Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Memiliki tanah yang luas dan banyak merupakan dambaan bagi setiap
orang. Selain merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk pembangunan ,
Tanah merupakan investasi yang sangat menguntungkan. Maka dari itu, tak
heran jika banyak orang berusaha dengan berbagai cara untuk
mendapatkannya. Sayangnya untuk mendapatkan tanah yang di idamkan
ternyata tidaklah mudah.
Seiring dengan semakin tingginya jumlah penduduk di indonesia ini,
terbukti mulai Tahun 2013 jumlah penduduk mencapai 845.683 Jiwa dan di
Tahun 2014 jumlah penduduk mengalami kenaikan yang mencapai 849.667
Jiwa menyebabkan semakin sulit pula untuk bias mendapatkan tanah yang
layak huni dan menjadi idaman bagi setiap orang. Hal inilah yang memacu
mahalnya harga pembelian tanah belakangan ini, akhir-akhir ini di daerah
Kota Malang harga tanah mulai melambung tinggi, dalam surat kabar Malang
Post harga tanah terus melambung di daerah kawasan jalan kembar gadang-
bumiayu dan di daerah jalan mayjen sungkono harga tanah saat ini mulai
menembus 2,5 juta per meter, sehingga memiliki tanah idaman masih sulit
tercapai jika harus membelinya secara tunai.
(http://etheses.uin-malang.ac.id/2287/5/11520008_Bab_1.pdf)

I.2 Tujuan dan Sasaran


Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG) bagi mahasiswa Teknik
Lingkungan adalah untuk:
1. Memperkenalkan ARC GIS 10.1 serta cara-cara pengolahan data pada
Sistem Informasi Geografis
2. Memberikan pengetahuan yang cukup agar mahasiswa dapat melakukan
pekerjaan dan menyajikan produk Sistem Informasi Geografis

3. Sebagai wahana aplikasi dari teori Sistem Informasi Geografis yang telah
diberikan dalam perkuliahan.

1
Sasaran dari praktikum ini adalah mendapatkan lokasi harga tanah di
Kota Malang, dengan memanfaatkan analisa Sistem Informasi Geografis
(SIG).

I.3 Batasan Masalah


Pada praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG) mahasiswa
melakukan proses digitasi, Join data spasial dan non spasial, Overlay, Query,
klasifikasi (symbology dan labels) serta membuat layout peta di arcgis.

I.4 Kriteria pemilihan lokasi Harga Tanah


- Jarak terhadap kampus < 1000 meter
- Jarak dari hotel < 1000 meter.
- Jarak dari taman rekreasi < 1000 meter.

BAB II
GAMBARAN UMUM

2
II.1 Gambaran Umum Wilayah
Secara geografis Kota Malang terletak pada koordinat 0746'48" -
0846'42" Lintang Selatan dan 11231'42" - 11248'48" Bujur Timur, dengan
luas wilayah 110,06 km2. Kota Malang dikelilingi oleh gunung-gunung yaitu
Gunung Arjuno di sebelah utara, Gunung Semeru di sebelah Timur, gunung
Kawi dan Panderman di sebelah Barat serta Gunung Kelud di sebelah
Selatan.
Wilayah Kota Malang merupakan daerah perbukitan dan dataran
tinggi serta dilewati oleh sungai baik sungai besar maupun sungai kecil (bps
kota Malang,2013)

II.2 Data dan Jenisnya


Data input SIG terdiri atas data spasial yang berupa data vektor,
raster dan data non spasial yang berupa tabular alfanumerik.
II.2.1 Data spasial
Data yang berisi informasi tentang lokasi dan bentuk-bentuk dari unsur-
unsur geografi serta hubungannya yang dibuat dalam bentuk peta. Ada dua
macam format data spasial yaitu format vektor dan raster.
- Format Data Raster
Struktur data dalam bentuk sel yang terbentuk atas baris dan kolom, setiap
sel mempunyai satu nilai dan terisi satu informasi, grup dari sel mewakili
unsur-unsur.

Gambar 2.1 Format data raste


- Format Data Vektor
Merupakan tipe data yang menggunakan luasan, garis dan titik untuk
menampilkan obyek.

3
Gambar 2.2 Format data vektor
II.2.2 Data Non Spasial
Yaitu data yang berupa angka atau teks yang bersumber dari catatan statistic
atau sumber lainnya seperti hasil survey, data non spasial ini merupakan
pelengkap bagi data spasial karena berfungsi sebagai deskripsi tambahan
pada titik, garis, poligon atau batas wilayah.

II.3 Metode Penelitian


Adapun metode penelitian yang digunakan dalam praktikum Sistem Informasi
Geografis ini ada tiga tahap yaitu:
1. Tahap regional
Analisis tahapan regional merupakan analisis fisik lahan yang dilakukan
untuk mengetahui karakteritik lahan yang ada di wilayah studi berdasarkan
enam variabel dari analisis tahapan regional. Enam variabel tersebut adalah
geologi, hidrologi, jenis tanah, topografi, daerah lindung/cagar alam/cagar
budaya, serta jarak terhadap pemukiman. Proses analisisnya menggunakan
scoring berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan dari tiap-tiap variabel.
2. Tahap eliminasi
Analisis tahapan eliminasi merupakan kelanjutan dari analisis tahapan
regional. Analisis tahapan eliminasi ini dilakukan berdasarkan 7 (tujuh)
variabel kemudian dilakukan analisis secara menyeluruh yaitu dengan
menggunakan metode scoring berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan
dengan menggunakan data wawancara, observasi maupun data sekunder
yang didapat.
3. Tahap penetapan
Lokasi terpilih ditentukan dengan penjumlahan dari hasil mengalikan
masing-masing nilai dengan bobot variable regional dan penyisih. Setelah
hasil perhitungan tahap regional dan tahap penyisih selesai, akan didapat
lokasi dengan bobot nilai tertinggi. Lokasi dengan nilai tertinggi inilah yang
menjadi lokasi rekomendasi untuk perencanaan pembangunan lokasi TPA.

4
II.4 Hasil penelitian
Hasil dari praktikum SIG ini adalah untuk mendapatkan hasil analisa
kesesuaian lahan untuk pembangunan TPA baru di kota Malang

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Metode Pendekatan


Metode pendekatan merupakan langkah langkah maupun perangkat
bantuan yang digunakan peneliti melakukan penelitian maupun project ini.
Kaitannya dengan studi kasus kali ini peneliti menggunakan sistem informasi
geografis (SIG) yang dihubungkan dengan sistem basis data.

5
III.1.1 Sistem Informasi Geografis
Pada hakekatnya Sistem Informasi Geografis adalah suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran situasi ruang muka
bumi atau informasi tentang ruang muka bumi yang diperlukan untuk dapat
menjawab atau menyelesaikan suatu masalah yang terdapat dalam ruang muka
bumi yang bersangkutan. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi pengumpulan,
penataan, pengolahan, penganalisisan dan penyajian data-data/fakta-fakta yang
ada atau terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Data/fakta yang ada atau
terdapat dalam ruang muka bumi tersebut, sering juga disebut sebagai
data/fakta geografis atau data atau fakta spatial. Hasil analisisnya disebut
Informasi geografis atau Informasi spatial (Drs. Dede sugandi, 2009)

III.1.2 Komponen SIG


Banyak komponen dan faktor yang saling terkait guna
mengembangkan Sistem Informasi Geografis terdiri atas lima komponen dasar
yaitu data, perangkat keras, perangkat lunak,tata cara / prosedur dan
pelaksana. Kelima komponen tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak
dapat dipisah - pisahkan dan saling berhubungan atau dengan kata lainnya,
komponen utama dalam SIG adalah:

A. Basis Data
Basis data adalah kumpulan data tentang suatu benda atau kejadian yang
saling berhubungan satu sama lain, sedangkan data merupakan fakta yang
mewakili suatu obyek seperti manusia, hewan, peristiwa, konsep, keadaan yang
dapat dicatat atau direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, gambar atau
kombinasi keduanya. Basis data mempunyai berbagai sumber data dalam
pengumpulan data, bervariasi derajat interaksi kejadian dari dunia nyata,
dirancang dan dibangun agar dapat digunakan oleh beberapa pemakai untuk
berbagai kepentingan.

6
B. Perangkat Lunak
Perangkat lunak adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
berbagai macam program yang digunakan pada sistem komputer, perangkat
lunak dalam Sistem Informasi mempunyai fungsi melakukan operasi-operasi
dalam SIG seperti
1. Masukan dan pembentukan data.
2. Penyimpanan data dan pengolahan data dasar.
3. Keluaran data dan penyajian hasil.

C. Perangkat Keras
Komponen utama perangkat keras SIG adalah alat untuk masukan data,
alat penyimpanan data, pengolah data dan alat untuk penampil dan penyajian
hasil dari proses SIG. Perangkat keras dalam Sistem Informasi Geografi dapat
dikonfigurasikan sebagai berikut:
1. Komputer; untuk memasukan, mengelola, menyajikan informasi data
serta
kompilasi akhir.
2. Plotter atau printer, merupakan peralatan yang digunakan untuk
pencetakan dari hasil proses yang berupa hardcopy dari data spasial dan
data atribut.
3. Digitizer atau scanner, alat yang berfungsi untuk input data spasial.
4. Peralatan pendukung lainnya seperti keyboard, mouse, disket dan lain
sebagainya yang mendukung dalam pekerjaan.

D. Tata Cara
Prosedur atau tata cara dalam Sistem Informasi Geografi merupakan
bentuk kegiatan yang berhubungan dengan pengoperasian interaksi sistem
informasi dan penanganan data, dalam hal ini merupakan aturan yang telah
ditentukan untuk pelaksanaan suatu pekerjaan.

E. Pelaksana
Dari semua komponen dalam Sistem Informasi Geografi yang telah
disebutkan diatas manusia sebagai pelaksana atau dengan kata lain sebagai
tenaga ahli sangat diperlukan dalam pemikiran, menganalisa dan menjalankan

7
operasi-operasi dalam Sistem Informasi Geografi sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan.

III.2 Pelaksanaan Poject


MULAI

Pengumpulan
Data

Data Spasial Data Non Spasial


- Peta adminstratif kota Malang - Data kecamatan
- Peta jenis tanah Kota Malang - Data kelurahan
- Peta penggunaan tanah Malang - Data jenis tanah
- Peta Topografi Kota Malang - Data ketinggian
- Data penggunaan lahan

8
Editing
Data spasial Penyusunan data base
non spasial
NO
Data spasial
OK Editing

NO Data base non spasial ok

A B

A B

Yes Yes
Penggabungan
data/join item

SIG analisa lahan TPA

Analisa Hasil Tahap Analisa Hasil


Regional

Analisa Hasil Tahap


Eliminasi
9
Analisa Hasil Tahap
Penetapan Lokasi
Peta rekomendasi lokasi
TPA Sampah baru Kota
Malang

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram alir pelaksanaan project

III.3 Desain Basis Data


Perancangan desain sistem basis data pada project analisa kesesuaian
lahan untuk TPA baru di Kota Malang ini adalah sebagai berikut :
III.3.1Entitas
Entitas entitas pada desain basis data ini adalah sebagai berikut :
1. Kecamatan
2. Kelurahan
3. Jenis Tanah
4. Penggunaan Lahan
5. Ketinggian

III.3.2Enterprise Rule
- Setiap Kecamatan memiliki beberapa kelurahan
Setiap kelurahan dimiliki oleh satu kecamatan
- Setiap Kelurahan memiliki satu jenis tanah
Setiap jenis tanah dimiliki oleh satu kelurahan
- Setiap kelurahan memiliki ketinggian
Ketinggian dimiliki oleh kelurahan

10
- Setiap kelurahan memiliki beberapa penggunaan lahan
beberapa penggunaan lahan dimiliki oleh setiap kelurahan

III.3.3Entity Relationship Dan Penentuan Obligatory & Non Obligatori

Kecamatan M 1 Kelurahan
memilikiiki

Kelurahan M 1 Jenis Tanah


memilikiiki

Kelurahan M 1 Ketinggian
memilikiiki

Kelurahan M 1 Penggunaan
memilikiiki
lahan

Gambar 3.2 Entity relationship

11
III.3.4 Diagram Entity Relationship

Id_Tanah

Id_Kecamatan Id_Keluraha
Jenis Tanah n

Id_Lahan Kelurahan
Jenis Tanah

Id_Ketinggia Id_Tanah
n

kecamatan Kelurahan Ketinggian

Id_Kecamatann Id_Ketinggia
n n

Nama Penggunaan Ketinggian


Kecamtan lahan

Id_Lahan

12
Penggunaan
Gambar 3.3 Diagram entity relationship

III.3.5 Tabel Skeleton

Gambar 3.4 Tabel Kelurahan

13
Gambar 3.5 Tabel kelurahan

Gambar 3.6 Tabel penggunaan lahan

Gambar 3.7 Tabel jenis tanah

14
Gambar 3.8 Tabel ketinggian
III.3.6 Query

Gambar 3.9 Desain query

15
III.4 Metode Penelitian
Pemilihan tempat akhir pembuangan (TPA) sampah mengikuti
persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Tata
cara ini memuat tentang persyaratan dan ketentuan teknis dan dapat dijadikan
acuan atau pegangan perencana untuk menentukan lokasi TPA sampah.
Terdapat tiga tahapan analisis penentuan lokasi TPA, yaitu tahap regional,
tahap eliminasi dan tahap penetapan.
Aplikasi SIG dipakai pada tahap regional yaitu menggunakan metode
skoring dan aplikasi SIG yang dianggap sebagai alat screening dalam proses
seleksi lokasi untuk mempersempit jumlah calon lokasi kemudian mengarah
ke satu atau lebih lokasi TPA di Kota Malang. Sehingga yang semula objek
penelitian adalah seluruh Kota Malang, dapat diseleksi mana yang mendapat
nilai paling baik untuk kemudian didapat calon lokasi yang akan diteruskan
melalui tahap penyisih

III.4.1 Tahap Regional


Analisis tahapan regional merupakan analisis fisik lahan yang
dilakukan untuk mengetahui karakteritik lahan yang ada di wilayah studi
berdasarkan enam variabel dari analisis tahapan regional. Enam variabel
tersebut adalah geologi, hidrologi, jenis tanah, topografi, daerah
lindung/cagar alam/cagar budaya, serta jarak terhadap pemukiman. Proses
analisisnya menggunakan scoring berdasarkan hasil penilaian dan
pembobotan dari tiap-tiap variable.

A. Langkah-langkah awal
a. Menampilkan Data Spasial di Software ArcGIS
1. Membuka software ArcGIS.

16
Gambar 4.0 Langkah Membuka software ArcGIS

2. Klik pada Icon Add Data , buka directori tempat kita menyimpan
hasil eksport pilih data yang akan di buka pada ArcMAP klik Add.

Gambar 4.1 Kotak Dialog Add Data

17
3. Hasil dari data yang telah di buka (Add Data) pada ArcMAP.

Gambar 4.2 Tampilan Peta Pada ArcMAP

b. Editing Tabel
1. Klik kanan pada salah satu Icon (misal BtsAdm) hasil tampilan pada
ArcMAP pilih Open Atribute Table.

Gambar 4.3Kotak Dialog Open Atribute Table

2. Lalu masukan Id sebelum dijoin dengan data nonspasial

c. Join Data Spasial dan Non Spasial

18
1. Buka kembali ArcMAP klik kanan pada salah satu Icon (misal BtsAdm)
Join and Relates Join.

Gambar 4.4 Proses Joint Data

2. Maka akan muncul kotak dialog Join Data.

Gambar 4.5 Kotak dialog Joint Data

3. Pada (1. Choose the field in this layer the joint will be based on) pilih
JENIS_T_ID (untuk jenis tanah).

19
4. Pada (2. Choose the to joint to this layer, or load the table from disk) browse
data non spasial tanah.dbf klik Add
5. Pada (3. Choose the field in the table to base the join on:) lakukan hal yang
sama seperti pada no 3 (1. Choose the field in this layer the joint will be
based on)

6. Hasil Pengisian pada setiap perintah.

Gambar 4.6 Kotak Dialog Hasil Joint Data

7. Kemudian klik Ok.


8. Untuk menyimpan hasil join, klik kanan pada icon yang akan di simpan,
Save As Layer file dan simpan pada folder hasil join kemudian Save.
9. Lakukan hal yang sama untuk data spasial Curah Hujan, Kemiringan Tanah
dan Kepadatan Penduduk

20
d. Overlay
Untuk mekanisme overlay pada project bisa dilihat pada tabel berikut ini.

Tebel 3.1 Urutan overlay project


Overlay Data
No Hasil Overlay
Data Spasial I Data Spasial II
1 Kelurahan Ketinggian Overlay I
2 Kecamatan Overlay I Overlay II
3 Jenis tanah Tata guna lahan Overlay III
4 Overlay II Overlay III Hasil Akhir

1. Klik pada simbol Arc Toolbox

Gambar 4.7 Kotak Dialog Arc Toolbox

2. Klik Analysis Tools Overlay Union. Hasil join (pilih ketinggian dan
kelurahan) lalu pilih tempat penyimpanan nama file overlay1-Add-Ok

21
Gambar 4.8 Langkah Overlay

3. Lakukan proses yang sama pada overlay 2 dan 3.

Gambar 4.9 Hasil Overlay

e. Klasifikasi dan Simbolis Data Kesesuaian


1. Klik kanan pada Hasil akhir Overlay Open Atribute table
2. Options Add Field
3. Nama Total Skor Type Short Integer Ok Yes

22
Gambar 5.0 Kotak dialog add field

4. Klik kanan pada Total Skor Field Calculator Yes.


5. Klik 2x pada Jenis tanah Skor + Lahan Skor + Ketinggian Skor Ok.

Gambar 5.1 Kotak dialog field calculator

6. Klik Option Add Field


7. Nama Kesesuaian Lahan Type Text
8. Mencari interval kelas untuk kesesuaian lahan

skor tertinggi skor terendah


2
( 50+50+ 40 ) ( 20+20+10 )
=
2

23
14050 90
=
2 2 = 45
Tidak Sesuai = 49 94
Sesuai = 95 140
9. Klik Editor Start Editing masukan keterangan sangat sesuai, sesuai dan
tidak sesuai pada Field kesesuaian lahan - Stop Editing
10. Untuk memberi warna, Klik kanan pada Hasil akhir Properties
Symbology Categories Pilih Unique Values. Pada Value field dipilih
Kesesuaian lalu pilih warna Ok.

Gambar 5.2 Kotak dialog layer properties

11. Jika ingin memunculkan label, dapat digunakan cara sebagai berikut, pada
layer properties, pada Label field dipilih Kesesuaian - Ok

24
Gambar 5.3 Hasil klasifikasi

f. Query
Langkah langkah melakukan query adalah sebagai berikut :
1. Klik menu Selection kemudian klik Select By Attributes.
2. Misalkan kita akan mencari daerah yang sesuai untu lokasi TPA, maka pada
kotak dialog Select By Attributes, masukan perintah. klik Get Unique
Values, maka data yang tersimpan pada Attributes akan ditampilkan. Pilih
SESUAI lalu ok.

25
Gambar 5.4 Kotak dialog select by attributes

Gambar 5.5 Hasil Query

g. Pembuatan Layout Peta


Sebelum menampilkan atau mencetak peta harus dilakukan layout terlebih
dahulu. Layout digunakan untuk mengatur tampilan peta dan menambahkan
kelengkapan atau atribut-atribut peta agar sesuai dengan kaidah-kaidah
kartografi. Kelengkapan-kelengkapan tersebut misalnya skala, legenda, sistem
proyeksi, arah mata angin, grid,dan keterangan-keterangan lainnya yang
diperlukan. Pada ArcMap proses layout ini dilakukan melalui jendela layout
dengan cara mengaktifkan fasilitas (ekstensi) layout. Langkah-langkah untuk
membuat layout peta adalah sebagai berikut:
1. Pertama kita atur page and print, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut: Klik di menu file > page and print setup. Tentukan size, source dan
orientasi kertas. Untuk project ini kita gunakan ukuran kertas A4, source
auto sheet feeder, orientasi landscape. Tentukan map page size. Untuk
kepentingan praktis, biarkan layout kita sama persis dengan ukuran kertas
printer.atur border peta agar berada didalam area kertas dengan jarak yang

26
sama dari tepi kertas, klik pada area peta, border akan berubah putus-putus
dan muncul kotak pada sisi peta. Tekan dan geser pada kotak tersebut.
Sesuaikan ukuran kotak yang berisi peta dengan ukuran kertas, sisakan
ruang yang cukup untuk menaruh koordinat dan garis batas pada tepi peta.

Gambar 5.6 Kotak dialog page and print setup


2. Membuat Grid pada layout peta, caranya adalah double klik pada Layer >
pada Data Frame Properties > Grids > New Grid
3. Judul peta dapat ditambahkan ke dalam layout dengan mengklik menu
Insert dan memilih Title.
4. North Arrow ditambahkan dengan mengklik menu insert kemudian pilih
North Arrow.
5. Scale Bar dapat ditambahkan dengan mengklik menu insert lalu pilih scale
bar.
6. Menambahkan logo lembaga, caranya adalah klik Insert > Picture, pilih file
klik open.
7. Legenda dapat ditambahkan dengan mengklik menu Insert > Legend

27
Gambar 5.7 Menu insert

Gambar 5.8 Hasil pembuatan layout peta

B. Skoring
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metode penelitian yang
digunakan pada project ini salah satunya adalah dengan skoring ( tahap

28
regional ). Pada bagian ini akan dijelaskan mekanisme skoring yang dilakukan
pada project ini.
1. Pemberian Skor Parameter
Pemberian skor pada tiap-tiap parameter bervariasi tergantung
parameternya, tetapi untuk memudahkan perhitungan saat skoring maka
total semua skor masing- masing parameter di buat 100. Untuk lebih
jelasnyabisa di lihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 skor ketinggian


Ketinggian Skor
500 30
480 30
540 50
460 30
420 20

Tabel 3.3 skor tanah


Nama tanah Skor
Litosol 40
Andosol 10
Mediteran 20
Aulvial 30

Tabel 3.4 skor penggunaan lahan


Penggunaa Skor
n
Kebun 30
Bangunan 20
Sawah 50

2. Perhitungan Skoring
Pada project ini kita menggunakan 2 macam klasifikasi yaitu Sesuai dan
Tidak Sesuai untuk melakukan analisis dalam menentukan lokasi yang
tepat untuk pembangunan TPA. Rumus dan perhitungannya adalah sebagai
berikut :

29
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka dapat ditentukan interval skor
untuk klasifikasi Sesuai dan Tidak sesuai, yaitu sebagai berikut :
Tidak sesuai = 49 - 94
Sesuai = 95 140

3. Hasil Analisa Skoring Tahap Regional


Setelah dilakukan overlay data spasial beserta atributnya di Arc GIS maka
akan didapat kan hasil skoring beserta klasifikasinya seperti pada tabel 3.5
dibawah ini.
Tabel 3.5 Hasil skoring
N Jumlah Lokasi Total Skor Klasifikasi
o
1 41 50 Tidak Sesuai
2 162 60 Tidak Sesuai
3 29 70 Tidak Sesuai
4 69 80 Tidak Sesuai
5 34 90 Tidak Sesuai
6 9 100 Sesuai
N Jumlah Lokasi Total Skor Klasifikasi
o
7 27 110 Sesuai
8 4 120 Sesuai
9 4 130 Sesuai

30
III.4.2 Tahap Eliminasi
Analisis tahapan eliminasi merupakan kelanjutan dari analisis tahapan
regional. Analisis tahapan eliminasi ini dilakukan berdasarkan 7 (tujuh)
variabel kemudian dilakukan analisis secara menyeluruh yaitu dengan
menggunakan metode scoring berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan
dengan menggunakan data wawancara, observasi maupun data sekunder yang
didapat. Dasar seleksi calon lokasi TPA pada tahap eliminasi adalah sebagai
berikut :

Tabel 3.6 Parameter Penilaian Tahap Eliminasi


Kriteria Calon lokasi Calon Lokasi Calon Lokasi Calon Lokasi
Penilaian I II III IV
Curah hujan 30 30 30 30
Akses jalan 50 50 50 50
Lalu lintas 20 20 20 20
Produktifitas 20 20 20 20
Ketersediaan
30 50 20 20
tanah penutup
Demografi 30 30 30 30
Estetika 20 30 30 20

III.4.3 Tahap Penetapan


Lokasi terpilih ditentukan dengan penjumlahan dari hasil mengalikan
masing-masing nilai dengan bobot variable regional dan penyisih. Setelah hasil
perhitungan tahap regional dan tahap penyisih selesai, akan didapat lokasi
dengan bobot nilai tertinggi. Lokasi dengan nilai tertinggi inilah yang menjadi
lokasi rekomendasi untuk perencanaan pembangunan lokasi TPA.
Tabel 3.7 Hasil perhitungan akhir
Calon Lokasi Tahap Regional Tahap Penyisih Total Skor
Calon Lokasi I 130 200 330
Calon Lokasi II 130 230 360
Calon Lokasi III 130 200 330
Calon Lokasi IV 130 190 320

31
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Analisis


Penentuan lokasi TPA melalui tiga tahap, yaitu tahap regional, tahap
penyisih, dan tahap penetapan. Tahap regional dan tahap penyisih
menggunakan nilai dan pembobotan sesuai indikator variabel yang ada. Tahap
regional menggunakan bantuan SIG, sedangkan tahap penyisih menggunakan
data wawancara dan observasi.
IV.1.1 Tahap Regional
Parameter yang dijadikan kriteria dalam analisis lokasi kelayakan
merupakan parameter persyaratan lokasi penimbunan sampah yang berkaitan

32
dengan aspek geologi. Hasil dari overlay peta topografi, tata guna lahan, jenis
tanah serta batas administrasi yang menghasilkan peta lokasi daerah layak dan
tidak layak TPA dengan nilai nilai yang bervariasi. Peta hasil nilai overlay
pemilihan lokasi TPA Kota Malang tahap regional dapat dilihat pada Gambar
4.1. diketahui bahwa terdapat 379 lokasi dengan 9 nilai skor yang berbeda.
Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing variabel yang sudah
dijumlahkan hingga menghasilkan skor akhir. Nilai Terendah yaitu 50 dan nilai
tertinggi yaitu 130 pada tahap regional. Dapat dilihat pada tabel berikut 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil Tahap Regional
N Jumlah Lokasi Total Skor Klasifikasi
o
1 41 50 Tidak Sesuai
2 162 60 Tidak Sesuai
3 29 70 Tidak Sesuai
4 69 80 Tidak Sesuai
5 34 90 Tidak Sesuai
6 9 100 Sesuai
7 27 110 Sesuai
N Jumlah Lokasi Total Skor Klasifikasi
o
8 4 120 Sesuai
9 4 130 Sesuai

33
Gambar 4.1 Hasil overlay tahap regional

Gambar 4.2 Peta kesesuaian lahan lokasi TPA kota malang

34
Dari hasil Tahap Regional terdapat empat puluh empat lokasi yang termasuk
klasifikasi sesuai, lalu dari keempat puluh empat lokasi tersebut kita
persempit lagi dengan cara mengambil lokasi dengan skor tertinggi yaitu
skor 130, dari tabel 3.5 bisa diketahui ada empat lokasi yang mempunyai
skor 130, kemudian keempat lokasi ini akan disebut sebagai Calon Lokasi I,
Calon Lokasi II, Calon Lokasi III, Calon Lokasi IV. Lokasi empat calon
lokasi tersebut bisa dilihat pada gambar 4.3. Setelah tahap regional, ke
empat calon lokasi TPA diseleksi dengan tahap eliminasi untuk
mendapatkan satu lokasi TPA rekomendasi untuk Kota Malang.

Gambar 4.3 Empat calon lokasi TPA


Tabel 4.2 Calon lokasi TPA
Skor Total Skor
No Calon Lokasi Jenis Penggunaan
Ketinggian
Tanah Lahan
1 Lokasi I 30 50 50 130
2 Lokasi II 30 50 50 130
3 Lokasi III 30 50 50 130
4 Lokasi IV 30 50 50 130

35
IV.1.2 Tahap Eliminasi
Pada tahapan eliminasi ini merupakan batasan penilaian yang digunakan
untuk memilih lokasi terbaik dari beberapa calon lokasi TPA. Analisis tahapan
penyisih ini dilakukan berdasarkan 7 (tujuh) variabel kemudian dilakukan
analisis secara menyeluruh yaitu dengan menggunakan metode skoring
berdasarkan hasil penilaian dan pembobotan dengan menggunakan data
wawancara, observasi maupun data sekunder yang didapat.
Tabel 4.3 Hasil tahap eliminasi
Kriteria Calon lokasi Calon Lokasi Calon Lokasi Calon Lokasi
Penilaian I II III IV
Curah hujan 30 30 30 30
Akses jalan 50 50 50 50
Lalu lintas 20 20 20 20
Produktifitas 20 20 20 20
Ketersediaan
30 50 20 20
tanah penutup
Demografi 30 30 30 30
Estetika 20 30 30 20

IV.1.3 Tahap Penetapan


Setelah hasil perhitungan tahap regional dan tahap penyisih selesai, akan
didapat lokasi dengan bobot nilai tertinggi. Lokasi dengan nilai tertinggi inilah
yang menjadi lokasi rekomendasi untuk perencanaan pembangunan lokasi
TPA. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
Lokasi II merupakan lokasi yang paling cocok untuk lokasi TPA baru di Kota
Malang dengan nilai skor total 360.

Tabel 4.4 Hasil perhitungan akhir


Calon Lokasi Tahap Regional Tahap Penyisih Total Skor
Calon Lokasi I 130 200 330
Calon Lokasi II 130 230 360
Calon Lokasi III 130 200 330
Calon Lokasi IV 130 190 320

36
IV.2 Pembahasan Hasil Analisis
Dari Gambar Peta Hasil overlay, diketahui bahwa terdapat 9 nilai berbeda
dengan total 379 lokasi. Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing
variabel yang sudah dijumlahkan skornya. Semua nilai pada tiap lokasi dapat
dilihat pada lampiran tabel. Nilai paling rendah yaitu 50 berarti lokasi dengan
nilai tersebut adalah lokasi yang paling tidak layak untuk perencanaan TPA
tahap regional. Begitupun sebaliknya, nilai paling tinggi yaitu 130 berarti
lokasi dengan nilai tersebut adalah lokasi yang paling layak untuk perencanaan
TPA tahap regional. Semakin kecil nilai overlay, semakin tidak layak lokasi
tersebut untuk perencanaan TPA. Begitupun sebaliknya, Semakin besar nilai
overlay, semakin layak lokasi tersebut untuk perencanaan TPA. Nilai overlay
tertinggi tahap regional ini merupakan calon lokasi TPA yaitu 130, yang berarti
calon lokasi TPA tersebut mendapat nilai sempurna tertinggi dari tiap-tiap
variabel. Jadi tiap calon lokasi TPA adalah kawasan tidak rawan bencana,
akuifer air tanah rendah dan berjarak minimal > 1 Km dari mata air, jenis tanah
alluvial, kemiringan lereng 0-5% (datar), tidak berpengaruh terhadap daerah
lindung (berjarak minimal 500 m), dan berjarak minimal 500 meter dari
pemukiman. Calon lokasi TPA Kota Malang tersebut tersebar di Kecamatan
Lowokwaru, yaitu dikelurahan Tlogomas, Tunggulwulung dan Tunjungsekar.
Untuk lebih jelasnya, keempat calon lokasi TPA Kota Malang dijabarkan pada
gambar 4.3

Tabel 4.5 Perhitungan Tahap Regional dan Tahap Penyisih


Calon Lokasi Tahap Regional Tahap Penyisih Total Skor
Calon Lokasi I 130 200 330
Calon Lokasi II 130 230 360
Calon Lokasi III 130 200 330
Calon Lokasi IV 130 190 320

Hasil penilaian dari tahap regional dan tahap penyisih pada Tabel 4.5, diperoleh
nilai yang paling tinggi yaitu 360, yaitu calon lokasi II. Lokasi II berada di Kelurahan
Tunggulwulung Kecamatan Lowokwaru dengan luas 0,862 Km2 atau 86,2 Ha.
Rekomendasi lokasi TPA adalah satu nilai lokasi tertinggi dari keempat calon lokasi

37
yang telah melalui tahap regional dan tahap eliminasi. Rekomendasi lokasi TPA Kota
Malang yaitu Lokasi II. Profil Lokasi II sebagai Rekomendasi lokasi TPA Kota
Malang dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Profil Rekomendasi Lokasi TPA Kota Malang


Kriteria Keterangan
Lokasi II
Tempat Kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru
Luas 0,862 Km2 atau 86,2 Ha
Jenis Tanah Aluvial
Ketinggian 540 mdpl
Curah Hujan 0 20 mm
Jumlah Penduduk 160.894 Jiwa (Kec. Lowokwaru)
Penggunaan Lahan Sekarang Sawah

Lokasi II ini merupakan lokasi terbaik untuk perencanaan pembangunan


TPA setelah melalui perhitungan tahap regional dan tahap eliminasi. Dari
jumlah bobot penilaian kesesuaian lahan Lokasi II di Kota Malang, termasuk
dalam kategori kelas layak sehingga Lokasi II tidak ada permasalahan pada
karakter fisik dasar, maupun karakteristik umum TPA sehingga cocok untuk
perencanaan pembangunan TPA Sampah di Kota Malang.

38
Gambar 4.3 Peta kesesuaian lahan lokasi TPA kota malang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari project ini bisa diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kriteria pemilihan TPA adalah sebagai berikut :
a. Daerah yang gersang cocok sebagai calon lokasi TPA
b. Lahan yang tidak produktif

39
c. Kapasitas lahan yang luas
d. Tanah berstatus milik Negara
e. Kepadatan penduduk berpengaruh terhadap lokasi TPA
f. TPA memerlukan lokasi yang mudah dalam hal pembebasan dan
pengelolaan
g. Jumlah pohon yang cukup
h. Zona penyangga yang cukup
i. Tersembunyi dari pandangan langsung
2. Pada tahap regional didapatkan hasil 379 lokasi dengan 9 nilai skor yang
berbeda. Nilai tersebut didapat dari skor masing-masing variabel yang
sudah dijumlahkan hingga menghasilkan skor akhir. Nilai paling rendah
yaitu 50 dan nilai paling tinggi yaitu 130. Dari hasil Tahap Regional
terdapat empat puluh empat lokasi yang termasuk klasifikasi sesuai, lalu
dari keempat puluh empat lokasi tersebut kita persempit lagi dengan cara
mengambil lokasi dengan skor tertinggi yaitu skor 130, ada empat lokasi
yang mempunyai skor 130, kemudian keempat lokasi ini akan disebut
sebagai Calon Lokasi I, Calon Lokasi II, Calon Lokasi III, Calon Lokasi
IV.
3. Dari hasil penilaian ditahap regional dan tahap penyisih diperoleh nilai
yang paling tinggi yaitu 360, yaitu calon lokasi II. Lokasi II berada di
Kelurahan Tunggulwulung Kecamatan Lowokwaru dengan luas 0,862
Km2 atau 86,2 Ha. Rekomendasi lokasi TPA adalah satu nilai lokasi 62
tertinggi dari keempat calon lokasi yang telah melalui tahap regional dan
tahap eliminasi.
4. Rekomendasi lokasi TPA Kota Malang yaitu Lokasi II

V.2 Saran
Saran untuk kegiatan ini antara lain sebagai berikut :
1. Pengumpulan data harus direncanakan dengan baik agar mendapat hasil
yang maksimal.
2. Semua data spasial harus bergeoreferensi
3. Semua kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan
data, analisis hingga penulisan laporan harus dijadwalkan dengan baik
agar project bisa selesai tepat waktu.

40
41

Anda mungkin juga menyukai