Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL ILMIAH

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK

Nama : Leander Donny Pebruanto


Nim : C01108074
Prodi : Agronomi
Judul Penelitian : Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Tomat Pada Lahan Gambut
Dosen Pembimbing : 1. Asnawati,S. Hut. M. Si
2. Maulidi, SP. M. Sc

Dosen Penguji : 1. Ir. Setia Budi


2. Ir. Dwi Zulfita, M. Sc
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Fakultas Pertanian UNTAN
PENGARUH PUPUK MAJEMUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN TOMAT DI LAHAN GAMBUT

Leander Donny P (1), Asnawati (2), Maulidi (2)


)(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk
phonska terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dilahan gambut.
Penelitian dilakukan di Desa Rasau Jaya 3, kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten
Kubu Raya dengan jenis tanah gambut, dimulai pada tanggal 22 Oktober 2012
08 Februari 2013. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan
dengan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu faktor yaitu
dosis pupuk majemuk, dengan 6 taraf perlakuan terdiri dari 4 ulangan, setiap
perlakuan terdapat 6 tanaman sampel. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
meliputi umur berbunga (hst), tinggi tanaman (cm), berat kering tanaman (g),
jumlah buah pertanaman (buah), berat buah pertanaman (buah). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk phonska berpengaruh nyata
terhadap variabel pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman dan berat kering
sedangkan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel hasil, yaitu
umur berbunga, jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman.

Kata kunci: Pupuk Majemuk, Tomat, Tanah gambut


THE INFLUENCE OF COMPOUND FERTILIZER TO THE GROWTH
AND TOMATO PLANT TO THE PEAT SOIL

Leander Donny P (1), Asnawati (2), Maulidi (2)


)(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRACT
This research is porpused to know the influence of giving dossage of compound
fertilizer to the growth and the yield of tomato plant in the peat soil. This
reasearch is done to in Rasau Jaya village 3, Rasau Jaya subdistrict, Kubu Raya
regency in West Borneo province. The research began on 22 october 2012 08
februari 2013. This research the experiment the method field in randomized
completely block design (RCBD) that is consist of one faktor that is compound
fertilizer factor by 6 treatment is consist of 4 action, every treatment there is 6
plant sampel. The variable is observeld in this research is cover of the age of
blooming (day), the high of plant (cm), the dry heavy plants (g), numbers of result
plants (fruit), the fruit heavy of plants (g). The result of research showed that
giving fertilizer of compound has the real influence to the plants growth that is the
high plant and the dry heavy where, the result doesnt give the real influence like
the age blooming, the numbers of plant and heavy of plant.

The key word: Compound fertilizer, tomato, peat soil


PENDAHULUAN
Peningkatan di bidang pertanian dalam mengembangkan budidaya
tanaman hortikultura merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan gizi pada masyarakat dewasa ini. Tanaman sayuran umumnya banyak
mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
melengkapi keperluan gizi dalam hidupnya, tanaman sayuran ada yang berupa
sayuran daun dan sayuran buah.
Tomat (Lycopersicum esculentum) adalah salah satu komoditas pertanian
yang sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Menurut Soewito (1987), tiap 100
g buah tomat masak mengandung 1 g protein; 0,3 g lemak; 4,2 g karbohidrat; 5
mg kalsium; 27 mg fosfor; 0,5 mg besi; 40 mg vitamin C dan 20 kal kalori.
Menurut Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat Tahun 2011, bahwa
produksi tanaman tomat pada tahun 2009 sebesar 3.440 ton, sedangkan pada tahun
2010 produksinya menurun menjadi 2.958 ton. Dari data tersebut terbukti bahwa
produksi tomat di Kalimantan Barat mengalami penurunan, hal ini kemungkinan
disebabkan karena teknik budidaya yang kurang baik.
Tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman dan sebagai tempat
berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia dan makhuk hidup lainnya. Tanah
gambut sebagian besar terdiri dari bahan organik atau sisa-sisa tumbuhan yang
telah mati, hal ini disebabkan oleh keadaan lingkungan yang selalu basah
terendam air. Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup besar dalam upaya
pengembangan tanaman sayuran yang didukung oleh tersedianya lahan gambut
yang berpotensi. Kalimantan Barat memiliki potensi lahan gambut yang cukup
luas yaitu 1.993.513 ha atau 13 % dari luas provinsi (Badan Pusat Statistik Kalbar,
2003).
Gambut berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau
rumput rawa, dengan ciri dan sifat : tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas,
ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari
30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir,
umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), kandungan unsur hara rendah. Tanah
gambut memiliki kandungan Nitrogen dan bahan organik yang tinggi, sedangkan
Posfor dan Kalium jumlahnya sangat sedikit. Pada umumnya tanah gambut
memerlukan lebih banyak sulfur atau kapur untuk mengubah pH-nya (Setiadi,
1999).
Mengembangkan pertanian pada lahan gambut menghadapi banyak
kendala yang berkaitan dengan sifat tanah gambut. Menurut Soepardi (1983),
secara umum sifat kimia tanah gambut didominasi oleh asam-asam organik yang
merupakan suatu hasil akumulasi sisa-sisa tanaman. Asam organik yang
dihasilkan selama proses dekomposisi tersebut merupakan bahan yang bersifat
racun bagi tanaman, sehingga mengganggu proses metabolisme tanaman yang
akan berakibat langsung pada produktifitasnya. Selain tanah faktor pemupukan
juga sangat berpengaruh untuk meningkatkan produksi tanaman tomat Untuk
pertumbuhan dan hasil yang baik, tanaman ini membutuhkan hara yang lengkap,
baik makro maupun mikro, dengan komposisi berimbang yang dipasok dari
pupuk.
Pupuk campuran atau pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung
lebih dari satu unsur hara. Pupuk majemuk biasanya paling sedikit terdiri dari dua
unsur hara. Pupuk yang mengandung unsur N, P dan K disebut pupuk majemuk
lengkap (Hardjowigeno, 1993). Unsur hara utama yang dibutuhkan tanaman
adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K). Tidak terpenuhinya salah satu
unsur hara tersebut akan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil
produksi pertanian. Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang
mengandung N (15%), P (15%), K (15%), Dan S (10%), yang fungsinya terhadap
tanah pertanian adalah mudah larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman,
kandungan unsur hara setiap pupuk merata, meningkatkan produksi serta kualitas
panen, menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit,
kekeringan dan memacu pertumbuhan akar.
Penelitian ini bertujun untuk mengetahui dosis pupuk phonska yang
terbaik pada budidaya tanaman tomat pada lahan gambut.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rasau Jaya 3, Kecamatan Rasau Jaya,
Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan jenis tanah gambut,
penelitian dimulai dari tanggal 22 oktober 2012 8 februari 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini : Tanah yang digunakan
sebagai media tumbuh adalah tanah gambut, benih tomat yang digunakan adalah
varietas tymoty, mulsa plastik yang digunakan adalah mulsa berwarna hitam
perak, pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk phonska sedangkan pupuk
urea dan kotoran ayam merupakan pupuk dasar. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : cangkul, parang, kamera, meteran,tali rapia, timbangan,
termohigro, gergaji, ember, alat tulis dan alat-alat yang menunjang penelitian.
Rancangan penelitian menggunakan metode eksperimen lapangan dengan
pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4
ulangan dan setiap perlakuan terdiri dari 6 sampel tanaman sehingga terdapat 144
sampel tanaman.
Perlakuan tersebut masing-masing sebagai berikut : p1 = 60 g/petak
pupuk phonska setara dengan 200 kg/ha, p2 = 120 g/petak pupuk phonska setara
dengan 400 kg/ha, p3 = 180 g/petak pupuk phonska setara dengan 600 kg/ha, p4 =
240 g/petak pupuk phonska setara dengan 800 kg/ha, p5 = 300 g/petak pupuk
phonska setara dengan 1000 kg/ha, p6 = 360 g/petak pupuk phonska setara
dengan 1200 kg/ha.
Data hasil penelitian dianalisis ragam dengan metode uji F taraf uji 5 %,
untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika hasil penelitian berpengaruh nyata uji
dilanjutkan dengan uji wilayah Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk


berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan berat kering tanaman sedangkan
tidak berpengaruh nyata terhada umur berbunga, jumlah buah pertanaman, dan
berat buah pertanaman. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar
1, 2 dan 3.

1. Tinggi Tanaman (cm) dan Berat Kering Bagian atas Tanaman (gram)

Tabel 1. Uji DMRT Pengaruh Pupuk majemuk Terhadap Tinggi Tanaman Tomat
Minggu ke 1, 2, 3 (cm) dan Berat Kering bagian atas Tanaman (g)

Dosis Pupuk Rerata


Majemuk Tinggi Tanaman (cm) Berat Kering (g)
(g) Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3
60 10,74 b 13,67 b 22,75 bc 1,74 c
120 12,38 ab 15,25 ab 26,71 ab 1,17 c
180 12,50 ab 14,98 ab 25,54 bc 2,65 bc
240 13,58 a 17,66 a 30,91 a 6,31 a
300 10,43 b 12,56 b 21,81 c 2,82 bc
360 11,69 ab 15,21 ab 27,05 ab 3,92 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom, berbeda
tidak nyata pada taraf Uji DMRT 5 %

Hasil Uji DMRT pada Tabel 1 terhadap variabel tinggi tanaman minggu ke
1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada dosis 240 g lebih tinggi dibandingkan
dengan dosis 60 g dan 300 g. Pada Uji DMRT minggu ke 2, tinggi tanaman yang
tertinggi terdapat pada dosis 240 g dibandingkan dengan dosis 60 g dan 300 g.
Pada variabel pengamatan minggu ke 3 tinggi tanaman pada dosis 240 g lebih
tinggi dibandingkan dengan dosis yang lainnya. Hasil uji DMRT berat kering
tanaman pada tabel 1 diketahui bahwa dosis tanaman tomat 240 g lebih berat
dibandingkan dengan dosis yang lainnya.
Berdasarkan hasil uji DMRT pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pupuk
majemuk phonska memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman
(minggu ke-1, ke-2, dan ke-3) dan berat kering tanaman bagian atas.
Meningkatnya pertumbuhan tanaman dari minggu ke-1, ke-2, dan ke-3, hal ini
disebabkan karena pupuk yang diberikan dalam jumlah yang cukup bagi tanaman
tomat sehingga akar tanaman dapat berfungsi sepenuhnya dalam menyerap unsur
hara dari media tanam.
Djanuar (1980) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman
disebabkan oleh meristem apikal yaitu pada bagian pucuk tanaman yang aktif
membelah sehingga tanaman akan bertambah tingginya. Tinggi tanaman
dipengaruhi oleh keberadaan unsur hara, dijelaskan oleh Prihmantoro (2002) hara
yang cukup tersedia bagi tanaman akan menyebabkan proses metabolisme dalam
tubuh tanaman akan berlangsung baik dan berpengaruh pula pada proses
pertumbuhan tinggi tanaman,
Hal ini juga diperlihatkan pada hasil berat kering tanaman yang
berhubungan dengan tinggi tanaman, dimana pertambahan tinggi tanaman
diakibatkan oleh pembelahan dan perpanjangan sel sehingga berat kering
mengalami peningkatan. Menurut Jumin (1991) bahwa produksi (bobot) bahan
kering merupakan hasil fotosintesis, dimana 90 % dari hasil fotosintesis
menggambarkan berat kering tanaman. Tersedianya hara dapat meningkatkan
perkembangan organ-organ tanaman sehingga mampu berfotosintesis lebih
optimal dan fotosintat yang tertimbun dapat meningkatkan berat kering tanaman.
2. Umur Berbunga (HST)
Perlakuan dosis pupuk majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap umur
berbunga. Rerata umur berbunga dapat dilihat pada gambar 1.

60
48.28 47.7
50 46.99 44.49 44.74
41.12
40

Umur Berbunga (HST) 30


20
10
0
60 120 180 240 300 360

Dosis Pupuk Majemuk (g)

Gambar 1. Rerata Umur Berbunga Pada Berbagai Dosis Pupuk Majemuk

Pada gambar 1 dapat dilihat pada dosis 120 g umur berbunga 48,28 hari
setelah tanam, dan cenderung lebih lama dari dosis 360 yaitu 41,12 hari setelah
tanam.
Ada dua faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi tidak nyatanya
umur berbunga yaitu faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang
utama adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan biotik sedangkan genetik adalah
faktor dari tumbuhan itu sendiri.
3. Jumlah Buah Pertanaman (Buah)
Jumlah buah dihitung dari panen pertama hingga panen terakhir dan
dijumlahkan seluruh hasil panen dari pertama samapai terakhir. Gambar berat
rata-rata jumlah buah dapat dilihat pada gamabar di bawah.
90 80.74
80
65.67 65.82 67.29 66.28
70
57.14
60
50
Jumlah Buah (buah) 40
30
20
10
0
60 120 180 240 300 360

Dosis Pupuk Majemuk (g)

Gambar 2. Rerata Jumlah Buah Pertanaman Pada Berbagai Dosis Pupuk Majemuk

Rerata jumlah buah cenderung lebih tinggi ditunjukkan oleh dosis 240 g
dengan rerata 80,74 g dan yang cenderung lebih rendah pada dosis 60 g dengan
rerata 57,14. Tidak nyatanya Jumlah buah yang terbentuk dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti : persentase bunga yang mengalami penyerbukan dan
pembuahan serta persentase buah muda dapat tumbuh terus hingga masak
(Darjanto dan Satifah 1990). Selanjutnya dijelaskan bahwa banyaknya jumlah
bunga belum tentu akan meningkatkan jumlah buah, karena bakal buah yang akan
menjadi buah tidak hanya ditentukan oleh penyerbukaan, tetapi juga oleh suplai
makanan. Pengaruh curah hujan yang lebat juga dapat mempengaruhi jumlah buah
karena curah hujan yang lebat menyebabkan sebagian besar kuncup-kuncup bunga
atau bunga-bunga mekar mati atau gugur.

4. Berat Buah Pertanaman (buah)


Berat buah berhubungan dengan jumlah buah, semakin banyak jumlah
buah maka semakin berat buah pertanaman. Berat buah juga ditentukan oleh
banyaknya unsur hara yang diserap oleh tanaman, pupuk majemuk yang
mempunyai peran yang cukup besar dalam menyuplai karbohidrat dan protein
yang digunakan dalam pembentukan dan pembesaran buah. Faktor-faktor yang
mempegaruhi pembentukan buah yaitu penyerbukan, viabilitas tepung sari,
sterilisasi putik, benang sari, kandungan karbohidrat dan N (Sitompul dan Guritno
(1955). Kegagalan pembentukan buah dapat disebabkan oleh gugurnya bunga dan
bakal buah karena adanya defisiensi unsur hara (Gardner dkk, 1991 : 411). Untuk
lebih jelasnya rerata berat buah per tanaman dapat di lihat pada gambar berikut :
3500 3306.49
3000 2607.39 2687.32
2397.13 2474.89
2500
2133.94
2000
Berat Buah (gram) 1500
1000
500
0
60 120 180 240 300 360
Dosis Pupuk Majemuk (g)

Gambar 3. Rerata Berat Buah Pertanaman Pada Berbagai Dosis Pupuk majemuk

Pada gambar 3, berat buah yang cenderung lebih tinggi ditunjukkan pada
dosis 240 g dengan rerata 3306,49 berat buah yang cenderung lebih rendah
ditunjukkan pada dosis 60 g dengan rerata 2133,94. Meskipun variabel
pengamatan pada berat buah tidak menunjukkan berpengaruh tidak nyata tetapi
sudah sudah melebihi deskripsi varietas tersebut.
Dari hasil variabel pengamatan diatas dapat dilihat bahwa faktor
lingkungan berpengaruh untuk perkembangan tanaman tomat, suhu yang terlalu
tinggi akan menghambat proses tanaman, artinya semakin tinggi suhu maka umur
tanaman akan semakin pendek yang akhirnya berdampak pada waktu
penumpukan fotosintat dan pembentukan biomassa yang lebih rendah.
Kelembaban relatif berpengaruh terhadap proses transpirasi, jika kelembaban
rendah laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral
juga meningkat. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga
penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah. Intensitas cahaya yang kurang lancar akan
menyebabkan proses fotosintesis berlangsung tidak lancar sehingga fotosintat
yang dihasilkan rendah. Curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi
perkembangan tanaman, karena tingkat curah hujan saat penelitian sangat tinggi
menyebabkan kelembaban tinggi sehingga menimbulkan penyakit menyerang
tanaman tomat, faktor biotik seperti penyakit juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yang dapat menyebabkan kematian untuk tanaman.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tomat yang diberi pupuk
majemuk phonska mampu meningkatkan pertumbuhan, namun tidak meningkat
hasil panen. Dosis pupuk majemuk phonska yang terbaik adalah 60 g atau setara
dengan 200 kg/ha . Dosis tersebut dapat memberikan perbedaan terhadap dosis
yang lain yaitu pertumbuhan tinggi tanaman, berat kering tanaman, umur
berbunga, jumlah buah per tanaman, dan berat buah per tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2003. Kalimantan Barat dalam angka,
BPS Kalbar Pontianak.
Badan Pusat Statistik Provinsi. 2007-2011. Produksi Tomat Menurut Provinsi. BPS
Provinsi.

Djanuar. 1980. Fisiologi Tanaman. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Darjanto dan Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknis
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia: Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo:


Jakarta.
Jumin, H.B. 1991. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press.
Jakarta.
Setiadi. B. 1999. Masalah dan Prospek Pemanfaatan Gambut. BPPT HSF:
Jakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah (dalam Komaruddin Nanang, Riswandi
Dani, Sutari Wawan). Laporan Penelitian.

Sitompul dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Madha


Uneversity Press. Yogyakarta.
Prihmantoro, H. 2002, Hidroponik Tanaman Buah Untuk Bisnis dan Hobi, Penebar
Swadaya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai