Anda di halaman 1dari 51

PANDUAN

0
GURU
MATA PELAJARAN I P S

Pendidikan Karakter
Terintegrasi dalam
Pembelajaran IPS
di Sekolah Menengah
Pertama

2010

IPS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
1

BAGIAN I: PANDUAN UMUM

A. Latar Belakang

Pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional menyatakan bahwa: Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu program utama


Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan
mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter.

Sebenarnya pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam


sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada saat ini, setidak-
tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk
membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan
Agama dan PKn. Namun demikian, pembinaan watak melalui
kedua mata pelajaran tersebut belum membuahkan hasil yang
memuaskan karena beberapa hal. Pertama, kedua mata
pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan
mengenai nilai-nilai melalui materi/substansi mata pelajaran.
Kedua, kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran
tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong
terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga
siswa belum berperilaku sesuai dengan karakter yang diinginkan
dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, menggantungkan
pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja
tidak cukup. Pengembangan karakter peserta didik perlu
melibatkan lebih banyak lagi mata pelajaran, bahkan semua mata
pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan kesiswaan dan
pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan
dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.

Merespons sejumlah kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan


akhlak dan budi pekerti seperti diuraikan di atas, Kementerian
Pendidikan Nasional mengupayakan dilakukannya inovasi
pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:
2

1) Pendidikan karakter dilaksanakan secara terintegrasi ke


dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang dimaksud adalah
memasukkan nilai-nilai karakter ke dalam substansi mata
pelajaran dan nilai-nilai tersebut tercermin pada perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar
mengajar guru memfasilitasi dan membiasakan peserta didik
mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam setiap aktivitas
pembelajaran baik di dalam dan di luar kelas, sehingga nilai-
nilai karakter terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku
sehari-hari, di sekolah dan di luar sekolah.
2) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam budaya
sekolah. Dalam hal ini nilai-nilai karakter dilatihkan dan
dibiasakan dalam kegiatan keseharian di sekolah, yang
tercermin pada budaya bersih, indah, sehat, tertib, disiplin,
jujur, peduli lingkungan, ibadah bersama, hormat pada orang
tua dan guru, serta taat pada tata-tertib sekolah. Aktualisasi
pelaksanaan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam
budaya sekolah perlu dibarengi dengan keteladanan kepala
sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan.
3) Pendidikan karakter juga diintegrasikan ke dalam kegiatan
Ekstra-kurikuler, seperti kegiatan KIR, Pramuka, PMR,
Kesenian, Olahraga, Dokter Kecil, dan lain-lain. Dalam
kegiatan ekstra-kurikuler, nilai-nilai karakter dilatihkan dan
dibiasakan sehingga nilai-nilai tersebut teraktualisasi dalam
setiap tindakan atau perilaku peserta didik.

Pelaksanaan pendidikan karakter secara terpadu di dalam mata


pelajaran (sebagaimana dimaksud oleh butir 1 di atas)
merupakan hal yang baru bagi sebagian besar SMP di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan
karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran, perlu
disusun panduan pelaksanaan pendidikan karakter yang
terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP, yaitu pada pra-
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan ketika guru
menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE).

B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam


Pembelajaran

Karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia


berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat
istiadat, dan estetika. Pendidikan karakter adalah upaya yang
3

terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli,


menginternalisasi, dan mengaktualisasi nilai-nilai sehingga
peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara terintegrasi di


dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai,
fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai,
penginternalisasian nilai-nilai dan aktualisasi nilai-nilai ke
dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar
kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai
kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan
dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, menginternalisasi, dan mengaktualisasikan
nilai-nilai tersebut ke dalam perilaku sehari-hari.

C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam


Pembelajaran

Integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran


dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.

1. Perencanaan integrasi pendidikan karakter dalam


pembelajaran

Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD,


pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan
bahan ajar.

Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai


karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada
SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi
nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi
nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD
yang bersangkutan.

Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi


silabus yang telah dikembangkan sebelumnya, dengan
menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan
komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut
diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak diintegrasikan dalam
pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas
pada nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD,
tetapi dapat ditambah dengan nilai-nilai lainnya yang dapat
4

dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran (bukan lewat


substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi
atau dirumuskan ulang menyesuaikan karakter yang hendak
dikembangkan.

Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus,


penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang
terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara
merevisi RPP yang telah ada. Pertama-tama rumusan tujuan
pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan
pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1)
rumusan tujuan pembelajaran yang telah ada direvisi hingga
satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya
mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik,
tetapi juga karakter, dan (2) nilai-nilai karakter yang tertuang
pada tujuan merupakan ciri khas nilai karakter pembelajaran
IPS, dapat diinternalisasi dan diaktualisasi oleh peserta didik
dalam pembelajaran IPS dan di lingkungan sekolah.

Kedua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila


diperlukan) agar pendekatan/metode yang dipilih selain
memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan
keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan
karakter. Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi.
Kegiatan-kegiatan pembelajaran dalam setiap langkah/tahap
pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup), direvisi
dan/atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan
pembelajaran pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan
dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan
pembelajaran kontekstual dan pembelajaran aktif yang selama
ini digalakkan aplikasinya oleh Direktorat PSMP sangat efektif
mengembangkan karakter peserta didik.

Keempat, bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan


cara mengubah dan/atau menambah teknik-teknik penilaian
yang telah dirumuskan. Teknik penilaian yang dipilih
mencerminkan atau cara untuk mengukur pencapaian
kompetensi dan karakter peserta didik. Di antara teknik-teknik
penilaian yang dapat digunakan untuk mengetahui
perkembangan karakter adalah observasi, penilaian antar
teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara
kualitatif, misalnya:
5

BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum


memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang
dinyatakan dalam indikator).
MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter
yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten).
MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang
dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten).

MK: Membudaya (apabila peserta didik terus-menerus


memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam
indikator secara konsisten).

Kelima, bahan ajar disiapkan. Bahan/buku ajar merupakan


komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap
apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran.
Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti
urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task)
yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan
adaptasi yang berarti.

Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku murah,


dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku
ajar dari hampir semua mata pelajaran yang telah memenuhi
kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para
penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut
dalam proses pembelajaran.
Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi sejumlah
kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan
grafika bahan-bahan ajar tersebut masih belum secara
memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya.
Apabila guru sekedar mengikuti atau melaksanakan
pembelajaran dengan berpedoman pada kegiatan-kegiatan
pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter
secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan
dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan RPP yang
berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi.
Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah
dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang
sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya
adalah dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan
belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain itu, adaptasi dapat
dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya.
6

Sebuah kegiatan belajar (task), baik secara eksplisit maupun


implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen
yang dimaksud adalah:

1) Tujuan
2) Input
3) Aktivitas
4) Pengaturan (Setting)
5) Peran guru
6) Peran peserta didik

Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan belajar yang


dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen
tersebut.
Secara umum, kegiatan belajar yang potensial dapat
mengembangkan karakter peserta didik memenuhi prinsip-
prinsip atau kriteria berikut.
1. Tujuan

Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang menanamkan nilai


adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya
berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh
karenanya, guru perlu menambah orientasi tujuan setiap
atau sejumlah kegiatan belajar dengan pencapaian sikap
atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri,
kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.
2. Input

Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan sebagai


titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta
didik. Input tersebut dapat berupa teks lisan maupun
tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda
sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat
memperkenalkan nilai-nilai adalah yang tidak hanya
menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga
menguraikan nilai-nilai yang terkait dengan
materi/pengetahuan tersebut.
3. Aktivitas

Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh peserta


didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat
7

membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai adalah


aktivitas-aktivitas belajar aktif yang antara lain mendorong
terjadinya autonomous learning dan bersifat learner-
centered. Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous
learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan
membantu siswa memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh
aktivitas belajar yang memiliki sifat-sifat demikian antara
lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi, debat,
presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.
4. Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan
dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah
secara individu, berpasangan, atau dalam kelompok.
Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang
terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang pendek
(sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa
kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan
baik. Sementara itu kerja kelompok dapat menjadikan siswa
memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai,
dan lain-lain.
5. Peran guru
Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya
tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran
guru pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru.
Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu
melakukan inferensi terhadap peran guru pada kebanyakan
kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.

Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai


oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki
Hajar Dewantara, guru yang dengan efektif dan efisien
mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing
ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai
teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di
tengah-tengah peserta didik guru membangun prakarsa
dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di
belakang guru memberi daya semangat dan dorongan bagi
peserta didik).

6. Peran peserta didik


8

Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar


pada buku ajar, peran siswa biasanya tidak dinyatakan
secara eksplisit juga. Pernyataan eksplisit peran siswa pada
umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena
cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu
melakukan inferensi terhadap peran siswa pada
kebanyakan kegiatan pembelajaran.
Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi
peduli, menginternalisasi, dan mengaktualisasikan karakter,
peserta didik harus diberi peran aktif dalam pembelajaran.
Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi,
pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan
eksperimen, pelaksana proyek, dsb.

2. Pelaksanaan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan,


inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta
didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan.
Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual
Teaching and Learning disarankan diaplikasikan pada semua
tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran
tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-
nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses
pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-
nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1. berikut menggambarkan
penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.

INTERVENSI
Contextual Teaching and Learning
Inti:
Eksplorasi
Pendahul Elaborasi Penutu
uan Konfirmasi p

H AB I T U AS I
Diagram 1.1: Penanaman Karakter melalui Pelaksanaan
Pembelajaran

D. Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Ada banyak nilai (80 butir) yang dapat dikembangkan pada peserta
didik. Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang
9

sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai
nilai utama yang penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP,
nilai-nilai utama tersebut disarikan dari butir-butir SKL, yaitu:

1. Kereligiusan
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2. Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

3. Kecerdasan
Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara
cermat, tepat, dan cepat.

4. Ketangguhan
Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa
ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan
kegiatan atau tugas sehingga mampu mengatasi kesulitan tersebut
dalam mencapai tujuan.

5. Kedemokratisan
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.

6. Kepedulian
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan
memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan
tatanan) di sekitar dirinya.

7. Kemandirian
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif


Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimiliki.

9. Keberanian mengambil risiko


Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul dari
tindakan nyata.

10. Berorientasi pada tindakan


10

Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan nyata.

11. Berjiwa kepemimpinan


Kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas
kepemimpinan berbasis budaya bangsa.

12. Kerja keras


Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

13. Tanggung jawab


Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara dan Tuhan YME.
14. Gaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

15. Kedisiplinan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.

16. Percaya diri


Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

17. Keingintahuan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.

18. Cinta ilmu


Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

19. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.

20. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial


11

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan


dengan masyarakat dan kepentingan umum.

21. Menghargai karya dan prestasi orang lain


Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.

22. Kesantunan
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.

23. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

24. Menghargai keberagaman


Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal
baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, enam butir dipilih


sebagai nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan,
yaitu:
1. Kereligiusan
2. Kejujuran
3. Kecerdasan
4. Ketangguhan
5. Kepedulian
6. Kedemokratisan
Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata
pelajaran dengan intensitas penanaman lebih tinggi daripada
penanaman nilai-nilai lainnya.

E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata


Pelajaran

Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan


intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman
nilai menjadi sangat berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah
nilai utama sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai
lainnya pada setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, tidak
setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi
beberapa nilai utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai
12

yang lain tersebut tidak diperkenankan diintegrasikan ke dalam


mata pelajaran tersebut. Dengan demikian setiap mata pelajaran
memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu yang
paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang
bersangkutan. Tabel 1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai
pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran.

Mata Nilai Utama


Pelajaran

1. Pendidikan kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,


Agama kedemokratisan, nasionalis, kesantunan, kedisiplinan,
bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri,
menghargai keberagaman, patuh pada aturan sosial,
bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja
keras.
2. PKn kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kedemokratisan, nasionalis, patuh pada aturan sosial,
menghargai keberagaman, sadar akan hak dan kewajiban
diri dan orang lain .
3. Bahasa kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
Indonesia kedemokratisan, nasionalis, berfikir logis, kritis, kreatif dan
inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu,
kesantunan.
4. Matematika kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kedemokratisan, nasionalis, berpikir logis, kritis, kerja keras,
ingin tahu, kemandirian, percaya diri.
5. IPS kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kedemokratisan, nasionalis, menghargai keberagaman,
berpikir logis-kritis-kreatif-dan inovatif, kepedulian (social
dan lingkungan), keberanian mengambil resiko,
berorientasi pada tindakan, kepatuhan terhadap aturan-
aturan sosial, dan kesantunan.
6. IPA kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kedemokratisan, nasionalis, ingin tahu, berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, kejujuran, bergaya hidup sehat,
percaya diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan,
kemandirian, bertanggung jawab, cinta ilmu.
7. Bahasa kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
Inggris kedemokratisan, nasionalis, Religius, jujur, cerdas, tangguh,
peduli, demokratis, menghargai keberagaman, santun,
percaya diri, mandiri, bekerjasama, patuh pada aturan
sosial.
8. Seni Budaya kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan,kedemokratisan, nasionalis, menghargai
keberagaman, dan menghargai karya orang lain, ingin
tahu, kedisiplinan.
13

9. Penjasorkes kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,


ketangguhan,kedemokratisan, nasionalis, bergaya hidup
sehat, kerja keras, kedisiplinan, percaya diri, kemandirian,
menghargai karya dan prestasi orang lain
10.TIK/ kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
Keterampila ketangguhan,kedemokratisan, nasionalis, berpikir logis,
n kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab,
dan menghargai karya orang lain
11. Muatan kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
Lokal ketangguhan,kedemokratisan, nasionalis, menghargai
keberagaman, menghargai karya orang lain.

Tabel 1.1. Contoh Distribusi Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran

F. Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter

Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter


di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat
diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran (merancang
kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam silabus, RPP, dan
bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi
yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-
guru SMP seluruh Indonesia sejak 2002.

Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep


pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya
dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual
menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut
secara singkat dijelaskan berikut ini.

1. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa


orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap
sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan
pengetahuan awal serta kepercayaan mereka.

Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui


pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru
mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong aktivitas
berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses
14

mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses


pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka
melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik
mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.

Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah


memfasilitasi proses pembelajaran dengan:

(a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;


(b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri;
(c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalam belajar.

Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran


dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir
kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai
orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.

2. Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik


daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam
pemahaman siswa. Siswa belajar mengajukan pertanyaan
tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan
yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti,
interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir
siswa.

Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna


untuk:

(a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis;


(b) mengecek pemahaman siswa;
(c) membangkitkan respon siswa;
(d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa;
(e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa;
(f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki
guru;
(g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
15

Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk


menuntun siswa mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan
berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin
tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.

3. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan
pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus
menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis,
membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang
berdasar pada data dan pengetahuan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri:
a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
b) Mengamati atau melakukan observasi
c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lain
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru, atau yang lain
Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat
mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis,
logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat
orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam


kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua
siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi
ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat, dan
bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di
dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa
belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara
individual.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi


dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat
belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya
dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman
belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada
pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang
merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap
paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.
16

Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:


(a) Pembentukan kelompok kecil;
(b) Pembentukan kelompok besar;
(c) Mendatangkan ahli ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter,
petani, polisi, dan lainnya)
(d) Bekerja dengan kelas sederajat
(e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
(f) Bekerja dengan masyarakat

Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses


pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara
lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun,
demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.

5. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang


lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang
memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara
keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa.
Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana
agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan
sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-
satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.

Contoh praktik pemodelan di kelas:

a) Guru Olah Raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di


hadapan siswa
b) Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke
kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh
tersebut;
c) Guru IPS menunjukkan peta pariwisata yang sudah jadi, yang
dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang
pembuatan peta pariwisata di daerahnya
d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer
suhu badan

Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan


rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri.

6. Refleksi (Reflection)
17

Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah


mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk
membantu mereka menemukan makna personal masing-masing.
Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain
melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan,
menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada
buku harian.

Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan


kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.

7. Penilaian otentik (Authentic assessment)

Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang


diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian
alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat
mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-
tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan
pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat
ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai
simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi
(performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti
tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan
bagaimana siswa menyelesaikan masalah dan dimungkinkan
memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang
cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi
dari beberapa teknik penilaian.

Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan


berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab,
menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta
ilmu.

G. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter

1. Potensi penggunaan BSE dalam pendidikan karakter

Buku-buku pelajaran SMP yang telah masuk dalam daftar BSE


memenuhi kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika.
Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana
ditetapkan melalui Permen Diknas 22/2006 dengan cakupan
dan kedalaman pembahasan yang memadai. Selanjutnya
isi/materi disajikan dan/atau dibelajarkan melalui pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak di antara
18

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta


didik sebagai pelaku pembelajaran yang aktif. Bahasa
untuk menyajikan materi merupakan bahasa Indonesia yang
baku, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP,
dan gagasan/pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika,
BSE memenuhi berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE
tidak bias gender, mengembangkan
keberagaman/kebhinekaan, dan jiwa kewirausahaan.

Memperhatikan ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki


potensi yang sangat besar untuk digunakan dalam
mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam
pembelajaran. Hanya dengan melakukan sejumlah revisi,
buku-buku tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan
pendidikan karakter secara terintegrasi dalam pembelajaran.
(Lihat Contoh, di Bagian II).

2. Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter

Di depan disebutkan bahwa BSE memiliki potensi yang sangat


besar untuk digunakan dalam mengembangkan karakter
peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan
melakukan adaptasi seperlunya, buku-buku pelajaran yang
telah masuk daftar BSE akan dengan efektif memfasilitasi
peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembang-kan
keterampilan/ kecakapan, dan membangun karakter. Berikut
empat jenis adaptasi yang dapat dilakukan. Adaptasi jenis a, b,
dan c berturut-turut dari yang paling dianjurkan ke yang
kurang dianjurkan.

a. Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek


sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik
evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi,
reformulasi dan/atau penambahan kegiatan pembelajaran,
penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi)
dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang direvisi.
Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan
diberikan kepada siswa.

b. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran


dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua


dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan
19

evaluasi dari bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi,


atau reformulasi dan/atau penambahan kegiatan
pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik
evaluasi) dilakukan secara tertulis pada bahan ajar yang
direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak
dan diberikan kepada siswa.

c. Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran


dilaksanakan

Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam satu atau dua


dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan
evaluasi dari bahan ajar. Guru membuat sejumlah adaptasi
(misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan
kegiatan pembelajaran, penambahan atau perubahan
teknik penilaian) secara tertulis tetapi pada lembar
terpisah, tidak menyatu dengan bahan ajar. Catatan-
catatan pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan
oleh guru selama proses pembelajaran.

BAGIAN II: PANDUAN KHUSUS


MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran Ilmu


Pengetahuan Sosial (IPS)
Nilai karakter yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran
untuk semua mata pelajaran pada dasarnya sama, yaitu nilai
karakter manusia dalam kehidupan berketuhanan dan bersesama
dengan orang lain dalam tatanan kebangsaan dan kenegaraan.
Dalam kehidupan, nilai karakter itu berfungsi sebagai acuan dan
kontrol tingkah laku, yang dimanifestasikan dalam hubungan
seseorang dengan Tuhan, orang lain, lingkungan alam, dan dirinya
sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Demikian
pula, nilai karakter untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS).
20

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan di atas, nilai


karakter yang diitegrasikan dalam mata pelajaran IPS terdiri atas
6 (enam) nilai karakter pokok dan 7 (tujuh) nilai karakter utama.
Ketentuan pengintegrasian nilai karakter pokok dan utama itu
bukan berarti membatasi pengenalan, pengembangan, dan
pembudayaan nilai karakter yang lain. Artinya, nilai karakter yang
lain, sepanjang memungkinkan diitegrasikan dalam pembelajaran,
juga dianjurkan untuk dikenalkan, dikembangkan, dan
dibudayakan dalam kehidupan nyata peserta didik. Nilai karakter
pokok, dalam hal ini, ialah nilai karakter yang dijadikan pangkal
tolak pengembangan nilai karakter peserta didik. Melalui
penanaman, pengembangan, dan pembudayaan (pembiasaan)
nilai karakter pokok pada semua mata pelajaran diharapkan nilai
karakter tersebut sesegera mungkin membudaya dalam diri
peserta didik dan nilai karakter lain dapat dikembangkan. Nilai
karakter utama ialah nilai karakter yang diprioritaskan untuk
ditanamkan, dikembangkan, dan dibudayakan bagi dan oleh
peserta didik dalam pembelajaran IPS.
Satu hal yang perlu disadari ialah tidak ada nilai karakter
kehidupan manusia yang berdiri sendiri, terpisah satu dengan
yang lain. Nilai karakter yang satu dan nilai karakter yang lain
senantiasa saling bersinggungan, tumpang tindih, dan atau
terkait; bahkan nilai karakter yang satu kadang merupakan
prasyarat bagi nilai karakter yang lain; nilai karakter yang satu
kadang juga merupakan manifestasi atau perwujudan dari nilai
karakter yang lain.
Untuk mata pelajaran IPS, nilai karakter pokok yang secara
konsisten diitegrasikan dalam pembelajaran dapat dikemukakan
sebagai berikut.

1. Nilai Karakter Pokok, dan Indikatornya


Butir-butir nilai karakter yang dianjurkan untuk diintegrasikan
dalam semua mata pelajaran yang berjumlah 24 butir (Bagian I D),
ada enam butir nilai yang dipilih sebagai nilai karakter pokok yang
harus dikembangkan dan dibudayakan pada setiap mata pelajaran
di SMP/MTs. Tabel 2.1 menyajikan nilai karakter pokok tersebut dan
dilengkapi indikatornya sebagai berikut.

Nilai Karakter Indikator


No
Pokok
o buah pikir dan perkataan didasarkan pada nilai ketuhanan
1 Kereligiusan dan/ atau keagamaan
o tindakan dilakukan sesuai dengan nilai ketuhanan dan atau
keagamaan
o sikap yang menunjukkan keagungandan kebesaranTuhan
21

terhadap kesempurnaan ciptaan-Nya, bumi dan alam


semesta beserta seluruh isinya.
o buah pikir dan perkataan menunjukkan ketulusan, apa
2 Kejujuran adanya, dan atau tidak berbohong
o tindakan dilakukan sesuai norma/kaidah/aturan; tidak
curang.
o buah pikir dan perkataan menunjukkan akal budi yang logis,
3 Kecerdasan kritis, kreatif, dan atau inovatif
o tindakan menunjukkan akal budi yang logis, kritis, kreatif,
dan atau inovatif.
Ketangguhan o buah pikir dan perkataan menunjukkan pendirian dan daya
4 tahan yang kuat, andal, kukuh, dan tidak mudah mnyerah.
o tindakan menunjukkan pendirian dan daya tahan yang kuat,
andal, kukuh, dan tidak mudah menyerah.
o sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai mengenali suatu
produk, cara produksi, pemasaran, dan mengatur
permodalan operasionalnya.
o buah pikir dan perkataan menunjukkan gagasan atau
5 Kedemokratis pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
an kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga
negara.
o tindakan yang menunjukkan gagasan atau pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta
perlakukan yang sama bagi semua warga negara.
o buah pikir, perkataan, dan tindakan yang menunjukkan
6 Kepedulian adanya perhatian untuk mencegah dan memperbaiki
penyimpangan tatanan di sekitar kehidupan siswa (tatanan
OSIS,tatanan dalam proses pembelajaran, dan tatanan
dalam di lingkungan social).
o tindakan atau perilaku yang menunjukkan kepedulian untuk
menggunakan, memelihara, mengkonservasi, dan
melestarikan lingkungan serta mencegah terjadinya
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan.
o Sikap dan tindakan yang selalu berupaya memberi bantuan
kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan,
serta selalu berupaya menjaga keharmonisan perikehidupan
dalam masyarakat.

Tabel 2.1 Nilai Karakter Pokok dan Indikatornya pada Mata Pelajaran IPS

2. Nilai Karakter Utama, dan Indikatornya


Nilai karakter Utama yang diintegrasikan dalam pembelajaran
IPS berjumlah 7 (tujuh) butir. Nilai karakter utama beserta
inidikatornya yang diprioritaskan untuk diintegrasikan dalam
mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut.

No
Nilai Karakter Utama Indikator

1 Berpikir logis, o Buah pikir, perkataan yang menunjukkan


kritis, kreatif, dan pemikiran yang sesuai dengan logika, masuk
inovatif akal, atau benar menurut penalaran, selalu
22

berupaya menemukan kebenaran, mencitakan


gagasan, cara, maupun barang atau alat.
o Sikap dan tindakan yang sesuai dengan logika,
masuk akal, penalaran, ketajaman analisis, dan
daya cipta sebagai buah pikiran atau kecerdasan
akal.
2 Nasionalis o Buah pikir, perkataan dan sikap yang
menunjukkan adanya kesadaran dan keihklasan
dalam mencintai dan mempertahankan keutuhan,
kesatuan dan persatuan bangsa dan negaranya.
o tindakan menunjukkan adanya kesadaran dan
keihklasan dalam mencintai dan membela nusa,
bangsa dan negaranya.
3 Keberanian o Buah pikir, perkataan, dan sikap yang
mengambil risiko menunjukkan ketegasan dalam memutuskan
sesuatu beserta resiko yang menyertainya.
o Sikap dan tindakan yang menunjukkan kesiapan
menanggung resiko akibat pemikiran, perkataan
dan tindakan yang dilakukannya.
4 Berorientasi pada o Sikap dan perilaku yang mandiri
tindakan o pandai atau berbakat mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan
operasinya.
5 Kepatuhan o buah pikir dan perkataan yang menunjukkan
terhadap aturan- ketaatan pada tata tertib sekolah, tata tertib lalu
aturan sosial lintas, norma keluarga dan masyarakat yang
beradab.
o sikap dan tindakan yang menunjukkan perilaku
yang menunjukkan ketaatan pada tata tertib
sekolah, tata tertib lalu lintas, norma keluarga
dan masyarakat yang beradab.
6 Kesantunan o buah pikir dan perkataan yang menunjukkan budi
bahasa yang baik; menghormati,
berbelaskasihan, dan suka menolong sesama
o sikap dan tindakan yang menunjukkan perilaku
yang baik; menghormati, berbelaskasihan, dan
suka menolong sesama.

7 Menghargai o Tolerans terhadap ritual kepercayaan/ agama


keberagaman orang lain.
o Menghargai pendapat dan hasil karya orang lain.
o Buah pikir, perkataan, sikap dan tindakan yang
menunjukkan bahwa kebinekaan sifat fisik, suku,
agama, ras, kebiasaan, adat-istiadat, budaya,
agama adalah suatu keniscayaan.

Tabel 2.2 Nilai Karakter Utama dan Indikatornya Pada Mata pelajaran IPS

B. Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Nilai


Karakter Pada Pelajaran IPS
23

Kemudahan dan keluasan pengintegrasian pendidikan


karakter dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui
penerapan prinsip-prinsip pendekatan kontekstual (contextual
teaching and learning, CTL). Penerapan pembelajaran ini dapat
mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan
logis, santun, kerjasama, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai
pendapat orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.
Kegiatan pembelajaran itu dirancang oleh guru sejak menyusun
pemetaan SK/KD, prota/promes, silabus, dan RPP, kemudian
dimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, termasuk
pelaksanaan evaluasi.
Sebagai contoh, pada suatu kegiatan pembelajaran IPS,
siswa dibagi dalam kelompok kecil, kemudian Guru memberikan
kesempatan pada kelompok tersebut untuk:
a. melakukan pengamatan; melalui pengamatan nilai karakter
yang dapat dikembangkan adalah kerjasama, cinta ilmu,
berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, dan toleransi.
b. menyajikan hasil pengamatan; melalui penyajian hasil
pengamatan nilai karakter yang dapat dikembangkan adalah
kerjasama, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
jujur,peduli lingkungan dan toleransi.
c. mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pengamatan.
Melalui kegiatan ini nilai karakter yang dapat dikembangkan
adalah kerjasama, menghargai pendapat dan karya teman
lain, santun, taat terhadap aturan-aturan social.
d. Tanya jawab. Kegiatan pembelajaran ini dapat
mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis
dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain,
santun, dan percaya diri.
e. Kerja kelompok. proses pembelajaran ini dapat
mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama,
menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh
pada turan sosial, dan tanggung jawab.

Kegiatan pembelajaran yang demikian dapat mengembangkan


berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat
orang lain, santun, demokratis, patuh pada aturan sosial,
tanggung jawab, percaya diri, berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif.
Kegiatan pembelajaran dalam bentuk lain yang bertumpu
pada prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning), pembelajaran dengan pendekatan PAKEM,
dan pembelajaran inovatif, (Problem Solving, Cooperative Script,
Picture and Picture, Numbered Heads Together,
Group Investigation, dll) dapat digunakan untuk mengembangkan
24

nilai karakter, baik nilai karakter pokok, nilai katarkter utama


maupun nilai karakter yang lain.
Pengembangan nilai karakter juga dapat dilakukan melalui
kegiatan evaluasi. Contoh: pada akhir pembelajaran, masing-
masing kelompok diminta untuk menilai kelompok lain, dengan
cara: (1) mengisi lembar penilaian yang telah disiapkan; atau (2)
memberikan nilai dengan sandi gambar tertentu (orang tertawa =
A, orang tersenyum = B, orang menangis = C), atau dengan sandi
warna ( merah = A, kuning = B, hijau = C, dan putih = D). Kegatan
penilaian yang demikian dapat mengembangkan nilai karakter
menghargai pendapat/karya teman lain, kejujuran, tanggung
jawab, kesantunan, dan percaya diri.

C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran Ilmu Pebgetauan Sosial


untuk Pendidikan Karakter
1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS)
a. Isi (Kelengkapan, keluasan, kedalaman, keaktualan,
kesesuaian dengan perkembangan siswa, dan
ketersediaan nilai karakter tidak bias gender, dan
tidak SARA )
Berdasarkan hasil analisis terhadap buku sekolah elektronik
(BSE) mata pelajaran IPS Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah untuk Kelas VII Edisi 4,
(I.Wayan Legawa, dkk, 2008), dapat dikemukakan bahwa
BSE telah memenuhi standar isi sebagaimana dituangkan
dalam Permen Diknas nomor 22 tahun 2006. Pada
umumnya, BSE disusun dengan mengacu pada SK dan KD
yang ada di dalam Permen Diknas itu. Materi pelajaran yang
ada di dalam BSE disusun secara tematik dan dibagi
menjadi 16 Bab/tema. Jika dibandingkan dengan jumlah
tema kehidupan yang harus dikenal, dipahami, dan dikuasai
peserta didik, 16 tema yang disajikan dalam BSE itu
memang terasa terbatas. Namun, perlu diingat pula bahwa
buku pelajaran apa pun tidak mungkin bisa memenuhi
semua tema kehidupan peserta didik. Dalam hal ini,
keprofesionalan guru dalam mengembangkan materi
pelajaran sangat diharapkan dan diperlukan serta sangat
menentukan kedalaman, keluasan, dan kebervariasian
cakupan tematis itu.
Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di
dalam pembelajaran, pada umumnya materi pembelajaran
yang ada di dalam BSE memungkinkan untuk itu. Artinya,
melalui adaptasi guru dapat menambahkan materi kegiatan
25

yang harus dilakukan peserta didik agar mengenal,


menginternalisasikan, mengembang-kan dan
membudayakan nilai-nilai karakter tertentu. Sebagai
alternatif, guru juga dapat mengubah metode atau teknik
pembelajaran yang ada. Tentu saja, sebagai
konsekuensinya, guru harus menyesuaikan sistem penilaian
sebagai alat ukur pencapaian kompetensi yang telah
ditetapkannya.

b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan di dalam BSE pada
umumnya ialah observasi, diskusi, tanya-jawab, pelatihan,
demonstrasi, dan pemodelan. Metode pembelajaran itu
pada umumnya diulang-ulang penggunaannya pada setiap
unit pelajaran, dari unit pelajaran pertama sampai dengan
unit pelajaran terakhir. Dengan menggunakan metode itu,
peserta didik diarahkan untuk melakukan kegiatan
eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi.
Metode yang digunakan dalam BSE seperti dikemukakan di
atas sebenarnya sudah cukup bervariasi dan dapat
mengakomodasi tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Kelemahannya, penggunaan masing-masing metode itu
kadang tidak disertai penjelasan mengenai teknik
pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen atau
alat yang digunakan, dan penjelasan mengenai wujud dan
indikator capaian targetnya. Di dalam beberapa buku,
kadang instruksi yang diberikan kepada peserta didik
kurang jelas dan atau kurang lengkap prosedur dan kinerja
operasionalnya. Ada beberapa buku yang di dalamnya
disediakan instrumen bagi peserta didik dalam melakukan
kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan refleksi yang
diinginkan, tetapi beberapa buku yang lain tidak demikian.
Penulis buku cenderung menganggap peserta didik sudah
dapat melakukan kegiatan apa pun yang dimintanya,
sehingga tidak melengkapi permintaannya dengan rambu-
rambu atau panduan kegiatan. Penulis menganggap peserta
didik sudah mengetahui prosedur dan kinerja operasional
kegiatan pengamatan, diskusi, tanya-jawab, demonstrasi,
pelatihan, dan kompetisi. Dengan demikian, penjelasan
yang dikemukakan cenderung ala kadarnya.
Lebih lanjut, di dalam BSE peran guru dalam kegiatan
belajar tidak dinyatakan secara eksplisit. Demikian pula
peran peserta didik. Patut diduga, tidak setiap guru memiliki
buku petunjuk penggunaannya. Jika demikian, guru perlu
26

dan harus pandai-pandai mengambil keputusan mengenai


peran yang harus dilakukannya pada setiap unit atau topik
pelajaran. Demikian pula, mengenai peran peserta didik
pada setiap kegiatan pembelajaran.
Sehubungan dengan pengintegrasian pendidikan karakter di
dalam pembelajaran, pada umumnya metode pembelajaran
yang digunakan di dalam BSE sudah cukup memadai.
Artinya, metode yang digunakan di dalam BSE juga dapat
dipakai untuk mengenalkan, mengembangkan, dan
membudayakan nilai-nilai karakter. Apabila penggunaan
metode itu tidak disertai dengan penjelasan teknik
pelaksanaannya, tidak dilengkapi dengan instrumen, dan
penjelasan mengenai wujud dan indikator capaian
targetnya, guru sebaiknya secara kreatif mengambil
keputusan terbaik untuk melengkapinya. Melalui adaptasi
guru dapat mengubah, menambah, dan mereformulasikan
metode dan teknik yang digunakan di dalam BSE sehingga
pendidikan karakter yang diharapkan dapat terakomodasi.

c. Bahasa
Bahasa yang digunakan di dalam BSE pada umumnya sudah
sesuai dengan usia dan perkembangan kemampuan
kebahasaan peserta didik. Diduga, BSE memiliki
keterbacaan yang cukup tinggi. Untuk usia anak pada awal
memasuki sekolah menengah pertama, bahasa yang
digunakan dalam BSE cukup sederhana dan mudah
dipahami. Baik pilihan kata, struktur kalimat, ejaan, tanda
baca, maupun gaya bahasa yang digunakan dalam BSE
sesuai dan efektif bagi usia dan perkembangan kemampuan
peserta didik.

d. Grafika
Sebagian besar BSE disusun dengan memperhatikan dan
memenuhi prinsip-prinsip kegrafikaan. Materi ditulis
dengan huruf Tahoma, Book Antiqua, atau Time New Roman
dengan font 11 atau 12. Dengan demikian, semua materi
dapat dibaca dengan jelas. Tata letak atau layout digarap
dengan memperhatikan aspek keruangan, kemenarikan,
dan keindahan. Ilustrasi, tanda dan gambar pada umumnya
fullcolor dan disajikan dengan ukuran yang proporsional
serta relevan dengan materi pembelajaran yang
didukungnya. Jadi, secara keseluruhan, kegrafikaan dalam
BSE memenuhi syarat dan menarik.
27

e. Potensi BSE Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial


untuk Pendidikan Karakter
Seperti dikemukakan di atas bahwa BSE memiliki potensi
yang cukup besar untuk dimuati pendidikan karakter di
dalamnya. Adanya potensi itu di antaranya disebabkan oleh
pendekatan yang digunakan dalam menyajikan materi
pembelajaran, yaitu pendekatan kontekstual (contextual
teaching and leraning). Dengan pendekatan kontekstual,
materi pembelajaran disajikan secara tematik; bahkan
tema-tema yang dipilih sebagian sudah berkenaan dengan
nilai karakter tertentu. Tema-tema yang digunakan dalam
BSE untuk SMP Kelas VII, di antaranya, ialah bentuk-bentuk
muka bumi, kehidupan pada masa pra-aksara di Indonesia,
interaksi social dan sosialisasi,manusia sebagai makhluk
social dan ekonomi, tindakan-motif-dan prinsip ekonomi,
penggunaan lahan dan kegiatan ekonomi, perkembangan
masyarakat pada masa Islam di Indonesia, kegiatan pokok
ekonomi, dan kewirausahaan. Di dalam tema-tema itu
sudah tercermin nilai karakter tertentu, misalnya berpikir
logis-kritis-kreatif dan inovatif, kepatuhan terhadap aturan-
aturan social, menghargai karya dan preatsi orang lain,
serta kepedulian social dan lingkungan. nasionalis dan
sebagainya. Di samping itu, nilai karakter pokok
kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kepedulian, dan kedemokratisan pun sangat memungkinkan
dan mudah untuk diintegrasikan di dalamnya.
Di samping itu, metode dan teknik kegiatan belajar yang
digunakan dalam BSE juga sangat mendukung
diintegrasikannya pendidikan karakter di dalam
pembelajaran. Sebagai contoh, penggunaan metode
observasi dengan teknik pengamatan, wawancara,
percobaan (eksperimen), perbandingan, dan sebagainya, di
dalamnya, sudah terkandung atau memungkinkan untuk
dimuati pendidikan karakter tertentu. Melalui observasi
dapat dikembangkan nilai karakter cinta ilmu, ingin tahu,
berpikir logis, kritis, dan inovatif, jujur, disiplin, percaya diri,
bertanggung jawab, dan sebagainya. Melalui wawancara
dapat dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat
orang lain, berperilaku sopan, dan berbahasa dengan
santun. Melalui perbandingan dapat dikembangkan nilai
karakter jujur, bertangung jawab, menghargai karya orang
lain, ingin tahu, dan sebagainya. Melalui metode diskusi
dengan teknik presentasi dan tanya jawab dapat
dikembangkan nilai karakter menghargai pendapat orang
lain, disiplin, jujur, bertanggung jawab, berperilaku sopan,
28

dan berbahasa dengan santun. Demikian pula, melalui


metode dan teknik yang lain.
Walaupun aspek materi pembelajaran dan penyajiannya
serta metode dan teknik yang digunakan dalam BSE sangat
memungkinkan untuk dimuati pendidikan karakter tertentu;
bahkan sebagian sudah berkenaan dengan pendidikan
karakter tertentu, pada kenyataannya para penulis BSE
belum secara sadar dan sengaja memfokuskan
pembelajarannya pada pendidikan karakter. Setidaknya,
target atau tujuan pembelajaran yang dirumuskan pada
setiap unit pelajaran tidak difokuskan untuk itu. Oleh karena
itu, para guru harus secara sadar dan kreatif mengambil
keputusan untuk mereformulasi setiap unit pelajaran dalam
BSE dengan memasukkan pendidikan nilai karakter di
dalamnya. Cara yang dapat digunakan untuk itu di
antaranya dengan mengubah, menambah, atau
mempertegas setiap butir materi yang ada pada setiap unit
pelajaran sehingga pengembangan nilai karakter tertentu
dapat terakomodasi. Pengubahan, penambahan, dan
penegasan itu tentu saja berkenaan dengan isi, kegiatan
pembelajaran, dan sistem evaluasinya.

f. Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter.


1) Adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam tiga aspek
sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik
evaluasi dari bahan ajar.
2) Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran
dilaksanakan. Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam
satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan
pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar.
3) Adaptasi sebagian/parsial dengan menggunakan
suplemen. Adaptasi jenis ini melibatkan revisi dalam
satu atau dua dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan
pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Guru
membuat sejumlah adaptasi (misalnya penambahan isi,
perubahan atau penambahan kegiatan pembelajaran,
penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara
tertulis tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu
dengan bahan ajar. Catatan-catatan pada lembar-lembar
terpisah tersebut digunakan oleh guru selama proses
pembelajaran.

Berikut ini dikemukakan contoh unit pelajaran Ilmu


Pengetahuan Sosial, yang diambil dari BSE dan
29

kemungkinan pengintegrasian pendidikan nilai karakter di


dalamnya.

1. Contoh Adaptasi Lengkap Sebelum


Pembelajaran

BAB IV
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
DAN EKONOMI YANG BERMORAL

Topik Pembelajaran:
A. Manusia sebagai makhluk social.
B. Manusia sebagai makhluk ekonomi.
C. Manusia sebagai makhluk bermoral.

A. Manusia sebagai maklhuk sosial

Kita tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan tergantung pada


apa yang dihasilkan orang lain. Apa yang menjadi kebutuhan
hidupmu? Kebutuhan keluargamu? Seluruh warga satu RTmu? Untuk
memenuhi kebutuhan, kita memerlukan barang dan pelayanan dari
orang lain. Nah, agar lebih memahaminya, kita lanjutkan
pembahasan di bawah ini!

Pada hakekatnya, manusia tidak dapat hidup


tanpa orang lain. Kita menjadi besar seperti
sekarang berkat bantuan banyak orang,
mulai dari orang tua, saudara, tetangga,
dokter, guru sampai para pedagang di pasar.
Mereka semua membantu pemenuhan
segala macam keperluan kita baik berupa
barang-barang maupun pelayanan dan kasih
sayang.

Gb 1. Manusia selalu membutuhkan orang


lain

Jadi, kebutuhan manusia hanya dapat dipenuhi melalui


kebersamaan atau bantuan dari orang lain. Karena keinginannya
untuk selalu hidup bersama orang lain dan hidup berkelompok,
maka manusia disebut sebagai makhluk sosial (homosocious).
Banyak kegiatan di dalam masyarakat yang dilakukan secara
bersama-sama. Bekerja, belanja, belajar atau sekedar mencari
hiburan bersama. Dapatkah kalian memberi contoh kegiatan yang
30

dilakukan secara bersama oleh orang-orang di sekitar tempat


tinggalmu?

Catatan: Pembelajaran IPS di atas diambil sepenuhnya dari BSE IPS Bab IV
untuk Semester VII. Tulisan yang berwarna merah sebenarnya
adalah pendidikan karakter yang tertuang secara implisit. Untuk
terjadi internalisasi dan pembiasaan atau pembudayaaan, perlu
penambahan dan penegasan dari Guru, yang diintegrasikan dalam
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi atau latihan-latihan.

Penambahan dan penegasan intervensi pendidikan karakter dalam


pelaksanaan PBM:
1. Diskusikan dengan teman sebelahmu, Gb 1 mengungkapkan kejadian
apa?
2. Apa kaitan gambar tersebut dengan manusia sebagai makhluk social?
3. Pokok-pokok hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas!
4. Dalam diskusi tersebut siapa yang banyak mengungkapkan pendapat?
5. Hasil diskusi akan dinilai oleh Ibu/Bpk Guru dan kelompok lain secara

Pelaksanaan pembelajaran seperti itu, akan melatih dan


membiasakan siswa (habituasi) menginternalisasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai karakter, dan bila hal ini dilakukan
terus-menerus selama tiga tahun akan terjadi proses pembudayaan.
Nilai-nilai karakter itu adalah: kerjasama, menghargai pendapat
orang lain (ad. 1); cerdas, logis, kritis, religius (sd. 2); percaya diri,
cinta ilmu, demokratis (ad. 3); jujur (ad. 4); santun,
menghargaipendapat /hasil karya orang lain (ad. 5).

B. Manusia sebagai makhluk ekonomi

Jika kita amati keadaan lingkungan kita


setiap hari, maka kita akan melihat
bahwa hampir setiap orang sibuk
melakukan sesuatu. Ada yang sibuk
membangun rumah (Gb. 2), ada yang
sibuk berteriak-teriak menawarkan
dagangannya di pasar. Penjual es
keliling menawarkan dagang-annya
dengan mikrofon, dan lain-lain.
Gb. 2 Pekerja membangun
rumah
31

Penjual kain menggelar


dagangannya, mengibas-ngibaskan
agar debu tidak menempel. Di rumah
sakit, perawat sibuk mengukur
tekanan darah pasien di ruang
operasi dokter dan bidan membantu
persalinan seorang ibu. Petani
menjaga sawahnya dari burung-
burung pipit. Peternak
mengembalakan sapi dan
Gb. 3 Pak Alex berdagang kambingnya di lahan peng-
kain gembalaan. Di daerah pesisir nelayan
kembali melaut dan memunguti hasil
tangkapannya. Guru di sekolah
sedang mengajarkan IPS bagi para
siswanya. Semuanya bekerja.
Untuk apa mereka lakukan semua
itu? Semua orang bekerja dengan
meng-gunakan kemampuan yang
mereka miliki untuk memperoleh
penghasilan. Dengan penghasilan itu
mereka dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya, bisa
membeli apa saja untuk keperluan
Gb. 4 Ibu Mina bekeja di ruang operasi hidup, makanan, pakaian,
perumahan, dan lain-lain.
Bagaimana cara mereka bekerja?
Caranya dengan menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang
berguna bagi orang lain. Membuat barang-barang yang dibutuhkan
masyarakat dan menjualnya. Memasak makanan, membuat
cangkul, membuat baju, dan sebagainya.
Ada pula warga yang bekerja bukan
membuat barang namun degan cara
memberikan pelayanan. Mereka
menjadi guru melayani para siswa
untuk mendapatkan pendidikan.
Dokter memberikan pelayanan
dibidang kesehatan. Polisi
memberikan pelayanan dibidang
keamanan. Sopir memberikan
pelayanan dibidang pelayanan/jasa
angkutan.
Gb. 5 Sekelompok orang
bekerja
dibidang jasa
32

Jadi, untuk hidup sebagai layaknya manusia memang banyak sekali


barang dan pelayanan yang kita butuhkan. Keperluan kita sebagian
besar dipenuhi oleh orang lain. Jadi kita saling membantu dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan. Coba kalian ceritakan gambar
yang ada pada halaman di atas! Setiap usaha manusia untuk
bekerja mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya menga-kibatkan munculnya persoalan.

Persoalannya adalah kebutuhan kita banyak sekali (bahkan kalau


mungkin semua hal ingin dimiliki) sementara itu kemampuan kita
untuk membeli terbatas dan kemampuan masyarakat untuk
menyediakan segala macam kebutuhan orang yang sangat
bervariasi juga terbatas. Kemampuan fisik dan pikiran orang untuk
bekerja juga sangat terbatas. Maka disinilah mulai timbul pokok
persoalan manusia dalam hal ekonomi dan memunculkan ilmu
ekonomi. Persoalan itu tidak hanya dihadapi oleh satu orang atau
dua orang saja. Semua orang, bahkan setiap pemerintah, setiap
negara menghadapi masalah ini. Setiap orang memiliki harapan
untuk hidup sejahtera yang ditandai dengan terpenuhinya
keperluan-keperluan hidupnya. Kesejahteraan dalam arti materi dan
non materi inilah yang menjadi dambaan semua makhluk ekonomi.
Itulah sebabnya, di samping sebagai makhluk sosial, manusia juga
dikenal sebagai makhluk ekonomi (homoeconomicus) makhluk yang
berusaha mencari kepuasan dan kesejahteraan hidup dengan
mempertimbangkan pengorbanan yang harus dilakukan. Makhluk
yang ekonomis berarti makhluk yang efisien. Dia tahu kapan harus
berkorban dan untuk apa.

Contoh tindakan ekonomis yang rasional dilakukan Mbak Mega


ketika berbelanja. Ia berusaha untuk membelanjakan uangnya
dengan hati-hati dan penuh perhitungan. Ketika berbelanja Mbak
Mega selalu membawa catatan dari rumah sehingga bisa
menghindarkan diri dari keinginan belanja yang tidak perlu, selain
bisa menghemat waktu belanja. Di samping itu, ia juga berusaha
melakukan penghematan-penghematan yang lain, misalnya
mengurangi pemakaian listrik dan berusaha menabung secara rutin.

Namun demikian ada pula sebagian manusia yang menjadi makhluk


ekonomi yang tidak rasional. Mereka memenuhi kebutuhan tanpa
disertai perhitungan yang matang bahkan cenderung memboroskan
sumber daya. Misalnya Pak Gati hendak membeli beras langsung
dari petani di desa karena harganya lebh murah.Namun ia tidak
ingat bahwa untuk sampai ke desa, ia harus mengeluarkan biaya
transportasi yang cukup banyak Untuk menanggapi persoalan itulah
maka timbul kegiatan ekonomi seperti produksi, distribusi dan
konsumsi (lebih lanjut tentang hal ini akan kita bahas pada bab lain)
33

yang diatur oleh suatu cara berpikir dan cara bertindak yang
disebut ekonomis.

Jadi makhluk yang ekonomis adalah mahkluk yang rasional,


berusaha se-efisien mungkin, sebaik-baiknya mempergunakan
sumber daya yang ada.

Catatan: Pembelajaran IPS di atas diambil sepenuhnya dari BSE IPS Bab IV
untuk Semester VII. Tulisan yang berwarna merah sebenarnya
adalah pendidikan karakter yang tertuang secara implisit. Untuk
terjadi internalisasi dan pembiasaan atau pembudayaaan, perlu
penambahan dan penegasan dari Guru, yang diintegrasikan dalam
pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi atau latihan/tugas.

Penambahan dan penegasan intervensi pendidikan karakter dalam


pelaksanaan PBM:
1. Diskusikan dalam kelompok kecil, Gb 1, 2, 3, 4. mengungkapkan
kejadian apa?
Kel. A dan B Gb. 1; Kel. C dan D Gb. 2; Kel. E dan F Gb. 3; Kel. G dan H
Gb. 4.
2. Apa kaitan gambar tersebut dengan manusia sebagai makhluk
ekonomi?
Pelaksanaan pembelajaran seperti itu, akan melatih dan
membiasakan siswa (habituasi) menginternalisasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai karakter, dan bila hal ini dilakukan
terus-menerus selama tiga tahun akan terjadi proses pembudayaan.
Nilai-nilai karakter itu adalah: kerjasama, menghargai pendapat
orang lain (ad. 1); cerdas, logis, kritis, religius (sd. 2); percaya diri,
cinta ilmu, demokratis, dan santun (ad. 3); jujur (ad. 4); menghargai
hasil karya orang lain, kompetisi secara sehat (ad. 5).

C. Manusia sebagai makhluk bermoral

Manusia juga disebut sebagai mahkluk yang bermoral. Moral


merupakan aturan berperilaku tentang sesuatu yang boleh dan
tidak boleh dilakukan.
34

Di masyarakat kita ada aturan-aturan yang


tertulis maupun tidak tertulis yang
mengarahkan manusia untuk bergaul,
berpa-
kaian, bersikap, dan lain-lain. Dalam mela-
kukan kegiatan sosial dan ekonominya,
manusia hendaknya taat terhadap moral
yang berlaku dimasyarakat agar tidak
merugikan pihak lain. Apakah aturan lalu
lintas yang kalian lihat pada gambar di
samping ini?
Gb.2.6 Melanggar Rambu Lalu Lintas
Aturan tersebut bisa berkaitan dengan norma agama maupun
norma kemasyarakatan. Contoh tindakan yang bermoral adalah
berhemat, menggunakan sumber daya alam dengan baik, jujur,
mengkonsumsi barang yang halal, menghargai sesama pemakai
jalan, dan memelihara kelestarian alam.
Dapatkah kalian menyimpulkan keberadaan atau hakekat manusia
sebagai makhluk sosial yang bermoral? Makhluk ekonomi yang
bermoral? Makhluk sosial dan ekonomi yangbermoral? Manusia
memiliki saling ketergantungan satu sama lain, setiap orang
membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain dalam pemenuhan
kebutuhannya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut,
manusia diharapkan tetap memperhatikan aturan sosial yang
berlaku di sekelilingnya dan menggunakan ilmu ekonomi yang baik
sehingga tindakannya tidak merugikan orang lain. Misalnya Bu
Laras adalah seorang pedagang. Ia bekerja dengan jujur dan tekun
dalam melayani pembelinya karena sadar bahwa pembeli akan
memberinya penghasilan sehingga dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya. Ia memberikan timbangan yang sesuai,
melayani dengan ramah setiap pembelinya.

Catatan: pada bagian ini materi pembelajaran sudah cukup dengan


muatan nilai karakter. Guru menindak-lanjuti dalam internalisasi
dan pembudayaan.
Intervensi pendidikan karakter harus juga dilakukan Guru dalam
proses penilaian. Secara selintas PBM di atas juga sudah memuat
cara memasukkan pendidikan karakter dalam penilaian. Tabel 2.4
menyajikan teknik dan bentuk instrumen pada Authentic
Assessment, dan selanjutnya disajikan contoh Rubrik Penilaian.
Sekali lagi Rubrik tersebut hanyalah contoh. Guru dapat
mengembangkan sesuai kebutuhannya.
Contoh:
35

Rubrik Penilaian Tugas Rumah Mengamati dan Membuat


Laporan Tentang Erosi atau Tanah Longsor di Sekitar
Tempat Tinggal Siswa.

Aspek yang dinilai Jumlah


Nama Siswa Nilai
No 1 2 3 4 5 Skor
1
2
3
4
5
dst

Keterangan aspek yang dinilai Skor Maksimum


1 Prosedur dan data observasi lengkap 5
2 Penulisan laporan ditulis/diketik rapih 5
3 Sistem laporan benar 5
4 Isi materi bisa dipertanggungjawabkan 5
5 Melampirkan kelengkapan laporan berupa 5
foto/gamar
Skor maksimum 25
NILAI = Skor perolehan x 4

Rubrik Penilaian Diskusi Kelompok


Aspek yang dinilai Jumla
Nama Siswa h Nilai
No 1 2 3 4 5
Skor
1
2
3
4
5
dst
Keterangan aspek yang dinilai
1. Keaktifan memberikan pendapat/menyampaikan ide
2. Kerjasama antar kelompok
3. Kemampuan mengambil keputusan dalam kelompok.
4. Tanggapan atas pertanyaan disampaikan secara simpatik.
5. Penghargaan pendapat teman lain

NILAI = Skor perolehan x 4

Rubrik Penilaian Tugas Rumah Membuat Makalah Tentang


Kerusakan Akibat
Gempa Bumi.
Nama Siswa Aspek yang dinilai Nilai
36

Jumla
No 1 2 3 4 5
h Skor
1
2
3
4
5
dst

Keterangan aspek yang dinilai Skor Maksimum


1 Prosedur dan data lengkap 5
2 Penulisan laporan ditulis/diketik rapih 5
3 Sistem laporan benar 5
4 Isi materi bisa dipertanggungjawabkan 5
5 Melampirkan kelengkapan laporan berupa 5
foto/gamar
Skor maksimum 25
NILAI = Skor perolehan x 4
Rubrik Penilaian Latihan Menghindar Dari Bahaya Gempa
Bumi.
Aspek yang dinilai Jumlah
Nama Siswa Nilai
No 1 2 3 4 5 Skor
1
2
3
4
5
dst

Keterangan: 1 = kecepatan mengambil inisiatif


skor 1 5
2 = ketepatan mengambil posisi berlindung skor
15
3 = kerjasama dengan teman lain skor
15
4 = toleransi terhadap teman lain skor
15
5 = kecepatan menyampaikan informasi ke pihak lain skor
15

Nilai : (jumlah skor x 4)

Rubrik Penilaian Membuat Klipping Interaksi Sosial

Nama Siswa Aspek yang dinilai Nilai


37

Jumla
No 1 2 3 4 5
h Skor
1
2
3
4
5
dst

Keterangan aspek yang dinilai Skor


Maksimum
1 Sumber kliping dari berbagai media 5
2 Kliping disusun dengan rapih 5
3 Keruntutan penyusunan materi (assosiatif 5
dissosiatif)
4 Isi materi bisa dipertanggung jawabkan 5
5 Melampirkan kelengkapan laporan berupa 5
foto/gambar
Skor maksimum 25
NILAI = (Skor perolehan x 4)

RUBRIK PENILAIAN
MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL PETA
Aspek yang dinilai
Kartografi Pewarrnaa Jumlah skor
No Nama Siswa s
Bentuk
n
Kerapian

1-5 1-5 1-5 1-5


1
2
3
4
5
dst
Nilai = Skor x 5

RUBRIK PENILAIAN
KETERAMPILAN MENGGUNAKAN ATLAS

Aspek yang dinilai


Mencari Mencari Mencari Menunjuk Jumlah
nama tempat halaman kolom dan letak skor
No Nama Siswa pada daftar baris tempat
indeks
1-5 1-5 1-5 1-5
38

1
2
3
4
5
dst
Nilai = Skor x 5

Rubrik Penilaian Antar Kelompok

Aspek yang dinilai


Nama Penghargaan
Ketepatan Penampila Kesantuna Jumlah skor
No Kelompok Isi/Materi n n
Thd Karya
(Siswa) Kelompk lain
1-5 1-5 1-5 1-5
1
2
3
4
5
dst
Nilai = Skor x 5
2. Adaptasi sebagian/parsial SEBELUM pembelajaran
dilaksanakan

BAB VII
SKETSA DAN PETA WILAYAH

Topik Pembelajaran:
A. Peta Mental.
B. Sketsa.
C. Peta Wilayah (tidak dibahas)

Pendahuluan

Di tempat-tempat wisata, sering kita lihat wisatawan asing yang


masih muda. Mereka menikmati keindahan alam dan peninggalan
budaya nenek moyang kita. Di antara mereka ada yang tidak
dikawal oleh orangtuanya atau saudaranya, tetapi hanya bersama
teman-temannya. Mereka tidak takut tersesat, menjelajahi kota
satu ke kota lain di Indonesia. Bekal apa yang mereka bawa? Salah
satu bekal yang dibawa adalah peta. Pada bab ini akan dibahas
tentang peta mental, sketsa, dan peta wilayah.
Perlu kreativitas intervensi pendidikan
karakter (1)
A. Peta Mental
39

Ketika kamu menggambar peta desa menurut imajinasimu,


gambar peta desa itu tentu kamu bayangkan lebih dahulu di dalam
otak. Bayangan peta desa beserta letak rumah, balai desa,
jalan-jalan, lapangan sepak bola dan lain-lain yang masih di
dalam otak disebut peta mental. Obyek yang terbayang pada
peta mental hanya yang penting-penting saja. Andaikan di sekitar
lapangan sepak bola ada kambing, sapi, atau anak-anak yang
sedang bermain, tidak tergambar pada peta mental. Dengan kata
lain obyek yang tergambar dalam peta mental adalah obyek yang
terpilih sesuai dengan kebutuhan.

Peta mental akan mudah dijelaskan kepada orang lain bila


diwujudkan dalam bentuk gambar nyata, yang disebut sketsa.
Namun sketsa bukanlah peta. Apabila obyek yang digambar dalam
sketsa diletakkan pada posisi keruangan seperti kenampakan
aslinya dengan menggunakan skala, barulah disebut peta. Peta
merupakan gambaran kenampakan muka bumi pada bidang datar
dengan menggunakan skala. Gambar peta merupakan gambaran
kenampakan muka bumi yang diperkecil dari kenyataan
Catatan : Pada pendahuluan (ad. 1) isi/materi pembelajaran telah
sebenarnya.
mengandung (implisit) nilai karakter kemandirian atau percaya
diri. Agar nilai karakter tersebut tampak secara eksplisit, atau
bahkan ditambah nilai karakter yang lain dan dapat diinternalisasi
Tugas serta
7.1 dibudayakan perlu kreativitas Guru mengintegrasikannya
dalam pelaksanaan pembelajaran. Misalnya : melalui metode
Berdasarkan
diskusiuraian
dengandi mengajukan
atas, kalianpertanyaan
tentu dapat membuat
pemandu definisi atau
diskusi.
pengertian tentang peta mental. Coba buatlah sebuah batasan atau
pengertian peta kalian
Setelah mental membaca
bersama teman
bagian sebelahmu.
pendahuluan, Hasilnya, tuliskan
diskusikanlah
pada titik-titk di bawah ini.
pertanyaan-pertanyaan berikut dalam kelompokmu masing-
Pengertian peta mental :
masing!
Pertanyaan Pemandu diskusi: .
..........................................................
1. Pernahkah kalian pergi ke rumah nenek/kakek atau Saudara
.
yang tempat tinggalnya jauh dari rumah kalian tanpa dikawal
..
oleh orang tua?
2. Adakah pengalaman khusus, seperti takut tersesat, bingung,
menegangkan, atau menyenangkan, ketika berkunjung ke
rumah nenek/kakek atau Saudara yang tempat tinggalnya jauh
Perlu kreativitas
tanpa dikawal oleh orangpenambahan
tua tersebut?intervensi pendidikan
karakter (2)
3. Apa yang akan kalian lakukan bila tersesat di jalan ketika
bepergian jauh?

Intervensi pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran


tersebut perlu dibuat secara tertulis dalam lembar terpisah, tidak
menyatu dengan bahan ajar. Kemungkinan lain adalah membuat
catatan kecil pada bagian tepi buku yang memuat model intervensi
(mis: metode dan pertanyaan pemandu, serta nilai karakter yang
ingin dimasukkan dalam PBM). Kegiatan ini membutuhkan waktu
khusus, ketekunan dan ketelitian.

Untuk ad. 2 (tugas), perlu pengembangan lebih lanjut. Misalnya: hasil diskusi
dipresen- tasikan pada diskusi kelas, dan kelompok lain diberi
kesempatan untuk menanggapi hasil diskusi serta memberikan
penilaian.

Yang diungkap pada catatan ini adalah contoh. Guru dapat


40

B. SKETSA

Seperti dikemukakan di atas bahwa peta mental akan mudah


dijelaskan kepada orang lain bila diwujudkan dalam bentuk
gambar nyata, yaitu berupa sketsa. Sketsa juga dapat dibuat
berdasarkan obyek nyata yang terdapat di muka bumi. Contoh:
sketsa bentang alam di sekitar sekolah, sketsa rute perjalanan
siswa dari rumah hingga sekolah, sketsa lokasi gedung
pertemuan, dan lain-lain.

Sketsa bukanlah peta. Oleh karena itu, tidak terlalu


mempertimbangkan skala. Obyek yang tergambar pada sketsa
hanya obyek yang penting-penting saja, sesuai tujuan
pembuatannya. Contoh: sketsa tentang letak gedung pertemuan
untuk hajatan perkawinan. Sketsa tersebut hanya memuat
obyek penting dan jalan-jalan penting menuju gedung
pertemuan itu. Dengan hanya mencantumkan obyek-obyek
penting, maka para tamu undangan akan mudah menemukan
letak gedung pertemuan tersebut. Tamu dari luar kota tidak
mengalami kebingungan dan tidak tersesat.
41

U Pasar Minggu
Jl. Pahlawan

Gedung Pertemuan

Balai Kota
Jl. Gajah

Jl. Merdeka

Jl. Matahari
kebun binatang
Simpang Lima

Jl.
Kelinci

GambarJl.2.7
Cederawasih
Sketsa gedung pertemuan
perkawinan.

Berdasarkan Gambar 2.7, tamu undangan diberi tahu bahwa


gedung pertemuan perkawinan terletak di Jl. Merdeka, di sebelah
pasar Minggu. Bagi tamu yang belum paham betul daerah itu,
ditunjukkan tanda-tanda khas kota (landmark), yaitu simpang
lima, balai kota, kebun binatang dan pasar minggu. Dimanapun
Anda berada, bila telah menemukan landmark tersebut, akan
mudah untuk menuju ke gedung pertemuan perkawinan.
Caranya mengikuti arah anak panah.

Gambar obyek dan tulisan dalam sketsa hendaknya tidak terlalu


banyak. Sketsa sebaiknya dibuat sesederhana mungkin, jelas
dan tidak membingungkan. Obyek yang tidak sesuai tujuan
pembuatan sketsa harus dihilangkan (tidak digambar). Contoh:
sketsa pada Gambar 2.7 betujuan mengarahkan tamu menuju
gedung pertemuan perkawinan di Jalan Merdeka. Obyek lain
(toko kelontong, rumah makan, dan lain-lain) yang tidak
berkaitan dengan tujuan pembuatan sketsa ditiadakan.

TUGAS 7.2

1. Kerjakan dalam kelompok kecil.


Perhatikan keragaman suku dan
jender. Berdasarkan sketsa 2.7,
isilah tabel berikut ini.
42

Rumah siswa Berada di Ke gedung perte- Arah perjalanan


muan melalui
jalan
Ahmad Dedat Jl. Kelinci .............................. ...........................
...... .....
Nasution Jl. Gajah .............................. ...........................
...... ....
Sarinem Belakang pasar .............................. ...........................
minggu ...... ....
Yusuf Kallo Jl Cenderawasih .............................. ...........................
..... .....
Made Kisti Samping kanan .............................. ...........................
Bonbin ..... ....

2. Buatlah sketsa perjalanan Anda dari rumah hingga ke


sekolah. Gambar obyek penting dan landmark sehingga
sketsamu mudah dipahami! Hasilnya ditempel di papan tulis
dan jelaskan pada teman Anda!

Catatan :
1. Isi/Materi pembelajaran tidak menunjukkan kandungan nilai karakter
baik secara implicit maupun eksplisit. Guru perlu memasukkan nilai
karakter dalam materi tersebut. Caranya memasukkan nilai karakter
pada bagian tertentu yang memungkinkan, seperti pada kegiatan
pembelajaran (ntervensi 1 dan intervensi 2). dimasukkan
dalamkegiatan pembelajaran dan penilaian atau tugas-tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa.
2. Tugas 1 dan 2 sudah mengandung nilai karakter: keberagaman,
nasionalis, percaya diri, cinta ilmu, kecerdasan, kerjasama, kejujuran,
dan lain-lain. Guru boleh menambah atau mencukupkannya.

3. Adaptasi Parsial dengan Suplemen

Adaptasi model ini dilakukan dengan melakukan intervensi nilai


karakter pada bagian tertentu (materi, kegiatan, atau evaluasi).
Bagian yang diintervensi diketik kemudian diberikan kepada siswa
ketika proses belajar-mengajar. Berikut adalah contoh adaptasi
parsial dengan suplemen.
43

BAB III
INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI

Topik Pembelajaran:
A. Interaksi Sosial
B. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
C. Sosialisasi (tidak dibahas)
D. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian (tidak dibahas)

Catatan: 1. Topik C dan D tidak dibahas karena secara konseptual


(kaitannya
dengan nilai karakter) dengan Topik A dan B.
2. Tulisan berwarna merah adalah bentuk intervensi
pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS, yang
digandakan oleh Guru, dan diberikan kepada siswa saat
pembelajaran sebagai SUPLEMEN.

1. Interaksi Sosial.

Perhatikan baik-baik gambar di


samping. Coba diskusikan bersama
kelompok kecil kalian, gambar tersebut
menjelaskan apa?
Hasil diskusi ditulis dengan rapi,
kemudian secara bergiliran masing-
masing kelompok menjelaskan dengan
cepat, singkat dan jelas di depan kelas.
Kelompok lain memberikan tanggapan
dengan tertib, santun dan tenggang
rasa, berdasarkan argumentasi yang
logis, dan kritis.

Pada kegiatan inti pembelajaran Guru melanjutkan tanya


jawab dengan siswa sebagai berikut.
44

Anak-anak pernakah terpikirkan oleh kalian, dapatkah kalian


hidup tanpa membutuhkan orang lain? Apakah kalian sanggup
hidup tanpa kehadiran orang lain? Apakah kalian sanggup
memenuhi kebutuhan-kebutuhanmu sendiri tanpa bantuan
orang tua dan saudara-saudaramu? Sebagai manusia kita
membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa hidup sendirian tanpa
kehadiran orang lain. Ada ketergantungan antara manusia yang
satu dengan lainnya. Manusia harus bekerja sama, saling
tolong-menolong dengan manusia lain untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk
sosial.
Karena adanya saling ketergantungan antar manusia yang satu
dengan manusia lainnya maka terjadilah hubungan timbal balik
atau sering disebut interaksi sosial. Interaksi ini dapat terjadi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan
atara kelompok dengan kelompok. Melalui interaksi sosial akan
terjadi saling pengaruh mempengaruhi atau disebut pengaruh
timbal balik.

Dengan demikian menurut kalian, apa yang dimaksud dengan


interaksi sosial? Ineraksi sosial tersebut antara siapa dengan
siapa? Syarat apa yang harus dipenuhi agar interaksi sosial
dapat berlangsung? Kerjakan bersama kelompok kecil kalian.
Hasil ditulis dengan singkat dan jelas.

Bandingkan jawaban kalian dengan pengertian interaksi sosial


yang tertuang dalam kotak di bawah ini.

Interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang yang


mernjalin kontak dan berkomunikasi saling pengaruh
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Interaksi sosial
terjadi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok dan kelompok dengan kelompok. Yang terpenting
dalam interaksi sosial terjadi pengaruh timbal balik.
Sumber : BSE IPS Kelas VII Bab III.

2. Syarat terjadinya kontak social


Agar interaksi dapat berlangsung dibutuhkan dua syarat yaitu:
adanya kontak sosial dan komunikasi. Pernahkan kalian mengunjungi
sebuah candi dan pernahkan kalian memegang sebuah patung ?
Ketika kalian memegang sebuah patung adakah reaksi balik dari
patung tersebut ? Tentu tidak. Kontak dengan benda mati tidak dapat
dikategorikan sebagai kontak sosial karena tidak mendapatkan reaksi
dari benda-benda mati tersebut.
45

Bagaimana bila yang kalian pegang itu adalah hidung


temanmu ? Apakah mereka hanya diam saja seperti benda-benda
mati. Tentu saja tidak. Mereka akan memberikan reaksi terhadap
tindakanmu. Teman yang kalian pegang hidungnya bisa saja akan
marah dan menganggap sebagai bentuk penghinaan dan
merupakan tantangan untuk berkelahi. Tindakan yang kalian
lakukan dapat dikategorikan sebagai kontak sosial karena
mendapatkan reaksi dari orang lain.
Jadi kontak sosial terjadi bila melibatkan antar manusia dan
antar manusia tersebut saling memberikan aksi dan reaksi. Kontak
sosial tidak dapat terjadi antara manusia dengan benda mati.
Kontak sosial dapat berlangsung melalui dua bentuk, yaitu: kontak
sosial secara langsung (face to face) dan secara tidak
langsung (melalui media perantara).
Pernahkan kalian berjabat tangan dengan orang lain dan
pernahkan kalian mengirim SMS, menelepon atau mengirim surat
yang kalian tujukan kepada orang lain ? Tentu kalian semua pernah
melakukannya. Berjabat tangan dengan orangtua, guru, dan teman
merupakan contoh-contoh kontak sosial yang dilakukan secara
langsung. Sedangkan mengirim SMS, menelepon dan berkirim surat
merupakan contoh kontak sosial yang dilakukan secara tidak
langsung karena menggunakan perantara. Pada zaman modern
seperti sekarang orang menjalin kontak sosial dengan orang lain
tidak harus dilakukan secara langsung (face to face), melainkan
bisa memanfaatkan media sebagai perantara, seperti handphone,
telepon rumah, surat, internet, telegram, bahkan orang.

Tugas: berikan nilai hasil kerja kelompok (lain) dengan menggunakan


lembar penilaian berikut ini.

Rubrik Penilaian Pembuatan Laporan Pengamatan


Gambar Interaksi Sosial

Aspek yang dinilai Jumlah


Nama Siswa Nilai
No 1 2 3 4 5 Skor
1
2
3
4
5
dst

Keterangan aspek yang dinilai Skor Maksimum


1 Laporan ditulis/diketik rapih 5
46

2 Tata tulis laporan sesuai tata tulis ilmiah. 5


3 Isi materi dapat dipertanggungjawabkan 5
5 Melampirkan kelengkapan laporan berupa 5
foto/gambar
Skor maksimum 25

NILAI = Skor perolehan x 4

C. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

a. Kerjasama

Kerjasama adalah bentuk utama proses interaksi sosial. Pada


masyarakat pedesaan kerjasama sudah sangat mendarah daging.
Hampir setiap pekerjaan besar umumnya dikerjakan secara
bergotongroyong, seperti memperbaiki jalan, membuat rumah,
memperbaiki bendungan, dan lain-lain. Pada masyarakat perkotaan
pun masih ada juga bentuk kerjasama, misal menjaga keamanan
wilayah, membersihkan lingkungan, membersihkan temapt ibadah,
dan lain-lain.

b. Akomodasi

Akomodasi adalah proses penyesuaian sosial untuk meredakan


pertentangan. Dalam akomodasi masing-masing kelompok yang
betentangan berusaha berakomodasi menghilangkan gap atau jarak
yang menjadi pangkal pertentangan. Contoh, dua kampung yang
sebelumnya berseteru, kemudian mengadakan perdamaian.

c. Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial di mana suatu kebudayaan


menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan lain tanpa
menyebabkan hilangnya bentuk kepribadian sendiri. Contoh,
arsitektur candi di Indonesia pada dasarnya adalah bentuk punden
berundak yang merupakan budaya asli Indonesia. Kenduri, upacara
selamatan kematian dan lain-lain juga merupakan bentuk akulturasi
antara Hindu dan Islam.

Tulian berwarna merah digandakan dan diberikan kepada


siswa sebagai suplemen buku BSE, saat PBM dilaksanakan.
47

DAFTAR BACAAN

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya


Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah.. Jakarta : Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang
Kemendiknas.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006


tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun


2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
48

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan.
_______ BSE Contextual Teaching and Learning Pendidikan Kewarganegaraan
Tim Pendidikan Karakter. 210. Grand Design Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang


Standar Nasional Pendidikan.
_______ BSE Contextual Teaching and Learning Pendidikan Kewarganegaraan
Tim Pendidikan Karakter. 210. Grand Design Pendidikan Karakter. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Lampiran iii

BAGIAN I PANDUAN UMUM

A. Latar Belakang ..
1
B. Pengertian Pendidikan Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran
2
C. Strategi Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
. 3
1. Perencanaan integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
.. 3
2. Pelaksanaan pembelajaran
7

D. Nilai-nilai Karakter untuk SMP ..


8
E. Pemetaan Nilai-nilai Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran
11
F. Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter
12
G. Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter
. 17

BAGIAN II PANDUAN KHUSUS MATA PELAJARAN PKn

A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran IPS


... 19
1. Nilai karakter pokok dan indikatornya
20
2. Nilai karakter utama dan indikatornya
.. 21
B. Kegiatan Pembelajaran yang mengembangkan karakter pada
Mapel IPS 22
C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran IPS untuk Pendidikan Karakter
.. 23
1. Gambaran Umum BSE Mata Pelajaran IPS .
23
2. Potensi BSE mata pelajaran IPS untuk pendidikan karakter ..
26
3. Strategi umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter ...
.. 27
a. Contoh adaptasi lengkap sebelum pembelajaran
. 28
b. Contoh adaptasi parsial sebelum pembelajaran
.. 37
c. Contohadaptasi parsial dengan suplemen
41

DAFTAR BACAAN .
46

50

Anda mungkin juga menyukai