Prosedur:
Teknik ini menggunakan beberapa shade guide yang disusun berdasarkan hue,
chrome, value cincin tabung enamel dan dentine yang merupakan standard satuan shade
guide yang berasal dari pabrik. Pemilihan warna dengan system Munsell dimulai denagn
langkah hue, value, dan chroma.
1. Langkah Hue
Langkah dalam memilih hue adalah
a. Hal penting pertama kali dalam memilih warna gigi adalah ketika pasien duduk pertama
kali dikursi unit, pilih sumber cahaya dari berbagai cahaya yang berada disekeliling
pasien.
b. Perhatikan sekeliling mulut secara misalnya mahkota gigi, akhiran servikal dan tepi
insisal. Buat taksiran umum hue, gigi umumnya coklat, kuning, atau abu-abu.
c. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue yaitu shade guide yang memiliki 4
warna dasar yaitu A, B, C, dan D. A menunjukkan warna kecoklatan, B warna
kekuningan, C warna keabu-abuan dan D warna semu merah jambu. Lampu dihidupkan
pada jarak 20 cm dari lengkung gigi dan shade guide disusun dengan 4 warna dasar,
masing-masing 2 diseberang dan 2 diseberangnya.
d. Mata operator kemudian diistirahatkan dengan melihat kea rah latar belakang warna biru.
Kuning yang umumnya warna gigi dapat diimbangi dengan warna biru sebagai warna
komplementer. Melihat kea rah latar belakang biru kira-kira 1 menit meningkatkan
kesensitifan mata terhadap warna kuning.
e. Misalkan pilihan hue adalah A1, dan ketiga warna dasar lainnya diletakkan di samping.
f. Jika hue telah ditetapkan, misalkan pilihan adalah A, dan ketiga warna dasar lainnya
diletakkan di samping. Menentukan hue dilakukan dengan mengobservasi bagian servik
gigi. Melihat ke bagian servik dapat meningkatkan penerimaan chroma sementara
melihat ke insisal dapat menurunkan penerimaan chroma, sehingga lebih sulit
mendapatkan hue. Bila kaninus ada, itulah gigi yang paling baik untuk memilih hue
karena memiliki chroma yang paling tinggi (Anggraeni, 2003).
2. Langkah Chroma
Langkah dalam memilih chroma adalah:
a. Pilih chroma berdasarkan hue yang telah ditetapkan. Chroma dari hue dipilih dengan
membandingkan shade guide dengan bagian tenagh gigi, bila tidak sesuai warna dasar
diturunkan. Hal ini lebih mudah karena yang ada hanya chroma yang berbeda pada hue
yang sama.
b. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue, dibagi lagi atas chroma, misalnya A
terbagi atas A1, A2, A3 dan A4 yan memiliki hue yang sama tetapi berbeda chroma. Hal
yang sama juga untuk B, C, dan D. misalnya chroma yang dipilih adalah A2.
c. Mata istirahatkan lagi dengan melihat kea rah latar belakang warna biru sebagai warna
komplementer. Perbedaan chroma warna dasar yang sama sangat dekat satu sama lain
pada shade guide buatan pabrik, dapat membingunkan dalam menyesuaikan warna. Hal
ini membuat orang melihat perbedaan hue lebih efektif karena chroma lebih kuat. Hal ini
merupakan langkah sulit sebab tidak banyak bedanya antara warna-warna tersebut.
d. Jika chroma telah ditetapkan, pilih warna dentin dan enamel dengan cincin warna dentin
dan enamel. Sesuaikan waran dentin dengan cincin warna dentin. Kadang-kadang perlu
dilakukan perbaikan, nomor chroma dentin yang dipilih dicatat. Gunakan latar belakang
biru lagi untuk mengistirahatkan mata.
e. Sesuaikan warna enamel dengan cincin warna enamel. Observasi harus dilakukan pada
bagian insisal gigi yang enamelnya lebih tebal dan nomor enamel dicatat (Anggraeni,
2003).
3. Langkah value
Langkah dalam memilih value adalah:
a. Pilih value dengan memicingkan mata. Memicinkan mata menyebabkan rods pada mata
lebih sensitive dari pada cones terhadap warna, rods bertanggung jawab membantu
menentukan value. Hindari pertimbangan terhadap hue dan chroma.
b. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan value yang merupakan buatan pabrik.
c. Value yang telah dipilih digunakan untuk memilih porselen yang inti. Ini adalah tahap
kritis untuk memilih value yang lebih penting daripada pilihan hue. Bila value ini salah,
efeknya akan kurang baik untuk warna bagian servik gigi. Teknik ini dapat dibantu
dengan penggambaran peta corak gigi (dental shape tab) (Anggraeni, 2003).
Anggreini, F. 2003. Teknik Penentuan Warna dengan Sistem Munsel pada Restorasi Porselen.
Medan: USU.
Annusavice. 2003. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid
I.Jakarta: Hipokrates.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
JilidII.Jakarta:Hipokrates.
MZ. 2009. Pencetakan. https://www.google.co.id/search?
q=pencetakan+mz+2009&oq=pencetakan+mz+2009&aqs=chrome..69i57.5433j0j4&s
ourceid=chrome&ie=UTF-8#