Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
id
TUGAS AKHIR
PENGENDALIAN MUTU
MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Citronella oil)
di UKM SARI MURNI
Disusun Oleh :
Eko Pranata Putra Sebayang
H 3108009
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
PENGENDALIAN MUTU MINYAK ATSIRI SEREH WANGI
(Citronella Oil)
di UKM SARI MURNI
Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo, Kec. Ngargoyoso Kab. Karanganyar
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Motto
Kita menilai diri dari apa yang kita pikir bisa kita lakukan,
Padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan.
Akan tetapi Anda harus lebih takut untuk tidak tumbuh sama sekali.
Dan bila Anda sedang takut jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir di
UKM Sari Murni dengan baik.
Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam mencapai
gelar Ahli Madya Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Bambang Sigit Amanto, MSi selaku dosen pembimbing I Tugas Akhir.
2. Lia Umi Khasanah, ST, MT selaku dosen pembimbing II Tugas Akhir.
3. Bapak Syam Sutarto selaku pemilik UKM Sari Murni dan yang
membimbing di UKM Sari Murni selama pelaksanaan Tugas Akhir.
4. Orang tua yang selalu memberikan doa dan restunya.
5. Teman-teman D-III Teknologi Hasil Pertanian 2008 yang sudah
memberikan doa dan dukungannya.
6. Teman-teman NHKBP Solo yang telah memberikan doa dan
dukungannya.
7. Rekan-rekan dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak sekali kekurangan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak. Akhirnya penulis hanya
dapat mengharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
iv
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara kita termasuk negara penghasil minyak atsiri yang merupakan
komoditi penghasil devisa negara. Oleh karena itu pada tahun-tahun terakhir
ini, minyak atsiri mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah
Indonesia. Sampai saat ini Indonesia baru menghasilkan beberapa jenis minyak
atsiri, yaitu minyak cengkeh, minyak kenanga, minyak nilam, minyak akar
wangi,minyak pala, minyak kayu putih dan minyak sereh wangi. Terdapat
beberapa minyak atsiri yang menonjol dari minyak ini, yaitu minyak pala,
minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak sereh wangi.
Minyak sereh merupakan komoditi di sektor agribisnis yang memiliki
prospek dan berdaya saing kuat di pasaran luar negeri. Tetapi tanaman ini
belum banyak dibudidayakan dan pengolahannya belum optimal. Sebagai
contoh tanaman sereh wangi merupakan tanaman penghasil minyak atsiri yang
dalam perdagangan dikenal dengan nama "Citronella oil". (Anonimous, 1988).
Khususnya di Sumatera Utara, tanaman sereh wangi ini masih belum
membudaya, hanya sebagian kecil petani yang menanam tanaman ini sebagai
usaha sambilan, disertai pengolahan atau penyulingan. Pengolahan minyak
atsiri yang dilakukan masih sederhana, belum memenuhi standar baku.
Sehingga kualitas minyak atsiri yang dihasilkan tidak terlalu bagus. Suatu hal
yang perlu diketahui bahwa pada saat ini minyak sereh wangi mempunyai
harga pasaran yang tinggi sesudah minyak pala, yaitu Rp.65.850/kg, dan
minyak pala Rp.116.850/kg. Dari sisi ekonomi tentu hal ini akan meningkatkan
penghasilan petani. Hanya masalahnya adalah banyak para petani sereh wangi
yang melakukan penyulingan hanya secara tradisional saja, sehingga tidak
didapatkan minyak yang sesuai dengan standar (Ketaren, 1985).
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengendalikan mutu minyak sereh wangi. Hasil penelitian
dapat dijadikan dasar untuk penentuan standar mutu minyak atsiri sereh wangi
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
tang tepat guna menghasilkan minyak yang bagus serta memenuhi kualitas
yang diinginkan untuk tujuan eskpor.
B. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control Pengendalian Mutu
Minyak Sereh Wangi (Citronella oil) ini adalah:
1. Mengetahui proses produksi minyak atsiri sereh wangi, mulai dari tahap
pengadaan bahan baku, proses pengolahan, hingga hasil minyak sereh
wangi.
2. Menentukan parameter mutu dari minyak atsiri sereh wangi.
3. Menyusun konsep pengendalian mutu terhadap kualitas industri minyak
sereh wangi.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil analisis di home industri minyak sereh wangi adalah
agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk mendapatkan suatu kualitas mutu
yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tumbuhan Sereh
1. Sereh Wangi (Citronella oil)
Tanaman sereh termasuk golongan rumput-rumputan yang disebut
Andropogon nardus atau Cymbogob nardus. Genus Cympogon meliputi hampir
80 species, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak astiri yang
mempunyai arti ekonomi dalam perdagangan. Diantara species yang terpenting
adalah Cympogon nardus dan Cympogon winterianus atau mahapengiri dari
Jawa, yang masing-masing sumber minyak sereh wangi. Menurut
(Hieronymus, 1992) klasifikasi tanaman sereh wangi adalah berikut:
Divisio : Spermatophyta
Klas : Angiospermae
Subklas : Monocotyledonae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Subfamili : Panicoidae
Tribe : Andropogineae
Genus : Cymbopogon
Species : Cympogon nardus L
Tanaman sereh wangi (Gambar 2.1.a) yang ditanam di Indonesia terdiri
dari 2 jenis yaitu lemabatu dan mahpengiri. Jenis mahapengiri mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut: daunnya lebih luas dan pendek, disamping itu
menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal dan geraniol yang tinggi.
Sedangkan jenis lemabatu menghasilkan kadar sitronellal dan genariol yang
lebih rendah. Di Indonesia tanaman sereh terutama banyak tumbuh di daerah
Tasikmalaya, Bandung, Palembang, dan Padang (Hieronymus, 1992)
Bibit sereh wangi yang digunakan sebaiknya masih muda dan kemudian
ditanam dengan kedalaman kurang lebih 20 cm. Bagian bawah ditimbun
kurang labih 10 cm. Bibit ditanam dengan jarak 90 x 90 cm pada tanah yang
subur, atau dengan jarak 75 x 75 cm di tanah yang kurang subur. Penanaman
sereh harus dilakukan pada permulaan musim hujan, yaitu sekitar bulan
Desember hingga Januari. Untuk skala perkebunan sereh harus bersih dan
commit
bebas dari rumput-rumput liar to user
karena dapat menghambat pertumbuhan
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
tanaman sereh dan kesuburan tanah itu sendiri. Disamping itu rumput sereh
wangi dapat diserang oleh jamur atau cendawan parasit. Cendawan ini dapat
memasuki jaringan pelepah tanaman sereh yang akhirnya dapat mempengaruhi
bagian daun yang dapat menghasilkan minyak.
(a) (b)
Gambar 2.1 (a) Tanaman Sereh Wangi dan (b) Minyak Sereh Wangi
Minyak sereh wangi (Gambar 2.1.b) telah dikembangkan di Indonesia
dan minyak sereh wangi sudah diproduksi secara komersial dan termasuk
komoditas ekspor. Dalam dunia perindustrian minyak sereh wangi bermanfaat
sebagai pewangi sabun, spray, desinfektan, bahan pengilap dan aneka ragam
preparasi teknis.
2. Sereh Dapur (Lemongrass oil)
Sereh dapur (Gambar 2.2.a) merupakan tanaman tahunan (perennial)
yang tumbuh secara liar dan stolonifera (berbatang semu) yang berbentuk
rumput tebal dengan tinggi mencapi 0,6-1,2 m, serta memiliki aroma lemon
yang khas. Tanaman sereh dapur memiliki akar yang besar, jenis akarnya
berserabut yang berimpang pendek dan berwarna coklat (Sastrapradja, 1978).
Daun tanaman sereh dapur (Gambar 2.2.a) berwarna hijau dan tidak
bertangkai. Sifat daunnya kesat, panjang dan runcing hampir menyerupai daun
ilalang. Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang semakin
ke atas semakin runcing, dan beraroma jeruk limau ketika daunnya diremas
(Backer, 1965). Klasifikasi tanaman sereh dapur (Cymbopogon citratus)
menurut Muhlisah, 1999 adalahcommit
sebagaitoberikut
user :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Sub-classis : Commelinidae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species : Cymbopogon citratus (DC) Stapf
Sereh dapur (Gambar 2.2.a) dapat tumbuh subur pada daerah dengan
limpahan cahaya matahari yang besar, curah hujan tidak terlalu berlimpah
(min. 1500mm/tahun), serta ketinggian hingga 50-2700 m dpl. Cuaca yang
panas dan sinar matahari akan merangsang pembentukan minyak dalam
tanaman. Didaerah yang curah hujannya tinggi sereh dapat dipanen lebih sering
dibandingkan dengan daerah kering, tetapi minyak yang dihasilkan berkadar
sitral lebih rendah (Dalimartha, 1999).
(a) (b)
Gambar 2.2. (a) Tanaman Sereh Dapur dan (b) Minyak Sereh Dapur
Minyak sereh dapur (Gambar 2.2.b) merupakan salah satu minyak atsiri
yang penting, mengandung sitral antara 65-85% (Guenther, 1950). Sitral
merupakan bahan baku untuk sintesa vitamin A dan pembuatan senyawa-
senyawa ionon, yaitu senyawa-senyawa yang banyak digunakan sebagai
pewangi dalam berbagai macam parfum dan kosmetika. Disamping itu minyak
sereh dapur juga bersifat anti jamur dan bakteri, terutama bakteri gram positif
(Leung, 1980).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
B. Proses Penyulingan
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut, maka
minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan
(Destilation), Pressing (Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent
ekstraksion) dan Absorbsi oleh menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang
tepat untuk pengambilan minyak dari daun sereh adalah dengan cara penyulingan
(Destilation). (Ames,1968).
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau
padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya
dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air minyak
sereh wangi (Stephen, 1948).
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3 faktor,
yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing
komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan.
(Satyadiwiria, 1979).
Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang
dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat
gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen
minyak per jam rendah.
Sebagai bahan bakar penyulingan, para penyuling biasanya menggunakan
kayu bakar, namun untuk mengurangi biaya produksi para penyuling lebih penuh
kebanyakan menggunakan ampas hasil sulingan. (Satyadiwiria, 1979)
Proses ekstraksi minyak pada permulaan penyulingan berlangsung cepat, dan
secara bertahap semakin lambat sampai kita-kita 2/3 minyak telah tersuling.
(Ketaren dan B. Djatmiko, 1978).
Rendemen minyak yang dihasilkan dari daun sereh tergantung dari
bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan
cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata 0,7 % dan musim hujan
0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak dari daun segar sekitar 0,5 - 1,2%, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada di musim hujan. Daun
sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 % (Anonimous, 1970).
Berdasarkan pengamatan, tidak semua petani pengolah dapat menghasilkan
minyak sereh wangi bermutu tinggi, karena daun sereh wangi yang disuling sering
bercampur dengan rumput-rumputan atau karena daun yang dipanen terlalu muda
atau terlalu tua. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang maksimum, biasanya
para penyuling skala rakyat mengeringkan daun di bawah sinar matahari selama :
3 - 4 jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga komponen
minyak seluruhnya terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini akan
menghasilkan mutu minyak sereh wangi yang rendah. (Ketaren, 1985)
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan
menggunakan uap air yaitu dengan dua cara, secara langsung dan secara tidak
langsung.
Pada penyulingan secara langsung (Gambar 2.3), bahan atau daun sereh
wangi yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air, dengan demikian
penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung
seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan
hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat mengakibatkan teroksidasi
dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil samping yang tidak
dikehendaki.
diletakkan ditempat tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana
bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987). Keuntungan
menggunakan penyulingan secara tidak langsung adalah bahan dan suhu dapat
dipertahankan sampai 1000C karena uap berpenetrasi secara merata ke dalam
jaringan, lama penyulingan relatif singkat, randemen minyak lebih besar dan
mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan
dengan air (secara langsung), dan bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong
(Ketaren, 1985)
Bahan
Sangsang
Air
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
minyak sereh adalah agar suhu dan tekanan tetap seragam dan tidak menurun
secara tiba-tiba selama proses berlangsung. (Virmani dan S.C Bath, 1971).
C. Minyak Atsiri
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya
dalam bahasa Ingris disebut essential oil, etherial oils dan volatile oil. Dalam
bahasa Indonesia ada yang menyebut minyak terbang atau minyak kabur
karena minyak atsiri mudah menguap apabila dibiarkan begitu saja dalam
keadaan terbuka (Lutony,2000).
Minyak yang terdapat dialam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu
minyak mineral (mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan
minyak atsiri (essential oil) (Guenther,1987).
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang
(volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap
pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir
(pungent teste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya
(Harris,1990).
Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri ini
merupakan salah satu dalam hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman
yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan
adanya air. Minyak tersebut disintesa dalam sel glandular pada jaringan
tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak
terpentin dari pohon pinus (Ketaren, 1981).
Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies
tanaman yang termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae,
Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber
pada setiap bagian tanaman, yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau
kulit dan akar atau rizhome. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman,
dapat juga bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau terdapat dibuat secara
sintetis. (Richards, 1944).
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua klompok. Pertama, minyak yang
dengan mudah dapat dipisahkancommit to user
menjadi komponen-komponen atau penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
4. Putaran optik
Sifat optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat polarimetri.
Nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri
memiliki sifat memutar bidang polarisasi kearah kanan (dextrorotary) atau
kearah kiri (leavorotary) jika ditempatkan dalam cahaya yang
dipolarisasikan. Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria
kemurnian suatu minyak.
5. Kelarutan dalam alkohol
Telah diketahui bahwa alkohol merupakan gugus OH-. Karena alkohol
dapat larut dengan minyak atsiri maka komposisi minyak atsiri yang
dihasilkan tersebut dapat komponen-komponen terpen teroksigenasi. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Guenther yang menyatakan kelarutan minyak
dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung
didalamnya. Pada umumnya, minyak atsiri yang mengandung
persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut dibandingkan
minyak atsiri yang mengandung terpen teroksigenasi lebih mudah larut
dibandingkan minyak atsiri yang mengandung terpen, semakin tinggi
kandungan terpen, semakin rendah pula daya larutnya atau semakin sukar
larut. Hal tersebut disebabkan senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan
senyawa nonpolar yang tidak mempunyai gugus fungsional. Oleh sebab itu
dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada
alkohol (biasanya alkohol 90%) maka kualitas minyak atsiri semakin baik.
6. Bilangan asam
Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri.
Bilangan asam yang semakin besar dapat mempengarui kualitas,
diantaranya mengubah bau khas minyak atsiri.
Adanya sebagian komposisi minyak atsiri yang kontak dengan udara atau
berada pada kondisi lembab mengakibatkan munculnya reaksi oksidasi
dengan udara (oksigen) yang dikatalisasi oleh cahaya. Akibatnya,
terbentuklah senyawa asam. Semakin banyak bisa kontak minyak atsiri
dengan udara, semakin commit
banyak topula
user senyawa asam yang terbentuk.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
a. Geraniol ( C H 0 )
10 18
CH CH
3 3
b. Sitronellol ( C H 0 )
10 20
CH CH
3 3
c. Sitronella (C10H16O)
Rumus bangunnya adalah sebagai berikut:
CH3 C = CH - CH2 - CH2 - C = CH - C - H
CH CH O
3 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
BAB III
METODOLOGI
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
b. Indeks bias
Ke dalam alat refraktometer abbe yang telah dialirkan air pada suhu 25C
ditempatkan minyak sereh pada permukaan prisma santutup dengan
memutar skrup. Dibiarkan alat beberapa menit kemudian baca.
c. Putaran optik
Tabung polarimetri dibersihkan kemudian dikeringkan, dimasukkan bahan
uji kedalam tabung sampai penuh kemudian ditutup. Tabung polarimetri
yang berisi bahan uji dimasukkan kedalam alat polarimetri pada suhu
27,50C dan dibaca putaran optik dekstro (+) atau levo (-) dari minyak pada
skala yang terdapat pada alat. Hasil rata-rata dicatat dari sedikitnya tiga
pembacaan, masing-masing pembacaan harus sesuai disekitar 0,080 C dan
ditentukan dengan cara putaran optik harus dinyatakan dalam derajat bila
lingkar sampai mendekati 0,01 harus diberi tanda negatif (-).
d. Kelarutan (Dalam Alkohol)
Sebanyak 1 ml contoh uji dipipet ke dalam gelas ukur 10 ml, ditambahkan
alkohol 80% per ml dengan cara bertahap. Pada setiap penambahan
alkohol kocok dan amati kejernihannya.
e. Total Geraniol
Dicampur kira-kira 10 ml minyak, 10 ml asetat anhidrid dan 2 gram
Natrium asetat anhidrid di dalam labu alat asetilasi, kemudian
ditambahkan potongan-potongan kecil batu apung atau porselin dan
dipasang pendingin reflaksinya. Setelah itu dipanaskan diatas pemanas uap
dan cairan direfluks selama 2 jam. Setelah 2 jam direfluks cairan dibiarkan
menjadi dingin, tambahkan 50 ml aquadest dan dipanaskan pada suhu 40-
o
50 C selama 15 menit sambil sering dikocok kemudian didinginkan
sampai suhu kamar. Setelah dingin pipa refluks dilepaskan dan cairan
dipindahkan ke dalam corong pemisah, lalu dibilas dengan aquadest;
sebanyak 2 kali masing-masing 10 ml, dan masukkan air pencucian ini
kedalam corong pemisah, kemudian ditunggu sampai cairan memisah
dengan sempurna, setelah itu lapisan airnya dibuang. Cuci lapisan minyak
commit
dengan dikocok menggunakan 50 to
mluser
larutan natrium elorida, dan ditunggu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
sampai minyak terpisah sempurna, dikocok lagi. hal ini diulangi sampai 3
kali pengocokan. Pencucian diulangi seperti hal diatas dengan larutan
natrimum karbonat, natrium elorida lagi masing-masing dengan 50 ml.
Dan terakhir dicuci dengan 20 ml aquades juga dengan 3 kali pengocokan.
Dan pisahkan lapisan minyak. Setelah pencucian dicelupkan kertas lakmus
sehingga larutan menjadi netral. Kemudian lapisan minyak dipindahkan
kedalam tabung reaksi yang kering, tambahkan 3 gram Natrium sulfat
anhidrid, kemudian minyak disaring dan ditambahkan lagi 3 gram Natrium
sulfat anhidrid, dan disaring lagi. Minyak hasil saringan ditimbang
sebanyak 2,5 mg dan ditambahkan 2 ml aquades, 25 ml KOH 0,5 N
alkoholik didalam erlemmeyer dan dididihkan selama 1 jam, kemudian
didinginkan. Dengan cepat, ditambahkan 20 ml aquades dan beberapa tetes
phenolptalein, kemudian dititrasi dengan 0,5 N HCL, dan buat blankonya.
diamkan, kemudian ditambahkan brom fenol blue beberapa tetes, dan dititrasi
dengan 0,5N HCl sesuai dengan perlakuan, sampai terjadi warna kuning
kehijau-hijauan, kemudian dipindahkan separuh dari campuran ini ke dalam
erlemmeyer yang, disimpan tadi, kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N HCl
sampai terjadi warna kuning muda, di pindahkan lagi ke dalam labu yang satu
lagi, dan dicampur, dikembalikan lagi separuh dari larutan ke dalam
erlemmeyer yang satu lagi, di lanjutkan cara ini sampai suatu saat
penambahan 0,5 N HCl ke dalam erlemmeyer itu tidak lagi menimbulkan
perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang terdapat
didalam erlemmeyer ke dua, kemudian buat blankonya.
M(V V )
1 0
Total Citronellal (%) = --------------------------- fk
20 m
fk = 0,8892
g. Randemen
Destilat yang dihasilkan ditampung dengan erlenmeyer 500 ml, kemudian
dipindahkan keburat untuk memisahkan minyak dengan air. Minyak yang
diperoleh ditimbang beratnya dengan neraca analitik.
berat minyak
Rendemen (%) = ----------------------------------------- X 100 %
berat daun sebelum disuling
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil UKM
Minyak serai wangi merupakan minyak atsiri yang terbuat dari daun serai
wangi dengan proses penyulingan pada suhu tinggi. Di Desa Ngargoyoso,
Tawangmangu, Jawa Tengah banyak terdapat UKM penyulingan minyak atsiri,
salah satunya UKM Sari Murni yang dimiliki Bapak Syam Sutarto.
Awal berdirinya UKM Sari Murni pada tanggal 28 Juni 1999 yang
menggunakan alat penyulingan hasil rancangan sendiri. Bahan baku pertama
yang disuling adalah daun cengkeh, dimana daun cengkeh mudah didapat dan
murah harganya pada saat itu. Kemudian setelah hampir berjalan satu tahun
usaha penyulingan minyak cengkeh yang dilakukan, UKM ini mendapat
perhatian dari Disperindag, sehingga pihak dari Disperindag melakukan
kerjasama terhadap UKM Sari Murni untuk menyuling berbagai bahan baku
lainnya seperti, serai wangi, kayu putih, buah pala, cengkeh dan lainnya.
Penentuan lokasi suatu pabrik didasarkan oleh beberapa faktor antara lain
ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, sarana, transportasi dan daerah
pemasaran. UKM ini terletak di Dusun Pabongan RT 01 RW 05, Desa Berjo,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
B. Pengendalian Mutu
Produk yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan terjadinya
suatu persaingan didalamnya. Selain itu pengawasan mutu didasarkan pada
komitmen perusahaan untuk menciptakan hasil produk yang berkualitas tinggi
sehingga penjualan menjadi meningkat.
Menurut Hubies (1999), kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan
menginterprestasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari
pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan
untuk memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu, maka
commit fungsi
kegiatan pengendalian mutu memiliki to userantara lain :
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
No Jenis Tanaman
Uraian
Mahapenggiri Lenabatu
1 Asal Diperkenalkan dari Srilanka
Belum dipastikan suatu pihak
diduga berasal dari Srilanka,
namun dipihak lain justru
dianggap asli Indonesia
2 Morfologi Tumbuh berum[pun dalam bentuk Tumbuh berumpun dalam bentuk
lebih rendah dan lebar. Daun lebih tinggi dan tegak. Daun
berwarna hijau muda dan bagian berwarnahijau kebiru-biruan dan
bawahnya agak kasar kasar pada kedua pinggirnya.
3 Fisiologi Menghasilkan minyak lebih Menghasilkan minyak lebih sedikit
banyak dan bermutu tinggi. kadar dan bermutu rendah. Kadar
sitronella 30-45%. Harum sitronella 7-15%/ harum
minyaknya lebih unggul, yaitu minyaknya lebih lemah. Warna
keras dan wangi. warna minyak minyaknya kuning sampai coklat
antara tidak berwarna sampai muda.
kuning muda
Sumber :Hieronymus Budi Santoso
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Bahan Baku
(serai wangi)
Dikeringanginkan
Dipadatkan
Didestilasi
T = 2000C 4000C
t = 5-6 jam
Kondensasi
Minyak Serai
Wangi dan Air
Analisis:
- Warna
Minyak Serai - Berat jenis
Wangi - Putaran
Optik
- Indeks Bias
- Randemen
- Sitronella
- Geraniol
pemanasan terhadap ketel, bila suhu tinggi maka waktu pemanasan ketel
akan semakin cepat, sebaliknya jika suhu pemasan rendah maka waktu
pemanasan tungku ketel akan semakin lama. Oleh karena itu suhu
pemanasan tungku ketel kosong dilakukan pada suhu 86-900C dengan
lama pemanasan 45 menit 1 jam.
4. Pemadatan Bahan Baku
Proses pemadatan bahan baku, proses ini dilakukan pada saat bahan baku
telah dimasukkan kedalam ketel penyulingan. Bahan baku dipadatkan
semaksimal mungkin sehingga tidak terdapat ruang yang bisa untuk
dilewati oleh uap. Tujuan dari proses pemadatan bahan baku ini adalah
untuk memperkecil rongga antar bahan (bulk density). Agar proses
penyulingan uap yang dihasilkan tidak hanya masuk kedalam pori-pori
bahan. Proses pemadatan mempengaruhi jumlah banyaknya minyak yang
dihasilkan.
5. Proses destilasi
Setelah bahan baku benar-benar padat dan tertutup rapat didalam ketel
maka dilakukan proses destilasi. Destilasi ini berlangsung selama 5-6 jam,
dengan suhu 2000C-4000C, tujuan dari destilasi ini adalah untuk
mendapatkan uap air yang tercampur minyak dari bahan baku. Selama
proses destilasi agar mencapai mutu yang maksimal sebaiknya dilakukan
pengendalian suhu serta lama waktu destilasi tersebut. Suhu yang
digunakan dalam proses mencapai 300-4000C dengan lama proses
perebusan bahan baku 4-4,5 jam. Jika lama proses melebihi 4-4,5 jam
dengan suhu 300-4000C maka mutu minyak akan semakin rendah,
senyawa sitronellanya akan semakin rendah dan mutu akan semakin
rendah.
6. Proses Kondensasi
Uap dan air yang dihantarkan selama proses destilasi masuk kedalam
kondensor, proses ini disebut dengan kondensasi. Tujuan dai proses
kondenssasi ini dilakukan adalah untuk mendinginkan uap panas yang
commit to
dihantarkan dari kolom destilasi user berubah bentuk menjadi cair.
sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Selama proses kondensasi ini air harus selalu mengalir dari sumbernya
dengan debit tertentu dan disesuaikan kapasitas kondensornya.
7. Pemisahan air dan minyak pada desparator
Uap yang dihasilkan setelah destilasi berkumpul menjadi satu hingga
menuju desparator. Tujuan dari alat desparator ini adalah sebagai alat
pemisah antara minyak dengan air. Pemisahan ini berlangsung
berdasarkan berat jenis antara minyak dengan air, dimana berat jenis
minyak lebih ringan dari air.
Produk yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan terjadinya
suatu persaingan didalamnya. Menurut Hubies (1999), kegiatan pengendalian
mutu mencakup kegiatan menginterprestasikan rencana mutu. Rangkaian
kegiatan ini terdiri dari pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses
produksi yang dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian produk terhadap
persyaratan mutu (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Tabel Pengendalian Mutu Minyak Serai Wangi
pucat hingga kecoklatan, hal ini menunjukkan bahwa warna minyak yang
didapat sesuai dengan SNI yang telah ditetapkan. Minyak sereh wangi UKM
Sari Murni dapat dilihat pada Gambar 4.2
memiliki titik didih tinggi menjadi ikut tersuling bersama minyak. Fraksi berat
tersebut seperti parafin, lilin (wax) dan senyawa resin. Parafin merupakan
senyawa dari golongan alkana berantai panjang yang terdapat dalam jaringan
lemak tanaman aromatik kemudian larut bersama minyak atsiri. Semakin lama
waktu destilasi maka akan meningkatkan berat jenis minyak.
Tabel 4.3 Hasil Uji Analisis Minyak Sereh Wangi Menggunakan SNI 06-3953-1995
Sebagai Parameter Uji Mutu Minyak Sereh Wangi.
No Jenis Uji SNI 06-3953-1995 Hasil Analisis
1 Warna
Kuning pucat sampai Kuning pucat sampai
kuning kecoklat-coklatan kuning kecoklat-coklatan
2 Bobot jenis 0,880-0,922 0,902
3 Putaran optik (1) (-6) (-4)
4 Indeks bias 1,466 1,475 1,4739
5 Total geraniol Min. 85% 86, 63 %
6 Sitronellal bobot/bobot Min. 35% 15,2 %
7 Kelarutan dalam etanol 1 : 2 jernih, seterusnya 1 : 1 jernih, sterusnya
80% jernih jernih.
Sumber : SNI 06-3953-1995 dan hasil pengamatan
Pada analisis minyak atsiri yang dilakukan, berat jenis minyak atsiri serai
wangi yang dihasilkan adalah 0,902 gr/ml (Tabel 4.3). Nilai ini sesuai mutu
minyak serai wangi menurut Standart Nasional Indonesia adalah 0,880-0,992
gr/ml (SNI, 1995).
3. Putaran Optik
Sifat putaran optik minyak atsiri ditentukan dengan menggunakan alat
polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar
minyak atsiri jika ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasi maka memiliki
sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan (destrorotary) atau ke arah kiri
(laevorotary). Pengukuran parameter ini sangat mentukan kriteria kemurnian
suatu minyak atsiri.
Peningkatan nilai putaran optik minyak seiring dengan peningkatan waktu
destilasi dapat terjadi karena proses pemanasan yang berlangsung selama
proses destilasi. Pemanasan menyebabkan sebagian kecil komponen minyak
atsiri mengalami polamerisasi. Komponen-komponen minyak atsiri yang
mengalami polamerisasi adalah dari golongan senyawa hidrokarbon
commit
takteroksigenasi seperti senyawa to dan
terpen usersesquiterpen. Polimerisasi minyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
adalah 1:2 (Tabel 4.3. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa mutu minyak sereh
wangi yang dianalisis masih sesuai dengan standarnasional indonesia (SNI
1995) dimana kelarutan minyak serai wangi ini tidak melebihi perbandingan
SNI yang telah ditentukan.
6. Kadar Sitronellal
Sitronellal merupakan cairan tak berwarna yang memiliki bau seperti
minyak tawon. Sitronella bersifat optik karena mempunyai pusat khiral pada
atom C3(Hardjono, 1994).
Lama penyulingan memberikan pengaruh terhadap kadar sitronellal
minyak serai wangi. Semakin lama penyulingan maka kadar sitronellal
semakin naik sampai batas lama penyulingan 4 jam. Kenaikan kadar sitronellal
disebabkan oleh semakin banyaknya panas yang diterima oleh serai wangi
untuk menguapkan minyak dari serai wangi tersebut sehingga kadar sitronellal
semakin tinggi. Pada penyulingan lebih dari 4 jam kadar sitronellal menjadi
turun, hal ini disebabkan oleh bahan yang terlalu lama dipanasi, sehingga
menyebabkan sitronellal akan terdekomposisi menjadi senyawa isoterpen
(Ketaren dan Djatmiko, 1978).
Dari hasil analisis kadar sitronellal minyak atsiri serai wangi yang
dihasilkan adalah 15,2%. Nilai kadar sitronellal yang didapat pada analisi ini
cukup rendah, hal ini menandakan bahwa hasil stronellal minyak serai yang
didapatkan tidak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 1995) sebagai
parameter penentuan mutu minyak atsiri serai wangi adalah minimal 35%
(Tabel 4.3).
Rendahnya nilai total sitronellal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti perlakuan sebelum penyulingan, cara penyulingan, umur tanaman dan
lama penyulingan (Harris, 1987).
Penyebab rendahnya total sitronellal yang didapat adalah lama
penyulingan yang dilakukan selama proses, dimana penyulingan yang
dilakukan melebih waktu optimal penyulingan (4 jam) yaitu berkisar antara 5-6
jam. Hal ini dapat saja menaikkan total randemen minyak, tetapi dapat
commit
menurunkan komponen terpenting to user
pada minyak serai wangi yaitu sitronellal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Pada penyulingan lebih dari 4 jam kadar sitronellal menjadi turun, hal ini
disebabkan oleh bahan yang terlalu lama dipanasi, sehingga menyebabkan
sitronellal akan terdekomposisi menjadi senyawa isoterpen (Ketaren dan
Djatmiko, 1978). Karena sitronellal mempunyai titik didih yang lebih rendah
(2250C) dibandingkan dengan titik didih geraniol (2300C), sehingga sitronellal
lebih mudah hilangnya (Ketaren, 1985).
7. Geraniol
Komponen kimia minyak serai wangi cukup komplek, namun komponen
yang terpenting adalah geraniol dan sitronellal. Kedua komponen tersebut
menentukan intensitas bau, harum, serta nilai jual minyak serai wangi. Menurut
Harris, (1987) kadar komponen kimia penyusun utama minyak serai wangi
tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor.
Rendah dan tingginya kadar total geraniol tersebut dipengaruhi perlakuan
sebelum penyulingan, cara penyulingan, dan umur tanaman. Perlakuan
sebelum penyulingan seperti perajangan sangat mempengaruhi total geraniol.
Perajangan dapat menyebabkan terdifusinya molekul minyak ke permukaan
bahan sehingga minyak terikiut menguap bersama air (Harris, 1987).
Cara penyulingan akan mempengaruhi total geraniol. Pada penyulingan
yang menggunakan cara penyulingan dengan air mendidih, artinya bahan
langsung kontak dengan air mendidih, pada suhu tinggi geraniol akan mudah
terpolimerisasi sehingga akan mengurangi total geraniol, disamping itu pada
suhu tinggi geraniol akan mudah terdekomposisi (Guenther, 1987).
Dari hasil analisis kadar total geraniol minyak serai wangi yang dihasilkan
adalah 86,63%. Nilai kadar yang didapat pada analisa ini cukup tinggi, ini
menandakan bahwa hasil geraniol minyak serai wangi yang didapat telah
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 1995) sebagai parameter
penentuan mutu minyak atsiri serai wangi yaitu minimal 85% Tabel 4.3.
D. Konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points)
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem
kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas
committahap
identifikasi titik-titik kritis didalam to userpenanganan dan proses produksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
CCP
Pemantauan CCP
Tindakan Koreksi
Verifikasi
Dokumentasi
Gambar 4.4 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
Dalam penyusunan HACCP perlu dessision tree tentang bahan baku yang
digunakan untuk proses produksi. Bahan baku dapat mengandung bahaya yang
dapat mengakibatkan bahan tersebut termasuk dalam status CCP atau tidak.
Dari bahan baku tersebut adakah tahapan yang akan mengeliminasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
mengurangi bahaya yang ditimbulkan dari bahan itu sendiri. Dessision tree
tentang bahan baku dapat dilihat pada Gambar 4.4
Tidak Ya CCP
Setelah dessision tree penentuan bahan baku terdapat pula dessision tree
setiap tahapan proses yang digunakan untuk proses produksi. Dessision tree
setiap tahapan proses dapat dilihat pada Gambar 4.5 Dalam tahapan ini
terdapat beberapa pertanyaan yang dapat menentukan tahapan proses tersebut
termasuk CCP atau tidak.
1. Deskripsi Minyak Serai Wangi
Tahapan pertama dalam aplikasi HACCP adalah identifikasi atau
pendeskripsian produk yang bertujuan untuk mengetahui jenis produk akhir,
komposisi utama, penyimpanan dan karakteristik produk. Adanya tahapan
pendeskripsian produk yang jelas maka penanganan produk akhir dapat
dikontrol dengan baik, sehingga dapat dihasilkan produk yang berkualitas
tinggi. Produk akhir dari hasilcommit
penyulingan
to user di ini adalah minyak atsiri serai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
wangi. Minyak serai wangi dibuat dari bahan baku utama yaitu daun serai
wangi dan air sebagai pelarut penyulingannya. Deskripsi produk minyak serai
wangi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Deskripsi Minyak Serai Wangi
Produk Minyak Serai Wangi
Bahan Baku Utama Daun Serai wangi
Bahan Pembantu Air, dan Kayu Bakar
Proses Pengolahan Bahan baku, Dikering anginkan, Pemansan ketel
penyulingan, pemadatan bahan baku, proses destilasi,
proses kondensasi, dan pemisahan air dan minyak yang
dihasilkan dengan menggunakan desparator.
Umur simpan Tidak terbatas waktunya, semakin lama disimpan
menghasilkan warna yang lebih jernih.
Saran penyimpanan Disimpan dalam kemasan botol yang utuh dan tertutup
rapat, agar tidak terjadi penguapan hingga minyak akan
berkurang. Hindari kontak langsung dengan sinar/ cahaya
matahari.
Konsumen Industri Minyak Wangi, Sabun
yang disuling mudah gosong dan banyak melepaskan senyawa terpen yang
terkandung dalam minyak dan dapat mengakibatkan menurunya mutu minyak
serai wangi. Begitu juga sebaliknya jika suhu yang dikendalikan terlalu kecil
akibat bahan baku kurang maka proses penyulingan akan semakin lama dan
susah untuk menghasilkan minyak serai wangi. Dari analisis bahaya-bahaya
yang dilakukan ini tidak terdapat bahaya kimia dan biologi pada saat proses
pengolahan minyak atsiri serai wangi karena pada pengolahan minyak serai
wangi ini tidak banyak bahan baku dan campuran yang digunakan selama prses
pengolahan.
4. Signifikasi Bahaya
Tabel 4.7 Acuan Signifikasi Bahaya
Sumber : Ebookpangan
Analisis bahaya adalah suatu hal yang sangat penting dalam penyusunan
suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah
bahaya keamanan pangan, maka bahaya signifikasi atau beresiko tinggi dan
tindakan pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang signifikan atau
yang memiliki resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan
critical control point. Dalam penentuan signifikasi suatu bahaya dapat
ditentukan berdasarkan acuan yang terdapat pada Tabel 4.7
Tabel 4.8 Signifikansi Bahaya
Frekuensi
Keparahan
No Langkah proses Bahaya atau peluang Signifikansi
(T/S/R)
(T/S/R)
1 Penerimaan Bahan Fisik : cemaran komoditas
baku lain
Tidak
Biologi :- Rendah Rendah
signifikan
Kimia :-
2 Pengeringan Fisik : Suhu pengeringan
Biologi : Tidak
Kimiacommit
: to user Sedang Rendah
signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
kendali kritis, baik untuk mutu mikrobiologis, kimia maupun fisik pada proses
pengolaham minyak serai wangi.
Kegiatan pemantauan (monitoring) perlu dilakukan pada setiap proses.
Pemantauan adalah pengujian dan pengamatan terencana dan terjadwal
terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP. Sedangkan tindakan koreksi
adalah keberlanjutan tindakan pemantauan dan dilakukan apabila terjadi
penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP.
Tindakan koreksi dilakukan jika terjadi penyimpangan, sangat tergantung
pada tingkat resiko produk. Pada minyak serai wangi tindakan koreksi perlu
dilakukan dan dapat berupa penghentian proses produksi sebelum semua
penyimpangan dikoreksi/diperbaiki, atau produk ditahan/tidak dipasarkan dan
diuji mutunya. Dari semua tindakan CCP yang dilakukan dapat terangkum
dalam rencana HACCP yang dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Penetapan Penentuan CCP
Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil dari penetapan penentuan CCP
tiap tahapan proses pengolahan minyak atsiri serai wangi tidak ada tanda-tanda
yang menunjukkan bahwa tahap yang ditetapkan sebagai titik kendali baik
untuk mutu mikrobiologis, kimia, maupun fisik pada proses pengolahan
minyak serai wangi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Proses produksi minyak serai wangi diawali dari pengadaan bahan
baku yaitu daun serai wangi yang didapat dari petani dan Disperindag.
Tahapan proses pengolahan yang dilakukan adalah pemanasan ketel
penyulingan, pemadatan bahan baku, proses destilasi, proses
kondensasi, dan pemisahan minyak dengan air.
2. Parameter mutu minyak serai wangi adalah warna, berat jenis, putaran
optik, indeks bias, total geraniol, kelarutan dalam alkohol. Dan
parameter mutu yang utama dari minyak serai wangi adalah geraniol
serta sitronellal. Hasil analisis minyak atsiri serai wangi yang didapat
yaitu berat jenis 0,902; putaran optik (-4), indeks bias 1,4739;
kelarutan dalam alkohol 1:1, total geraniol 86,63%, dan total sitronella
15,2%.
3. Konsep pengendalian mutu terhadap kualitas industri minyak serai
wangi dilakukan dengan menentukan parameter, batas kritis, prosedur
pengendalian dan tindakan koreksi terhadap bahan baku dan tahapan-
tahapan proses produksi minyak serai wangi.
B. Saran
Perlu dilakukan penerapan konsep pengendalian mutu terhadap proses
produksi minyak serai wangi untuk menaikkan kadar sitronellal dengan
menentukan spesifikasi bahan baku dan proses produksi yang dilakukan.
commit to user
48