GIZI BURUK
DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
1. Tujuan program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan gizi kurang?
2. Luas Wilayah
PuskesmasnSinggani dengan wilayah seluas 104,02 km2 dengan
pembagian wilaya sebagai berikut :
Kelurahan Besusu Barat 0,87 km2
Kelurahan Besusu Tengah 2,26 km2
Kelurahan BesusuTimur 0,26 km2
Kelurahan Lasoani 36,86 km2
Kelurahan Paboya 63,41 km2
3. Keadaan Iklim
Puskesmas Singgani terletak dalam wilayah kota Palu yang
memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan sebagai
mana daerah-daerah lain yang ada di wilayah Sulawesi Tengah. Musim
panas terjadi pada bula April September, sedangkan musim hujan
terja di pada bulan Oktober Maret.
a). VISI
Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar yang cepat dan optimal di
Puskesmas Singgani Tahun 2015.
b). MISI
1. Memotivasi kinerja tenaga kesehatan yang ada
2. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan yang ada
3. Menerapkan sikap dan prilakuyan baik dalam memberikan
pelayanan
4. Mengupayakan kesejahteraan tenaga kesehatan
c). MOTTO
Kunjungan dan kesembuhan anda adalah harapan dan kebanggaan kami.
5. GIZI BURUK
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status
gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena
kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan
karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan
keduaduanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah
lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung
lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada
di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa
protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah
suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari
proses terjadinya kekurangan gizi menahun.
Rekapan jumlah pasien gizi Buruk dan gizi kurang di wilayah Puskesmas Singgani tahun 2015
35
30
25
20
15
Axis Title
10
0
Tabel : Rekapan jumlah pasien Gizi buruk dan Gizi kurang di wilayah puskesmas
singgani.
Prevalensi Gizi buruk dan Gizi kurang pada bayi dan balita tahun 2015
50
45
40
35
30
Axis Title 25
20
15
10
5
0
bayi balita
Tabel : prevalensi Gizi buruk dan Gizi kurang pada bayi dan balita tahun 2015
BAB III
PEMBAHASAN
Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah mengenai
Program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan gizi kurang. Adapun
masalah yang akan dibahas kali ini yaitu :
5. Tujuan program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan gizi kurang?
- Mengetahui kejadian dan jumlah kasus gizi buruk yang ada di wilayah puskesmas
Singgani
- Ditemukannya kasus baru balita gizi buruk/kurang untuk dapat ditangani secara
cepat dan tepat
- Dapat Teridentifikasinya faktor penyebab resiko gizi buruk/kurang.
- Sebagai bahan informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi.
1. Pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan
parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi kalori
dan tinggi protein
2. Komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan
defisiensi vitamin diberikan secara bersamaan.
1. Hipoglikemia1
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah <
3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan
atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit.Pemberian
makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Tatalaksana
1. Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya
memungkinkan.
2. Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml.
larutan glukosa atau gula 10% ( 1 sendok teh munjung gula dalam 50
mlair) secara oral atau melalui NGT.
3. Lanjutkan pemberian F-75 setiap 23 jam, siang dan malam selama
minimal dua hari.
4. Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal
pemberian F-75.
5. Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara
intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutangula
pasir 50 ml dengan NGT.
6. Beri antibiotik.
Pemantauan
1. Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula
darah setelah 30 menit.
2. Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi
pemberian
3. larutan glukosa atau gula 10%.
4. Jika suhu rektal < 35.5 C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
5. hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar
gula
6. darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
2. Hipotermia
Diagnosis: Suhu aksilar <35C.
Tatalaksana
a. Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
b. Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup
denganselimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung
kepadaanak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada
dadaatau perut ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila
menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50
cm dari tubuh anak.
a. Beri antibiotik sesuai pedoman.(Pemantauan)
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi
- 36.5 C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
- Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C.
b. Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari
c. Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia (Pencegahan)
d. Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas
angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut
e. Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap
Kering
f. Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,
atau selama pemeriksaan medis)
g. Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat,
terutama di malam hari
h. Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera
mungkin, sepanjang hari, siang danmalam.\
3. Dehidrasi
Diagnosis
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk.Hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepatpada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas,anggap dehidrasi ringan.
Tatalaksana
- Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
- Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat
dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama setelah 2 jam,
berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
- Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
yang keluar dan apakah anak muntah.
- Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam. Jika masih diare,
beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang
air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.
Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu,
makadapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat
pula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2
ml/hari.
Pemantauan
Tatalaksana
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan
Magnesium,yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang
ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMal. Gunakan larutan ReSoMal
untuk rehidrasiSiapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).
5. Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti
demam,seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering
terjadi.Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami
infeksisaat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.
Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.
Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:
- Antibiotik spektrum luas
- Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan dan belum pernah mendapat
kannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksinsebelum
berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
- Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per
oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari
- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat Letargis atau
tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV
setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkandengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin
per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
DITAMBAH: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2sampai
ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisinJika anak tidak
membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol(25 mg/kgBB IM/IV
setiap 8 jam) selama 5 hari.
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari. Jika ditemukan
infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi
kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai. Beri obat antimalaria bila
pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria. Walaupun tuberkulosis
merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis hanya diberikan
bila anak terbukti atau sangat diduga menderita tuberkulosis.
Tatalaksana
- Multivitamin
- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
- Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
- Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
- Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi).
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1
Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapat
dipercepat menjadi 2-3 hari.Formula awal F-75 sesuai resep (halaman 209) dan
jadwal makan dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase
stabilisasi.Pada F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan
tepungberas atau maizena sehingga lebih menguntungkan karena
mempunyaiosmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini
baikbagi anak gizi buruk dengan diare persisten.Terdapat 2 macam tabel petunjuk
pemberian F-75 yaitu untuk gizi buruktanpa edema dan dengan edema berat (++
+).
8. Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan
anak)
- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan
anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung
cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik siap saji( ready
to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500
kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
9. Stimulasi sensorik dan emosional Lakukan:
- Ungkapan kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 1530 menit per hari
- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
- Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan,
memandikan, bermain).
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasilebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam. Pencegahan pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang
dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang
dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :
- Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan
menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu).
- Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi
pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan
pendamping ASI.
- Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya
tidak menurunkan status gizi.
- Merehabilitasi anak yang menderita pada fase awal/BGM.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana.
- Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala
sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain).6
BAB IV
KESIMPULAN
SARAN
1. Lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai
tatalaksana dan pencegahan Gizi buruk dan Gizi kurang di wilayah kerja
puskesmas singgani.
2. Kegiatan penjaringan lebih harus sering dilakukan, terutama pada daerah
daerah yang lingkungan serta ekonominya rendah agar dapat tertapis/tersaring
pasien-pasien yang berpeluang menjadi Gizi buruk sehingga dapat ditangani
sedini mungkin.
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program penanggulangan
Gizi buruk harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh daerah diwilayah
kerja Puskesmas Singgani.
DAFTAR PUSTAKA