STRIKTUR URETRA
Disusun oleh:
Andry Yonatha
030.12.020
LEMBAR PENGESAHAN
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan referat ini. Referat berjudul Striktur Uretra ini
dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam Kepaniteraan
Klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. Saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing saya, dr. Ahmad Rizki
Herda Pratama, Sp.U, yang telah memberikan bimbingannya dalam proses
penyelesaian referat ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moral
maupun pengalaman selama di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang.
i
Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya
yang berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama atas dukungan dan
bantuan mereka selama saya menjalani kepaniteraan ini. Pengalaman saya dalam
kepaniteraan ini akan selalu menjadi suatu pengalaman yang bermakna. Saya juga
mengucapkan rasa terimakasih yang mendalam kepada kedua orangtua saya atas
doa, dukungan selama ini.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Penulis,
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..............................................................................................................
Kata Pengantar.....................................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................................
Bab I PENDAHULUAN....................................................................................................
Bab II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................
2.1 Anatomi..........................................................................................................................
2.2 Definisi Striktur Uretra..................................................................................................
2.3 Epidemiologi..................................................................................................................
2.4 Etiologi...........................................................................................................................
2.5 Gejala Klinis..................................................................................................................
2.6 Patofisiologi...................................................................................................................
2.7 Diagnosis........................................................................................................................
2.8 Derajat penyempitan....................................................................................................
2.9 Penatalaksanaan...........................................................................................................
2.10 Komplikasi.................................................................................................................
2.11 Pencegahan.................................................................................................................
2.12 Prognosis....................................................................................................................
2.13 Striktur Uretra pada Wanita.......................................................................................
Bab III
KESIMPULAN..................................................................................................................
ii
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Uretra merupakan saluran yang urin dari vesika urinaria ke meatus uretra,
untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai saluran urin & saluran untuk semen dari organ reproduksi. Panjang uretra
pria kira-kira 23 cm & melengkung dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati
prostate dan penis. Sedangkan uretra pada wanita lurus & pendek, berjalan secara
langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter)
dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung
kemih dan bersifat volunter).Uretra merupakan saluran akhir dalam pengeluaran
urine keluar tubuh. Uretra pada pria memiliki fungsi ganda yaitu sebagai saluran
urine dan saluran untuk semen dari organ reproduksi.
2
Secara anatomis uretra pria dibagi menjadi dua bagian yaitu uretra posterior
dan uretra anterior. Uretra pria dibagi atas :
1. Uretra Posterior, dibagi menjadi:
a. Pars prostatika : dengan panjang sekitar 2,5 cm, berjalan melalui
kelenjar prostate.
b. Pars membranacea : dengan panjang sekitar 2 cm, berjalan melalui
diafragma urogenital antara prostate dan penis
2. Uretra Anterior, dibagi menjadi:
a. Pars bulbaris: terletak di proksimal, merupakan bagian uretra yang
melewati bulbus penis.
b. Pars pendulum /cavernosa/spongiosa: dengan panjang sekitar 15 cm,
berjalan melalui penis (berfungsi juga sebagai transport semen).
c. Pars glandis: bagian uretra di gland penis. Uretra ini sangat pendek dan
epitelnya sangat berupa squamosa ( squamous compleks
noncornificatum).
Uretra dilengkapi dengan dua otot sfingter yang berguna untuk menahan laju
urine. Uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra, dipersarafi
3
oleh sistem simpatik, sehingga jika buli-buli penuh sfingter ini akan terbuka.
Sfingter uretra eksterna terletak pada perbatasan uretra posterior dengan uretra
anterior, dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai keinginan
seseorang.
2.2. DEFINISI
2.3. EPIDEMIOLOGI
4
Keteterisasi urin merupakan salah satu tindakan yang membantu eliminasi
urin maupun ketidakmampuan melakukan urinasi. Prosedur pemasangan kateter
uretra merupakan tindakan invasif. Pasien akan dipasangkan sejenis alat yang
disebut kateter Dower pada muara uretra. Dalam melakukan prosedur ini
diperlukan keprofesionalan. Banyak pasien merasa cemas, takut akan rasa nyeri,
dan tidak nyaman pada saat dilakukan kataterisasi uretra. Hasil studi dari
Mushhab, 2006 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara lama waktu
terpasang kateter dengan tingkat kecemasan pada pasien yang terpasang kateter
uretra. 6
2.4. ETIOLOGI
5
dibagian-bagian yang terfiksir seperti bulbus dan
prostat. Di pars pendulan jarang terjadi cedera karena
sifatnya yang mobile.
3. Kateterisasi juga bisa menyebabkan striktura uretra bila
diameter kateter dan diameter lumen uretra tidak
proporsional.
c. Infeksi
Seperti uretritis, baik spesifik maupun non spesifik
(GO,TBC). Pada uretritis akut, setelah sembuh jaringan
penggantinya sama dengan jaringan asal. Jadi kalau asalnya
epitel squamous, jaringan penggantinya juga epitel
squamous. Kalau pada uretritis kronik, setelah penyembuhan,
jaringan penggantinya adalah jaringan fibrous. Akibatnya
lumen uretra menjadi sempit, dan elastisitas ureter
menghilang.
d. Tumor
Tumor bisa menyebabkan striktura melalui dua cara, yaitu
proses penyembuhan tumor yang menyebabkan striktura
uretra, ataupun tumornya itu sendiri yang mengakibatkan
sumbatan uretra.
1. Voiding symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat kegagalan buli
untuk mengeluarkan sebagian atau seluruh isi kandung kemih, antara lain:
weakness of stream (pancaran kencing melemah), abdominal straining
(mengejan), hesitancy (menunggu saat akan kencing), intermittency
6
(kencing terputus-putus), disuria (nyeri saat kencing), incomplete
emptying (kencing tidak tuntas), terminal dribble ( kencing menetes).
2. Storage symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai akibat gangguan
pengisian kandung kemih, bias karena iritasi atau karena perubahan
kapasitas kandung kemih, antara lain : frekuensi, urgensi, nocturia,
incontinensia (paradoxal), nyeri suprasimfisis.
3. Miction post symptom; yaitu gejala yang muncul pasca miksi, antara lain
tidak lampias, terminal dribbling, inkontinensia paradoks 4-5
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi,
disuria, inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang
membengkak, infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi
urine. 1
2.6 PATOFISIOLOGI
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan
mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal.
Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium
eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan
erektil vaskular.
Segala proses yang melukai lapisan epitelium uretra atau di bagian korpus
spongiosum pada proses penyembuhannya akan menghasilkan jaringan parut atau
scar. Hal ini akan menyebabkan striktur uretra anterior. Sebagian besar striktur
uretra disebabkan oleh trauma, biasanya stradle trauma. Trauma ini biasanya tidak
dirasakan sampai pasien mengeluh kesulitan BAK yang merupakan tanda dari
obstruksi oleh karena striktur atau scar. Trauma iatrogenik juga dapat
7
menyebabkan striktur uretra. Namun dengan berkembangnya endoskopi yang
kecil dan pembatasan indikasi sistoskopi pada pria membuat kejadian striktur
uretra lebih sedikit. Jejas pada urethra posterior yang berakibat terjadinya striktur
berhubungan dengan fibrosis periurethral yang luas.8
8
GAMBAR 2 : PATOFISIOLOGI
9
GAMBAR 3. Anatomi striktur uretra anterior meliputi, dalam banyak kasus,
yang mendasari spongiofibrosis. A, Sebuah lipat, mukosa. B, Iris
penyempitan. C, Full-ketebalan keterlibatan dengan fibrosis minimal dalam
jaringan spons. D, Full-ketebalan spongiofibrosis. E, Peradangan dan fibrosis
yang melibatkan jaringan luar korpus spongiosum. F, striktur kompleks
rumit dengan fistula
2.7 DIAGNOSIS
Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga
mencari penyebab striktur uretra. 9
i. Laboratorium
ii. Uroflowmetri
10
normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila
kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada
obstruksi.
iii. Radiologi
iv. Instrumentasi
v. Uretroskopi
11
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika
diketemukan adanya striktur langsung diikuti dengan uretrotomi
interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik dengan memakai
pisau sachse. 11,12
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis. 12
2.9 PENATALAKSANAAN
12
Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan
apapun.Pasien yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi
suprapubik untuk mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan
insisi dan pemberian antibiotika. Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan
bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan
lumen uretra.12
1. Bougie (Dilatasi)
13
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau
lurus ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.2
14
2. Uretrotomi interna
3. Uretrotomi eksterna
Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan
fibrotik.
Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak,
dilakukan pembuatan uretra baru.
15
preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu
dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan
menyertakan pembuluh darahnya.7
2.10. KOMPLIKASI
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka
otot kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat
kemudian akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan
menebal terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase
dekompensasi timbul sakulasi dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dan
divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam otot buli
sedangkan divertikel menonjol di luar buli-buli, jadi divertikel buli-buli adalah
tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.7
2. Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak
timbul residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalah
keadaan dimana setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing. Dalam
keadaan normal residu ini tidak ada.
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli
melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang
meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli
akan masuk kembali ke ureter bahkan sampai ginjal.3
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiap saat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasi
maka akan timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.Adanya
16
kuman yang berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akan timbul
pyelonefritis akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjal dengan segala
akibatnya.3
Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa
timbul inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine
yang terinfeksi keluar dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrat
urine, kalau tidak diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah timbul
fistula di supra pubis atau uretra proksimal dari striktur.5
2.11 PENCEGAHAN
2.12 PROGNOSIS
Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
dilakukan observasi selama satu tahun tidak menunjukkan tanda-tanda
kekambuhan.4
17
Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urine yang langsung
dilihat oleh dokter atau menggunakan rekaman uroflowmetri. Beberapa tindakan
yang dapat dilakukan tiap control adalah sebagai berikut.
Diagnosis striktur uretra dibuat dengan bougie aboule, tanda khas dari
pemeriksaan bougie aboule adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan.
Pengobatan dari striktura uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal
dengan otis uretrotomi.3
18
BAB IV
KESIMPULAN
19
tindakan invasif, pemasangan kateter ini tentu memiliki resiko. Salah satunya
adalah terjadinya striktur uretra.
20
DAFTAR PUSTAKA
8. dr. Besyt daryanto. 2010. Pedoman Diagnosis & Terapi, Bedah Urologi.
Malang:Universitas brawijaya
21