Definisi
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Semenara untuk bayi dan anak
anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10g/kg/24 jam (Juffrie, 2010).
B. Patofisiologi
Ada empat mekanisme patofisiologi diare yang dihubungkan dengan empat kategori diare, yaitu:
1. Sekretorik
Diare sekretorik terjadi karena adanya peningkatan zat perangsang yang menyebabkan
peningkatan sekresi maupun penurunan penyerapan air dan elektrolit dalam jumlah besar. Zat
yang dapat menyebabkan peningkatan sekresi diantaranya vasoaktif intestinal peptide (VIP)
pada penderita tumor pancreas, laxatif (pencahar), bakteri racun dan garam empedu yang
berlebihan. Selain meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit, agen-agen tersebut juga
menghambat penyerapan elektrolit. Pada diare sekretorik dapat dihasilkan feses sebanyak
lebih dari 1000 gram perhari.
2. Osmotik
Zat yang sulit diserap, mempertahankan cairan usus sehingga mengakibatkan diare osmotik.
Diare ini sangat mudah dibedakan dari diare tipe lainnya, karena diare ini akan berhenti jika
pasien dalam keadaan puasa.
3. Eksudatif
Penyakit inflamasi pada saluran cerna telah mengubah komposisi mukus, lendir, protein
serum dan plasma ke dalam usus, sehingga mengakibatkan terjadinya diare eksudatif.
4. Perubahan transit usus
Perubahan motilitas usus mengakibatkan diare melalui tiga mekanisme berikut:
a. Pengurangan waktu kontak dalam usus halus
b. Pengosongan kolon yang terlalu cepat
c. Pertumbuhan bakteri yang berlebihan
(Dipiro, 2009)
d. Manajemen Terapi
Manajemen diare difokuskan untuk mencegah kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan, mengatasi timbulnya gejala, serta mengobati penyakit sekunder yang
ditimbulkan jika ada.
1. Terapi Non Farmakologi
Saat mengalami diare, umumnya pasien menahan untuk tidak makan dikarenakan
khawatir diare yang dialami akan bertambah parah. Hal tersebut justru
memperparah keadaan pasien sebab pada saat yang sama pasien juga mengalami
malabsorbsi nutrisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan makan tetap seperti biasa,
namun sedapat mungkin menghindari makanan dengan kadar gula yang tinggi
karena akan dapat menimbulkan diare osmotik, serta dihindari pula makanan
pedas karena akan mengganggu saluran cerna seperti timbul rasa mulas dan
kembung pada perut.
Banyak minum air putih.
Pada bayi, ASI boleh tetap diberikan, tetapi untuk susu formula harus
dibuat lebih encer sampai dua kali lipat.
Hindari kopi, teh dan susu.
Makanan padat diganti dengan bubur, roti, atau pisang.
Memeriksa penyebab diare, apakah disebabkan oleh makanan, obat, susu,
atau lainnya sehingga dapat mencegah terulangnya diare.
Memeriksa tinja, apakah terdapat lendir atau darah atau tidak.
Memeriksa tanda-tanda dehidrasi ringan sampai berat.
Cuci tangan setiap buang air untuk mencegah penularan.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
( Berarrdi, 2009).
C. Terapi Farmakologi
1. Oral Rehydration Solutions (ORS)
Contoh ORS: Oralit
Mekanisme: glukosa menstimulasi secara aktif transport Na dan air melalui dinding usus.
Oralit tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang keluar bersama tinja. Oralit
200 adalah campuran gula, garam natrium dan kalium (Depkes, 2007).
Kebutuhan Cairan Rehidrasi Oral selama 4 jam pertama berdasarkan usia
Usia Hingga 4 4-11 bulan 12 bulan 2-4 tahun 5-14 tahun >14 tahun
bulan hingga 2
tahun
Berat <5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg 30 kg atau
badan lebih
4. Antimotilitas
Kerja obat : menghambatgerak peristaltik ususdanmeningkatkanpenyerapankembalicairan
di ususbesar.
Contoh obat : Loperamid
Aturan pakai :
Dewasa : 2 tablet @2 mg sekaligus disusul dengan 1 tablet setiap 2 jam sampai diare
berhenti, mak 8 tablet/hari.
Anak > 8 tahun : 1 tablet @2 mg, 5 x sehari.
Anak < 8 tahun : sirup dengan dosis berdasarkan berat badan
3kg : 4x sehari takaran, 5kg : 4x sehari - 0,5 takaran, 10kg : 4x sehari 0,5 1
takaran, 6x sehari 1 takaran, 15kg : 5x sehari 1,5 takaran (1 takaran = 5 mL).
Efek samping : kejang perut, gangguan lambung, mulut kering, ruam kulit dan pusing.
Obat di pasaran : Imodium,Alphamido, Amerol, Antidia, Colidium, Diadium,
Lexadium, Loremid, Motilex, Lomodiumt, Lodiag, Lopamid.
5. Probiotik
Mekanisme: Probiotik yang mempakan bakteri baik, akan menghambat pertumbuhan bakteri-
bakteri patogen dengan cara bersaing untuk mendapatkan nutrisi, sehingga bakteri-bakteri
yang patogen tidak dapat berkembang.
Contoh obat: Lacto-B (Novell Pharm)
Aturan pakai:
1-6 tahun: 3 sachet/hari
Bayi < 1 tahun: 2 sachet/hari
Diberikan bersama susu formula atau makanan bayi
Efek samping: flatus
Dapus
Berardi, R.R., et al, 2009, Handbook of Nonprescription Drugs : An Interactive Approach to Self
Care 16th Edition, Washington DC : American Pharmascist Association
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Hal. 50-51
Dipiro, Joseph T., dkk, 2009, Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition, The McGraw-Hill
Companies, Inc., United States, p. 256
Juffrie, 2010, Buku Ajar Gastroenterologi Hematologi Jilid 1, Jakarta, Balai Penerbit IDAI.
Tim Editor MIMS Pte Ltd, 2013, MIMS Petunjuk Konsultasi Indonesia Edisi 13, PT Bhuana Ilmu
Populer, Jakarta, hal. A57