Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan yang dibangun baik gedung,
jembatan maupun bangunan lainnya mayoritas komponen bangunan terbuat dari
beton. Beton merupakan salah satu jenis struktur utama pada suatu bangunan yang
berfungsi menopang beban yang terjadi. Pada awalnya beton merupakan yang plastis,
tetapi setelah umur tertentu akan mengeras dan menguatkan tertentu pula sehingga
dapat berfungsi sebagai mana mestinya.
Untuk membentuk beton menjadi ukuran tertentu diperlukan suatu cetakan
yang memenuhi syarat. Acuan dan Perancah merupakan suatu pekerjaan yang sangat
menentukan dalam mewujudkan bentuk struktur beton, maka dalam pelaksanaanya
seorang ahli dalam bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan
mempunyai pengetahuan dasar yang cukup tentang Acuan dan Perancah.
Dalam penulisan laporan ini akan diuraikan pekerjaan Perancah yang terbuat dari
bahan kayu dan konstruksi-konstruksi Acuan dan Perancah yang akan dibahas
diantaranya :
1. Pembuatan papan duga
2. Pembuatan cetakan pondasi bertulang dan tidak bertulang
3. Pembuatan cetakan kolom
4. Pembuatan cetakan balok
5. Pembuatan cetakan lantai
6. Pembuatan cetakan tangga
7. Pembongkaran Acuan dan Perancah

1.2 Definisi Acuan dan Perancah


Cetakan beton(bekisting) adalah suatu konstruksi pembantu yang merupakan
mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki.
Dapat dikatakan juga suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang fungsinya
untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki.
Bagian-bagian konstruksi pada Acuan :
1. Papan cetakan
2. Klam pengaku/perangkai
Bagian-bagian konstruksi pada Perancah :
1. Gelagar(menahan)
2. Tiang penyokong
3. Landasan
4. Skoor/penahan
5. Baji/rasak

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
1.3 Syarat-syarat umum Acuan dan Perancah
1. Kuat
Cetakan harus kuat memikul beban vertikal dan horizontal tekanan ke kanan
dan kiri. Beban vertikal diantaranya Beton Acuan dan Perancah itu sendiri,
pekerja dan alat-alat agar tidak terjadi perubahan dimensi beton dan bentuknya.
2. Kaku/kokoh
Cetakan harus mampu menahan gaya horizontal yang dipasang
skoor/penyokong. Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan perancah
ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku maka hasil yang akan dicapai
tidak maksimal.
3. Mudah dibongkar
Acuan perancah harus mudah dibongkar karena hal ini menyangkut efisiensi
kerja yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat
digunakan secara berkali-kali.
4. Ekonomis
Dalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang bagus namun
jangan juga bahan yang tidak layak pakai, karena kita harus membuat acuan dan
perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutunya.
5. Rapat
Cetakan yang dibuat harus rapat agar dapat menahan air semen yang keluar
sehingga dapat menjaga mutu beton.
6. Rapi
Cetakan yang dibuat harus rapi dan bagus, apabila untuk kolom yang tidak ada
pengecetan dan pemlesteran.
7. Bersih
Acuan dan perancah harus tetap bersih agar beton tetap baik dan mutunya
tidak berkurang karena adanya sampah atau kotoran akan menghambat air semen
untuk mengeras pada beton.

1.4 Dampak negatif pelaksanaan yang tidak baik


Dalam pelaksaan jika acuan dan perancah ini kurang baik, maka akan
mendatangkan kerugian-kerugian seperti :
1. Perubahan dimensi
Terjadi perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika
terjadi perubahan ini maka akan membutuhkan waktu dan biaya lagi untuk
memperbaikinya hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
2. Perubahan geometri atau bentuk
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan
rencana, misalnya : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku akibatnya
akan mengadakan perbaikan lagi.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3. Penurunan mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan
air yang di ikuti semen tadi keluar sehingga mutu atau kekuatan beton berkurang.
Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian didalam melakukan pengukuran
dalam pembuatan acuan dan perancah.

1.5 Metode acuan dan perancah


1. Metode tradisional
Bahan yang dipakai adalah bahan lokal dan merupakan konstruksi yang turun-
temurun(konvensional) atau suatu metode yang masih menggunakan material
lokal, sedangkan konstruksinya konvensional.
2. Metode semi-system
Gabungan dari tradisional dan full-system, yaitu suatu metode dimana material
dan konstruksinya sudah merupakan campuran material lokal dan buatan pabrik.
3. Full- system
Alat yang dipakai merupakan buatan pabrik yang digunakan pada pekerjaan
besar seperti bangunan pencakar langit, gedung-gedung berlantai banyak dan lain-
lain. Materialnya dapat digunakan terus-menerus dan penggunaanya sangat mudah
dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatannya. Untuk
menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena harga bekisting
ini cukup mahal.

1.6 Cara penyimpanan bahan


1. Papan
Papan disimpan dalam gudang dan harus terlindung dari cuaca dan peresapan
air tanah. Penumpukan ini tidak boleh diletakan langsung diatas tanah lantai/tanah
tetapi harus diberi tumpuan/ganjal sehingga kadar air dari papan tidak bertambah.
Untuk peyimpanan kayu basah tiap lapisan kayu harus diberi tumpuan, tetapi
untuk kayu kering tiap lima lapis baru diberi tumpuan.
Gambar Penumpukan Kayu Basah

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Penumpukan Kayu Kering

2. Gelam/dolken
Kayu gelam biasa digunakan dalam perancah dan dolken yang digunakan
biasanya berasal dari jenis Pinus Akasia dan lain-lain. Dolken ini harus lebih
tinggi mutunya dari mutu papan acuan dan tanah terhadap cuaca. Jadi untuk
keadaan yang memaksa, penumpukan bisa diletakan diluar gedung, adapun
ukuran dolken yang biasa digunakan untuk acuan dan perancah diameternya 6-10
cm.
3. Multiplek
Penyimpanan multiplek disimpan pada gedung yang memiliki dinding yang
dapat menghindari dari pengaruh cuaca, penyimpanan dapat dilakukan dalam
posisi mendatar/miring sesuai dengan kondisi.
4. Besi
Dalam penyimpanan besi pada saat pertama kali akan melakukan
penyimpanan perlu dilakukan pemberian oli bekas agar besi yang disimpan tidak
korosi/karat. Tempat penyimpanan besi harus diletakan pada ruangan tertentu dan
terlindungi dari cuaca buruk, baik hujan/sinar matahari agar tidak terjadi korosi
pada besi. Penyimpanan besi sebaiknya dikelompokan pada jenis-jenis besi yang
sama agar mudah didalam pencarian kembali dan pemakaian.
5. Kasau
Pada penyimpanan kasau tidak jauh beda dengan penyimpanan papan. Kasau
yang sering digunakan adalah kasau jenis kamper, kruig, meranti, borneo dan lain-
lain.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
1.7 Macam-macam sambungan pada acuan dan perancah
1. Sambungan papan dengan papan
Sambungan harus dibuat sedemikian rupa agar benar-benar rapat, ujung-ujung
papan dibuat berselang-seling agar papan tidak mudah pecah dan tetap kuat.
Untuk balok papan-papn dirangkai dengan klem-klem perangkai dipasang
melintang arah serat papan dengan jarak 50-60 cm. Sesuai dengan jarak tiang
yang dipakai. Untuk kolom papan-papan dirangkai dengan klem dengan jarak 40-
55 cm.
2. Sambungan gelagar dengan tiang
Pada konstruksi yang labil biasanya untuk gelagar dipakai papan dan
sambungannya dengan tiang yang cukup dipakukan saja tanpa adanya sambungan.
Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat dan menampang diatas
tiang juga untuk menjaga tergulingnya gelagar dari atas tiang pada sambungan
diberi klem yang dipaku pada tiang dan gelagar.
3. Sambungan tiang dengan tiang
Sambungan tiang bulat
Karena ketinggian lantai yang tidak terjangkau oleh panjang tiang atau
untuk memanfaatkan potongan-potongan tiang yaitu dengan memasang
klem penyambung di sekeliling klem penyambung bagian tiang yang
disambung.
Sambungan tiang persegi
Cara penyambungan tiang persegi sama dengan penyambungan
sambungan kayu bulat. Syaratnya :
Usahakan sambungan jangan ditengah-tengah tinggi tiang, karen
pada tempat ini terjadi tekuk yang besar.
Peralatan sambungan pada tiang perancah untuk satu dan lainnya
jangan diletakan dalam satu garis lurus.
Tidak boleh memiliki lebih dari satu sambungan yang tidak
disokong kearah samping.

1.8 Teknik kerja acuan dan perancah


1. Acuan perancah kolom
Kolom ditinjau dari segi konstrukturnya merupakan bagian yang penting
karena struktur ini berfungsi meneruskan beban diatasnya ke pondasi dan
seterusnya dilanjutkan ketanah dasar.
Penempatan kolom ditengah atau didalam struktur bangunan pada umumnya
diletakan pada jarak-jarak tertentu. Sehingga suatu saat kolom ditempatkan
dibangunan bagian depan atau bahkan ditengah ruangan.
Melihat kedudukan kolom tersebut sering mendapatkan perhatian oleh orang
banyak. Maka sebaiknya kolom dibuat dengan bentuk seindah mungkin dan pada
umumnya bentuk-bentuk kolom adalah sebagai berikut :

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Agar kedudukan kolom-kolom berdiri dengan kokoh, maka kolom tersebut
dihubungkan antara satu dengan yang lainnya pada arah horizontal dengan sloof
dan ring balok. Disarankan kolom dicor tidak bersamaan dengan balok maupun
lantai. Tetapi harus dicor terlebih dahulu guna menjaga kestabilan pada bekisting
pengecoran berikutnya. Bahan-bahan yang bekerja pada acuan merupakan tekanan
samping oleh balok beton air maupun pengaruh pemadatan, guna memperkecil
tekanan samping akibat beton segar yang dipengaruhi oleh tinggi jatuh serta untuk
mengurangi agar tidak terjadi kerusakan agregat maupun segregasi, maka saat
pengecoran digunakan pipa pengantar(tremi) yang berdiameter minimal 4 inchi(10
cm)
2. Acuan perancah balok
Balok merupakan bagian konstruksi yang posisinya mendatar yang
mempunyai penampang tidak banyak variasinya karena kadang-kadang balok
tidak kelihatan atau hanya kelihatan sebagian sehingga jika ditunjang dari segi
aristeknya kurang berperan jika dibandingkan dengan kolom yang berdiri ditengah
ruangan.
Pada umumnya balok penampang segi empat, dan ada juga penampang lain.
Penampang segi empat panjang mempunyai daya dukung yang besar terhadap
beban yang bekerja ditinjau dari bentuk segiempat pembebanannya. Umumnya
merupakan beban yang mempunyai gaya vertikal dan tegak terhadap
penampangnya. Macam-macam balok terdiri dari :
1. Sloof
2. Balok induk dan balok anak
3. Balok Ring
4. Balok Lantai
5. Balok Kantilever
3. Acuan perancah Lantai
Pembangunan gedung bertingkat bertujuan untuk mendapatkan jumlah
ruangan yang diperlukan ke arah vertikal dengan pertimbangan akan lebih
menguntungkan dengan cara tersebut.
Gedung bertingkat merupakan suatu konstruksi bangunan yang mempunyai
lapis lantai lebih dari satu yang bersusun dari bawah keatas. Suatu bangunan yang
tinggi tetapi hanya mempunyai satu lapis lantai tidak bisa disebut bangunan
bertingkat.
Secara umum lantai dapat dibuat dari bahan kayu, baja dan beton. Lantai kayu
kebanyakan disesuaikan untuk bangunan semi permanen lainnya. Sedangkan
bahan baja maupun beton untuk bangunan bertingkat yang permanen lantai dari
beton ada yang dicor ditempat(insite) dan bahan pada akhir-akhir ini sudah
banyak dengan beton precast yaitu lantai dicetak ditempat lain berupa plat lebih
kecil mempunyai ukuran tertentu dan untuk selanjutnya tinggal memasangnya.
Cara ini dilakukan karena semakin majunya teknologi, khususnya industri
konstruksi serta tuntunan pelaksanaan yang sangat terbatas oleh waktu kontrak.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Untuk mengenal letak masing-masing lantai secara berurutan dan jumlah
keseluruhannya, maka dibawah ini akan dijelaskan sebagai berikut :
Lantai dibawah permukaan tanah(basement) adalah lantai yang terletak
dibawah permukaan tanah pada gedung bertingkat banyak. Biasanya lantai
ini juga dimanfaatkan sebagai tempat misalnya : ruang parkir, penempatan
sebagai ruang mesin, gudang dan sebagainya. Lantai dan dinding biasanya
terbuat dari beton bertulang yang kedap air.
Lantai pada permukaan atau lantai 1(Groud floor), lantai ini terletak diatas
permukaan tanah dan langsung berhubungan dengan halaman dan
umumnya diberi referensi peil 0,00 m.
Lantai 2 adalah lantai tingkat diatas lantai satu.
Dan seterusnya sampai lantai teratas yang ada pada gedung bersangkutan.
Atap(roff) merupakan lapisan plat yang paling tinggi dan berhubungan
langsung dengan ruang terbuka. Pada sebagian bangunan gedung atap ini
ada yang dimanfaatkan sebagai landasan kolom renang dan lain-lain.
Agar lantai beton dapat berfungsi dengan sepenuhnya, maka harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Lantai harus harizontal dan rata
Lantai harus kaku
Mempunyai ketebalan yang cukup
Kedap air
Elevasinya pas
4. Acuan perancah tangga
Pada setiap pembuatan bangunan bertingkat, maka pekerjaan tangga juga
diperlukan. Fungsi dari tangga ialah untuk menghubungkan lalu-lintas satu lantai
kelantai lainnya. Tangga bisa dibuat dari konstruksi kayu, aluminium, beton dan
lain-lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan membuat tangga adalah :
Perencanaan tangga
Macam bentuk optrade
Pembuatan cetakan tangga
Yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah tangga ialah
ketinggian

dari tangga. Syarat-syarat agar suatu tangga bisa ideal antara lain :

1. Kemiringan mak. 45 atau dengan menggunakan perbandingan


2. 2 optrade + 1 optrade = 1 langkah orang dewasa(56-65 cm)
3. Tinggi optrade untuk
- Bangunan umum mak. 18 cm
- Bangunan rumah tinggal 16-20 cm
4. Ukuran antrade min. 25 cm

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
5. Lebar tangga untuk
- Bangunan umum > 120 cm
- Bangunan rumah tinggal 80-120 cm
Bentuk dan bagian-bagian acuan dan perancah tangga
Bentuk tangga :
- Lurus
- Siku
- U
- Lengkung(1/4-1/2 lingkaran)
- Spiral
Bagian-bagian tangga :
1. Struktur tangga - Plat
- Balok
2. Perletakan tangga - Atas( Balok)
- Bawah(Sloof/Pondasi)
3. Anak tangga - Optrade (Tanjakan)
- Antrade (Injakan)

4. Lubang atau bukaan tangga

5. Bordes Tempat berenti sementara, biasa berada dipersimpangan

6. Panjang tangga/Railing

Tahap Pembuatan Cetakan Tangga

1. Pemasangan tiang-tiang

Sebelum pemasangan tiang yang akan dikerjakan harus diukur dahulu


tinggi tiang yang dibutuhkan dengan cara menarik benang dari lantai
dibawahnya sepanjang bentang tangga yang direncanakan. Kemudian
tentukan letak tiang-tiangnya pada tempat-tempat itu diukur tingginya dan
ukur-ukurannya ini adalah ukuran tinggi tiang yang dibutuhkan lalu
dipasang pada masing-masing tempat tadi. Tiang-tiang jangan diukur tepat
dengan ukuran tadi tapi dikurangi sedikit, dengan maksud agar lebih
mudah dalam penimbangan gelagar. Pemasangan tiang-tiang ini tidak
berbeda dengan pemasangan tiang pada balok dan lantai, baik dudukannya
maupun penyekoorannya.

2. Penimbangan Gelagar
Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu lanjutkan dengan
penimbangan dan pemasangan gelagar. Penimbangan gelagar hampir sama
dengan penimbangan gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman
tidak horizontal tetapi sesuai dengan kemiringan tangga.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3. Pemasangan Papan Lantai
Pemasangan papan lantai tidak banyak berbeda dengan pemasangan
papan lantai acuan pada cetakan lantai. Kita tinggal memasang diatas
gelagar-gelagar yang sudah terpasang dibawahnya dan menyikukannya
pada gelagar tadi.
4. Pemasangan Dinding Cetakan beserta Penggambaran trapnya
Bagian tepi lantai yang sudah dipasang tadi harus lurus sesuai dengan
lebar tangga. Baru setelah itu dinding cetakan dipasang pada tepi lantai
cetakan, berdiri vertikal kemudian disokong pada bagian atasnya dengan
tiang bagian luar disamping dinding tadi sedangkan bagian bawah ditahan
oleh papan penguat yang dipakukan pada gelagar. Penggambaran trap-
trapnya dengan menggunakan waterpass, siku dan meteran.
5. Pemasangan Papan Pencetak Optrade
Setelah semua trap terlukis, pemasangan papan-papan pencetak
optrade tidak bisa langsung dipasang tapi harus dilakuka pemasangan
tulang terlebih dahulu. Setelah penulangan selesai, papan-papan optrade
dipasang dengan diperkuat oleh klos yang dipakukan pada dinding cetakan
papan pada bagian tengah papan ini diberi sokong dan dipaku dengan kayu
yang kita pasang miring dari atas kebawah.
5. Pembongkaran Acuan dan Perancah
Pembongkaran acuan dan perancah dilakukan apabila beton sudah mencapai
umur 28 hari. Pada konstruksi tertentu kita bisa membongkarnya lebih awal,
misalnya pada pekerjaan pondasi, kolom dan lain-lain. Biasanya pada konstruksi
yang tidak menggantung pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu yang
diperlukan untuk pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut
untuk konstruksi yang menggantung jangan sesekali dilakukan pembongkaran
acuan dan perancah sebelum beton cukup umur misal pada balok lantai, konsol,
luifer dan lain-lain. Apabila hal ini dilakukan maka akan berakibat buruk misalnya
retak pada beton atau lepasnya ikatan beton dengan tulangan.
Cara-cara pembongkaran acuan perancah

Syarat Ekonomis
Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi. Hal ini
dapat dilakukan apabila dalam pembongkaran dilakukan secara hati-hati.
Syarat Keamanan
Hal ini penting sekali, jangan sampai dalam pembongkaran urutannya
tidak diperhatikan sehingga bagian yang belum terbongkar ataupun yang
sudah terbongkar dapat mencelakakan pekerja yang sedang bekerja.
Misalnya didalam pembongkaran acuan perancah lantai. Pertama
dibongkar dahulu skoornya kemudian tiangnya. Dalam pembongkaran
tiang harus hati-hati karena tiang ini yang menyangga seluruh beban
diatasnya. Kalau tidak hati-hati maka apa yang ada diatasnya bisa roboh

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
dan menimpa pekerja yang sedang berada dibawahnya. Gunakan pakaian
kerja!
Syarat konstruktif
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan bidang momen
yang timbul harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi,
pada pembongkaran tiang perancah lantai harus dimulai dari tengah dulu
barulah kemudian kearah tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen
yang timbul akan sama dengan bidang momen yang direncanakan .
Sedangkan pada pembongkaran konsol(balok kantilever) dimulai dari
ujung dengan maksud untuk mendapatkan bidang momen yang sama.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
BAB II
BAHAN DAN PERALATAN

2.1 Bahan

a. Kayu
Kayu merupakan bahan utama dalam suatu konstruksi bangunan, begitu juga
dengan acuan dan perancah ini kayu sangat diperlukan kegunaannya, antara lain :
1. Papan
2. Balok
3. Dolken/gelam
Jika pada suatu kayu kadar air tinggi maka mutu kayu akan rendah, perubahan
bentuk dan melengkung cetakan.
Kayu Lokal
Didalam pekerjaan acuan dan perancah banyak dipergunakan kayu lokal.
Kayu-kayu tersebut harus cukup baik dan jangan terlalu basah. Bila kayu tersebut
berkadar air tinggi dan mutu kayu sangat rendah maka cetakan akan mudah
mengalami perubahan bentuk dan akan mudah melengkung sehingga hasil cetakan
beton tidak memuaskan. Kayu yang biasanya digunakan untuk acuan dan perancah
antara lain kayu kelas III, IV yang mempunyai // 45-60 kg/cm2
Macam-macam kayu yang digunakan untuk acuan :
- Kayu Terentang
Termasuk kelas kuat III-IV dan kelas awet V. Mengenai ukuran-ukuran kayu
terentang ini didalam perdagangan biasanya dengan ketebalan 2-5 cm, lebar 17,5
dengan 4 m (2-3/17,5x400 cm).
- Kayu Kamper/Kapur
Termasuk kelas kuat I-II dan kelas awet III, macam-macam ukuran yang ada
diperdagangan dan dipergunakan untuk bekisting ialah 3/20x400 cm, 6/12x400 cm,
5/7x400 cm.
- Kayu Kering/Kruing
Jenis kayu kruing sama dengan kayu 7 kamfer
- Kayu Meranti
Termasuk dalam kelas II-IV. Apapun ukuran-ukuran yang diperdagangkan untuk
bekisting adalah dengan ukuran 3/20x400 cm, 6/12x400 cm, 5/7x400 cm dan
sebagainya.
- Kayu kelas IV // 45 kg/cm2
Ukuran yang diperdagangkan dan sering digunakan untuk bekisting antara lain :
2/20x250 cm, 4/10x250 cm dan lainnya.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Tabel 1
Daftar Kelas kuat kayu
I II II IV V Jati/Lectona Grandis
2
Kg/cm 150 100 75 50 - 130
2
Kg/cm 130 85 60 45 - 110
Kg/cm2 50 25 45 10 - 30
2
Kg/cm 20 12 8 5 - 15

Papan
Papan yang digunakan dalam pratikum acuan dan perancah berukuran
2x20x400 cm. Papan harus disimpan dengan baik dan harus terlindung dari pengaruh
cuaca dan serangan serangga serta perserapan air tanah untuk penyimpanan papan
harus diberi tumpuan tiap bagi kayu yang basah tiap satu papan diberi tumpuan tiap
bagi papan yang kering tiap tumpuan 5 papan diberi tumpuan.
Kasau
Ukuran kasau yang digunakan 4/6-400 cm, 5/7-400 cm.
Kayu Gelam/dolken
Kayu gelam biasa digunakan dalam perancah dan gelam yang digunakan
biasanya berasal dari jenis pinus akasia, kayu manis, kayu luas dan lain-lain. Dolken
harus tahan terhadap cuaca. Ukuran dolken yang biasa digunakan dalam perancah
yaitu memiliki diameter 6-10 cm dengan panjang 4 m.

b. Plywood/ Multiplek
Pada konstruksi acuan dan perancah tidak hanya bahan dari alam saja yang
digunakan tetapi juga digunakan bahan buatan, yaitu plywood yang merupakan salah
satu bahan utama dalam pembuatan acuan yaitu sebagai cetakan karena permukaan
dari plywood yang telah rata dan halus sehingga tidak perlu diketam lagi.
Keunggulan dari cetakan dengan plywood antara lain :
Hasil beton akan lebih baik daripada tekanan papan
Permukaannya telah rata dan halus sehingga tidak perlu untuk diketam
Ukuran plywood telah memenuhi standart ( 1,22 m x 2,44 m)
Plywood tidak mengalami perubahan bentuk plywood sendiri, sedangkan papan
mengalami perubahan akibat faktor alam dan manusia seperti melentingnya suatu
papan yang mempengaruhi kekuatan suatu beton

c. Baja Tulangan
Baja selain digunakan dalam pembuatan beton pada acuan perancah ini, bisa
tulangan digunakan sebagai alat penjepit pada pembuatan kolom atau balok dengan
rapid klem.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
d. Paku
Bentuk penampang paku yang digunakan dalam acuan perancah ialah yang
berpenampang bulat. Hal ini untuk mempermudah dalam pembongkaran. Panjang
paku yang digunakan tergantung dari tebal sambungan yang dibuat atau maksimal
sepanjang tebal sambungan. Paku tidak boleh melebihi tebal sambungan karena
bagian ujung paku yang dibengkokkan akan menyulitkan pembongkaran.
Kekuatan paku berpenampang bulat dapat dilihat dalam daftar A yang berlaku
pula untuk tebal kayu yang akan disambung. Jarak minimum pemakuan harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
Dalam arah gaya
12d untuk tepi kayu yang dibebani
5d untuk tepi kayu yang tidak dibebani
10d untuk jarak antar paku
Dalam arah tegak lurus gaya
5d untuk jarak sampai tepi kayu
5d untuk jarak barisan paku
Untuk sambungan yang menimpang tebal dari II dapat dipakai rumus dibawah ini
dengan mengingat syarat-syarat ukuran paku seperti tertera dalam tabel III

1. Sambungan berpenampang satu


S = BD b > d
S = 3 sd2
2. Sambungan berpenampang dua
S = bd b>d
S = d2 > db
Keterangan S = Gaya yang diperkenankan / paku
b = Tebal paku
d = Diameter paku
e. Bahan-bahan pembantu
Bahan-bahan ini digunakan dengan cara dileburkan pada permukaan acuan dan
waktu peleburan ialah setelah acuan selesai dan sebelum penulangan dimulai. Fungsi
dari bahan-bahan ini ialah untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi
kerusakan kayu akibat pembongkaran.
Bahan-bahan yang digunakan :
a. Minyak Pelumas
Keuntungan dari minyak pelumnas ini adalah murah harganya
sedangkan kerugiannya ialah apabila didalam pemakaian mengenai tulangan
maka tulangan tidak akan melekat pada beton.
b. Meni
Bahan ini untuk mencegah perekatan beton pada papan acuan meni
setelah dileburkan pada acuan dan ditunggu sampai kering baru pekerjaan

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
dimulai, jadi tulangan tidak akan terkena meni. Tetapi karena harganya yang
mahal maka meni jarang sekali digunakan.
c. Plastik
Dalam pekerjaan yang kecil biasanya kita cukup menyirami air
sebelum pengecoran beton. Fungsi plastik ini ialah untuk menahan air semen
supaya tidak terserap oleh cetakan atau keluar dari celah-celah atau lubang-
lubang juga untuk menutupi lubang-lubang yang ada pada acuan. Plastik
biasanya hanya digunakan untuk permukaan yang dihasilkan tidak akan rata
dan bergelombang.
Plastik biasanya dipakai dalam pengerjaan :

o Lantai yang permukaan bawahnya tertutup, misalnya plafon, lapangan terbang dan
lain-lain.
o Lantai lapangan tenis, basket dan lain-lain. Dalam pengerjaan ini tidak digunakan
lapangan plastik, air semen akan meresap kelapisan dibawahnya(lapisan pasir, tanah).
Hal ini akan menghasilkan mutu beban lebih rendah dari yang direncanakan.
d. Ram Bambu
Selain berfungsi mencegah lekatnya pada papan acuan juga memberi
bentuk permukaan yang baik, dari segi keindahan atau estetika.
Persyaratan bahan yang digunakan untuk bekisting :

1. Bahan bekisting tidak berdetormasi secara berlebih karena air atau semen dan
gelembung udara sehingga tidak terjadi patahan beton
2. Permukaan bekisting tidak menyerap air semen secara berlebihan agar mutu beton
dapat dijaga.
3. Lembaran papan yang digunakan harus tertutup tebal, awet dan kaku karena bekisting
bersifat sementara. Maka untuk mempermudah pembongkaran diperlukan :
a. Untuk bahan cetakan dari papan kayu dilakukan :
o Penyiraman dengan air
o Dilapisi dengan plastik
o Dicat dengan cat dasar
o Dilapisi dengan oli bekas

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
2.2 Peralatan

1. Palu

Palu dibuat dari besi baja keras dan tidak lembek sebab palu besi sering
dipakai untuk memukul benda keras. Bagiannya adalah kepala dan tangkai. Salah satu
tangkai berguna untuk memukul benda keras dan bagian tangkai yang lain berbentuk
cakar yang berguna untuk mencabut paku antara papan dengan papan.
2. Palu Godam

Digunakan untuk membongkar konstruksi kayu dan biasanya sering digunakan


untuk menancapkan tiang-tiang ke dalam tanah.
3. Gergaji

Gergaji digunakan untuk memotong kayu.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
4. Roll Meter

Roll meter berfungsi sebagai pengukur bahan kerja dan sebagai alat pengukur jarak-
jarak yang diinginkan.
5. Waterpass

Waterpass digunakan untuk mengukur keadaan horizontal, vertikal dan


diagonal suatu konstruksi sehingga konstruksi tersebut dapat lurus dan rata.
6. Unting-unting

Berfungsi untuk mengukur kedataran suatu tiang atau ketegakan suatu tiang.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
7. Selang Air

Berfungsi sebagai alat untuk mengukur kedataran bahan (tiang) dengan


menggunakan sifat air yaitu selalu datar dan sejajar.
8. Kapur/Pensil

Berfungsi untuk memberi tanda pada bahan yang akan dibuat.


9. Mesin Potong ( Circular )

Mesin ini merupakan gergaji mesin yang dijalankan dengan menggunakan listrik. Alat
ini merupakan gergaji otomatis, yang dapat mempercepat pekerjaan dan efisien.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
10. Siku-siku

Digunakan untuk menarik garis lukisan pada kayu pekerjaan di atas


permukaan dengan garis siku 90 terhadap bidang lain yang telah diberi tanda.
11. Linggis

Linggis terbuat dari besi yang telah dibentuk ditiap ujung-ujung yang
digunakan untuk mencabut paku atau untuk membuka bahan.
12. Tangga

Digunakan untuk memudahkan pekerjaan yaitu untuk menjangkau tempat yang tinggi.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
13. Benang

Benang memiliki fungsi sebagai pengatur kelurusan cetakan serta kesikuan.


Dan juga untuk menggantungkan as.
14. Cangkul

Cangkul digunakan untuk menggali tanah sesuai kedalaman yang diinginkan.


15. Kampak

Kampak berfungsi untuk meruncingkan kayu gelam atau dolken.


16. Gerobak dorong

Gerobak dorong berfungsi sebagai pembawa peralatan dan bahan.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
17. Helm Safety

Helm Safety digunakan untuk melindungi kepala pekerja, agar dapat terhindar
dari kejatuhan barang dan lainnya, dan meminimalisir cedera yang akan menimpa
pekerja itu sendiri.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
BAB III
URAIAN KERJA
3.1 Job :1
Judul : Konstruksi Papan Duga
Tujuan : Pada akhir praktik mahasiswa diharapkan dapat
1. Menentukan titik duga atau peil bangunan dengan baik dan
benar
2. Menentukan letak bangunan sesuai ROY
3. Dapat melaksanakan pekerjaan papan duga dilapangan
dengan baik dan benar.
Dasar Teori :

Papan duga ialah papan yang dipakai untuk pedoman sementara dari as
bangunan, ketinggian bangunan, letak bangunan agar sesuai dengan rencana.
Sedangkan wujud dari papan duga sendiri ialah lembar papan yang diratakan
salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut dipakukan pada tiang-tiang yang telah
ditancapkan pada tempatnya dengan ketinggian yang ditentukan. Dan sisi papan yang
diketam tadi ialah yang dipakai untuk pedoman ketinggian dan perletakan as
bangunan.

Gambar 1. Bentuk Papan Duga

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Keguanan papan duga
Seperti diterangkan pada definisi diatas bahwa guna papan duga ialah sebagai
pedoman sementara dari as bangunan, ketinggian bangunan dan letak bangunan sesuai
dengan gambar denah. Jadi papan duga ini setelah dipandang tidak perlu, maka
sewaktu-waktu bisa dibongkar. Tetapi selama papan duga masih diperlukan , papan
duga ini harus dijaga keamanannya jangan sampai berubah posisi sedikitpun.
Sedangkan papan duga ini dipergunakan pada hampir seluruh bangunan. Misalnya
bangunan-bangunan gedung, saluran, jalan KA dan lain-lain.
Penempatan papan duga
Papan duga ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu dan
tidak terganggu oleh kegiatan selama bangunan dikerjakan. Pada pekerjaan bangunan
gedung, papan duga ini diletakkan pada sudut-sudut bangunan dengan jarak 1,5 m
di luas as bangunan. Ini dimaksudkan agar papan duga tidak terganggu oleh tanah
galian yang menumpuk disekitar lubang galian dan juga agar papan duga ini tidak
menganggu pekerjaan bangunan itu sendiri (Gambar 1)
Prinsip-prinsip pekerjaan papan duga
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan papan duga sebagai berikut :
1. Posisi bangunan terhadap garis ini, tetapi biasanya sudah direncanakan dalam
penggambaran denah-denah dan pembuatannya tinggal menirukan gambar tadi.
2. Ketinggian dari papan duga terhadap lantai ( 0,00) ini biasanya dibuat +0,25
diatas lantai. Hal ini dimaksud agar didalam kita bekerja, misalnya menarik
benang dari papan duga yang satu ke lainnya tidak terganggu oleh pekerjaan yang
telah selesai.
3. Pemasangan tiang papan duga. Pada tanah yang cukup kekerasannya, tiangnya ini
dibuat runcing bagian bawahnya dan pemasangannya hingga masuk ke tanah
keras. Tapi untuk tanah yang terlalu keras atau banyak berbatu maka tanah ini
harus kita gali dahulu dengan kedalaman yang cukup kemudian tiang kita tanam
pada galian tersebut dan kita urug dengan tanah dan batu-batu kecil (Gambar 2)
Pada tanah lembek kita juga harus bekerja hati-hati. Kita tidak cukup
meruncingkan satu ujungnya kemudian ditancapkan ke tanah karena
dikhawatirkan tiang ini masih akan masuk kedalam karena tanahnya lembek.
Untuk mengatasi hal ini, maka tanah harus kita gali dahulu dengan kedalaman
yang cukup. Kemudian sebelum tiang ditanam terlebih dahulu bagian bawahnya
kita beri papan alas agar kemungkinan penurunan tiang setelah ditanam bisa kecil
bahkan tidak turun sama sekali (Gambar 3)

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar 2. Pemacangan tiang Gambar 3. Pemacangan tiang
pada tanah keras pada tanah lembek

4. Pemasangan papan duga pada tiang


Setelah tiang-tiang terpasang pada posisi yang direncanakan, maka papan-
papan duga tersebut kita pakukan pada tiang tadi. Sebelumnya papan-papan duga
harus diketam salah satu sisinya. Ketinggian papan duga dipindahkan pada tiang
dengan cara melevelkan dengan selang dan pada ketinggian yang kita timbang
diberi tanda dengan pensil. Kemudian setelah selesai semua, tanda-tanda tadi kita
hubungkan dengan papan yang telah diketam.
Pembuatan sudut siku dilapangan
Dengan menggunakan dalil pythagoras, yaitu perbandingan sisi segi tiga 3 : 4 :
5. Kita bisa membuat sudut siku-siku di lapangan. Prinsip dari pembuatan sudut siku
ini sebenarnya mudah, tapi dalam pelaksanaannya membutuhkan ketelitian.
Salah satu cara pembuatan sudut siku dilapangan ialah :
1. Setelah as terdepan kita ketahui dan telah kita pindah papan duga selanjutnya kita
hubungkan as tadi dengan benang. Kemudian titik sudut bangunan kita pindah
pada benang tadi dan kita beri patok yang diatasnya kita pasang paku. Dari paku
patok kita ukur 4 bagian pada benang tadi dan juga kita beri patok beserta
pakunya. Kemudian kita tarik benang dari paku pertama kurang lebih tegak lurus
terhadap benang as dan kita ukur 3 bagian pada benang yang baru kita tarik.
Kemudian kita ukur batas 3 bagian dengan batas 4 bagian kalau ternyata jarak tadi
besarnya 5 bagian maka sudut yang dibentuk oleh benang-benang tadi sudah siku-
siku. Dan apabila jaraknya tidak tepat 5 bagian kita geser benang kedua ke kanan
atau ke kiri sehingga perbandingan sisi segi tiga siku-siku tadi benar-benar 3 : 4 :
5.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar 4. Pembuatan Sudut Siku

Setelah semua papan duga terpasang, langkah yang kita ambil selanjutnya
ialah mengontrol apakah sudut-sudut tadi sudah benar tegak lurus atau belum.
cara pengontrolannya ialah dengan mengukur panjang kedua diagonalnya. Apabila
panjang diagonal tersebut sama maka pembuatan sudut siku-siku sudah sempurna.

Gambar 5. Pengontrolan Siku/Tegak Lurus

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Pemberian tanda-tanda pada papan duga
Untuk memberi tanda as bangunan pada papan duga kita cukup memberi tanda
panah pada as bangunan dan tanda panah tadi kita beri warna yang menyolok.
Apabila jumlah as bangunan lebih dari satu dan letaknya saling berdekatan, sebaiknya
as tadi kita beri nomor supaya dalam menghubungkannya dengan benang tidak akan
bertukar satu sama lain.
Gambar 6. Pemberian Nomor Pada AS

Untuk mengikatkan benang pada as, dipasang dua paku yang ujungnya saling
bertemu as atau dengan jalan menggergaji as tadi tapi ketinggiannya harus tetap
diperhatikan.
Gambar 7. Pemberi Tanda Ketinggian AS

Kemudian untuk memberi tanda ketinggian as tadi, cukup kita tulis angka
pada as tadi misalnya + 0,25 dan seterusnya

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Menghitung kebutuhan bahan papan duga(Bow Plank)

1. Gelam dengan panjang 240-250


2. Gelagar 110-20 = 5x2x3 = 30
3. Penjepit panjang 110-20 = 5x2x3 =30
4. Penjepit pendek 80-20 = 5x2x3 =30
5. Skoor diagonal 240-20 = 2x3 =6
Syarat-syarat khusus papan duga :

1. Kesesuaian dengan as
2. Elevasi harus pas
3. Kelurusan
4. Kedataran
Catatan :

o Pada bangunan dimana banyak terdapat pembagian ruangan pasangan pondasi, maka
papan duga dibuat ditempat-tempat antara pertemuan dinding ( sudut-sudut bangunan)
o Tepat dimana as bangunan berada maka pada papan-papan duga dipakukan dengan
bidang papan yang lainnya dipakukan miring 45

Alat dan Bahan :

1. Kayu Gelam uk. 100 cm 10. Gergaji tangan


2. Papan 2/20 cm 11. Palu cakar

3. Paku 1 2 inch 12. Bodem

4. Benang 13. Linggis

5. Pensil 14. Rol kabel

6. Unting-unting 15. Gergaji mesin

7. Meteran (Roll meter) 16. Waterpass

8. Slang Plastik 17. Mistar siku besar

9. Mesin ketam 18. Kampak

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Instruksi Umum :

1. Ikuti petunjuk instruktur


2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin

Langkah Kerja :

1. Siapkanlah bahan dan peralatan yang diperlukan.

2. Pelajarilah daerah yang akan dipasang papan duga.

3. Ukurlah dari kolom dag teras sepanjang 7 m dan dari kolom bengkel terbuka
sepanjang 7 m.

4. Tancapkan kayu gelam (untuk sementara sebagai patokan) di daerah perpotongan


tersebut.

5. Ukur sepanjang 7 m kesamping kiri dan 15 m kebelakang dan akan membentuk


suatu persegi panjang.

6. Ukur dari tiap titik gelam tersebut 1.3 m dan kesamping kanan 0.5m dan
kesamping kiri 0.5m.

7. Tancapakan Dolken ( kayu gelam ).

8. Pasanglah papan ukuran 10 cm X 100 cm diantara dolken tesebut.

9. Pasanglah paku pada perpotongan 3m dan 5m dan beri unting unting dan tarik tali
dari sisi depan dan belakang untuk menentukan titik as ,setelah itu berilah paku
dikanan dan kiri agar tali tidak bergerak.

10. Untuk menentukan daerah lainnya gunakan rumus Phytagoras (agar mendapatkan
hasil yang siku) dan akan dapat titiknya dan pasanglah unting-unting dan ikuti
langkah 9.

11. Pasanglah tali pada papan lainnya serta beri tanda pada tiap tali.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
12. Ukur panjang diagonal, tidak boleh melebihi dari perhitungan.
13. Setelah selesai rapikanlah bahan dan alat-alat dan periksakanlah pada instruktur.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Papan Duga

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Papan Duga

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3.2 Job :2
Judul : Membuat Cetakan Pondasi Beton Bertulang dan Tidak Bertulang.
Tujuan : Pada akhir praktik mahasiswa diharapkan dapat
1. Menentukan titik as dari papan duga
2. Menentukan jumlah bahan yang digunakan dalam
pembuatan pondasi beton tak bertulang
3. Dapat menggunakan peralatan dan bahan dengan baik,
benar dan tepat.
Dasar Teori :
Acuan pondasi beton tak bertulang, bentuk pondasi beton tak bertulang biasanya
seperti dalam gambar :

Gambar 1. Acuan Pondasi Beton Tak Bertulang (Skala 1 : 100)

Pembuatan cetakan untuk bentuk ini cukup sederhana. Untuk papan acuan tepi
cukup dengan menyambung papan sesuai dengan ukuran-ukuran pondasi tersebut.

Cara penyambungan papan ini jarak klam 80 cm begitu juga jarak tiang-tiang
penjepit acuan sehingga klam dan tiang penjepit saling berimpit. Dan dipakukan
bersama-sama. Ukuran lebar bagian bawah kita perhitungkan dalam pemancangan
tiang-tiang penjepit, sehingga apabila dinding acuan kita pasang, ukuran pondasi akan
sesuai dengan yang direncanakan. Penyetelan posisi atau tinggi rendahnya pondasi ini
tidak boleh lepas dari papan duga yang sebelumnya sudah dibuat.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar 2. Acuan Pondasi Beton Bertulang ( Skala 1 : 100)

Pondasi ini langsung bersatu dengan Sloop. Pemasangan papan acuan hanya
untuk sisi tegaknya saja, sedangkan sisi miringnya apabila tidak terlalu curam tidak
perlu dipasang
Pemasangan cetakan dilakukan sesudah pekerjaan pemasangan tulang selesai.
Jarak klam, tiang-tiang tida k banyak berbeda dengan cetakan pondasi beton tak
bertulang. Baik pondasi beton tak bertulang maupun pondasi beton bertulang selalu
terletak diatas lantai kerja

Alat dan Bahan :


1. Kasau 10. Gergaji tangan
2. Papan 2/20 cm 11. Palu cakar
3. Paku 1 2 inch 12. Bodem
4. Benang 13. Linggis
5. Pensil 14. Rol kabel
6. Unting-unting 15. Gergaji mesin
7. Meteran (Roll meter) 16. Waterpass
8. Slang Plastik 17. Mistar siku besar
9.Mesin ketam 18. Kampak

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Instruksi Umum :
1. Ikuti petunjuk instruktur
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin

Langkah Kerja Acuan Pondasi Tak Bertulang :

1. Persiapkan semua alat dan bahan


2. Buat cetakan acuan pondasi.
Untuk cetakan uk. 2/40x400 cm, gunakan 2 buah papan uk. 2/20x400 cm lalu atur
dan ukur sedemikian rupa lalu pasang klem. Sedangkan cetakan uk. 2/25x400 cm,
gunakan papan uk. 2/20x400 cm potong sehingga menjadi 2/15x400 cm. Lalu
potong lagi sebuah papan 2/20x400 cm hingga menjadi 2/10x400 cm. Setelah itu
sambung kedua papan tadi dengan menggunakan klem.
3. Buatlah perancahnya dengan papan uk. 2/20x400 cm dengan ukuran yang sudah
ada (lihat pada bahan yang digunakan).
4. Ukurlah bagian kiri dan kanan dari papan duga menjadi sama rata. Lalu
pancangkan tiang perancah (papan ukuran 2/10x100 cm) yng ujungnya telah
diruncingkan, dengan kedalaman 15 cm. Ukur kedataran antara satu tiang
dengan tiang lain dengan menggunakan waterpass.
5. Setelah seluruh tiang telah terpasang dan datar, pasang papan uk. 2/10x100 cm di
atas tiang tadi, pakukan.
6. Pasang kedua cetakan pondasi uk. 2/40x400 cm dengan lebar 60 cm, lalu
dipakukan pada tiang-tiang perancah. Ukur lagi kedatarannya dengan waterpass.
7. Pasang cetakan uk. 2/25x400 cm di atas cetakan 1,atur kemiringannya dengan
bantuan unting-unting sehingga didapat jarak 15 cm dari tengah. Pakukan dengan
papan uk. 2/65x400 cm setelah itu pakukan juga papan tadi pada tiang perancah
dan gelagar yang telah terpasang .
8. Setelah semua terpasang, periksa lagi kedataran dan ketegakan dengan waterpass.
Periksakan pada instruktur.
9. Setelah diperiksa, rapikan bahan dan peralatan yang dipakai pada tempatnya.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Cetakan Pondasi Tak Bertulang

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Langkah Kerja Acuan Pondasi Bertulang :

1. Persiapkanlah alat dan bahan.

2. Buatlah cetakan pondasi terlebih dahulu dengan papan 2/20x400 cm dan


2/20x400 cm dengan menggunakan sambungan papan-papan (menggunakan
klem).

3. Ukuran pondasi yang akan dibuat memilki Lebar 80cm dan 30 cm,Tinggi 60cm.

4. Setelah selesai membuat cetakan buatlah ukuran pondasi.

5. Buatlah ukuran kekiri dan kanan pada papan duga masing-masing 15 cm dan 40
cm.

6. Pasanglah benang papan duga yang menyambung pada papan yang seberangnya.

7. Pancangkanlah kasau uk. 5/7 X 120 cm yang ujungnya telah ditajamkan pada
daerah yang telah diukur.

8. Pasanglah papan antara papan pancang tadi ,dan ukurlah kedatarannya dengan
waterpass.

9. Pasanglah cetakan uk.2/20-400 cm.

10. Setelah dipasang ukurlah pasangan cetakan tersebut dengan waterpass.

11. Untuk papan cetakan 2/40-400 cm diharapkan kita membuat penyokong terlebih
dahulu agar tidak goyang.

12. Setelah dipasang ukurlah cetakan tersebut dengan waterpass untuk mengetahui
kedataran dan ketegakan.

13. Periksakanlah cetakan pondasi bertulang tersebut pada instruktur.

14. Setelah diperiksa, rapikanlah bahan dan peralatan serta simpanlah pada tempat
semula.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Cetakan Pondasi Bertulang

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3.3 Job :3
Judul : Membuat Cetakan dan Acuan untuk Kolom Segi Empat
Tujuan : Pada akhir praktik mahasiswa diharapkan dapat

1. Membuat cetakan kolom segi empat dengan baik, benar dan tepat
2. Membuat cetakan kolom secara vertikal dengan ketegakan yang kuat
3. Menghitung jumlah bahan yang digunakan dalam cetakan kolom

Dasar Teori :
Bentuk Penampang Kolom :

- Bujur sangkar
- Empat persegi panjang
- Lingkaran
- Profil I
- Bervariasi menurut perkembangan arsitektur
Dalam pembahasan ini hanya dibahas mengenai acuan kolom berbentuk empat
persegi panjang atau bujur sangkar.

Bagian Bagian Acuan Kolom

Papan Acuan
Untuk papan acuan bisa digunakan papan atau plywood. Apabila menggunakan
papan maka penyambugan papan baik arah lebar maupun arah panjang sesuai dengan
ukkurang penampang kolom yang diinginkan.
Klam Perangkai
Penyambungan papan arah lebar ini menggunakan klam-klam perangkai dari
sisa-sisa potongan papan yang sekiranya masih bisa digunakan.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar 1. Pemakuan Klam

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Lebar klam minimum 10 cm
Panjang klam :

a. Bagian lebar cetakan : b + ( 2 x d)

b. Bagian panjang cetakan : 1 + ( 2 x d)

Gambar 2. Ukuran Panjang Klam

Papan Penjepit Dinding


Papan-papan ini dipasang menurut klam perangkai yang dibuat. Dipakukan
kuat satu sama lain dengan tiang-tiang penjepit.Panjang papan ini sepanjang ukuran
kolom yang dibuat. Fungsi papan penjepit ini ialah untuk menahan cetakan supaya
tidak pecah ketika beton dicor dan dipasang.
Tiang Tiang Cetakan
Tiang yang digunakan biasanya kasau ukuran 5/7cm. Pada umumnya jumlah
tiang uktuk cetakan kolom ialah empat buah yang diletakkan diluar sudut-sudut
kolom. Untuk menguatkan tiang-tiang ini agar tidak bergoyang maka perlu dipasang
pengaku diagonal.
Gambar 3. Penanaman Tiang Pada Tanah

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Penyetelan Acuan Kolom
Pertama dinding-dinding yang telah dirangkai satu sama lain, pakukan pada
ketiga sisinya dan setelah dipasang diluar tulangan papan acuan sisi yang lain
dirangkaikan, sehingga tulangan benar-benar tertutup. Tiang-tiang dipasang pada
tempatnya dan dirangkaikan dengan papan-papan penjepit. Penyetelan dinding kolom
agar tegak lurus menggunakan dua unting-unting arah vertical dan horizontal.
Gambar 4. Penyetelan Acuan Kolom

Apabila kedudukannya sudah benar-benar vertikal, maka papan penjepit dipasang


sama. Agar tiang acuan tidak mudah goyang maka pengaku dipasang antara kedua tiang.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Alat dan Bahan :

1. Kayu Gelam 10. Gergaji tangan

2. Papan 2/20 cm 11. Palu cakar

3. Paku 1 2 inch 12. Bodem

4. Benang 13. Linggis

5. Pensil 14. Rol kabel

6. 6. Unting-unting 15. Gergaji mesin

7. Meteran (Roll meter) 16. Waterpass

8. Slang Plastik 17. Mistar siku besar

9. Mesin ketam 18. Kampak

Instruksi Umum :

1. Ikuti petunjuk instruktur


2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin

Langkah Kerja :

1. Persiapkan alat dan bahan.


2. Tentukan as kolom.
3. Dirikan kolom, ukur dari tepi kolom 25 cm kemudian tancapkan 2 buah gelam
papan arah diagonal setelah itu pakukan dengan gelam lakukan pada sisi depan
dan sisi belakang kolom.
4. Pada samping kiri dan kanan kolom pasanglah papan pakukan ke gelam.
5. Pasanglah papan arah arah x dan y untuk menjepit kolom kemudian setel
ketegakan kolom menggunakan unting-unting.
6. Bila kedudukan dan ketegakan dari cetakan kolom sudah betul, perkuatlah dengan
papan acuan tepat pada setiap klam perangkai papan cetakan kolom.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Kolom

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Kolom Tampak Atas

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3.4 Job :4
Judul : Acuan dan Perancah Balok dan Lantai
Tujuan : Pada akhir praktik mahasiswa diharapkan dapat
1. Membuat Acuan dan Perancah Balok
2. Menyetel Cetakan Balok menjadi Horizontal
3. Mengatasi Persoalan-persoalan yang terjadi
Dasar Teori :
Balok merupakan salah satu elemen konstruksi bangunan yang fungsinya
untuk beban dari lantai atau dinding ke kolom.
Bagian dari acuan balok adalah :
- Tiang pendukung balok dan penempatannya
- Dudukan tiang diatas tanah/lantai
- Penyekuan tiang-tiang pendukungnya
- Pembuatan dan penyetelan cetakan
Penempatan Tiang Pendukung Balok
Biasanya untuk tiang digunakan usuk atau dolken. Untuk konstruksi yang
besar sering dipergunakan kayu-kayu yang berukuran 8/12 cm. Acuan dapat bertumpu
pada satu tiang atau dua tiang sesuai keperluan. Apabila mempergunakan satu tiang,
maka peletakan tiang ini dipasang di tengah dan apabila menggunakan dua tiang maka
peletakannya pada tepi-tepi cetakan. Jarak tiang itu kita buat antara 40-60 cm.
Dudukan Tiang Diatas Tanah / Lantai
Tiang tidak cukup hanya diletakkan diatas tanah, tetapi terlebih dahulu harus
diberi alas dari papan. Ini dimaksudkan agar mendapatkan permukaan yang luas yang
menekan pada tanah, sehingga kemungkinan tiang turun bisa dihindari. Selain dari itu
papan alas ini juga berfungsi sebagai landasan klos-klos yang dipakai untuk menaik
turunkan ketinggian.
Gambar 1. Dudukan Tiang

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Pengaku Tiang Pendukung
Setelah papan landasan atau alas siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong
potong menurut panjang yang diperlukan ditegakkan diatas papan-papan tersebut.
Agar tiang-tiang dapat berdiri tegak dan kaku diperlukan adanya pengaku diagonal
yang dipasang dalam arah sumbu X dan Y.
Gambar 2a. Pandangan Atas Balok

Pada sumbu X antara tiang dengan tiang dipasang pengaku diagonal yang
dipasang saling bersilangan.
Gambar 2. Penyekuran Tiang

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Penyetelan Acuan
Bahan-bahan yang diperlukan seperti papan acuan, papan pendukung, pengaku
diagonal dan lain-lain disediakan dilokasi pekerjaan. Pekerjaan pertama adalah memasang
papan pendukung pada bagian atas tiang yang telah didirikan.
Bagian-bagian tepinya dipasang terlebih dahulu menurut ketinggian yang ditentukan
dan apabila kedua bagian tepi sudah selesai maka papan pengaku dipasang dan dipakukan
pada bagian tepi papan pendukung dan tiang. Kedua papan pendukung bagian tepi ini
selanjutnya digunakan sebagai pedoman pada pemasangan papan-papan pendukung bagian
tengah, dengan jalan menarik benang dari kedua papan pendukung tepi, kemudian benang ini
kita buat sebagai pedoman ketinggian bagi papan-papan pendukung bagian tengah.
Acuan Lantai
Yang perlu diperhatikan dalam penbuatan acuan lantai adalah ketinggian dari lantai
itu sendiri disamping konstruksi cetakan yang harus kuat, kokoh, dan stabil karena cetakan
lantai termasuk cetakan yang besar, luas dan menyangga beban yang berat dasar acuan yang
rata diperlukan untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik.
Bagian Bagian Penting Dari Acuan Lantai :
- Tiang Acuan dan Pengaku
Tiang acuan dipasang diatas papan landasan yang berada diatas tanah.
Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan-papan pengaku yang
berfungsi sebagai perangkai dari tiang itu.
- Gelagar
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang
dibutuhkan. Pemasangan dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi kemudian bagian
tengah.
- Lantai Cetakan
Setelah pemasangan gelagar selesai, kemudian lantai cetakan dipasang diatas
gelagar tadi.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Alat dan Bahan :
1. Kayu Gelam 10. Gergaji tangan
2. Papan 2/20 cm 11. Palu cakar
3. Paku 1 2 inch 12. Bodem
4. Benang 13. Linggis
5. Pensil 14. Rol kabel
6. Unting-unting 15. Gergaji mesin
7. Meteran (Rol meter) 16. Waterpass
8. Slang Plastik 17. Mistar siku besar
9. Mesin ketam 18. Kampak

Instruksi Umum :
1. Ikuti petunjuk instruktur
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin

Langkah Kerja :
1. Pelajari gambar kerja dan kalkulasi kebutuhan bahan-bahannya.
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3. Rangkaikan papan-papan acuan dengan menggunakan klam sebagai sisi-sisi
cetakan balok.
4. Jarak klam-klam perangkai tersebut 50-60 cm.
5. Dirikan tiang-tiang perancah dalam keadaan vertikal sejarak dengan klam
perangkai tadi dan tiang-tiang perancah tersebut dirangkaikan dengan apan
perangkai.
6. Gelagar balok pendukung diletakkan di atas tiang-tiang perancah dan
kedudukan balok pendukung harus betul-betul horizontal.
7. Papan-papan acuan balok bagian sisi bawaah dapat dipakukan pada gelagar
papan acuan, untuk papan cetakan bagian sisi tegak diperkuat dengan papan-
papan penguat tepat pada klam-klam perangkai pada cetakan.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Alat dan Bahan :

1. Multiplex / Plywood 3. Palu cakar


2. Paku 1 2 inch 4. Waterpass

Instruksi Umum :
1. Ikuti petunjuk instruktur
2. Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
3. Perhatikan keselamatan kerja dan kekompakan dalam bekerja
4. Gunakan waktu seefektif mungkin

Langkah Kerja :

1. Berdirikan tiang-tiang acuan sejarak 50 60 cm dan antara tiang-tiang acuan


tersebut dirangkaikan dengan papan-papan (skoor).
2. Gelagar acuan ( dari papan ) dipakukan pada tiang-tiang acuan yang tingginya
berpedoman pada benag telah ditegangkan/dikencangkan dari tiang acuan ujung
sampai pangkal.
3. Plywood / papan dipakukan pada gelagar / gelagar acuan dan juga pada cetakan
balok bagian sisi yang berhubungan dengan lantai.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Cetakan Balok 2 Tiang Acuan

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Balok Tampak Depan

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Lantai

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3.5 Job :5
Judul : Membuat Acuan dan Perancah Tangga
Tujuan : Pada akhir pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat

1. Merencanakan tangga yang kuat


2. Membuat cetakan dan acuan balok tangga
3. Membuat jumlah optride dan antride
Dasar teori :
Tangga diperlukan jika terdapat bangunan bertingkat. Fungsinya untuk
menghubungkan antar lantai. Tangga ini bisa dibuat dari kayu, baja, aluminium,
beton, dan lain-lain. Menurut bentuknya tangga juga bervariasi, misalnya tannga siku,
spiral, sentrik/poros. Bervariasinya tangga juga tergantung pada :
1. Jarak / elevasi antar lantai
2. Bentuk ruangan yang tersedia
3. Fungsi atau peruntukan
Bagian Bagian Tangga :
o Plat tangga
o Anak Tangga
Anak tangga terdiri atas dua bagian, yaitu :
Tanjakan (optride), dengan ukuran umum min. 17 cm.
Injakan (Antride), dengan ukuran umum 25-30 cm.
o Bordes
o Pegangan / rail
o Balok
Perencanaan Tangga
Sebelum merencanakan acuan tangga yang harus diperhatikan ialah ketinggian
dari tangga, yaitu jarak tinggi dari laqntai satu ke lantai yang lain diatasnya.
Adapun syarat-syarat lain agar suatu tangga bisa ideal :
Kemiringan maksimal 45 atau dengan perbandingan
2 Optrade + 1 Antride = 1 langkah
1 langkah = 57 cm s/d 65 cm (panjang 1 langkah)
Tinggi optride untuk bangunan rumah tinggal maksimum 20 cm, sedangkan bangunan
umum 17 cm

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Antride minimum 25 cm
Lebar tangga untuk rumah tinggal 80-120 cm
Pembuatan Cetakan Tangga
Setelah Perencanaan tangga selesai, tentunya pembuatan cetakan segera
dikerjakan. Tahap-tahap pembuatan cetakan tangga Ialah sebagai berikut :

Pemasangan tiang-tiamg
Penimbangan Gelagar
Pemasangan Lantai
Pemasangan dinding cetakan beserta penggambaran tridenya
Pemasangan papan-papan pencetak Optrade.
Pemasangan Tiang Tiang
Sebelum pemasangan tiang dikerjakan harus diukur dahulu dari tiang yang
dibutuhkan, dengan cara menarik benang dari lantai atas ke lantai bawah sepanjang
bentang tangga yang telah direncanakan.Kemudian letakan tiang-tiang pada tempat
yang telah diukur tetapi ukurannya dikurangi sedikit dengan maksud agar lebih
memudahkan penimbangan Gelagar.

Penimbangan Gelagar
Jika pemasangan tiang telah selesai, lanjutkan dengan pemasangan dan
penimbangan Gelagar.penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan
gelagar untuk cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai
dengan kemiringan tangga.

Pemasangan Dinding Tride Dan Pemasangan Papan Pencetak Optrade


Jika tepi lantai sudah sesuai dengan lebar tangga, baru dinding cetakan dipasang
pada tepe lantai cetakan. Berdiri vertical lalu ditopang bagian atasnya dengan tiang
sedangkan bagian bawahnya ditahan oleh papan penguat. Pemasangan papan pencetak
optrade harus diperkuat oleh klos yang dipakukan pada dinding cetakan.pada bagian
tengah papan ini diberi paku dengan sebilah kayu yang kita pasang miring dari atas ke
bawah.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Alat dan Bahan :
1. Papan uk.2/20x400 cm 7. Unting-unting
2. Kayu Gelam 8. Slang air
3. Paku uk.1 2 - 2 - 3 inch 9. Meteran (Roll meter)
4. Benang 10. Palu cakar
5. Pensil 11. Waterpass
6. Penggaris siku 12. Gergaji tangan

Instruksi Umum :
Didalam pembuatan acuan dan perancah tangga, kita harus mengetahui bentuk tangga
yang ideal. Syarat-syarat tangga yang ideal antara lain :

1. 2 optride + 1 antride = satu langkah orang dewasa ( 57 ~ 65 cm )


2. Optride untuk bangunan tempat tinggal maksimum 20 cm.
3. Optride untuk bangunan umum maksimum 17 cm.
4. Antride minimum 25 cm.
5. Lebar tangga untuk bangunan tempat tinggal 80 cm 120 cm yang ideal 90 cm.
6. Lebar tangga untuk bangunan umum minimal 120 cm.

Perhitungan :
Jika lantai I 0.00, sedangkan lantai II + 2.70,
Jumlah optride = 270/19 = 14,210 buah 14 buah
Ukuran optrade = 270/14 = 19,285 cm
Jika ukuran antride 25 cm
Syarat tangga ideal = 2 optride + 1 antride = satu langkah orang dewasa ( 57 ~ 65
cm )
= 2 x 19,285 + 25 = 38,57 + 25 = 63,57 cm ( 57 ~ 65 cm )
Jadi tangga ini terdiri dari 14 buah trap dengan ukuran optrade 19,285 cm dan
antrade minimal 25 cm dan maksimal 31 cm.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Langkah Kerja :

1. Rencanakan jumlah optride dan antride tangga dan hitung panjang tangga serta sudut
kemiringan tangga.
2. Persiapkan alat dan bahan kerja seperlunya.
3. Rangkaikan papan-papan sebagai sisi tegak cetakan balok dan tangga.
4. Ukur bebas dari ketinggian tangga di lapangan.
5. Berdirikan tiang-tiang acuan dengan jarak 50 60 cm dimana tiang-tiang tersebut
diskoor dengan papan untuk balok dan tangga.
6. Rentangkan benang pada tiang-tiang acuan untuk pedoman gelagar acuan balok dan
tangga.
7. Pakukan gelagar acuan balok dan tangga pada tiang-tiang acuannya dengan
berpedoman benang yang telah direntangkan.
8. Papan cetakan balok dan multiplex ( lantai tangga ) dipakukan pada gelagar-
gelagarnya.
9. Papan cetakan sisi-sisi tegak balok dan tanggadipakukan pada sisi bawah cetakan-
cetakan tersebut, selanjutnya diperkuat dengan papan-papan penguat. Khusus untuk
sisi-sisi tegak tangga digambar kedudukan / tempat-tempat papan optride dan pada
tempat tersebut, dipakukan klos-klos.
10. Setelah itu memakukan papan-papan optride pada klos-klos dan diperkuat dengan
usuk + papan-papan penguat.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Gambar Kerja Acuan dan Perancah Tangga Tampak Samping

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
3.6 Pembongkaran Acuan Dan Perancah
1. Kapan Acuan Dan Perancah Dibongkar
Pembongkaran acuan dan perancah dilakukan apabila beton sudah mencapai
cikup umur, 28 hari. Pada konstruksi tertentu kita bisa membongkarnya lebih awal,
misalnya pada pekerjaan pondasi, pekerjaan kolom dan lain-lain, biasanya pada
konstruksi yang tidak menggantung. Pembongkaran terpaksa dilakukan karena waktu
yang diperlukan oleh pekerjaan lain yang tergantung dari pekerjaan beton tersebut
untuk konstruksi yang menggantung jangan sekali-kali dilakukan penbongkaran
acuan/perancah sebelum beton cukup umur, misal pada balok, lantai, konsol, luifel
dan lain-lain. Apabila hal ini dilakukan maka akan berakibat buruk, misalnya rusak
pada beton, ataupun lepasnya ikatan beton dengan tulangan.
2. Cara Pembongkaran Acuan Dan Perancah
Dalam pembongkaran acuan dan perancahharus diperhatikan beberapa syarat,
misalnya syarat ekonomis, syarat keamanan dan syarat konstruksi.
a) SyaratEkonomis.
Usahakan bekas bahan bongkaran supaya bisa dipakai lagi. Hal ini dapat
dilakukan apabila didalam pembongkaran dilakukan dengan hati-hati.
b) Syarat Keamanan.
Hal ini penting sekali, jangan sam pai pembongkaran dilakukansecara tidak
berurutan, sehingga bagian yang belum ataupun yang sudah terbongkar dapa
mencelakakan pekerja yan sedang bekerja. Misal nya dalam pembongkara acuan
dan perancah lantai, pertama dibongkar dahulu sekor-sekornya kemudian tiang-
tiangnya. Dalam pembongkaran tiang harus hati-hati, karena tiang ini yang
menahan seluruh beban diatasnya. Kalau tidak hati-hati maka apa-apa yang
diatasnya bisa rubuh dan menimpa pekerja yang sedang berada dibawahnya.
Gunakan sepatu kerja, pakaian kerja, helm dan lain-lain.
c) Syarat Konstruktif.
Pembongkaran tiang secara teoritis perlu diperhatikan tiang momen yang timbul
harus sama dengan bidang momen yang direncanakan. Jadi pada pembongkaran
tiang perancah lantai/dolok harus dimulai dari arah tengah dan mulai kearah
tepi. Hal ini dimaksudkan agar bidang momen yang timbul akan sama dengan
bidang momen yang direncanakan. Sedang kalau pada pembongkaran konsol
(bkantilever), dimulai dari ujung, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
bidang momen yang sama.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Tujuan :
Mengetahui cara pembongkaran yang baik dan benar
Alat dan Bahan :
1. Palu Cakar
2. Linggis
3. Gerobak Dorong
Langkah Kerja :
Bongkar berdasarkan urutan pembuatan, dari yang terakhir dibuat sampai yang
pertama kali dibuat. Agar bangunan tidak roboh jika dibongkar tidak sesuai prosedur.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktek dan pembahasan teori tentang Acuan Dan Perancah I
saya dapat mengambil kesimpulan bahwa Acuan Dan Perancah atau formwork adalah
suatu konstruksi sementara suatu bangunan yang berfungsi untuk mendapatkan kostruksi
beton yang dikehendaki.
Syarat-syarat acuan dan perancah adalah
Acuan harus kuat
Kokoh / kaku
Mudah dibongkar
Ekonomis
Cetakan harus bersih
Cetakan harus rapat
Rapi

Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir
dari mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian
seperti kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan
juga dapat mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di
bidang tersebut harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan
dasar yang cukup tentang acuan dan perancah.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
4.2 Saran
Mempergunakan waktu seefektif dan seefesien mungkin.
Mengutamakan keselamatan kerja dan memperjatikan K3( kesehatan dan
keselamatan kerja ).
Mengikuti petunjuk dan prosedur pelaksanaan kerja.
Menempatkan peralatan-peralatan pada tempat yang aman.
Berkonsentrasi pada pekerjaan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak
berguna dalam praktek.
Kompak dengan grup dalam bekerja agar menghasilkan hasil yang maksimal
dan pekerjaan lebih cepat selesai.
Berusaha melakukan yang terbaik.
Mengambil inisiatif jika menemukan permasalahan yang tidak ada dalam
petunjuk praktek.
Pada saat pembongkaran acuan dan perancah hendaknya jangan sembarangan,
lakukanlah sesuai dengan prosedur yang ada.
Menempatkan bahan-bahan pembongkaran dengan rapi dan mengembalikan
pada tempatnya semula.

Laporan Acuan Dan Perancah I


DINA DWI ANGRAINI(061630100702)
Laporan Acuan Dan Perancah I
DINA DWI ANGRAINI(061630100702)

Anda mungkin juga menyukai