Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN IKM LAPORAN MANAGEMENT

FAKULTAS KEDOKTERAN DESEMBER 2016


UNIVERSITAS TADULAKO

GIZI BURUK

DISUSUN OLEH :

NAMA : MOH ROZIKIN


STAMBUK : N 111 14 063
PEMBIMBING : dr. NUR AINUN
Drg. Elly Yane B, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
BAB I

PENDAHULUAN

I.I. latar Belakang

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


pembangunan Nasional karena menyentuh hampir semua aspek kehidupan.
Pembangunan sangat terkait dan dipengarui oleh aspek demografi/kependudukan,
keadaan dan pertumbuhan ekonomi perkembangan lingkungan fisik dan biologik.
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator yang
digunakan untuk memantau perkembangan derajat kesehatan seperti angka
kesakitan serta kematian ibu dan bayi.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ serta menghasilkan energi. Kemiskinan salah satu determinan social -
ekonomi, merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan,
dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Malnutrisi
masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak. Kurang kalori protein
sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang
tengah tumbuh - kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia
kurang dari 1 tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka
berusia 18 bulan. Penilaian status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang
menjamin setiap anggota masyarakat mendapatkan makanan yang cukup jumlah
dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap
hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.Kasus
gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena
proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai
puncaknya.
1.2. Identifikasi Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
penyakit Gizi Buruk yang akan dibahas antara lain :

1. Tujuan program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan gizi kurang?

2. Apakah program ini telah mencapai target?

3. Kendala yang didapat dalam menjalankan program ini?

4. Penatalaksanaan pasien gizi buruk?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SINGGANI


A. KEADAAN UMUM
1. Pemerintahan
Puskesmas Singgani berada di wilayah kecamatan Palu Timur yang
memiliki luas wilayah 104,02 Km2 dan secara administrative
pemerintahan terdiri atas 5 kelurahan, 30 RW serta 94 RT Wilayah
kerja puskesmas Singgani mencakup lima kelurahan yaitu :
Kelurahan Besusu Barat
Kelurahan Besusu Tengah
Kelurahan Besusu Timur
Kelurahan Lasoani
Kelurahan Paboya

Peta Wilayah Kerja Puskesmas Singgani :


Adapun penyebaran jumlah RW dan RT dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel II.1 Distribusi kelurahan, RW dan RT dirinci menurut kelurahan


Di Puskesmas singgani tahun 2015
No Kelurahan Luas wilayah RW RT
(km2)
1 Besusu Barat 0,87 km2 9 25
2 Besusu Tengah 2,26 km2 5 14
3 BesusuTimur 0,26 km2 4 20
4 Lasoani 36,86 km2 8 30
5 Paboya 63,41 km2 4 8
Puskesmas Singgani 104,02 km2 30 97

2. Luas Wilayah
PuskesmasnSinggani dengan wilayah seluas 104,02 km2 dengan
pembagian wilaya sebagai berikut :
Kelurahan Besusu Barat 0,87 km2
Kelurahan Besusu Tengah 2,26 km2
Kelurahan BesusuTimur 0,26 km2
Kelurahan Lasoani 36,86 km2
Kelurahan Paboya 63,41 km2

3. Keadaan Iklim
Puskesmas Singgani terletak dalam wilayah kota Palu yang
memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan sebagai
mana daerah-daerah lain yang ada di wilayah Sulawesi Tengah. Musim
panas terjadi pada bula April September, sedangkan musim hujan
terja di pada bulan Oktober Maret.

4. Sejarah Singkat UPTD Urusan Puskesmas Singgani


Pertama kali didirikan pada tahun 1987 yang di berinama klinik
KB pelayanan kesehatan kemudian pada tahun 1989 berubah
menjadi puskesmas Singgani dan pada tahun 2009 sesuai ketentuan
PP Nomor 41 Tahun 2007 berubah nama menjadi UPTD Urusan
Puskesmas Singgani.
Suatu pendekatan manajerial yang berintegrasi dan strategis berdasarkan
hasilanalisis manajemen.
Pembangunan berwawasan kesehatan sesuai Visi Dinas Kesehatan
Kota Palu yaitu Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Terdepan Menuju
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan sangat bergantung pada
upaya kerjasama seluruh komponen masyarakat kota Palu pada umumnya
dan masyarakat wilayah kerja Puskesmas Singgani pada khususnya yang
terintegrasi dengan peningkatan mutu layanan dan kinerja dari petugas
kesehatan itu sendiri. Dilandasi dengan asumsi bahwa bila prilaku hidup
sehat telah lebih membudaya, mutu layanan kesehatan menjadi lebih baik,
kerjasama lintas sector berjalan dengan efektif maka dengan sendirinya
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan akan lebih baik yang pada
akhirnya apa yang dicita-citakan yakni menuju masyarakat adil dan
makmur sesuai amanat Undang Undang Dasar 1945 dapat terwujud.

a). VISI
Terwujudnya pelayanan kesehatan dasar yang cepat dan optimal di
Puskesmas Singgani Tahun 2015.

b). MISI
1. Memotivasi kinerja tenaga kesehatan yang ada
2. Meningkatkan kualitas tenaga kesehatan yang ada
3. Menerapkan sikap dan prilakuyan baik dalam memberikan
pelayanan
4. Mengupayakan kesejahteraan tenaga kesehatan
c). MOTTO
Kunjungan dan kesembuhan anda adalah harapan dan kebanggaan kami.

5. GIZI BURUK
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status
gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena
kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan
karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan
keduaduanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah
lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung
lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status gizinya berada
di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud bisa berupa
protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah
suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi,
kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari
proses terjadinya kekurangan gizi menahun.

Rekapan jumlah pasien gizi Buruk dan gizi kurang di wilayah Puskesmas Singgani tahun 2015
35

30

25

20

15
Axis Title
10

0
Tabel : Rekapan jumlah pasien Gizi buruk dan Gizi kurang di wilayah puskesmas
singgani.

Prevalensi Gizi buruk dan Gizi kurang pada bayi dan balita tahun 2015
50
45
40
35
30
Axis Title 25
20
15
10
5
0
bayi balita

Tabel : prevalensi Gizi buruk dan Gizi kurang pada bayi dan balita tahun 2015

BAB III

PEMBAHASAN
Pada laporan manajemen kali ini, yang akan dibahas adalah mengenai
Program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan gizi kurang. Adapun
masalah yang akan dibahas kali ini yaitu :

5. Tujuan program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan gizi kurang?

6. Apakah program ini telah mencapai target?

7. Kendala yang didapat dalam menjalankan program ini?

8. Penatalaksanaan pasien gizi buruk?


1. Program ini bertujuan untuk

- Mengetahui kejadian dan jumlah kasus gizi buruk yang ada di wilayah puskesmas
Singgani
- Ditemukannya kasus baru balita gizi buruk/kurang untuk dapat ditangani secara
cepat dan tepat
- Dapat Teridentifikasinya faktor penyebab resiko gizi buruk/kurang.
- Sebagai bahan informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi.

2. Pencapaian target program penjaringan dan penatalaksanaan gizi buruk dan


gizi kurang?
1. Target pada program ini adalah 75% dari balita yang sakit didaerah
wilayah kerja puskesmas singgani.
2. Kasus yang didapat pertanggal 01 januari - 30 oktober 2016 adalah
8 kasus balita dengan gizi buruk.

3. kendala dalam melaksanakan program ini adalah :


a. kurangnya kesadaran orang tua akan bahaya dari gizi buruk dan Gizi
kurang, orang tua cenderung tidak perduli pada,
b. Orang tua pasien tidak mau membawa anaknya yang terdiagnosa
Gizi buruk dengan berbagai alasan salah satunya menganggap bahwa
anaknya hanya berbadan kurus, tetapi anaknya sehat sehat saja atau
sedang tidak menderita penyakit.
c. ketidakmampuan biaya ke akses layanan kesehatan ataupun tidak
mampunya orang tua memberikan makanan yang bergizi buat anak-
anaknya.

3. Penatalaksanaan pasien gizi buruk


Pengobatan terhadap gizi buruk adalah ditujukan untuk menambah
zat gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan
harus secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit.
Secara garis besar penanganannya adalah sebagai berikut : 7

1. Pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan
parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi kalori
dan tinggi protein
2. Komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan
defisiensi vitamin diberikan secara bersamaan.

3. Penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi tumbuh


kembang anak.

4. Penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu


karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit akan
mempengaruhi keberhasilan penanganan di rumah.

Adapun penanganan gizi buruk yang terdiri atas sepuluh langkah:1,8

1. Hipoglikemia1

Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah <
3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi makan
atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk rumah sakit.Pemberian
makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.

Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula


darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemiadan
segera ditangani sesuai panduan.

Tatalaksana
1. Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya
memungkinkan.
2. Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml.
larutan glukosa atau gula 10% ( 1 sendok teh munjung gula dalam 50
mlair) secara oral atau melalui NGT.
3. Lanjutkan pemberian F-75 setiap 23 jam, siang dan malam selama
minimal dua hari.
4. Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal
pemberian F-75.
5. Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara
intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutangula
pasir 50 ml dengan NGT.
6. Beri antibiotik.
Pemantauan
1. Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula
darah setelah 30 menit.
2. Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi
pemberian
3. larutan glukosa atau gula 10%.
4. Jika suhu rektal < 35.5 C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
5. hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar
gula
6. darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
2. Hipotermia
Diagnosis: Suhu aksilar <35C.
Tatalaksana
a. Segera beri makan F-75 (jika perlu, lakukan rehidrasi lebih dulu).
b. Pastikan bahwa anak berpakaian (termasuk kepalanya). Tutup
denganselimut hangat dan letakkan pemanas (tidak mengarah langsung
kepadaanak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada
dadaatau perut ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila
menggunakan lampu listrik, letakkan lampu pijar 40 W dengan jarak 50
cm dari tubuh anak.
a. Beri antibiotik sesuai pedoman.(Pemantauan)
Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi
- 36.5 C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.
- Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C.
b. Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada
malam hari
c. Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia (Pencegahan)
d. Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas
angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut
e. Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap
Kering
f. Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,
atau selama pemeriksaan medis)
g. Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat,
terutama di malam hari
h. Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera
mungkin, sepanjang hari, siang danmalam.\

3. Dehidrasi
Diagnosis
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk.Hal ini
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepatpada anak
dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk
dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak jelas,anggap dehidrasi ringan.
Tatalaksana
- Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok.
- Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat
dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
- Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama setelah 2 jam,
berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.
- Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
yang keluar dan apakah anak muntah.
- Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam. Jika masih diare,
beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang
air besar, usia 1 th: 100-200 ml setiap buang air besar.

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu,
makadapat diberikan makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat
pula diberikan MgSO4 40% IM 1 x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2
ml/hari.
Pemantauan

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap


setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya.
Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan bisa
mengakibatkan gagal jantung dan kematian.
Periksalah:
frekuensi napas
frekuensi nadi
frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai
ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel
berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi,
tetapi anak gizi buruk seringkali tidak memperlihatkan tanda tersebut walaupun
rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting untuk memantau berat
badan.
Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit
dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan
lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

4. Gangguan keseimbangan elektrolit


Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan
magnesiumyang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk
memperbaikinya.Terdapat kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar
natrium serummungkin rendah. Edema dapat diakibatkan oleh keadaan ini.Jangan
obatiedema dengan diuretikum.

Tatalaksana
Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan
Magnesium,yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang
ditambahkan kedalam F-75, F-100 atau ReSoMal. Gunakan larutan ReSoMal
untuk rehidrasiSiapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).

5. Infeksi
Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti
demam,seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering
terjadi.Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk mengalami
infeksisaat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani dengan antibiotik.
Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi berat.

Tatalaksana
Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:
- Antibiotik spektrum luas
- Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan dan belum pernah mendapat
kannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksinsebelum
berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syok.
- Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per
oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari
- Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat Letargis atau
tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV
setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkandengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin
per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari,
DITAMBAH: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.
Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2sampai
ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisinJika anak tidak
membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol(25 mg/kgBB IM/IV
setiap 8 jam) selama 5 hari.
Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan obati
dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari. Jika ditemukan
infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis, malaria, disentri, infeksi
kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang sesuai. Beri obat antimalaria bila
pada apusan darah tepi ditemukan parasit malaria. Walaupun tuberkulosis
merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti tuberkulosis hanya diberikan
bila anak terbukti atau sangat diduga menderita tuberkulosis.

Pengobatan terhadap parasit cacing

Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100


mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri
mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi
cacing.
Pemantauan

Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan


pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belummembaik,
lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak.

6. Defisiensi zat gizi mikro


Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
Meskipun sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi
tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah
berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat
besi dapat memperparah infeksi.

Tatalaksana

Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

- Multivitamin
- Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
- Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
- Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
- Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi).
Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1

7. Pemberian makan awal (Initial refeeding)


Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati
sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:
Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas
maupun rendah laktosa
Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
Energi: 100 kkal/kgBB/hari
Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100
ml/kgBB/hari)

Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa


JumlahF-75 yang ditentukan harus dipenuhi.

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapat
dipercepat menjadi 2-3 hari.Formula awal F-75 sesuai resep (halaman 209) dan
jadwal makan dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase
stabilisasi.Pada F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan
tepungberas atau maizena sehingga lebih menguntungkan karena
mempunyaiosmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini
baikbagi anak gizi buruk dengan diare persisten.Terdapat 2 macam tabel petunjuk
pemberian F-75 yaitu untuk gizi buruktanpa edema dan dengan edema berat (++
+).

8. Tumbuh kejar
Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:

- Kembalinya nafsu makan


- Edema minimal atau hilang.
Tatalaksana
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula
tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi):Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100
sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan.Selanjutnya naikkan
jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberiansampai anak tidak mampu
menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal ini terjadi ketika pemberian
formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.Dapat pula digunakan bubur atau makanan
pendamping ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya
sebandingdengan F-100.

Setelah transisi bertahap, beri anak:

- Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai kemampuan
anak)
- Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari
- Protein: 4-6 g/kgBB/hari.
Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan
anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung
cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik siap saji( ready
to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500
kkal/sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
9. Stimulasi sensorik dan emosional Lakukan:
- Ungkapan kasih sayang
- Lingkungan yang ceria
- Terapi bermain terstruktur selama 1530 menit per hari
- Aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat
- Keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan,
memandikan, bermain).

10. Malnutrisi pada bayi < 6 bulan


Malnutrisi pada bayi < 6 bulan lebih jarang dibanding pada anak yanglebih
tua.Kemungkinan penyebab organik atau gagal tumbuh harus dipertimbangkan,
sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai.Jika ternyatatermasuk gizi
buruk, prinsip dasar tatalaksana gizi buruk dapat diterapkan pada kelompok umur
ini.Walaupun demikian, bayi muda ini kurang mampu mengekskresikan garam
dan urea melalui urin, terutama pada cuaca panas. Oleh karena itu pada fase
stabilisasi, urutan pilihan diet adalah:

ASI (jika tersedia dalam jumlah cukup)


Susu formula bayi (starting formula)
Pada fase rehabilitasi, dapat digunakan F-100 yang diencerkan (tambahan
airpada formula menjadi 1500 ml, bukan 1000 ml).

Pencegahan

Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika perlu,
lakukan rehidrasilebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang
malam. Pencegahan pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang
dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang
dapat dilakukan untuk pencegahan adalah :

- Mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan
menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu).
- Mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi
pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan
pendamping ASI.
- Memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya
tidak menurunkan status gizi.
- Merehabilitasi anak yang menderita pada fase awal/BGM.
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana.
- Meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala
sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain).6
BAB IV

KESIMPULAN

Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat


itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah,
anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua.
Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam
makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah
menipis. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan
terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan.
Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang
nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah
hadapilah semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya.

SARAN

1. Lebih giat lagi dalam melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi mengenai
tatalaksana dan pencegahan Gizi buruk dan Gizi kurang di wilayah kerja
puskesmas singgani.
2. Kegiatan penjaringan lebih harus sering dilakukan, terutama pada daerah
daerah yang lingkungan serta ekonominya rendah agar dapat tertapis/tersaring
pasien-pasien yang berpeluang menjadi Gizi buruk sehingga dapat ditangani
sedini mungkin.
3. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program penanggulangan
Gizi buruk harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh daerah diwilayah
kerja Puskesmas Singgani.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman


Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota.World Health
Organization. Jakarta : 2009
2. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I.Departement Kesehatan RI.
2011
3. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku II.Departement Kesehatan
RI. 2011
4. Anonym. Kurang Energi Protein. Acceced on
http://mabanget.wordpress.com/2010/05/24/referat-kurang-energi-protein
5. Siddiqi Nure Alam,Md.www.nepjol.info/index.php/AJMS/article/
download/3662/4451. Asian Journal of Medical Sciences 2. 2011
6. Riset Kesehatan Dasar .Ringkasan Kajian Gizi Ibu dan Anak.Unicef Indonesia.
Acceced on
http://www.unicef.org/indonesia/id/A6B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf. 2010
7. dr. I Wayan Sujana. Kekurangan Energi Protein. Acceced on http://www.
idijembrana.or.id. September 2014.
8. Pudjiadhi Antonius H. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Malnutrisi Energi Protein. 2011.

Anda mungkin juga menyukai