Anda di halaman 1dari 8

LO NO 1.

a. Penentuan bahan cetak


Bahan yang biasa digunakan untuk mencetak diagnostik adalah
bahan hidrokoloid irreversibel yaitu alginat.
b. Penentuan sendok cetak
Syarat penentuan sendok cetak adala sebagai berikut:
1. Harus sesuai dengan bentuk lengkung rahang, bila diletakkan
dalam mulut harus ada selisih ruangan kira-kira 4-5 mm.
2. Harus sesuai dengan bahan cetaknya, jika memakai alginate
harus memakai sendok cetak yang berlubang atau yang
memakai spiral ditepinya.
3. Sayap sebelah lingual sendok cetak rahang bawah dapat
diperpanjang dengan malam untuk memperluas di bagian
posterior
c. Pencetakan
1. Menyiapkan bowl dan spatula.
2. Bowl dan spatula yang sudah disiapkan, diisi air dengan suhu
kamar (20oC) sesuai takaran. Lalu bubuk alginat dituang dengan
takaran sesuai dengan petunjuk pabrik.
3. Pengadukan dilaksanakan selama 1 menit dengan cepat.
4. Pengadukan dilakukan dengan cara spatula ditekan ke dinding
bowl, dan tangan kiri yang memegang bowl sambil diputar.
5. Setelah didapat adonan yang halus dan mengkilat, adonan
diletakkan ke dalam sendok cetak.
6. Setelah itu, dilakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang
bawah.
7. Sendok cetak ditekan pada daerah premolar, diusahakan tanpa
pergerakan hingga setting agar tidak terjadi distorsi.
8. Normal setting sekitar 3 menit.
9. Sendok cetak dikeluarkan dari rongga mulut dengan gerakan
sejajar sumbu panjang gigi.
10. Setelah dilepas, sendok cetak langsung dicuci dan cetakan
diperiksa dengan seksama.
11. Bila hasil cetakan sudah baik mencetak setiap detail
LO NO 2.
Pencetakan fungsional mengkombinasikan antara teknik mukostatis dan
mukokompresi yang akan memberi keuntungan, dimana untuk mencapai
hal ini secara maksimal dibutuhkan teknik pencetakan ganda (double
impression). Teknik mukokompresi adalah teknik yang memungkinkan
jaringan lunak mulut di bawah penekanan. Pencetakan dilakukan dengan
menggunakan bahan yang mempunyai viskositas tinggi, sehingga
tekanan lebih dibutuhkan ke arah mukosa di bawahnya. Teknik mukostatis
adalah teknik dengan jaringan lunak mulut berada dalam keadaan
istirahat. Pencetakan yang demikian dilakukan dengan menggunakan
bahan yang mempunyai viskositas yang sangat rendah, dimana hanya
sejumlah kecil tekanan yang dibutuhkan, sehingga pada keadaan ini
sedikit atau tidak ada sama sekali terjadi pergerakan dari mukosa.
Bahan yang dianjurkan untuk digunakan pada pencetakan model
kerja untuk gigi tiruan jembatan adalah bahan silikon adisi. Bahan cetak
silikon adisi menghasilkan deformasi permanen yang sangat rendah,
ketahanan terhadap kekoyakan adekuat dan elastisitasnya sangat baik.
Stabilitas dimensinya dan keakuratan hasil juga sangat baik. Pengisian
pada cetakan dapat ditunda hingga 7 hari. Silikon tersedia dam tipe putty,
heavy body, regular, light body dan wash.

Pembuatan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan


model kerja. Caranya:
1. Bahan cetak double impression dengan tenik one stage/ phase (direct)
a) Putty (kotak) : aduk bahan putty, letakkan didasar sendok cetak
yang tujuannya untuk menstabilkan kedudukan sendok cetak
didalam mulut, ambil perbandingan 1:1 rubber base : katalis lalu
aduk hingga warna berubah hijau, lalu letakkan pada dasar sendok
cetak dan pada daerah yang telah dipreparasi harus dicekungkan
untuk menyediakan bahan yang kedua.
b) Aduk light body, setelah homogen, masukkan kedalam injeksi
kemudian injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi pada mulut
pasien, sisanya pada bagian yang dicekungkan tadi.
c) Kemudian cetakkan kedalam mulut pasien
d) Cor cetakan dengan hard stone.
2. Bahan double impression dengan teknik two phase
Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak,
setelah rata masukkan ke dalam mulut pasien tanpa melepas crown
sementara. Pada bagian anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu
dicekungkan. Setelah mengeras ambil sendok cetak tersebut dari mulut
pasien, kemudian aduk light body yang terdiri dari basa dan katalis,
setelah homogen masukan ke dalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi
yang telah dipreparasi tadi. Masukkan cetakan putty tadi ke dalam
mulut. Setelah keras keluarkan dari mulut pasien (Aryanto dan Gunadi,
1991).
LO NO 4.
Sistem warna Munsell merupakan suatu sistem untuk menyesuaikan warna gigi tiruan
dengan warna asli dalam kedokteran gigi. Untuk menetapkan suatu warana tanpa kesalahan
perlu digunakan tiga parameter yaitu hue, chroma, dan value yang menjadi standard untuk
menggambarkan warna gigi.

Gambar 4. Sistem warna Munsell


1. Hue
Hue berhubungan terhadap karakteristik warna yang memberikan suatu identifikasi
dan perbedaan dari suatu warna terhadap warna yang lainnya. Merah adalah hue, demikian
juga kuning, biru dan warna lain yang telah diketahui namanya.
Salah satu warna dapat dicampur dengan warna lain sebagai warna tambahan dan
dapat dicapai dalam variasi warna yang berkelanjutan dari satu warna terhadap warna yang
lainnya. Contohnya, merah dan kuning dicampur dalam suatu proporsi untuk mendapatkan
seluruh hue dari merah sampai orange ke kuning. Kemudian Munsell menggunakan symbol
untuk mendesain 10 sektor hue yaitu R, YR, Y, GY, G, BG, B, PB, P, dan PR. R untuk merah,
YR untuk merah-kuning, Y untuk kuning, GY untuk kuning-ungu, G untuk hijau, BG untuk
hijau-biru, B untuk biru, PB untuk biru-ungu dan P untuk ungu (Annusavice, 2003).
2. Chroma
Chroma adalah suatu kualitas yang membedakan warna yang kuat dari satu warna
yang lemah. Chroma merupakan intensitas warna yang memisahkan hue dari value. Chroma
menunjukkan sejumlah warna dalam hue, dihubungkan sebagai lingkaran dari pusat seperti
jari-jri dalam kumparan.
Chroma berhubungan dengan banyaknya pigmen yang ada pada warna yang
digambarkan pada awalnya. Jika warna memiliki konsentrasi yang kuat pada pigmen hue,
maka warnanya kuat. Skala chrome dari /0 untuk abu-abu netrak ke /10, /12, /14 dan
seterusnya (Annusavice, 2003).
3. Value.
Value adalah kualitas warna yang digambarkan dengan istilah gelap dan terang yang
berhubungan dengan pencahayaan. Hal ini merupakan tingkat kecerahan. Value merupakan
parameter fotometrik yang diasosiasikan dengan pemantulan total yaitu kecerahan atau
kegelapan warna. Hue yang diukur dari putih absolute atau hitam absolute disebut value.
Value menunjukkan tingkat kecerahan atau kegelapan warna yang dihubungkan
dengan skala abu-abu normal yang meluas dari hitam absolute ke putih absolute. Symbol 0
untuk hitam absolute, symbol 10 untuk putih absolute, symbol 5 untuk abu-abu sedang dan
semua warna chromatic antara hitam absolute dan putih absolute. Hitam dan putih disebut
warna netral karena tidk memiliki hue.
Warna hitam dan putih dihasilkan dari pancaran cahaya objek yang tidak dapat
diabsorbsi pada posisi spectrum tetapi direfleksikan keseluruh pancaran cahaya. Objek yang
direfleksikan dari banyak pancaran cahaya adalah warna putih sebaliknya objek yang sedikit
pancaran cahaya adalah hitam (Annusavice, 2003).

Gambar 5. Tabel warna value dan chroma

Prosedur:
Teknik ini menggunakan beberapa shade guide yang disusun berdasarkan hue,
chrome, value cincin tabung enamel dan dentine yang merupakan standard satuan shade
guide yang berasal dari pabrik. Pemilihan warna dengan system Munsell dimulai denagn
langkah hue, value, dan chroma.
1. Langkah Hue
Langkah dalam memilih hue adalah
a. Hal penting pertama kali dalam memilih warna gigi adalah ketika pasien duduk pertama
kali dikursi unit, pilih sumber cahaya dari berbagai cahaya yang berada disekeliling
pasien.
b. Perhatikan sekeliling mulut secara misalnya mahkota gigi, akhiran servikal dan tepi
insisal. Buat taksiran umum hue, gigi umumnya coklat, kuning, atau abu-abu.
c. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue yaitu shade guide yang memiliki 4
warna dasar yaitu A, B, C, dan D. A menunjukkan warna kecoklatan, B warna
kekuningan, C warna keabu-abuan dan D warna semu merah jambu. Lampu dihidupkan
pada jarak 20 cm dari lengkung gigi dan shade guide disusun dengan 4 warna dasar,
masing-masing 2 diseberang dan 2 diseberangnya.
d. Mata operator kemudian diistirahatkan dengan melihat kea rah latar belakang warna biru.
Kuning yang umumnya warna gigi dapat diimbangi dengan warna biru sebagai warna
komplementer. Melihat kea rah latar belakang biru kira-kira 1 menit meningkatkan
kesensitifan mata terhadap warna kuning.
e. Misalkan pilihan hue adalah A1, dan ketiga warna dasar lainnya diletakkan di samping.
f. Jika hue telah ditetapkan, misalkan pilihan adalah A, dan ketiga warna dasar lainnya
diletakkan di samping. Menentukan hue dilakukan dengan mengobservasi bagian servik
gigi. Melihat ke bagian servik dapat meningkatkan penerimaan chroma sementara
melihat ke insisal dapat menurunkan penerimaan chroma, sehingga lebih sulit
mendapatkan hue. Bila kaninus ada, itulah gigi yang paling baik untuk memilih hue
karena memiliki chroma yang paling tinggi (Anggraeni, 2003).
2. Langkah Chroma
Langkah dalam memilih chroma adalah:
a. Pilih chroma berdasarkan hue yang telah ditetapkan. Chroma dari hue dipilih dengan
membandingkan shade guide dengan bagian tenagh gigi, bila tidak sesuai warna dasar
diturunkan. Hal ini lebih mudah karena yang ada hanya chroma yang berbeda pada hue
yang sama.
b. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan hue, dibagi lagi atas chroma, misalnya A
terbagi atas A1, A2, A3 dan A4 yan memiliki hue yang sama tetapi berbeda chroma. Hal
yang sama juga untuk B, C, dan D. misalnya chroma yang dipilih adalah A2.
c. Mata istirahatkan lagi dengan melihat kea rah latar belakang warna biru sebagai warna
komplementer. Perbedaan chroma warna dasar yang sama sangat dekat satu sama lain
pada shade guide buatan pabrik, dapat membingunkan dalam menyesuaikan warna. Hal
ini membuat orang melihat perbedaan hue lebih efektif karena chroma lebih kuat. Hal ini
merupakan langkah sulit sebab tidak banyak bedanya antara warna-warna tersebut.
d. Jika chroma telah ditetapkan, pilih warna dentin dan enamel dengan cincin warna dentin
dan enamel. Sesuaikan waran dentin dengan cincin warna dentin. Kadang-kadang perlu
dilakukan perbaikan, nomor chroma dentin yang dipilih dicatat. Gunakan latar belakang
biru lagi untuk mengistirahatkan mata.
e. Sesuaikan warna enamel dengan cincin warna enamel. Observasi harus dilakukan pada
bagian insisal gigi yang enamelnya lebih tebal dan nomor enamel dicatat (Anggraeni,
2003).
3. Langkah value
Langkah dalam memilih value adalah:
a. Pilih value dengan memicingkan mata. Memicinkan mata menyebabkan rods pada mata
lebih sensitive dari pada cones terhadap warna, rods bertanggung jawab membantu
menentukan value. Hindari pertimbangan terhadap hue dan chroma.
b. Gunakan shade guide yang disusun berdasarkan value yang merupakan buatan pabrik.
c. Value yang telah dipilih digunakan untuk memilih porselen yang inti. Ini adalah tahap
kritis untuk memilih value yang lebih penting daripada pilihan hue. Bila value ini salah,
efeknya akan kurang baik untuk warna bagian servik gigi. Teknik ini dapat dibantu
dengan penggambaran peta corak gigi (dental shape tab) (Anggraeni, 2003).

Gambar 6. Dental Shape Tab


DAFTAR PUSTAKA

Anggreini, F. 2003. Teknik Penentuan Warna dengan Sistem Munsel pada Restorasi Porselen.
Medan: USU.
Annusavice. 2003. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid
I.Jakarta: Hipokrates.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
JilidII.Jakarta:Hipokrates.
MZ. 2009. Pencetakan. https://www.google.co.id/search?
q=pencetakan+mz+2009&oq=pencetakan+mz+2009&aqs=chrome..69i57.5433j0j4&s
ourceid=chrome&ie=UTF-8#

Anda mungkin juga menyukai