Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KERJA PRAKTEK
(TPS701)

IDENTIFIKASI UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA UNTUK


MENDUKUNG JOGJA HERITAGE CITY DI KAWASAN BUDAYA KOTABARU
KOTA YOGYAKARTAD.I. YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Imanuel Yuda Prihanto
610012067

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH KERJA PRAKTEK


(TPS701)

IDENTIFIKASI UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA UNTUK


MENDUKUNG JOGJA HERITAGE CITY DI KAWASAN BUDAYA KOTABARU
KOTA YOGYAKARTAD.I. YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Imanuel Yuda Prihanto
(610012067)

Disahkan,
Tanggal,November 2015
Menyetujui,
Ketua Jurusan Dosen Pembimbing
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota

Solikhah Retno Hidayati, ST. Novi Maulida Nimah, S.T., M.Sc.


NIK. 1973 0202 NIK. 1973 0255

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2015

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah Kerja Praktek dengan judul Identifikasi Upaya Pelestarian
Bangunan Cagar Budaya Untuk Mendukung Jogja Heritage City Di Kawasan
Budaya Kotabaru, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta ini dengan baik.
Makalah ini bagian dari lanjutan dari laporan Kerja Praktek pada jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah & Kota (PWK) Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Atas tersusunnya makalah ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini:
1. Ibu Solikhah Retno Hidayati, S.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota (PWK) STTNAS Yogyakarta.
2. Ibu Novi Maulida Nimah, S.T., M.Sc., selaku dosen pembimbing yang banyak
memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran hingga
terselesainya makalah ini.
3. Direktur CV. Reka Kusuma Buana beserta seluruh staf yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan Kerja Praktek pada
Konsultannya.
4. Bapak Edy Masduqi, S.Si., M.Sc., selaku Tim Leader dari proyek ini sekaligus
sebagai pembimbing penulis yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing serta selalu memberikan arahan kepada penulis selama kegiatan
proyek ini berlangsung.
5. Semua teman-teman baik kakak tingkat maupun adik tingkat terkhususnya
angkatan 2012 Jurusan Teknik PWK STTNAS Yogyakarta yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu persatu.
6. Keluarga yang selalu mendukung saya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.
Yogyakarta, November 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.1. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.2. Tujuan ........................................................................................... 2
1.3. Sasaran ........................................................................................ 2
1.4. Lingkup Penulisan ......................................................................... 2
2. Metodologi ........................................................................................... 2
2.1. Pendekatan Penelitian .................................................................. 2
2.2. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 2
3. Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 3
3.1. Gambaran Umum Kawasan .......................................................... 3
3.2. Kebijakan-Kebijakan Tentang Bangunan Cagar Budaya (BCB) .... 3
3.3. Identifikasi Jogja Heritage City di Kawasan Kotabaru.................... 5
3.4. Identifikasi Upaya Pelestarian Cagar Budaya Untuk Mendukung
Jogja Hertige City di Kawasan Kotabaru ........................................ 6
3.5. Kesimpulan ................................................................................... 9
Ucapan Terima Kasih ................................................................................................. 10
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 10

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Bangunan Cagar Budaya Pendidikan Di Kotabaru dan Sekitarnya ...... 7


Tabel 2 Bangunan Cagar Budaya Kesehatan Di Kotabaru dan Sekitarnya ....... 8
Tabel 3 Bangunan Cagar Budaya Peribadatan Di Kotabaru dan Sekitarnya ..... 8
Tabel 4 Bangunan Cagar Budaya Umum Di Kotabaru dan Sekitarnya ............. 8
Tabel 5 Bangunan Cagar Budaya Rumah Tinggal Di Kotabaru dan Sekitarnya 8

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Bagian Wilayah Perencanaan ...................................................... 3


Gambar 2. SMP 5, Contoh BCB Pendidikan .......................................................... 7
Gambar 3. Rumah Sakit DKT, Contoh BCB Kesehatan ......................................... 8
Gambar 4. Gereja HKBP, Contoh BCB Peribadatan .............................................. 8
Gambar 5. RRI, Contoh BCB Lainnya ................................................................... 8
Gambar 6. Homestay Indraloka, Contoh BCB Rumah Tinggal ............................... 8
Gambar 7. Peta Sebaran Bangunan Cagar Budaya Di Kotabaru dan Sekitarnya .. 9

vi
IDENTIFIKASI UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN CAGAR
BUDAYA UNTUK MENDUKUNG JOGJA HERITAGE CITY DI
KAWASAN BUDAYA KOTABARU
KOTA YOGYAKARTAD.I. YOGYAKARTA

Imanuel Yuda Prihanto1, Novi Maulida Nimah.2


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota, STTNAS Yogyakarta
imanuelyuda27@gmail.com
2
Dosen Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah & Kota, STTNAS Yogyakarta
maulida2411@gmail.com

Abstrak

Kotabaru adalah salah satu kawasan di Indonesia yang berkembang secara khas. Kawasan Budaya
Kotabaru di dalam Perda 2 tahun 2010 tentang RTRWP DIY merupakan Kawasan Strategis Provinsi dengan
tipologi Pelestarian Sosial Budaya. Seiring dengan perkembangan kota menjadi kota yang modern, terjadi
banyak pembongkaran benda-benda bersejarah menjadi bangunan modern. Hal ini apabila dibiarkan akan
menimbulkan ancaman terhadap kelestarian benda cagar budaya, bahkan dikhawatirkan dalam jangka
panjang sedikit demi sedikit benda-benda cagar budaya akan hilang. Beberapa tahun lalu, Pemerintah Kota
Yogyakarta telah menetapkan lima kawasan program Jogja Heritage City. Lima kawasan itu meliputi Kotabaru,
Kotagede, Keraton, Pakualaman, dan Malioboro. Program dari Jogja Heritage City untuk mempertahankan dan
melestarikan bangunan cagar budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah dan budaya yang terkandungnya.
Pengendalian peruntukan bangunan cagar budaya telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DIY Nomor 62
Tahun 2013 tentang Pelestarian Cagar Budaya dan dengan diterbitkannya Perda No. 2 tahun 2005 tentang
pengelolaan cagar budaya dan benda cagar budaya beserta seluruh penjelasannya maka peraturan ini
menjadi dasar hukum diberlakukannya perlindungan dan pemeliharaan terhadap bangunan-bangunan
peninggalan masa kolonial terutama di DIY dan Kotabaru pada khususnya Perda tersebut kemudian diperkuat
dengan peraturan Gubernur no. 74 tahun 2008 yaitu mengenai tata cara penetapan dan klasifikasi kawasan
cagar budaya. Pelestarian, pemeliharan dan perlindungan ini meliputi memelihara lingkungan dan unsur-unsur
fisik tersebut secara utuh sebagaimana aslinya. Merenovasi secara keseluruhan untuk mengembalikan kepada
bentuk dan tampilan semula dan merenovasi bagian-bagian tertentu dengan menyesuaikan bentuk asliya pada
bagian terluar dengan kedalaman tertentu. Biasanya bagian dalamnya dapat diubah atau disesuaikan dengan
perkembangan dan fungsi bangunan. Sehingga bangunan cagar budaya sudah tentu perubahan-perubahan
bangunan tersebut harus didasarkan pada kaidah-kaidah arkelogis tanpa mengesampingkan unsur teknis dan
kekuatan struktur bangunan yang harus disesuaikan untuk kepentingan kelangsungan bangunan tersebut
dalam jangka panjang.

Kata kunci : Kotabaru, Jogja Heritage City, Bangunan Cagar Budaya

1. Latar Belakang kesatuan atau kelompok, atau bagian-


bagiannya atau sisa-sisanya yang berumur
Cagar budaya mempunyai pengertian sekurang-kurangnya 50 tahun atau mewakili
yang serupa seperti cagar alam yang sudah masa gaya yang khas dan mewakili masa
sering didengar dalam masyarakat. Cagar gaya sekurang-kurangnya 50 tahun serta
alam adalah sebidang lahan yang dijaga diidentifikassi mempunyai nilai penting bagi
untuk melindungi flora dan fauna yang ada di sejarah, ilmu pengentahuan dan kebudayaan;
dalamnya, sedangkan cagar budaya yang serta benda alam yang diidentifikasi
dilindungi bukan suatu daerah yang bersifat mempunyai nilai penting sejarah, ilmu
alamiah melainkan hasil kebudayaan manusia pengetahuan dan kebudayaan.
yang berupa benda-benda peninggalan masa . Salah satu daerah yang memiliki
lalu. benda-benda peninggalan masa lalu terdapat
Dalam Perda DIY No. 11 Tahun 2005 di kawasan Kotabaru, Kota Yogyakarta.
tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya Beberapa tahun lalu Pemerintah Kota
dan Benda Cagar, disebutkan Budaya dan Yogyakarta dan Pemerintah DIY telah
Benda Cagar Budaya yang selanjutnya menetapkan lima kawasan program Jogja
disingkat BCB adalah benda buatan manusia, Heritage City. Lima kawasan itu meliputi
bergerak atau tidak bergerak yang berupa Kotabaru, Kotagede, Keraton, Pakualaman,

1
dan Malioboro. (Tempo.Co Yogyakarta, 1.2. Tujuan
2014). Kelima wilayah tersebut perlu Tujuan dari penyusunan makalah ini
melakukan pengawasan terhadap pengajuan adalah untuk mengetahui dasar ketentuan
izin pendirian dan renovasi bangunan yang kebijakan kebijakan dalam menjaga
tak sesuai dengan konsep program Jogja kelestarian dan mempertahankan nilai sejarah
Heritage City. Kawasan Kotabaru memiliki serta budaya pada bangunan cagar budaya
bangunan bercorak kolonial sehingga dilarang meskipun dimanfaatkan untuk fungsi lain
untuk diubah menjadi fasad Jawa, atau dalam mendukung Jogja Heritage City.
bentuk lain yang tak mencermikan fasad khas
Indische. 1.3. Sasaran
Ditetapkannya Kawasan Kotabaru Sasaran dari penyusunan makalah ini
sebagai Kawasan Cagar Budaya merupakan adalah
salah satu aset Kota Yogyakarta yang 1. Mengetahui kebijakan dalam upaya
mempunyai nilai penting sejarah dengan pelestarian bangunan cagar budaya
banyaknya bangunan kuno yang dinilai di kawasan budaya Kotabaru untuk
sangat berpotensi untuk dikembangkan. mendukung Jogja Heritage City.
Kawasan Budaya Kotabaru di dalam 2. Mengidentifkasi arahan
Perda 2 tahun 2010 tentang RTRWP DIY pengembangan terkait kebijakan
merupakan Kawasan Strategis Provinsi dalam upaya pelestarian bangunan
dengan tipologi Pelestarian Sosial Budaya. cagar budaya di kawasan budaya
Kotabaru merupakan salah satu satuan ruang Kotabaru untuk mendukung Jogja
lain yang mempunyai nilai keistimewaan. Heritage City.
Kotabaru adalah salah satu kawasan di
Indonesia yang berkembang secara khas. 1.4. Lingkup Penulisan
Wilayah ini direncanakan untuk hunian Dalam makalah ini membahas
masyarakat kolonial. Sejarah pemukiman ini mengenai upaya pelestarian bangunan cagar
dimulai ketika pada tahun 1917 residen budaya untuk mendukung Jogja Heritage City
Yogyakarta meminta sebuah wilayah di (Kota Pusaka) di Kawasan Budaya Kotabaru.
sebelah timur Sungai Code kepada Sri Sultan Sehingga memerlukan suatu kebijakan untuk
Hamengkubuwono VII. Secara administratif menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya yang
Kotabaru saat ini menjadi nama kelurahan terkandung. Dalam menentukan ketentuan
yang terletak di Kecamatan Gondokusuman tersebut terdapat kebijakan yang menjadi
Daerah Istimewa Yogyakarta. dasar untuk pelestarian cagar budaya yaitu
Seiring dengan perkembangan kota Peraturan Gubernur DIY Nomor 62 Tahun
menjadi kota yang modern, terjadi banyak 2013 tentang pelestarian Cagar Budaya dan
pembongkaran benda-benda bersejarah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010
menjadi bangunan modern. Hal ini apabila tentang Cagar Budaya. Jadi makalah ini
dibiarkan akan menimbulkan ancaman hanya sebatas membahas tentang upaya
terhadap kelestarian benda cagar budaya, pelestarian bangunan cagar budaya untuk
bahkan dikhawatirkan dalam jangka panjang mendukung Jogja Heritage City di Kawasan
sedikit demi sedikit benda-benda cagar Budaya Kotabaru agar bangunan cagar
budaya akan musnah. Seiring dengan itu kita budaya tidak mengalami perubahan nilai-nilai
akan banyak kehilangan cerita bersejarah sejarah dan budaya yang ada di dalamnya.
yang melekat pada benda-benda cagar
budaya. 2. Metodologi
Berdasarkan ketentuan Pasal 19 UU 2.1. Pendekatan Penelitian
No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Metode yang digunakan dalam
maka selain Pemerintah, masyarakat juga makalah ini melalui pendekatan deskriptif
memiliki kewajiban merawat bangunan Cagar yaitu pendekatan yang memberikan suatu
Budaya. Oleh karena itu perlu ada perhatian gambaran atau deskripsi tentang suatu
serius terhadap benda-benda cagar budaya fenomena-fenomena yang ada secara
dengan memberikan perlindungan yang lebih obejktif, yang berlangsung saat ini atau masa
kuat untuk menjaga kelestariannya. lampau.

1.1. Rumusan Masalah


Bagaimana upaya kebijakan daerah 2.2. Teknik Pengumpulan Data
dalam pelestarian bangunan cagar budaya Metode pengumpulan data dilakukan
untuk mendukung Jogja Heritage City di dengan cara pengumpulan data primer dan
kawasan budaya Kotabaru? sekunder. Beberapa metode pengumpulan
data antara lain:

2
a. Pengumpulan Data Sekunder sebagain wilayah Kecamatan Danurejan,
dengan rincian sebagai berikut :
Pengumpulan data sekunder dilakukan
a. Kawasan Inti, yaitu wilayah Kelurahan
untuk memperkaya data dan informasi.
Kotabaru, dengan batas sebagai
Kegiatan pengumpulan data sekunder
berikut:
tersebut dilakukan dengan mencari literatur
Batas Utara :Jl. Jenderal Sudirman
(artikel, buku, dan laporan penelitian) dan
mencari data-data di internet (browsing) Batas Selatan :Rel Kereta Api.
mengenai kebijakan dan program Batas Barat :Sungai Code
pengembangan kawasan cagar budaya di Batas Timur :Jl.Wahidin
kawasan Kotabaru; Sudirohusodo
b. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer guna b. Kawasan Penyangga, yaitu wilayah
melengkapi data sekunder dan dapat Kelurahan Terban, dan Kelurahan
memberikan gambaran mengenai kondisi Bausasran dengan batas sebagai
sebenarnya di lapangan. Data primer berikut:
dikumpulkan dengan cara : Batas Utara :Jl. Colombo Jl. Cik Di
1) Observasi/ pengamatan lapangan Tiro
bertujuan untuk mengenal kondisi Batas Selatan :Jl.Stasiun
visual wilayah secara keseluruhan. Lempuyangan Rel kereta api.
2) Dokumentasi lapangan untuk Batas Barat :Sungai Code
mendapatkan gambaran kondisi Batas Timur : Sungai Belik
lapangan.

Gambar 1.
Peta Bagian Wilayah Perencanaan
Sumber: Laporan Penyusuan Peraturan Zonasi
Kawasan Budaya Kotabaru, 2015
3) Kegiatan wawancara yang 3.2. Kebijakan-Kebijakan Tentang
mencakup pertemuan dengan Bangunan Cagar Budaya (BCB)
masyarakat di wilayah studi dan Kebijakan penataan ruang di Kawasan
instansi pemerintahan guna Budaya Kotabaru, Yogyakarta dilakukan
mengetahui kebijakan-kebijakan secara terpadu dengan mempertimbangkan
yang ada. kondisi alamiah (lingkungan) serta buatan.
Kebijakan penataan ruang di Kawasan
3. Hasil dan Pembahasan Budaya Kotabaru, Yogyakarta
3.1. Gambaran Umum Kawasan dikembangkan ke dalam suatu kerangka
Lingkup Kawasan meliputi sebagian kebijakan yang strategis. Arah kebijakan
wilayah Kecamatan Gondokusuman dan terkait dengan Kawasan budaya Kotabaru

3
dapat ditinjau dari kebijakan pusat sampai c. Kawasan Cagar Budaya hanya dapat
daerah. dimiliki dan/atau dikuasai oleh Negara,
Kebijakan terhadap benda-benda kecuali yang secara turun-temurun dimiliki
cagar budaya dan kawasannya telah oleh masyarakat hukum adat (bab IV pasal
dilakukan sejak jaman pemerintahan Hindia 13). Namun dapat pula dikuasai dan
Belanda yaitu diatur dalam Monumenten dimiliki oleh setiap orang, seperti dalam
Ondonnantie 1931 (Stbld. No 238 Tahun bab IV pasal 12 Setiap orang dapat
1931) yang lazimnya disingkat dengan M.O. memiliki dan/atau menguasai Benda Cagar
Mengingat M.O. 1931 pada saat itu tidak Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
sesuai lagi dengan alam kemerdekaan Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs
Indonesia, maka M.O. dicabut dan diganti Cagar Budaya dengan tetap
dengan undang-undang baru yaitu Undang- memperhatikan fungsi sosialnya
Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda sepanjang tidak bertentangan dengan
Cagar Budaya. ketentuan Undang-Undang ini. Setiap
Dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1992 orang dapat memiliki dan/atau menguasai
ini, maka pelaksanaan perlindungan benda Cagar Budaya apabila jumlah dan jenis
cagar budaya telah mempunyai peraturan Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar
tersendiri yang diperlukan dalam mengatur Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau
tentang penguasaan, pemilikan, penemuan, Situs Cagar Budaya tersebut telah
pencarian, pengelolaan, perlindungan, memenuhi kebutuhan negara.
pemeliharaan, pemanfaatan, dan Kotabaru sebagai kawasan cagar
pengawasan terhadap benda cagar budaya, budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini
agar tidak terjadi penyalahgunaan oleh pihak- tertuang dalam Perda DIY No 6 Tahun 2012,
pihak yang tidak bertanggung jawab. Tentang Pelestarian Warisan Budaya dan
Seiring dengan adanya pemberian Cagar Budaya. Disebutkan dalam perda
otonomi yang luas pada daerah-daerah tersebut bahwa panduan arsitektur bangunan
sesuai Undang-Undang Pemerintah Daerah, baru pada kawasan cagar budaya Kotabaru
tentu saja UU No 5 Tahun 1992 tersebut tidak ditetapkan memakai gaya arsitektur Indische
sesuai dengan perkembangan sekarang. dan kolonial.
Berdasarkan hal tersebut, UU No 5 Thun Dalam Peraturan Daerah RTRW Kota
1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Yogyakarta Bab 4 Pasal 10 Ayat 4
lagi yang kemudian diganti dengan Undang- menyebutkan bahwa Strategi untuk
Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar memantapkan fungsi lindung melalui
Budaya yang berlaku hingga sekarang ini. pemeliharaan dan pelestarian terhadap
Mengingat Kawasan Budaya Kotabaru kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
berada pada lingkungan yang sarat dengan serta pencegahan dampak negatif kegiatan
nilai-nilai tradisional, dimana banyak sekali manusia meliputi :
bangunan cagar budaya yang ada, maka a. Mengelola kawasan cagar budaya dan ilmu
perlu merujuk Undang-Undang Nomor 11 pengetahuan dengan memadukan
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya pada Bab kepentingan pelestarian budaya Daerah
I, pasal 1 yang menjelaskan bahwa: dan pariwisata budaya;
a. Cagar Budaya adalah warisan budaya b. Mengelola kawasan cagar budaya dan ilmu
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar pengetahuan dengan mengembangkan
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, pariwisata rekreasi dan pendidikan;
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar c. Melarang kegiatan budidaya apapun yang
Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di tidak berkaitan dengan fungsinya dan tidak
darat dan/atau di air yang perlu berkaitan dengan nilai-nilai budaya yang
dilestarikan keberadaannya karena terkandung di dalamnya.
memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu Peraturan tersebut menjelaskan
pengetahuan, pendidikan, agama, bahwa dalam kawasan cagar budaya memiliki
dan/atau kebudayaan melalui proses keterbatasan terhadap kegiatan masyarakat.
penetapan. Keterbatasan ini berkaitan dengan
b. Benda Cagar Budaya adalah benda alam pemanfaatan kawasan cagar budaya yang
dan/atau benda buatan manusia, baik harus berkaitan dengan nilai- nilai budaya dan
bergerak maupun tidak bergerak, berupa sesuai dengan fungsinya.
kesatuan atau kelompok, atau bagian- Dalam Perda DIY Nomor 11 Tahun
bagiannya, atau sisa-sisanya yang 2005 tentang Pengelolaan Kawasan Cagar
memiliki hubungan erat dengan Budaya dan Benda Cagar Budaya, untuk
kebudayaan dan sejarah perkembangan mengendalikan terjadinya kerusakan dan
manusia. kemusnahan cagar budaya Dinas Kebudayaan

4
Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Dinas kota/kabupaten yang mempunyai aset pusaka
Perizinan Kota Yogyakarta melalui pemberian istimewa. Aset tersebut berupa rajutan
Izin Mendirikan Bangun Bangunan (IMBB) pusaka alam dan pusaka budaya yang lestari.
bangunan cagar budaya atau IMBB bangunan Tercakup unsur ragawi/cagar budaya (artefak,
yang akan didirikan di kawasan cagar budaya bangunan, dan kawasan dengan ruang
di Kota Yogyakarta. Dalam mekanisme terbukanya) dan kehidupan fisik, ekonomi,
permohonan IMBB untuk bangunan cagar dan sosial-budaya. Sebagai Kota Pusaka,
budaya atau bangunan yang berada di rajutan pusaka yang istimewa merupakan
kawasan cagar budaya tersebut, ada keunggulan yang harus lestari sepanjang
ketentuan bahwa apabila bangunan yang akan masa. Tidak terkecuali panorama yang
dimintakan IMBB merupakan warisan budaya terbentuk karena alam maupun budi daya
maka pemohon harus meminta rekomendasi manusia.
dari Dinas Kebudayaan Provinsi DIY terlebih Kota Yogyakarta sejak 2012 telah
dahulu. terpilih menjadi peserta Kota Pusaka. Sesuai
Bangunan bersejarah dapat dimiliki dengan Keputusan Gubernur DIY Nomor
oleh setiap orang dengan tetap 186/KEP/2011, ditetapkan di Kota Yogyakarta
memperhatikan fungsi sosialnya dan tidak terdapat 5 (lima) Kawasan Cagar Budaya
bertentangan dengan UU No. 11 Tahun 2010 yaitu Kraton, Kotagede, Pakualaman,
tentang Cagar Budaya namun perlu diketahui Malioboro dan Kotabaru yang sangat sesuai
bahwaPasal 17 ayat (1) UU No. 11 Tahun dengan terpilih sebagai Kota Pusaka. Selain
2010 menyebutkan bahwa Setiap orang aset budaya ragawi tersebut, terdapat aset
dilarang mengalihkan kepemilikan cagar budaya non ragawi berupa kesenian, busana,
budaya peringkat nasional, peringkat propinsi, kuliner, upacara adat dan tradisi, bahasa
atau peringkat kabupaten/kota, baik seluruh daerah, prasarana budaya dan lembaga
maupun bagian-bagiannya, kecuali dengan budaya. Pernyataan nilai penting Kota Pusaka
izin Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota Yogyakarta mengandung arti bahwa
sesuai dengan tingkatannya. Dengan adanya penyelenggaraan pembangunan dan
berbagai kebijakan dalam pengelolaan pemerintahan di Kota Yogyakarta
kawasan cagar budaya maka maka Kawasan melestarikan nilai-nilai luhur serta
Kotabaru yang memiliki banyak bangunan kebudayaan yang meliputi seluruh hasil olah
sebagai benda cagar budaya, khususnya cipta, rasa dan karsa manusia yang menjadi
bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur roh dan semangat kehidupan di Kota
Indische diperlukan suatu ketentuan yang Yogyakarta untuk terus berkembang menjadi
dapat memberi perlindungan, pengembangan karakter masyarakat menuju kesejahteraan
dan pemanfaatan sehingga dapat menjaga seluruh Kota Yogyakarta dan warganya.
kelestarian cagar budaya dari ancaman Secara umum, Kota Yogyakarta
pembangunan modern perkotaan. menghadapi tantangan dan permasalahan
pembangunan di dalam melestarikan
keunggulan, yaitu desakan pembangunan
3.3. Identifikasi Jogja Heritage City kota/urbanisasi, Tata Kelola Pemerintahan,
(Kota Pusaka) di Kawasan Kotabaru Bencana Alam, Akulturasi Budaya
Direktorat Jenderal Penataan Ruang Luar/modern dan Ulah Manusia.
Kementrian Pekerjaan Umum (Dirjen Taru) Visi dari Program Penataan dan
bekerjasama dengan Badan Pelestarian Pelestarian Kota Pusaka adalah
Pusaka Indonesia (BPPI) meluncurkan Mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai
Program Penataan dan Pelestarian Kota Kota Pusaka unggulan dan nyaman huni
Pusaka Indonesia (P3KP), 16 April 2012, di dengan karakter pariwisata berbasis
Yogyakarta. Salah satu tujuan program budaya, pendidikan yang berkarakter dan
adalah mendukung kapasitas Jaringan Kota inklusif, pusat pelayanan jasa yang
Pusaka Indonesia (JKPI) yang didirikan di berwawasan lingkungan serta ekonomi
Solo, 25 Oktober 2008. Salah satu tonggak kerakyatan. Misi untuk mewujudkan visi ini
Tahun Pusaka Indonesia 2013 ialah meliputi 1) mewujudkan tata kelola Kota
diluncurkan Piagam Pelestarian Kota Pusaka Pusaka yang baik, 2) melestarikan tata ruang
Indonesia 2013 di Kementrian Koordinator dan morfologi Kota Yogyakarta yang
Bidang Kesra, 23 Desember 2013. Piagam ini berkelanjutan, 3) mewujudkan tata bangunan
adalah kesepakatan masyarakat pendukung dan lingkungan kota pusaka unggulan yang
pelestarian pusaka yang akan mengawal dan nyaman huni dan berstandar internasional, 4)
terus mendorong penataan dan pelestarian mewujudkan sarana dan prasarana publik
Kota Pusaka. Piagam menyatakan bahwa yang mendukung kegiatan pariwisata dan
Kota Pusaka (Heritage City) adalah pusat pelayanan jasa yang berstandar

5
internasional, 5) mewujudkan pertumbuhan Kotabaru yang mempunyai ciri khas arsitektur
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan Indische yang merupakan unsur gaya
masyarakat Kota Yogyakarta dalam kerangka arsitektur barat di Indonesia. Sehingga apabila
Kota Pusaka unggulan. dilihat dari sejarahnya Kawasan Kotabaru
Kawasan Budaya Kotabaru memiliki sangat mendukung untuk Jogja Heritage City.
banyak nilai-nilai dan budaya yang dapat
mendukung Jogja Heritage City ditinjau dari
sejarahnya Kawasan Kotabaru yang memiliki 3.4. Identifikasi Upaya Pelestarian Cagar
periode sejak sebelum kemerdekaan, masa Budaya Untuk Mendukung Jogja
kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Heritage City di Kawasan Kotabaru
Berawal dari tempat tiggal orang Eropa Pengendalian peruntukan bangunan
disekitar keraton dimulai dari Loji Kecil sampai cagar budaya telah ditetapkan dalam
meluas ke Setyodiningratan (Darmosugito, Peraturan Gubernur DIY Nomor 62 Tahun
1956) Pada awalnya Cornelis Cane sebagai 2013 tentang Pelestarian Cagar Budaya dan
residen pada saat itu minta persetujuan HB VII dengan diterbitkannya Perda No. 2 tahun
untuk menggunakan lahan di sebelah utara 2005 tentang pengelolaan cagar budaya dan
kota sebagai pemukiman untuk orang Eropa, benda cagar budaya beserta seluruh
lahan di sebelah timur Sungai Code dibangun penjelasannya maka peraturan ini menjadi
kawasan dengan nama Nipwe Wijk (Brugen & dasar hukum diberlakukannya perlindungan
Wassig, 1998 dalam wahyu, 2011). dan pemeliharaan terhadap bangunan-
Kawasan Kotabaru merupakan bangunan peninggalan masa kolonial
permukiman orang belanda yang dibangun terutama di DIY dan Kotabaru pada
setelah Perang Dunia I atau pada akhir masa khususnya Perda tersebut kemudian
pemerintahan HB VII tahun 1877-1921. diperkuat dengan peraturan Gubernur no. 74
Kawasan ini dibangun terpisah dari keraton tahun 2008 yaitu mengenai tata cara
dan benar-benar merupakan suatu kawasan penetapan dan klasifikasi kawasan cagar
yang baru. Pelaksanaan pembangunan di atur budaya.
secara rinci dari pemberian lahan dan Preservasi adalah suatu usaha untuk
wewenang pendirian bangunan, jalan, taman mempertahankan kondisi suatu cagar budaya.
dan perawatannya dalam Rijksblad van Kawasan preservasi adalah suatu atau
sultanat Djogjakarta 1917 no 12; 107-108 beberapa kawasan di dalam kota yang harus
(dalam wahyu, 2011). Dengan ketentuan dilestarikan, dilindungi, dipelihara (konservasi)
diatur pihak kasultanan, adanya wewenang dan dipugar (direnovasi atau direstorasi) yang
pendirian bangunan di kawasan Kotabaru ini sesuai dengan bentuk aslinya tetapi tetap
dibebani pajak sewa kepada kesultanan. disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan
Pada awal berdirinya bangunan di fungsionalnya karena merupakan kawasan
Kotabaru diperuntukan bagi pekerja kantoran, atau mengandung bangunan dan/atau
perkebunan, dan pemerintahan. Kemudian bangunan bangunan yang mempunyai nilai
pada masa pendudukan tentara Jepang sejarah, nilai seni dan budaya serta nilai
bangunan-bangunan tersebut dialih fungsikan arsitektur. Nilai-nilai ini juga merupakan ciri
kepada pemerintah Jepang dan digunakan khas kota tersebut. Koservasi adalah tindakan
sebagai perkantoran dan tangsi militer tetapi untuk mempertahankan makna suatu cagar
tidak ada perubahan fisik bangunan yang budaya baik berupa benda atau suatu
signifikan. Berdasarkan perkembangan kawasan. Preservasi atau rekonstruksi
lingkungannya, Kotabaru mengalami bangunan adalah pembangunan kembali
kemajuan yang pesat sebagai daerah hunian bangunan lama atau bangunan yang sudah
baik sebagai tempat tinggal maupun sebagai tidak digunakan menjadi bangunan baru atau
tempat perdagangan dan jasa. Hal ini tidak bangunan yang dapat digunakan kembali seba
terlepas dari kawasan Kotabaru yang sangat gaimaa fungsinya dulu, atau bisa juga
strategis di Kota Yogyakarta yang berdekatan mengkonversi suatu bangunan sehingga
dengan pusat perdagangan Malioboro, pusat mempunyai fungsi yang baru.
pemerintahan daerah serta berada dalam jalur Cagar budaya adalah peninggalan
pergerakan ekonomi dan sosial budaya warga budaya yang ditetapkan sebagai warisan
Yogyakarta pada umumnya. budaya yang harus dilindungi. Dalam
Sejak terbentuknya permukiman penetapan suatu bangunan.menjadi Benda
Kotabaru pada masa kolonial memang Cagar Budaya harus memenuhi beberapa
dirancang untuk menjadi permukiman yang persyaratan yang diantaranya adalah :
nyaman, tertata rapi dan aman bagi warga a. Memiliki masa gaya minimal 50 tahun.
Belanda pada masa itu. Oleh karenanya b. Mempuyai arti khusus bagi sejarah dan
banyak arsitektur rumah tinggal di kawasan ilmu pengetahuan.

6
c. Mempunyai nilai budaya bagi pribadi digunakan sebagai bangunan baru. Kaitannya
bangsa. dengan bangunan cagar budaya sudah tentu
Cagar budaya setidaknya meliputi perubahan-perubahan bangunan tersebut
benda, bangunan, situs serta kawasan yang harus didasarkan pada kaidah-kaidah
mencakup persyaratan tersebut diatas. arkelogis tanpa mengesampingkan unsur
Pelestarian, pemeliharan dan perlindungan ini teknis dan kekuatan struktur bangunan yang
meliputi memelihara lingkungan dan unsur- harus disesuaikan untuk kepentingan
unsur fisik tersebut secara utuh sebagaimana kelangsungan bangunan tersebut dalam
aslinya. Merenovasi secara keseluruhan untuk jangka panjang.
mengembalikan kepada bentuk dan tampilan Banyak bangunan di Kotabaru yang
semula dan merenovasi bagian-bagian merupakan peninggalan arsitektur kolonial
tertentu dengan menyesuaikan bentuk asliya yang masih berdiri sampai sekarang.
pada bagian terluar dengan kedalaman Bangunan bergaya arsitektur Indische baik
tertentu. Biasanya bagian dalamnya dapat yang berpotensi sebagai bangunan warisan
diubah atau disesuaikan dengan budaya maupun bangunan yang sudah
perkembangan dan fungsi bangunan. ditetapkan sebagai BCB. Berdasarkan
Dalam kaitannya dengan undang- fungsinya bangunan-bangunan peninggalan
undang cagar budaya dan peraturan rencana masa kolonial bergaya arsitektur Indische di
tata ruang diidentifikasikan sasaran dan arah kotabaru dapat dikelompokan menjadi
hadap bangunan maupun kawasan. Dalam hal bangunan umum dan bangunan rumah tinggal.
ini perlu pengarahan visual baik berupa koridor Bangunan umum berdasarkan fungsinya dapat
pandangan maupun yang berbentuk tata dibedakan menjadi :
bahasa, irama, ukuran dan bahan bangunan.
Preservasi dan konservasi biasanya ditujukan 1. Bangunan Pendidikan
untuk menjaga agar suasana karakteristik Yang dimaksud bangunan pedidikan ini
lingkugan tetap terjaga tidak berubah drastis. adalah bangunan-bangunan sekolah. Banyak
Agar kawasan tersebut tetap mengikuti bangunan sekolah yang dibangun pada masa
perkembangan kota perubahan yang terjadi kolonial yang sudah ditetapkan sebagai BCB
lebih ditujukan pada perubahan perutukan, yaitu:
sedagkan lingkungan fisiknya tidak berubah. Tabel 1.
Perangkat kebijakan seperti undang-undang Bangunan Cagar Budaya Pendidikan di
cagar budaya dapat diberlakukan untuk Kotabaru dan Sekitarnya
melindungi bangunan yang dipugar. Nama BCB/Situs Nomor Penetapan
Ada beberapa langkah dalam SD Negeri Ungaran I BCB PM.07/PW.007/MKP 2007
SMP Negeri 5 BWB 798/KEP/2009
melakukan preservasi dan koservasi baik itu
SMA Negeri 3 BCB PM.07/PW.007/MKP 2007
bangunan BCB atau merupakan suatu SMA Bopkri 1 BCB PM.07/PW.007/MKP 2007
kawasan Cagar Budaya, yaitu; SMP Negeri 8 BCB 210/KEP/2010
a. Dengan memutuskan tujuan utama SMA Negeri6 BCB PM.07/PW.007/MKP2010
pemulihan bangunan lama yang sudah SMA Negeri 9 BWB 798/KEP/2009
tua atau rusak. SMP Negeri 1 BCB PM.07/PW.007/MKP/2010
Museum TNI AD BCB 210/KEP/2010
Hal ini mencakup fungsi dan manfaat Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012
gedung tersebut setelah dipulihkan agar
dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
b. Menilai kondisi bangunan yang akan
dikonservasi apakah bangunan tersebut
masih layak berdiri atau tidak secara
preposisi atau kestrategisan bangunan
tersebut. Hal ini berhubungan erat
dengan manfaat bangunan dan biaya
yang harus dikeluarkan.
c. Merekonstruksi bangunan ada beberapa
cara yang bisa dipergunakan, tentunya Gambar 2. SMP 5, Contoh BCB Pendidikan
yang terbaik dan paling sesuai dengan (Survei Lapangan, 2015)
kondisi bangunan tersebut.
Setelah menilai dan menentukan 2. Bangunan Kesehatan
langkah-langkah diatas maka dilakukan
Bangunan kesehatan yang dimaksud
rekonstruksi atau mengubah bangun
adalah bangunan-bangunan rumah sakit.
bangunan yang telah rusak menjadi bangunan
Bangunan rumah sakit yang bergaya arsitektur
bernilai ekonomis tinggi dan mampu

7
Indis dan sudah ditetapkan sebagai bangunan Mulia
BCB adalah: Badan Perpustakaan
BCM PM.07/PW.007/MKP2010
Daerah
Tabel 2. Seminari BCB 210/KEP/2010
Bangunan Cagar Budaya Kesehatan di Dinas Kebudayaan
BCM PM.07/PW.007/MKP2010
Kotabaru dan Sekitarnya dan Pariwisata Kota
Nama BCB/Situs Nomor Penetapan Gedung Asuransi
BWB 798/KEP/2009
RS Panti Rapih BCB PM.07/PW.007/MKP2010 Jiwasraya
RS Mata dr. YAP BCB PM.07/PW.007/MKP 2007 Stasiun
BCB 210/KEP/2010
Rs Bethesda BCB 210/KEP/2010 Lempuyangan
Rs DKT BCB 210/KEP/2010 Museum TNI AD BCB 210/KEP/2010
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012

Gambar 5. RRI, Contoh BCB Lainnya


( Survei Lapangan, 2015)
Gambar 3. Rumah Sakit DKT. Contoh BCB
Kesehatan. (Survei Lapangan, 2015) 5. Bangunan Rumah Tinggal
3. Bangunan Peribadatan Tabel 4.
Bangunan peribadatan yang dimaksud Bangunan Cagar Budaya Rumah Tinggal Di
disini adalah bangunan gereja.Bangunan Kawasan Kotabaru dan Sekitarnya
Gereja yang dibangun dengan gaya arsitektur
Indis dan sudah ditetapkan sebagai BCB Nama BCB/Situs Nomor Penetapan
adalah : Rumah Indis Prof. Dr. BCB 798/KEP/2009
Herkutato
Tabel 3. Asrama Kompi BCB 210/KEP/2010
Bangunan Cagar Budaya Peribadatan di Rumah Mr. Djody BCB 210/KEP/2010
Kotabaru dan Sekitarnya Gondokusumo
Nama BCB/Situs Nomor Penetapan Indraloka Home stay BWB 798/KEP/2009
Gereja St Antonius BCM PM.07/PW.007/MKP2010 Rumah Prof DR. Maria BWB 798/KEP/2009
Gereja HKBP BCM 210/KEP/2010 Sumardjono
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012 Rumah HJ. Soebekti BWB 798/KEP/2009
Rumah Wicara Dwi Riyanto BWB 798/KEP/2009
Asrama Mahasiswa Aceh BWB 798/KEP/2009
Joglo Mangun suwito BWB 798/KEP/2009
Kafe da resto own cipta karya BWB 798/KEP/2009
Asrama Mahasiswa BWB 798/KEP/2009
Ratnaningsih
Primagama TK dan Playgrup BCB 0224/U/1981
Rumah Adi Pranoto, SE BWB 798/KEP/2009
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2012

Gambar 4. Gereja HKBP, Contoh BCB Peribadatan


( Survei Lapangan, 2015)

4. Bangunan umum lainnya yang bergaya


arsitektur Indische dan sudah ditetapkan
BCB adalah :

Tabel 4.
Bangunan Cagar Budaya Umum di Kotabaru
dan Sekitarnya
Nama BCB/Situs Nomor Penetapan Gambar 6. Indraloka Home Stay, Contoh BCB
Kolose St Ignatius BCB 210/KEP/2010 Rumah Tinggal
RRI BCB 210/KEP/2010 ( Survei Lapangan, 2015)
Susteran Amal Kasih BCB 185/KEP/2011

8
Gambar 7.
Peta Sebaran Bangunan Cagar Budaya Di Kotabaru dan Sekitarnya
Sumber: Laporan Penyusuan Peraturan Zonasi Kawasan Budaya Kotabaru, 2015 Survei & Analisis
3.5. Kesimpulan dan pemeliharaan terhadap bangunan-
Kawasan Budaya Kotabaru masih bangunan peninggalan masa kolonial
memiliki banyak nilai-nilai dan budaya yang terutama di DIY dan Kotabaru pada
dapat mendukung Jogja Heritage City khususnya Perda tersebut kemudian
ditinjau dari sejarahnya Kawasan Kotabaru diperkuat dengan peraturan Gubernur no. 74
yang memiliki periode sejak sebelum tahun 2008 yaitu mengenai tata cara
kemerdekaan, masa kemerdekaan dan penetapan dan klasifikasi kawasan cagar
setelah kemerdekaan. Dari pengertian Kota budaya. Pelestarian, pemeliharan dan
Pusaka (Heritage City) itu adalah perlindungan ini meliputi memelihara
kota/kabupaten yang mempunyai aset lingkungan dan unsur-unsur fisik tersebut
pusaka istimewa. Aset tersebut berupa secara utuh sebagaimana aslinya.
rajutan pusaka alam dan pusaka budaya Merenovasi secara keseluruhan untuk
yang lestari. Tercakup unsur ragawi/cagar mengembalikan kepada bentuk dan tampilan
budaya (artefak, bangunan, dan kawasan semula dan merenovasi bagian-bagian
dengan ruang terbukanya) dan kehidupan tertentu dengan menyesuaikan bentuk asliya
fisik, ekonomi, dan sosial-budaya. pada bagian terluar dengan kedalaman
Banyak bangunan di Kotabaru yang tertentu. Biasanya bagian dalamnya dapat
merupakan peninggalan arsitektur kolonial diubah atau disesuaikan dengan
yang masih berdiri sampai sekarang. perkembangan dan fungsi bangunan.
Bangunan bergaya arsitektur Indische baik Berdasarkan kebijakan-kebijakan
yang berpotensi sebagai bangunan warisan dalam upaya melestarikan bangunan cagar
budaya maupun bangunan yang sudah budaya untuk mendukung Jogja Heritage
ditetapkan sebagai BCB. Cagar budaya City di Kawasan Budaya Kotabaru, peran
tersebut adalah peninggalan budaya yang dari pemerintah sangat berpengaruh dalam
ditetapkan sebagai warisan budaya yang menentukan kebijakan untuk menjaga nilai
harus dilindungi. Oleh sebab itu, sejarah dan budaya bangunan itu sendiri,
pengendalian peruntukan bangunan cagar sehingga pemerintah harus bijak dan tegas
budaya telah ditetapkan dalam Peraturan dalam pengambilan keputusan dalam hal
Gubernur DIY Nomor 62 Tahun 2013 tentang perizinan. Dalam melestarikan bangunan
Pelestarian Cagar Budaya dan dengan cagar budaya, peran masyarakat juga sangat
diterbitkannya pula Perda No. 2 tahun 2005 penting karena dengan masyarakat ikut
tentang pengelolaan cagar budaya dan menjaga, menaati peraturan, dan kebijakan
benda cagar budaya beserta seluruh yang ada serta sadar akan pentingnya
penjelasannya maka peraturan ini menjadi bangunan cagar budaya yang memiliki nilai
dasar hukum diberlakukannya perlindungan sejarah dan budaya, maka bangunan cagar

9
budaya tersebut tidak akan hilang oleh
perkembangan kota yang modern.

Ucapan Terima Kasih


Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang
Maha Kuasa karena telah mengaruniakan
hikmat dan kebijaksanaan sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik
dan lancar. Terima kasih buat Dosen yang
telah membimbing dan mengarahkan dalam
pengerjaan makalah ini. Terima kasih juga
buat Konsultan di CV. Reka Kusuma Buana
yang memberikan banyak masukan-
masukan dalam proses pengerjaan makalah
ini dan terima kasih buat teman-teman
mahasiswa yang memberikan semangat dan
motivasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Daftar Pustaka

Harjiyatni Francisca Romana, Sunarya


Raharja, 2011. Jurnal Perlindungan
Hukum Benda Cagar Budaya Terhadap
Ancaman Kerusakan Di Yogyakarta.
Fakultas Hukum. Universitas Janabadra.
Yogyakarta.
Laporan Pendahuluan (2015). Penyusunan
Peraturan Zonasi Kawasn Budaya
Kotabaru, Kota Yogyakarta.
Laporan Antara (2015). Penyusunan
Peraturan Zonasi Kawasn Budaya
Kotabaru, Kota Yogyakarta.
Laporan Akhir (2015). Penyusunan Peraturan
Zonasi Kawasn Budaya Kotabaru, Kota
Yogyakarta.
Pemerintah Kota Yogyakarta, 2012. Rencana
Aksi Kota Pusaka Yogyakarta.
TEMPO.CO. Yogya Batasi Bangunan Baru di
Kawasan Cagar Budaya. Tanggal Post :
12 Februari 2014.
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010
Tentang Cagar Budaya.

10

Anda mungkin juga menyukai