel 1. Tabel 1.
Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis. NO WARNA KANTONG JENIS LIMBAH 1.
Hitam Limbah rumah tangga, tidak digunakan untuk menyimpan atau mengangkat limbah klinik.
2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar 3. Kuning dengan strip hitam Jenis limbah
yang sebaiknya dibakar, tetapi bias juga dibuang di sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan
terpisah dan pengaturan pembuangan. 4. Biru muda atau transparan dengan strip biru tua Limbah
untuk autoclaving (pengolahan sejenis) sebelum pembuangan akhir. Kebersihan
pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta keterampilan petugas
sampah/kebersihan. Selain kode warna pada kantong plastik untuk pemisahan limbah juga
terdapat kode/simbol yang telah distandarisasi untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya,
yaitu : NO GOLONGAN SAMPAH GAMBAR SIMBOL 1. Sampah Infeksius : Kantong warna
kuning dengan simbol Biohazard yang telah dikenal secara internasional berwarna hitam. 2.
Sampah Sitotoksik : Kantong berwarna ungu dengan simbol sitotoksik (berbentuk cell dalam
telofase) 3. Sampah Radioaktif : Kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif yang telah
dikenal secara internasional. VI. PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM 1.
Limbah Cair: a. Limbah Cair Infeksius: Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal,
limbah dikumpulkan terlebih dahulu dalam wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis
desinfektan yang banyak digunakan adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena
kekuatan desinfektan makin lama makin menurun, maka untuk keefektifan penggunaanya harus
dibuat baru setiap minggu. Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran
pembuangan awal yang selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah. b.
Limbah Cair Domestik: Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal
menuju bak penampungan untuk diolah. c. Limbah Cair Kimia: Penanganannya
dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai konsentrasi rendah dan
selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal menuju bak penampungan untuk
diolah. Semua limbah cair yang terkumpul dalam bak penampungan dapat diolah dengan
berbagai cara, antara lain : a. FBK Bioreactor FBK Bioreaktor menggunakan metode proses
biologis. Limbah yang terkumpul dalam bak penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan
setelah mengalami proses, limbah disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum
(sungai/kali). Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi
sebagai tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk
lapisan biomassa. Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang masuk ke
dalam tangki Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah dengan lapisan
biomassa terjadi berulang-ulang, melalui perjalanan panjang sehingga mencapai efisiensi
degradasi BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L).
Udara dimasukkan ke dalam tangki Biodetox melalui aeration sehingga menimbulkan
gelembung-gelembung udara yang dihasilkan dari mesin kompressor. Aerator dirancang secara
spesifik rnenghasilkan efek floatasi dan sedimentasi. Air limbah yang telah diolah dalam
tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat disalurkan ke saluran umum. b. Sewage
Treatment Plant (STP) : Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah
cair menjadi air bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari
lingkungan. Metode yang digunakan adalah: - Screen Pit Dilengkapi
dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi untuk menyaring
kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor akan menghancurkan material yang
masuk sehingga proses treatment secara biologis dapat berfungsi dengan baik. - Equalizing
Tank: Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak. - Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi diproses dengan
cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser juga ditambahkan lumpur aktif
yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah melalui proses aerasi, air mengalir melalui pipa
transfer ke bak pengendap (Settling Tank). - Settling Tank : Berfungsi untuk memisahkan
lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian bawah tangki dan disedot oleh lift pump masuk ke
dalam kotak distribusi lumpur yang kemudian didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama
masuk ke bak aerasi dan yang kedua masuk ke bak penampungan lumpur, sedangkan airnya akan
mengalir melalui Over Flow Weir selanjutnya masuk bak Over Flow dan mengalami proses
( untuk mendestruksi mikroba patogen. - Effluent Tank : Berfungsi untuk menampung
hasil akhir pengolahan (treatment). Air dalam bak ini dipompa ke sumpit lalu disalurkan ke
saluran umum. 2. Limbah Padat : a. Limbah Padat Infeksius: - Limbah benda tajam
Dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai syarat penampungan benda tajam. Untuk keamanan,
pada saat pengangkutannya wadah tersebut dapat diberi cairan desinfektan seperti lysol.
Kemudian wadah dimasukkan dalam kantong plastik kuning dengan simbol biohazard diikat
kuat lalu diangkut untuk dibakar di insinerator. - Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan dalam autoclave
suhu 121C selama 15 menit. Selanjutnya kantong plastik tersebut dilapisi dengan kantong
plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di incinerator. b. Limbah Padat Non
Infeksius: Dimasukkan dalam tempat sampah yang telah dilapisi kantong plastik warna
hitam. Setelah sampah mengisi kantong, ikatlah kuat-kuat lalu angkut ke tempat pembuangan
untuk dibakar dalam insinerator. 3. Limbah Gas: Limbah gas harus dibersihkan melalui
penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara. Filter harus diperiksa secara teratur, jika rusak
atau tingkat radiasinya mendekati batas yang telah ditentukan, filter harus diganti. Untuk
mencegah terlepasnya zat radioaktif dari filter, maka filter harus dibungkus dengan plastik
polietilen. VII. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH Air hasil pengolahan limbah
dapat diketahui kualitasnya dengan menggunakan indikator biologi seperti pengadaan kolam
ikan atau penyiraman taman. Selain itu hasil pengolahan limbah cair juga perlu diperiksa
ke instansi pemerintah yaitu Bapedal setiap 3 bulan sekali dan di laboratorium sendiri setiap 1
bulan sekali. VIII. KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH
Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai resiko terkena penyakit juga
mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab
kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani
limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit. Oleh karena itu
diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri, seperti
sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium. Tabel 2. Prosedur
Kerja Pengurangan Resiko NO PROSEDUR PENGURANGAN RESIKO 1. Kelompokkan
limbah untuk mengetahui jenis yang perlu pengelolaan dan penanganan khusus Tentukan
golongan-golongan limbah sesuai kriteria yang berlaku 2. Pisahkan limbah yang memerlukan
penanganan khusus (yang infeksius dan radioaktif) dari limbah lainnya. Pindahkan limbah yang
memerlukan penanganan khusus. Pisahkan limbah itu dari tempat limbah umum 3. Gunakan
kontainer yang berbeda untuk limbah-limbah khusus Upayakan agar limbah khusus dapat
dikenal dengan mudah 4. Berhati-hati waktu mengangkat dan memindahkan kontainer limbah
Jaga kemungkinan terjadinya salah urat pada punggung dan bagia tubuh lainnya 5. Gunakan
kereta yang baik untuk mengumpulkan dan memindahkan kontainer limbah Jaga agar kontainer
limbah tidak jatuh dari kereta dengan begitu akan mengurangi terjadinya luka dan terpapar. 6.
Gunakan kereta yang bongkar-muatnya mudah, mudah digerakkan, direm dan diarahkan serta
mudah dibersihkan Kurangi kecelakaan dari kereta hingga dengan begitu mengurangi kejadian
luka dan paparan 7. Semua kontainer limbah harus ditutup rapat (bila memungkinkan) sebelum
dipindahkan Kurangi terjadinya paparan 8. Limbah gas dibuang kewadah yang telah ditentukan
(tidak lagi dilakukan penyortiran) Kurangi penanganan limbah dan kemungkinan terjadinya
paparan 9. Gunakan alat pelindung perorang yang memadai, seperti sarung tangan, masker, kaca
mata, celemek pada waktu menangani limbah khusus Adakan perlindungan terhadap paparan 10.
Usahakan agar semua kegiatan hanya dilakukan oleh orang yang cukup terlatih. Kurangi resiko
ekpose pada orang-orang yang memakai alat dengan cara yang keliru IX. KESIMPULAN
Sistem pengelolaan limbah yang baik dan benar dapat meningkatkan keamanan
dalam kerja terutama bagi petugas kesehatan yang berhubungan dengan limbah tersebut, pasien,
pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit dan laboratorium. Penanganan limbah yang
kurang baik akan dapat atau potensial sebagai sumber pencemaran penularan penyakit bagi
warga laboratorium sendiri maupun masyarakat di sekitarnya. X. DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes R.I, Pedoman Pelayanan Rumah Sakit dan Laboratorium Klinik, Jakarta,
Tahun 1980 2. Depkes R.I, Pedoman Penanganan Limbah dan Sanitasi Rumah Sakit, Jakarta,
Tahun 1985
X

Recommended

III.a.1.4. Sop Pemeriksaan Laboratorium Untuk Masing-masing Jenis

PEMERIKSAAN LABORATORIUM UNTUK MASING-MASING JENI

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pemeriksaan Rutin Walaupun pada pemeriksaan darah


perifer lengkap sering ditemukan leukopenia,dapat pula terjadi kadar leukosit normal atau
leukositosis.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMERIKSAAN LABORATORIUM PEMERIKSAAN ENZIM JANTUNG Enzim


merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu proses dinamik yang
memungkinkan kehidupan seperti

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium ( Diagnosis ) Diagnosis pasti penderita amoebiasis adalah


menemukan parasit didalam tinja atau jaringan. Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PERAWATAN DASAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN


LABORATORIUM NURASMAH, AM.Keb PENGUMPULAN & PENGIRIMAN BAHAN
PEMERIKSAAN LAB PENGERTIAN Menyediakan & mengirimkan

pemeriksaan laboratorium

pemeriksaan laboratorium

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium 1. Pemeriksaan bakterioskopik Pemeriksaan bakterioskopik


digunakan untuk membantu menegakkan diagnosisdan pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat
dari
Pemeriksaan Laboratorium

ss

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

pemeriksaan lab

Pemeriksaan Laboratorium

Pem Labor

Pemeriksaan Laboratorium

medical

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium

laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium

lab pemeriksaan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

hj

Pemeriksaan Laboratorium

ok

Pemeriksaan Laboratorium

lab

Pemeriksaan Laboratorium

lab

View more

Anda mungkin juga menyukai