PENDAHULUAN
2. Gelam/dolken
Kayu gelam biasa digunakan dalam perancah dan dolken yang digunakan
biasanya berasal dari jenis Pinus Akasia dan lain-lain. Dolken ini harus lebih
tinggi mutunya dari mutu papan acuan dan tanah terhadap cuaca. Jadi untuk
keadaan yang memaksa, penumpukan bisa diletakan diluar gedung, adapun
ukuran dolken yang biasa digunakan untuk acuan dan perancah diameternya 6-10
cm.
3. Multiplek
Penyimpanan multiplek disimpan pada gedung yang memiliki dinding yang
dapat menghindari dari pengaruh cuaca, penyimpanan dapat dilakukan dalam
posisi mendatar/miring sesuai dengan kondisi.
4. Besi
Dalam penyimpanan besi pada saat pertama kali akan melakukan
penyimpanan perlu dilakukan pemberian oli bekas agar besi yang disimpan tidak
korosi/karat. Tempat penyimpanan besi harus diletakan pada ruangan tertentu dan
terlindungi dari cuaca buruk, baik hujan/sinar matahari agar tidak terjadi korosi
pada besi. Penyimpanan besi sebaiknya dikelompokan pada jenis-jenis besi yang
sama agar mudah didalam pencarian kembali dan pemakaian.
5. Kasau
Pada penyimpanan kasau tidak jauh beda dengan penyimpanan papan. Kasau
yang sering digunakan adalah kasau jenis kamper, kruig, meranti, borneo dan lain-
lain.
dari tangga. Syarat-syarat agar suatu tangga bisa ideal antara lain :
6. Panjang tangga/Railing
1. Pemasangan tiang-tiang
2. Penimbangan Gelagar
Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu lanjutkan dengan
penimbangan dan pemasangan gelagar. Penimbangan gelagar hampir sama
dengan penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman
tidak horizontal tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.
Syarat Ekonomis
Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi. Hal ini
dapat dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati-hati.
Syarat Keamanan
Hal ini penting sekali, jangan sampai dalam pembongkaran urutannya
tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang
sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja.
Misalnya didalam pembongkaran acuan perancah lantai. Pertama
dibongkar dahulu skoornya kemudian tiangnya. Dalam pembongkaran
tiang harus hati-hati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban
diatasnya. Kalau tidak hati-hati maka apa yang ada diatasnya bisa roboh
2.1 Bahan
a. Kayu
Kayu merupakan bahan utama dalam suatu konstruksi bangunan, begitu juga
dengan acuan dan perancah ini kayu sangat diperlukan kegunaannya, antara lain :
1. Papan
2. Balok
3. Dolken/gelam
Jika pada suatu kayu kadar air tinggi maka mutu kayu akan rendah, perubahan
bentuk dan melengkung cetakan.
Kayu Lokal
Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal.
Kayu-kayu tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah. Bila kayu tersebut
berkadar air tinggi dan mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah
mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga hasil cetakan
beton tidak memuaskan. Kayu yang biasanya digunakan untuk acuan dan perancah
antara lain kayu kelas III, IV yang mempunyai // 45-60 kg/cm2
Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :
- Kayu Terentang
Termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V. Mengenai ukuran-ukuran kayu
terentang ini didalam perdagangan biasanya dengan ketebalan 2-5 cm, lebar 17,5
dengan 4 m (2-3/17,5x400 cm).
- Kayu Kamper/Kapur
Termasuk kelas kuat I-II dan kelas awet III, macam-macam ukuran yang ada
diperdagangan dan dipergunakan untuk bekisting ialah 3/20x400 cm, 6/12x400 cm,
5/7x400 cm.
- Kayu Kering/Kruing
Jenis kayu kruing sama dengan kayu 7 kamfer
- Kayu Meranti
Termasuk dalam kelas II-IV. Apapun ukuran-ukuran yang diperdagangkan untuk
bekisting adalah dengan ukuran 3/20x400 cm, 6/12x400 cm, 5/7x400 cm dan
sebagainya.
- Kayu kelas IV // 45 kg/cm2
Ukuran yang diperdagangkan dan sering digunakan untuk bekisting antara lain :
2/20x250 cm, 4/10x250 cm dan lainnya.
Papan
Papan yang digunakan dalam pratikum acuan dan perancah berukuran
2x20x400 cm. Papan harus disimpan dengan baik dan harus terlindung dari pengaruh
cuaca dan serangan serangga serta perserapan air tanah untuk penyimpanan papan
harus diberi tumpuan tiap bagi kayu yang basah tiap satu papan diberi tumpuan tiap
bagi papan yang kering tiap tumpuan 5 papan diberi tumpuan.
Kasau
Ukuran kasau yang digunakan 4/6-400 cm, 5/7-400 cm.
Kayu Gelam/dolken
Kayu gelam biasa digunakan dalam perancah dan gelam yang digunakan
biasanya berasal dari jenis pinus akasia, kayu manis, kayu luas dan lain-lain. Dolken
harus tahan terhadap cuaca. Ukuran dolken yang biasa digunakan dalam perancah
yaitu memiliki diameter 6-10 cm dengan panjang 4 m.
b. Plywood/ Multiplek
Pada konstruksi acuan dan perancah tidak hanya bahan dari alam saja yang
digunakan tetapi juga digunakan bahan buatan, yaitu plywood yang merupakan salah
satu bahan utama dalam pembuatan acuan yaitu sebagai cetakan karena permukaan
dari plywood yang telah rata dan halus sehingga tidak perlu diketam lagi.
Keunggulan dari cetakan dengan plywood antara lain :
Hasil beton akan lebih baik daripada tekanan papan
Permukaannya telah rata dan halus sehingga tidak perlu untuk diketam
Ukuran plywood telah memenuhi standart ( 1,22 m x 2,44 m)
Plywood tidak mengalami perubahan bentuk plywood sendiri, sedangkan papan
mengalami perubahan akibat faktor alam dan manusia seperti melentingnya suatu
papan yang mempengaruhi kekuatan suatu beton
c. Baja Tulangan
Baja selain digunakan dalam pembuatan beton pada acuan perancah ini, bisa
tulangan digunakan sebagai alat penjepit pada pembuatan kolom atau balok dengan
rapid klem.
o Lantai yang permukaan bawahnya tertutup, misalnya plafon, lapangan terbang dan
lain-lain.
o Lantai lapangan tenis, basket dan lain-lain. Dalam pengerjaan ini tidak digunakan
lapangan plastik, air semen akan meresap kelapisan dibawahnya(lapisan pasir, tanah).
Hal ini akan menghasilkan mutu beban lebih rendah dari yang direncanakan.
d. Ram Bambu
Selain berfungsi mencegah lekatnya pada papan acuan juga memberi
bentuk permukaan yang baik, dari segi keindahan atau estetika.
Persyaratan bahan yang digunakan untuk bekisting :
1. Bahan bekisting tidak berdetormasi secara berlebih karena air atau semen dan
gelembung udara sehingga tidak terjadi patahan beton
2. Permukaan bekisting tidak menyerap air semen secara berlebihan agar mutu beton
dapat dijaga.
3. Lembaran papan yang digunakan harus tertutup tebal, awet dan kaku karena bekisting
bersifat sementara. Maka untuk mempermudah pembongkaran diperlukan :
a. Untuk bahan cetakan dari papan kayu dilakukan :
o Penyiraman dengan air
o Dilapisi dengan plastik
o Dicat dengan cat dasar
o Dilapisi dengan oli bekas
1. Palu
Palu dibuat dari besi baja keras dan tidak lembek sebab palu besi sering
dipakai untuk memukul benda keras. Bagiannya adalah kepala dan tangkai. Salah satu
tangkai berguna untuk memukul benda keras dan bagian tangkai yang lain berbentuk
cakar yang berguna untuk mencabut paku antara papan dengan papan.
2. Palu Godam
Roll meter berfungsi sebagai pengukur bahan kerja dan sebagai alat pengukur jarak-
jarak yang diinginkan.
5. Waterpass
Berfungsi untuk mengukur kedataran suatu tiang atau ketegakan suatu tiang.
Mesin ini merupakan gergaji mesin yang dijalankan dengan menggunakan listrik. Alat
ini merupakan gergaji otomatis, yang dapat mempercepat pekerjaan dan efisien.
Linggis terbuat dari besi yang telah dibentuk ditiap ujung-ujung yang
digunakan untuk mencabut paku atau untuk membuka bahan.
12. Tangga
Digunakan untuk memudahkan pekerjaan yaitu untuk menjangkau tempat yang tinggi.
Helm Safety digunakan untuk melindungi kepala pekerja, agar dapat terhindar
dari kejatuhan barang dan lainnya, dan meminimalisir cedera yang akan menimpa
pekerja itu sendiri.
Papan duga ialah papan yang dipakai untuk pedoman sementara dari as
bangunan, ketinggian bangunan, letak bangunan agar sesuai dengan rencana.
Sedangkan wujud dari papan duga sendiri ialah lembar papan yang diratakan
salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada tiang-tiang yang telah
ditancapkan pada tempatnya dengan ketinggian yang ditentukan. Dan sisi papan yang
diketam tadi ialah yang dipakai untuk pedoman ketinggian dan perletakan as
bangunan.
Setelah semua papan duga terpasang, langkah yang kita ambil selanjutnya
ialah mengontrol apakah sudut-sudut tadi sudah benar tegak lurus atau belum.
cara pengontrolannya ialah dengan mengukur panjang kedua diagonalnya. Apabila
panjang diagonal tersebut sama maka pembuatan sudut siku-siku sudah sempurna.
Untuk mengikatkan benang pada as, dipasang dua paku yang ujungnya saling
bertemu as atau dengan jalan menggergaji as tadi tapi ketinggiannya harus tetap
diperhatikan.
Gambar 7. Pemberi Tanda Ketinggian AS
Kemudian untuk memberi tanda ketinggian as tadi, cukup kita tulis angka
pada as tadi misalnya + 0,25 dan seterusnya
1. Kesesuaian dengan as
2. Elevasi harus pas
3. Kelurusan
4. Kedataran
Catatan :
o Pada bangunan dimana banyak terdapat pembagian ruangan pasangan pondasi, maka
papan duga dibuat ditempat-tempat antara pertemuan dinding ( sudut-sudut bangunan)
o Tepat dimana as bangunan berada maka pada papan-papan duga dipakukan dengan
bidang papan yang lainnya dipakukan miring 45
Langkah Kerja :
3. Ukurlah dari kolom dag teras sepanjang 7 m dan dari kolom bengkel terbuka
sepanjang 7 m.
6. Ukur dari tiap titik gelam tersebut 1.3 m dan kesamping kanan 0.5m dan
kesamping kiri 0.5m.
9. Pasanglah paku pada perpotongan 3m dan 5m dan beri unting unting dan tarik tali
dari sisi depan dan belakang untuk menentukan titik as ,setelah itu berilah paku
dikanan dan kiri agar tali tidak bergerak.
10. Untuk menentukan daerah lainnya gunakan rumus Phytagoras (agar mendapatkan
hasil yang siku) dan akan dapat titiknya dan pasanglah unting-unting dan ikuti
langkah 9.
11. Pasanglah tali pada papan lainnya serta beri tanda pada tiap tali.
Pembuatan cetakan untuk bentuk ini cukup sederhana. Untuk papan acuan tepi
cukup dengan menyambung papan sesuai dengan ukuran-ukuran pondasi tersebut.
Cara penyambungan papan ini jarak klam 80 cm begitu juga jarak tiang-tiang
penjepit acuan sehingga klam dan tiang penjepit saling berimpit. Dan dipakukan
bersama-sama. Ukuran lebar bagian bawah kita perhitungkan dalam pemancangan
tiang-tiang penjepit, sehingga apabila dinding acuan kita pasang, ukuran pondasi akan
sesuai dengan yang direncanakan. Penyetelan posisi atau tinggi rendahnya pondasi ini
tidak boleh lepas dari papan duga yang sebelumnya sudah dibuat.
Pondasi ini langsung bersatu dengan Sloop. Pemasangan papan acuan hanya
untuk sisi tegaknya saja, sedangkan sisi miringnya apabila tidak terlalu curam tidak
perlu dipasang
Pemasangan cetakan dilakukan sesudah pekerjaan pemasangan tulang selesai.
Jarak klam, tiang-tiang tida k banyak berbeda dengan cetakan pondasi beton tak
bertulang. Baik pondasi beton tak bertulang maupun pondasi beton bertulang selalu
terletak diatas lantai kerja
3. Ukuran pondasi yang akan dibuat memilki Lebar 80cm dan 30 cm,Tinggi 60cm.
5. Buatlah ukuran kekiri dan kanan pada papan duga masing-masing 15 cm dan 40
cm.
6. Pasanglah benang papan duga yang menyambung pada papan yang seberangnya.
7. Pancangkanlah kasau uk. 5/7 X 120 cm yang ujungnya telah ditajamkan pada
daerah yang telah diukur.
8. Pasanglah papan antara papan pancang tadi ,dan ukurlah kedatarannya dengan
waterpass.
11. Untuk papan cetakan 2/40-400 cm diharapkan kita membuat penyokong terlebih
dahulu agar tidak goyang.
12. Setelah dipasang ukurlah cetakan tersebut dengan waterpass untuk mengetahui
kedataran dan ketegakan.
14. Setelah diperiksa, rapikanlah bahan dan peralatan serta simpanlah pada tempat
semula.
1. Membuat cetakan kolom segi empat dengan baik, benar dan tepat
2. Membuat cetakan kolom secara vertikal dengan ketegakan yang kuat
3. Menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam cetakan kolom
Dasar Teori :
Bentuk Penampang Kolom :
- Bujur sangkar
- Empat persegi panjang
- Lingkaran
- Profil I
- Bervariasi menurut perkembangan arsitektur
Dalam pembahasan ini hanya dibahas mengenai acuan kolom berbentuk empat
persegi panjang atau bujur sangkar.
Papan Acuan
Untuk papan acuan bisa digunakan papan atau plywood. Apabila menggunakan
papan maka penyambugan papan baik arah lebar maupun arah panjang sesuai dengan
ukkurang penampang kolom yang diinginkan.
Klam Perangkai
Penyambungan papan arah lebar ini menggunakan klam-klam perangkai dari
sisa-sisa potongan papan yang sekiranya masih bisa digunakan.
Instruksi Umum :
Langkah Kerja :
Pada sumbu X antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang
dipasang saling bersilangan.
Gambar 2. Penyekuran Tiang
Instruksi Umum :
1. Ikuti petunjuk instruktur
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin
Langkah Kerja :
1. Pelajari gambar kerja dan kalkulasi kebutuhan bahan-bahannya.
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3. Rangkaikan papan-papan acuan dengan menggunakan klam sebagai sisi-sisi
cetakan balok.
4. Jarak klam-klam perangkai tersebut 50-60 cm.
5. Dirikan tiang-tiang perancah dalam keadaan vertikal sejarak dengan klam
perangkai tadi dan tiang-tiang perancah tersebut dirangkaikan dengan apan
perangkai.
6. Gelagar balok pendukung diletakkan di atas tiang-tiang perancah dan
kedudukan balok pendukung harus betul-betul horizontal.
7. Papan-papan acuan balok bagian sisi bawaah dapat dipakukan pada gelagar
papan acuan, untuk papan cetakan bagian sisi tegak diperkuat dengan papan-
papan penguat tepat pada klam-klam perangkai pada cetakan.
Instruksi Umum :
1. Ikuti petunjuk instruktur
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin
Langkah Kerja :
Pemasangan tiang-tiamg
Penimbangan Gelagar
Pemasangan Lantai
Pemasangan dinding cetakan beserta penggambaran tridenya
Pemasangan papan-papan pencetak Optrade.
Pemasangan Tiang Tiang
Sebelum pemasangan tiang dikerjakan harus diukur dahulu dari tiang yang
dibutuhkan, dengan cara menarik benang dari lantai atas ke lantai bawah sepanjang
bentang tangga yang telah direncanakan.Kemudian letakan tiang-tiang pada tempat
yang telah diukur tetapi ukurannya dikurangi sedikit dengan maksud agar lebih
memudahkan penimbangan Gelagar.
Penimbangan Gelagar
Jika pemasangan tiang telah selesai, lanjutkan dengan pemasangan dan
penimbangan Gelagar.penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan
gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai
dengan kemiringan tangga.
Instruksi Umum :
Didalam pembuatan acuan dan perancah tangga, kita harus mengetahui bentuk tangga
yang ideal. Syarat-syarat tangga yang ideal antara lain :
Perhitungan :
Jika lantai I 0.00, sedangkan lantai II + 2.70,
Jumlah optride = 270/19 = 14,210 buah 14 buah
Ukuran optrade = 270/14 = 19,285 cm
Jika ukuran antride 25 cm
Syarat tangga ideal = 2 optride + 1 antride = satu langkah orang dewasa ( 57 ~ 65
cm )
= 2 x 19,285 + 25 = 38,57 + 25 = 63,57 cm ( 57 ~ 65 cm )
Jadi tangga ini terdiri dari 14 buah trap dengan ukuran optrade 19,285 cm dan
antrade minimal 25 cm dan maksimal 31 cm.
1. Rencanakan jumlah optride dan antride tangga dan hitung panjang tangga serta sudut
kemiringan tangga.
2. Persiapkan alat dan bahan kerja seperlunya.
3. Rangkaikan papan-papan sebagai sisi tegak cetakan balok dan tangga.
4. Ukur bebas dari ketinggian tangga di lapangan.
5. Berdirikan tiang-tiang acuan dengan jarak 50 60 cm dimana tiang-tiang tersebut
diskoor dengan papan untuk balok dan tangga.
6. Rentangkan benang pada tiang-tiang acuan untuk pedoman gelagar acuan balok dan
tangga.
7. Pakukan gelagar acuan balok dan tangga pada tiang-tiang acuannya dengan
berpedoman benang yang telah direntangkan.
8. Papan cetakan balok dan multiplex ( lantai tangga ) dipakukan pada gelagar-
gelagarnya.
9. Papan cetakan sisi-sisi tegak balok dan tanggadipakukan pada sisi bawah cetakan-
cetakan tersebut, selanjutnya diperkuat dengan papan-papan penguat. Khusus untuk
sisi-sisi tegak tangga digambar kedudukan / tempat-tempat papan optride dan pada
tempat tersebut, dipakukan klos-klos.
10. Setelah itu memakukan papan-papan optride pada klos-klos dan diperkuat dengan
usuk + papan-papan penguat.
Setelah melakukan praktek dan pembahasan teori tentang Acuan Dan Perancah I
saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Acuan Dan Perancah atau formwork adalah
suatu konstruksi sementara suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan kostruksi
beton yang dikehendaki.
Syarat-syarat acuan dan perancah adalah
Acuan harus kuat
Kokoh / kaku
Mudah dibongkar
Ekonomis
Cetakan harus bersih
Cetakan harus rapat
Rapi
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir
dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian
seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan
juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di
bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan
dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.