ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dosis pupuk
phonska terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat dilahan gambut.
Penelitian dilakukan di Desa Rasau Jaya 3, kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten
Kubu Raya dengan jenis tanah gambut, dimulai pada tanggal 22 Oktober 2012
08 Februari 2013. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan
dengan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari satu faktor yaitu
dosis pupuk majemuk, dengan 6 taraf perlakuan terdiri dari 4 ulangan, setiap
perlakuan terdapat 6 tanaman sampel. Variabel yang diamati dalam penelitian ini
meliputi umur berbunga (hst), tinggi tanaman (cm), berat kering tanaman (g),
jumlah buah pertanaman (buah), berat buah pertanaman (buah). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk majemuk phonska berpengaruh nyata
terhadap variabel pertumbuhan tanaman yaitu tinggi tanaman dan berat kering
sedangkan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel hasil, yaitu
umur berbunga, jumlah buah pertanaman dan berat buah pertanaman.
ABSTRACT
This research is porpused to know the influence of giving dossage of compound
fertilizer to the growth and the yield of tomato plant in the peat soil. This
reasearch is done to in Rasau Jaya village 3, Rasau Jaya subdistrict, Kubu Raya
regency in West Borneo province. The research began on 22 october 2012 08
februari 2013. This research the experiment the method field in randomized
completely block design (RCBD) that is consist of one faktor that is compound
fertilizer factor by 6 treatment is consist of 4 action, every treatment there is 6
plant sampel. The variable is observeld in this research is cover of the age of
blooming (day), the high of plant (cm), the dry heavy plants (g), numbers of result
plants (fruit), the fruit heavy of plants (g). The result of research showed that
giving fertilizer of compound has the real influence to the plants growth that is the
high plant and the dry heavy where, the result doesnt give the real influence like
the age blooming, the numbers of plant and heavy of plant.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rasau Jaya 3, Kecamatan Rasau Jaya,
Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan jenis tanah gambut,
penelitian dimulai dari tanggal 22 oktober 2012 8 februari 2013.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini : Tanah yang digunakan
sebagai media tumbuh adalah tanah gambut, benih tomat yang digunakan adalah
varietas tymoty, mulsa plastik yang digunakan adalah mulsa berwarna hitam
perak, pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk phonska sedangkan pupuk
urea dan kotoran ayam merupakan pupuk dasar. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : cangkul, parang, kamera, meteran,tali rapia, timbangan,
termohigro, gergaji, ember, alat tulis dan alat-alat yang menunjang penelitian.
Rancangan penelitian menggunakan metode eksperimen lapangan dengan
pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4
ulangan dan setiap perlakuan terdiri dari 6 sampel tanaman sehingga terdapat 144
sampel tanaman.
Perlakuan tersebut masing-masing sebagai berikut : p1 = 60 g/petak
pupuk phonska setara dengan 200 kg/ha, p2 = 120 g/petak pupuk phonska setara
dengan 400 kg/ha, p3 = 180 g/petak pupuk phonska setara dengan 600 kg/ha, p4 =
240 g/petak pupuk phonska setara dengan 800 kg/ha, p5 = 300 g/petak pupuk
phonska setara dengan 1000 kg/ha, p6 = 360 g/petak pupuk phonska setara
dengan 1200 kg/ha.
Data hasil penelitian dianalisis ragam dengan metode uji F taraf uji 5 %,
untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Jika hasil penelitian berpengaruh nyata uji
dilanjutkan dengan uji wilayah Duncan.
1. Tinggi Tanaman (cm) dan Berat Kering Bagian atas Tanaman (gram)
Tabel 1. Uji DMRT Pengaruh Pupuk majemuk Terhadap Tinggi Tanaman Tomat
Minggu ke 1, 2, 3 (cm) dan Berat Kering bagian atas Tanaman (g)
Hasil Uji DMRT pada Tabel 1 terhadap variabel tinggi tanaman minggu ke
1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada dosis 240 g lebih tinggi dibandingkan
dengan dosis 60 g dan 300 g. Pada Uji DMRT minggu ke 2, tinggi tanaman yang
tertinggi terdapat pada dosis 240 g dibandingkan dengan dosis 60 g dan 300 g.
Pada variabel pengamatan minggu ke 3 tinggi tanaman pada dosis 240 g lebih
tinggi dibandingkan dengan dosis yang lainnya. Hasil uji DMRT berat kering
tanaman pada tabel 1 diketahui bahwa dosis tanaman tomat 240 g lebih berat
dibandingkan dengan dosis yang lainnya.
Berdasarkan hasil uji DMRT pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pupuk
majemuk phonska memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman
(minggu ke-1, ke-2, dan ke-3) dan berat kering tanaman bagian atas.
Meningkatnya pertumbuhan tanaman dari minggu ke-1, ke-2, dan ke-3, hal ini
disebabkan karena pupuk yang diberikan dalam jumlah yang cukup bagi tanaman
tomat sehingga akar tanaman dapat berfungsi sepenuhnya dalam menyerap unsur
hara dari media tanam.
Djanuar (1980) menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi tanaman
disebabkan oleh meristem apikal yaitu pada bagian pucuk tanaman yang aktif
membelah sehingga tanaman akan bertambah tingginya. Tinggi tanaman
dipengaruhi oleh keberadaan unsur hara, dijelaskan oleh Prihmantoro (2002) hara
yang cukup tersedia bagi tanaman akan menyebabkan proses metabolisme dalam
tubuh tanaman akan berlangsung baik dan berpengaruh pula pada proses
pertumbuhan tinggi tanaman,
Hal ini juga diperlihatkan pada hasil berat kering tanaman yang
berhubungan dengan tinggi tanaman, dimana pertambahan tinggi tanaman
diakibatkan oleh pembelahan dan perpanjangan sel sehingga berat kering
mengalami peningkatan. Menurut Jumin (1991) bahwa produksi (bobot) bahan
kering merupakan hasil fotosintesis, dimana 90 % dari hasil fotosintesis
menggambarkan berat kering tanaman. Tersedianya hara dapat meningkatkan
perkembangan organ-organ tanaman sehingga mampu berfotosintesis lebih
optimal dan fotosintat yang tertimbun dapat meningkatkan berat kering tanaman.
2. Umur Berbunga (HST)
Perlakuan dosis pupuk majemuk berpengaruh tidak nyata terhadap umur
berbunga. Rerata umur berbunga dapat dilihat pada gambar 1.
60
48.28 47.7
50 46.99 44.49 44.74
41.12
40
Pada gambar 1 dapat dilihat pada dosis 120 g umur berbunga 48,28 hari
setelah tanam, dan cenderung lebih lama dari dosis 360 yaitu 41,12 hari setelah
tanam.
Ada dua faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi tidak nyatanya
umur berbunga yaitu faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan yang
utama adalah suhu, kelembaban, cahaya, dan biotik sedangkan genetik adalah
faktor dari tumbuhan itu sendiri.
3. Jumlah Buah Pertanaman (Buah)
Jumlah buah dihitung dari panen pertama hingga panen terakhir dan
dijumlahkan seluruh hasil panen dari pertama samapai terakhir. Gambar berat
rata-rata jumlah buah dapat dilihat pada gamabar di bawah.
90 80.74
80
65.67 65.82 67.29 66.28
70
57.14
60
50
Jumlah Buah (buah) 40
30
20
10
0
60 120 180 240 300 360
Gambar 2. Rerata Jumlah Buah Pertanaman Pada Berbagai Dosis Pupuk Majemuk
Rerata jumlah buah cenderung lebih tinggi ditunjukkan oleh dosis 240 g
dengan rerata 80,74 g dan yang cenderung lebih rendah pada dosis 60 g dengan
rerata 57,14. Tidak nyatanya Jumlah buah yang terbentuk dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti : persentase bunga yang mengalami penyerbukan dan
pembuahan serta persentase buah muda dapat tumbuh terus hingga masak
(Darjanto dan Satifah 1990). Selanjutnya dijelaskan bahwa banyaknya jumlah
bunga belum tentu akan meningkatkan jumlah buah, karena bakal buah yang akan
menjadi buah tidak hanya ditentukan oleh penyerbukaan, tetapi juga oleh suplai
makanan. Pengaruh curah hujan yang lebat juga dapat mempengaruhi jumlah buah
karena curah hujan yang lebat menyebabkan sebagian besar kuncup-kuncup bunga
atau bunga-bunga mekar mati atau gugur.
Gambar 3. Rerata Berat Buah Pertanaman Pada Berbagai Dosis Pupuk majemuk
Pada gambar 3, berat buah yang cenderung lebih tinggi ditunjukkan pada
dosis 240 g dengan rerata 3306,49 berat buah yang cenderung lebih rendah
ditunjukkan pada dosis 60 g dengan rerata 2133,94. Meskipun variabel
pengamatan pada berat buah tidak menunjukkan berpengaruh tidak nyata tetapi
sudah sudah melebihi deskripsi varietas tersebut.
Dari hasil variabel pengamatan diatas dapat dilihat bahwa faktor
lingkungan berpengaruh untuk perkembangan tanaman tomat, suhu yang terlalu
tinggi akan menghambat proses tanaman, artinya semakin tinggi suhu maka umur
tanaman akan semakin pendek yang akhirnya berdampak pada waktu
penumpukan fotosintat dan pembentukan biomassa yang lebih rendah.
Kelembaban relatif berpengaruh terhadap proses transpirasi, jika kelembaban
rendah laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan zat-zat mineral
juga meningkat. Jika kelembaban tinggi, laju transpirasi rendah sehingga
penyerapan zat-zat nutrisi juga rendah. Intensitas cahaya yang kurang lancar akan
menyebabkan proses fotosintesis berlangsung tidak lancar sehingga fotosintat
yang dihasilkan rendah. Curah hujan yang tinggi juga mempengaruhi
perkembangan tanaman, karena tingkat curah hujan saat penelitian sangat tinggi
menyebabkan kelembaban tinggi sehingga menimbulkan penyakit menyerang
tanaman tomat, faktor biotik seperti penyakit juga mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yang dapat menyebabkan kematian untuk tanaman.
KESIMPULAN
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2003. Kalimantan Barat dalam angka,
BPS Kalbar Pontianak.
Badan Pusat Statistik Provinsi. 2007-2011. Produksi Tomat Menurut Provinsi. BPS
Provinsi.
Darjanto dan Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknis
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia: Jakarta.