Anda di halaman 1dari 36

BAB II

PEMBAHASAN

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu


manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987).
Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat.

a. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan
biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian
pasien/klien.

b. Keluarga Sebagai Klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus


menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun
secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan
mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.

Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus


pelayanan keperawatan yaitu :

a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,


memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya
sendiri.

c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita


salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga
tersebut.

1. Peran Keluarga dalam keperawatan

a. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat

Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga


saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan
akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara
keseluruhan.

b. Keluarga sebagai pasien


Dalam melihat keluarga sebagi pasien ada beberapa karakteristik yang perlu
diperhatikan oleh perawat, diantaranya :

1) Setiap keluarga memiliki cara yang unik dalam menghadapi masalah


kesehatan para anggotanya

2) Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagi segi :

a) Pola komunikasi

b) Pengambilan keputusan

c) Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga

d) Kebudayaan

e) Gaya hidup

3) Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan

4) Kemandirian dari tiap-tiap keluarga

2. Kesehatan Keluarga Sebagai tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga

Peningkatan status kesehatn keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai


dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar keluarga
tersebut dapat meningkatkan produktifitasnya, bila produktifitas keluarga
meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.

3. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga:

Tujuan umum :

Untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan


keluarga mereka sehigga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.

Tujuan Khusus :

a) Meningkatkan kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi masalah kesehatan


yang dihadapi oleh keluarga.

b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah


kesehatan dasar dalam keluarga.

c) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat


dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.

d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan


terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam megatasi masalah kesehatan
anggota keluarga.

e) Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu hidupnya.


4. Peran Perawat dalam Memberikan Asuhan Perawatan Keluarga

Dalam memberikan asuhan perawatan keluarga, ada beberapa peranan yang


dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

a) Pemberian asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

b) Pengenal atau pengamat masalah kebutuhan kesehatan keluarga

c) Coordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga

d) Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat


mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu
mencarikan jalan pemecahannya

e) Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk


merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku yang sehat

5. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga

Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga, adalah:

Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai


tujuan utama.

Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai


peningkatan kesehatan keluarga.

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran


serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga
dalam menghadapi masalah kesehatan.

Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan prefentif


dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan prefentif.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan


sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan
keluarga.

Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga keseluruhan.

Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan kesehatan keluarga


adalah pendekatan pemecahan masalah dalam menggunakan proses
keperawatan.

Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga


adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan
dirumah.

Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.


II. Definisi keluarga

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan


sosial masyarakat. Berikaut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.

A. Raisner (1980)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,
adik, kakak dan nenek.

B. Logans (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen


yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.

C. Gillis (1983)

Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut


yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing
mempunyai sebagaimana individu.

D. Duvall (1986)

Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan


perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

E. Bailon dan Maglaya (1978)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

F. Johnsons (1992)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan
darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus,
yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai
kewajiban antara satu orang dengan lainnya.

G. Spradley dan Allender (1996)


Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan
emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan tugas.

Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga


adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai


peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.

4. mempunyai tujuan;

a. menciptakan dan mempertahankan budaya

b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.

Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.
Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu dan anak atau
semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut.anggota keluarga
saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi
oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya yaitu masyarakat dan sebaliknya
sebagai subsitem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi
masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi
keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat
biopsikososial spiritual. Jadi sangatlah tepat jika keluarga sebagai titik sentral
pelayanan keperawatan . Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai
anggota yang sehat dan mewujudkan masyarakat yang sehat.

III. Tipe keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam


pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga
dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui
berbagai tipe keluarga.

A. Tipe keluarga tradisional

1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri
dan anak (kandung atau angkat).

2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan.

5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.

6. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian).

7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul
pada hari minggu atau libur saja.

8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal


bersama dalam satu rumah.

9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling


berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur
yang sama.

10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11. Single adult living alone yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu
orang dewasa.

B. Tipe keluarga non tradisional

1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa
terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.

3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup
serumah.

4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup


bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.

5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal
dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.

6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan


perkawinan karena alasan tertentu.

7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling
menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.

8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan
aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara
untuk waktu sementara.

10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang


permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.

11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

Bangaimana di Indonesia ?????

Dalam UU No. 10 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah ibu
dan anak. Dalam konteks pembangunan Indonesia bertujuan ingin menciptakan
keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU tersebut
disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah
dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa, memilihi hubungan yang serasi, selaras dan seimbangn
antar anggota dan dengan masyarakat.

IV. Fungsi keluarga

Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:

1. Fungsi afektif

Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis


kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan
melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan
konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
memenuhi fungsi afektif adalah:

a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling


mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih
sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar
keluarga atau masyarakat.

b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui


keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.

c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan
harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat
meniru perilaku yang positif tersebut

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan


keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,


yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial
(Friedman, 1986)

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.

3. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya


manusia.

4. Fungsi ekonomi

Funsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan semua


anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain
sebagainya.

5. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu


mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998

a. Mengenal masalah

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.

V. Dimensi dasar struktur keluarga


Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:

A. Pola dan proses komunikasi

B. Struktur peran

C. Struktur kekuatan

D. Nilai-nilai keluarga

Pola dan proses komuniaksi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi:

1. Bersifat terbuka dan jujur

2. Selalu menyelesaikan konflik keluarga

3. Berpikiran positif

4. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri

Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi

Karakteristik pengirim:

1. Yakin dalam mengemukakan pendapat

2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas

3. Selalu minta maaf dan menerima umpan balik

Karakteristik penerima

1. Siap mendengar

2. Memberikan umpan balik

3. Melakukan validasi

Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu dalam
masyarakat misalnya sebagai suami/istri atau anak.

Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk


mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif.

Tipe struktur kekuatan

1. Legitimate power/authority
Hak untuk mengatur seperti orang tua kepada anak.

2. Referent power

Seseorang yang ditiru

3. Reword Power

Pendapat ahli

4. Coercive power

Dipaksakan sesuai keinginan

5. Informational power

Pengaruh melalui persuasif

6. Affectif power

Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.

Nilai-nilai dalam keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma
dan peraturan.

Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilai dalam keluarga.

Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dubagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

VI. Peran Perawat Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada


keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi
perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga.

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai


berikut:

1. Pendidik

Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:

a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.

b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.


2. Koordinator

Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive dapat


dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.

3. Pelaksana

Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga


dengan menggunakan metode keperawatan.

4. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visite yang teratur


untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah


kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan
perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam
menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang disampaikan secara
terbuka dan dapat dipercaya.

6. Kolaburasi

Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim
kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.

7. Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi,


sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan
dan penggunaan dana sehat.

8. Penemu kasus

Menemukan dan mengidentifikasi masalah

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DAN DINAMIKA KELUARGA

Defenisi
1. Duvall dan Logan ( 1986 ) :

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan


adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.

2. Bailon dan Maglaya ( 1978 ) :

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

3. Departemen Kesehatan RI ( 1988 ) :

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan.

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain

3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai


peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik

4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,


meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

Struktur Keluarga

1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah

2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu

3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu

4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suam

5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan


keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

Ciri-Ciri Struktur Keluarga


1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga

2. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga


mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing

3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan


dan fungsinya masing-masing.

Ciri-Ciri Keluarga Indonesia

1. Suami sebagai pengambil keputusan

2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh

3. Berbentuk monogram

4. Bertanggung jawab

5. Pengambil keputusan

6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa

7. Ikatan kekeluargaan sangat erat

8. Mempunyai semangat gotong-royong

Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,


kegiatan, yang berhubungan dengan individu

dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1. Peranan ayah :

Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

2. Peranan ibu :

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

3. Peranan anak :
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis :

a. Meneruskan keturunan

b. Memelihara dan membesarkan anak

c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis :

a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b. Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d. Memberikan identitas keluarga

3. Fungsi sosialisasi :

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan


anak

c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4. Fungsi ekonomi :

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan


keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan


datang (pendidikan, jaminan hari tua)

5. Fungsi pendidikan :

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan


membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya

b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam


memenuhi peranannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Dinamika Keluarga
Perkembangan anak pada usia antara tiga-enam tahun adalah perkembangan
sikap sosialnya.1 Konsep perkembangan sosial mengacu pada perilaku anak
dalam hubungannya dengan lingkungan sosial untuk mandiri dan dapat
berinteraksi atau untuk menjadi manusia sosial. Interaksi adalah komunikasi
dengan manusia lain, suatu hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yang
mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat
seperti tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan empati,
rasa setia kawan dan sebagainya

Melalui proses interaksi sosial tersebutlah seorang anak akan memperoleh


pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku-perilaku penting yang diperlukan
dalam partisipasinya di masyarakat kelak; dikenal juga dengan sosialisasi. Hal ini
sejalan dengan yang dikatakan Zanden (1986) bahwa kita terlahir bukan sebagai
manusia, dan baru akan menjadi manusia hanya jika melalui proses interaksi
dengan orang lain.2 Artinya, sosialisasi merupakan suatu cara untuk membuat
seseorang menjadi manusia (human) atau untuk menjadi mahluk sosial yang
sesungguhnya (social human being).

Pengaruh paling besar selama perkembangan anak pada lima tahun pertama
kehidupannya terjadi dalam keluarga. Orangtua, khususnya ibu mempunyai
peranan penting dalam pembentukan kepribadian anak, walaupun kualitas
kodrati dan kemauan anak akan ikut menentukan proses perkembangannya.
Sedang kepribadian orangtua sangat besar pengaruhnya pada pembentukan
pribadi anak.3

Beberapa hasil penelitian yang dilakukan Rohner, dkk (1986) di Amerika


menunjukkan bahwa seorang ibu yang memperlakukan anak dengan kasar, baik
fisik maupun verbal akan menghasilkan pribadi anak yang cenderung kasar
setelah dia dewasa.

Sampai saat ini, keluarga masih tetap menerapkan bagian terpenting dari
jaringan sosial anak sekaligus sebagai lingkungan pertama anak selama tahun-
tahun formatif awal untuk memperoleh pengalaman sosial dini, yang berperan
penting dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan juga perilakunya
terhadap orang lain.

Konsep Keluarga

Akibat struktur dan peran yang dipunyai oleh para anggotanya sangat bervariasi
dari suatu masyarakat ke masyarakat lain, sehingga istilah keluarga tidak mudah
didefinisikan. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang
yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum)
yang memiliki tempat tinggal bersama. Sedang Morgan (1977) dalam Sitorus
(1988) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang
didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan
kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua anak) sekaligus.5 Namun
secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan
sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama
dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu
mereka

Bila ditinjau berdasarkan Undang-undang no.10 tahun 1972, keluarga terdiri atas
ayah, ibu dan anak karena ikatan darah maupun hukum. Hal ini sejalan dengan
pemahaman keluarga di negara barat, keluarga mengacu pada sekelompok
individu yang berhubungan darah dan adopsi yang diturunkan dari nenek
moyang yang sama.

Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikan sebagai tempat atau


lembaga pengasuhan yang paling dapat memberi kasih sayang, kegiatan
menyusui, efektif dan ekonomis. Di dalam keluargalah kali pertama anak-anak
mendapat pengalaman dini langsung yang akan digunakan sebagai bekal
hidupnya dikemudian hari melalui latihan fisik, sosial, mental, emosional dan
spritual. Karena anak ketika baru lahir tidak memiliki tata cara dan kebiasaan
(budaya) yang begitu saja terjadi sendiri secara turun temurun dari satu generasi
ke generasi lain, oleh karena itu harus dikondisikan ke dalam suatu hubungan
kebergantungan antara anak dengan agen lain (orang tua dan anggota keluarga
lain) dan lingkungan yang mendukungnya baik dalam keluarga atau lingkungan
yang lebih luas (masyarakat), selain faktor genetik berperan pula (Zanden,
1986).6 Bahkan seperti juga yang dikatakan oleh Malinowski (1930) dalam
Megawangi (1998) tentang principle of legitimacy sebagai basis keluarga,
bahwa struktur sosial (masyarakat) harus diinternalisasikan sejak individu
dilahirkan agar seorang anak mengetahui dan memahami posisi dan
kedudukannya, dengan harapan agar mampu menyesuaikannya dalam
masyarakat kelak setelah ia dewasa.7 Dengan kata lain, keluarga merupakan
sumber agen terpenting yang berfungsi meneruskan budaya melalui proses
sosialisasi antara individu dengan lingkungan.

Selanjutnya, perlu diingat, keluarga merupakan suatu sistem yang terdiri atas
elemen-elemen yang saling terkait antara satu dengan lainnya dan memiliki
hubungan yang kuat. Oleh karena itu, untuk mewujudkan satu fungsi tertentu
bukan yang bersifat alami saja melainkan juga adanya berbagai faktor atau
kekuatan yang ada di sekitar keluarga, seperti nilai-nilai, norma dan tingkah laku
serta faktor-faktor lain yang ada di masyarakat. Sehingga di sini keluarga dapat
dilihat juga sebagai subsistem dalam masyarakat (unit terkecil dalam
masyarakat) yang saling berinteraksi dengan subsistem lainnya yang ada dalam
masyarakat, seperti sistem agama, ekonomi, politik dan pendidikan; untuk
mempertahankan fungsinya dalam memelihara keseimbangan sosial dalam
masyarakat

Untuk menciptakan ketertiban sosial diperlukan suatu struktur yang dimulai


dalam keluarga. Plato mengibaratkannya seperti tubuh manusia, yang terdiri atas
tiga bagian yaitu, kepala (akal), dada (emosi dan semangat) dan perut (nafsu)
yang memperlihatkan hirarki dan struktur dalam tubuh organik manusia itu
sendiri, dimana masing-masing individu akan mengetahui di mana posisinya dan
mampu menjalankan fungsi-fungsi yang diembannya melalui pembagian kerja
(division of labor) yang patuh pada sistem nilai yang melandasi sistem tersebut
(Plato dalam megawangi, 1999).8
Selanjutnya dijelaskan bahwa ada tiga elemen utama dalam struktur internal
keluarga, yaitu

1) Status sosial, dimana dalam keluarga nuklir distrukturkan oleh tiga struktur
utama, yaitu bapak/suami, ibu/istri dan anak-anak. Sehingga keberadaan status
sosial menjadi penting karena dapat memberikan identitas kepada individu serta
memberikan rasa memiliki, karena ia merupakan bagian dari sistem tersebut,

2) Peran sosial, yang menggambarkan peran dari masing-masing individu atau


kelompok menurut status sosialnya dan

3) Norma sosial, yaitu standar tingkah laku berupa sebuah peraturan yang
menggambarkan sebaiknya seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sosial.

Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga adalah bertanggung jawab dalam menjaga dan menumbuh


kembangkan anggota-anggotanya. (Suprihatin, G, dkk., 1992).9 Pemenuhan
kebutuhan para anggota sangat penting, agar mereka dapat mempertahankan
kehidupannya, yang berupa

1) pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk


pengembangan fisik dan sosial,

2) kebutuhan akan pendidikan formal, informal dan nonformal dalam rangka


mengembangakan intelektual, sosial, mental, emosional dan spritual.

Apabila kebutuhan dasar anggota keluarga dapat dipenuhi, maka kesempatan


untuk berkembang lebih luas lagi dapat diwujudkan, yang akan memberikan
kesempatan individu maupun keluarga mampu merealisasikan diri lebih luas lagi
dalam berbagai aspek kehidupan mereka, misal aspek budaya, intelektual dan
aspek sosial. Adapun kebutuhan manusia tersebut terbagi ke dalam

1) kebutuhan makan, minum dan seks,

2) kebutuhan akan rasa aman,

3) kebutuhan kasih sayang,

4) kebutuhan akan penghargaan dan

5) kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan potensi diri sendiri dan


aktualisasi diri

Bila ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. no 21 tahun 1994 mengenai


penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, telah dirumuskan delapan
fungsi keluarga sebagai jembatan menuju terbentuknya sumberdaya
pembangunan yang handal dengan ketahanan keluarga yang kuat dan mandiri,
yaitu:

1) Fungsi Keagamaan
Dalam keluarga dan anggotanya fungsi ini perlu didorong dan dikembangkan
agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai luhur budaya
bangsa untuk menjadi insan agamis yang penuh iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

2) Fungsi Sosial Budaya

Fungsi ini memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya


untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam
satu kesatuan, sehingga dalam hal ini diharapkan ayah dan ibu untuk dapat
mengajarkan dan meneruskan tradisi, kebudayaan dan sistem nilai moral kepada
anaknya.

3) Fungsi Cinta kasih

Hal ini berguna untuk memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan
anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya serta
hubungan kekerabatan antar generasi, sehingga keluarga menjadi wadah utama
bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Cinta menjadi
pengarah dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap yang bijaksana.

4) Fungsi Melindungi

Fungsi ini dimaksudkan untuk menambahkan rasa aman dan kehangatan pada
setiap anggota keluarga.

5) Fungsi Reproduksi

Fungsi yang merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang


direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang
penuh iman dan takwa.

6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan

Fungsi yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar
bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupannya di masa yang akan
datang.

7) Fungsi Ekonomi

Sebagai unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.

Fungsi Pembinaan Lingkungan

Memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara


serasi, selaras, seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan lingkungan yang
berubah secara dinamis

Sosialisasi dalam Konsep Keluarga

Istilah sosialisasi sebagai suatu konsep telah banyak didefinisikan oleh para ahli.
Broom (1981) dalam Rohidi (1984) mengungkapkan pemikiran sosialisasi dari
dua titik pandang yaitu masyarakat dan individual.12 Sosialisasi menurut sudut
pandang masyarakat adalah proses penyelarasan individu-individu baru anggota
masyarakat ke dalam pandangan hidup yang terorganisasi dan mengajarkan
mereka tradisi-tradisi budaya masyarakatnya. Dengan kata lain sosialisasi adalah
tindakan mengubah kondisi manusia dari human-animal menjadi human-being
untuk menjadi mahluk sosial dan anggota masyarakat sesuai dengan
kebudayaannya. Sedang arti individual, sosialisasi merupakan suatu proses
mengembangkan diri. Melalui interaksi dengan orang lain, seseorang
memperoleh identitas, mengembangkan nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi. Artinya
sosialisasi diperlukan sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran diri. Bagi
individu sosialisasi memiliki fungsi sebagai pengalihan sosial dan penciptaan
kepribadian.

Sosialisasi memiliki fungsi untk mengembangkan komitmen-komitmen dan


kapsitas-kapasitas yang menjadi prasyarat utama bagi penampilan peranan
mereka di masa depan. Komitmen yang perlu dikembangkan ialah
mengimplementasikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat untuk
menampilkan suatu peranan tertentu yang khusus dan spesifik dalam struktur
masyarakat. Sementara kapasistas yang perlu dikembangkan dalam kemampuan
atau keterampilan untuk menunjukkan kewajiban-kewajiban yang melekat dalam
peran-peran yang dimiliki oleh individu yang bersangkutan dan kemampuan
untuk hidup dengan orang lain yang memiliki harapan-harapan untuk saling
menyesuaikan perilaku antara pribadi sesuai dengan peran-peran yang dimiliki.

Pentingnya sosialisasi dalam kehidupan masyarakat didasarkan atas kualitas-


kualitas bawaan (Inbon Qualities) yang dimiliki oleh manusia itu sendiri semisal
ketiadaan insting-insting padanya, ketergantungan periode masa kanak-kanak
yang cukup panjang, kecakapan untuk belajar, kemampuan atau kapasitas untuk
berbahasa dan kebutuhan untuk melakukan hubungan sosial. Di dalam diri
manusia bukanlah insting melainkan kecenderungan-kecenderungan biologis
(biological drives). Kecenderungan-kecenderungan ini kalau tidak dibimbing
melalui belajar cenderung hanya mengahasilkan kegelisahan dan pencarian
tingkah laku. Disisi lain, ketergantungan manusia pada masa kanak-kanak
terutama kepada orangtuanya, adalah satu kenyataan yang menunjukkan dirinya
membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa berkembang menuju kehidupan
yang mandiri. Sebenarnya dengan faktor kebergantungan maka akan memberi
peluang bagi manusia untuk bersosialisasi, karena sesungguhnya manusia juga
memiliki kemampuan untuk belajar lebih banyak dan lebih lama dibanding
mahluk lainnya. sedang kemampuan berbahasa sebagai faktor untuk melakukan
sosialisasi, akan memberi kemudahan manusia dari keterbatasan fisik dalam
melakukan interaksi dengan sesamanya. Faktor lain yang menentukan proses
sosialisasi yang perlu disadari, bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang
membutuhkan hubungan sosial dengan manusia lain dalam lingkungan
kelompoknya. Disamping manusia memiliki kemampuan bawaan untuk hidup di
tengah-tengah masyarakat harus mematuhi norma-norma tetentu, karena dalam
kapsitasnya sebagai mahluk sosial ia memiliki potensi bawaan untuk hidup
bermasyarakat yang perlu dikembangkan agar lebih berarti dengan cara
pengkondisian sedemikian rupa melalui tingkat kematangan dan belajar dari
agent of sosialization, seperti orangtua (keluarga) atau teman sebaya.

Proses Sosialisasi

Proses sosialisai yang dilakukan individu dilakukan melalui tiga cara (Soerjono,
1982):13

1) Pelaziman (Conditioning)

Suatu perlakuan terhadap individu tertentu dengan mekanisme pemberian


hukuman (punishment) dan imbalan (reward).

2) Imitasi/identifikasi (imitation/identification)

Suatu proses belajar dengan melihat suatu model atau tokoh yang dapat
diidolakan secara sadar.

3) Internalisasi (internalization/learning to cope)

Suatu cara bagaimana individu menguasai dan menyadari hal-hal yang bermakna
bagi dirinya tanpa suatu paksaan atau ancaman dari luar.

http://blog.ilmukeperawatan.com/konsep-keluarga.html

Konsep

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. A. Pengertian keluarga dan pengertian keperawatan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dan keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G
Balion dan Aracelis Maglaya, 1989).

Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang
tinggal dalam satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya
masing-masing untuk menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui


praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).

1. B. Tipe atau jenis keluarga

Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga tradisional dan
keluarga non tradisional.

1) Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

a) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.

b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan
paman.

c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal
dalam satu rumah tanpa anak.

d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.

e) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

f) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
sudah lanjut usia.

2) Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

a) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup
dalam satu rumah.

b) Orang tua (ayah, ibbu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.

c) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup bersama
dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.

1. C. Struktur keluarga

Menurut Friedcman (1998), struktur keluarga terdiri dari :


1) Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki
kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim
pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas,
dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi
sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan
dengan baik jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan
dapat memvalidasi pesan yang diterima.

2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi


sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.

3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan


mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate
power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.

4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.

1. D. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan


kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai
peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota
masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat


perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

1. E. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :

1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.

3) Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk


mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)


adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga dibidang kesehatan.

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :

1) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif


yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber
daya keluarga.

2) Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.

3) Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang


besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.

4) Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi


kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap
penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.

6) Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.

7) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan


yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga


tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh,
diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-
anak.
9) Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar
rumah.

Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin
dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbun dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangka asuh,
yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat
baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan
pendidikan anak sehingga siap menadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.

1. F. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus


kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :

1) Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai
tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama,
menetapkan tujuan bersam, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.

2) Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas
perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab,
adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua.

3) Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama
yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas
perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan
kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggungjawab dengan anggota
keluarga yang lain.

4) Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13
tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas
untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah,
memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun
sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah menyediakan
fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam
bertanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup.

6) Keluarga denagn anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,


meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata
kembali sumber dan fasilitas, penataan yanggungjawab antar anak,
mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan
menantu.

7) Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan


rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu
mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua
tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan
kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8) Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari
salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak
dengan anak, cucu dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M.M. (1998). Family Nursing : Research, Theory and Practice . (4 Ed.).
Norwalk CT : Alpleton & Lange.

Raflessbencoolen.blogspot. Keperawatan Keluarga. (2011)

http://raflessbencoolen.blogspot.com/2011/03/08/keperawatan-keluarga.html .
diperoleh pada tanggal 16 Februari 2013 pukul 19.00 WIB.

BAB II

ISI

KONSEP KELUARGA KESEJAHTERAAN

A. PENGERTIAN SEJAHTERA

Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :


Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan
tentram. (Depdiknas, 2001:1011)

Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan


yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi,
dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan. (BKKBN,1994:5)

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan


juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan
kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

B. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN

1. Faktor intern keluarga

a. Jumlah anggota keluarga

Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak
hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan,
dan saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana
ibadah, saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas
akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga
sejumlah kecil.

b. Tempat tinggal

Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan


tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan
lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan
hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan
kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara
anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh
rasa nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat
tinggal.

c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.

Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah


keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan
baik atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi
daripada hubungan yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh
kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi,
bantu-membantu dan saling mempercayai.

d. Keadaan ekonomi keluarga.

Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat


meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/
pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga.
Adapun sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari
menyewakan tanah, pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.

2. Faktor ekstern

Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya


kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan,
karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan
kesejahteraan keluarga.

Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin


anggota keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:

Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.

Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.

Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita


rendah, inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)

C. TAHAPAN-TAHAPAN KESEJAHTERAAN

1. Keluarga pra sejahtera

Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya ( basic need)
secara minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan dan KB.

Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga

Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam
sehari.

Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja,


sekolah atau berpergian.

Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.

Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran
kesehatan.

2. Keluarga Sejahtera I

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada
keluarga sejahtera I kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:

Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.


Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.

Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru


pertahun

Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah

Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat

Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.

Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.

Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini

Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

3. Keluarga Sejahtera II

Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah
dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.

Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a
s/d n telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:

Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.

Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.

Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.

Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.

Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.

Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi


daerah.

4. Keluarga Sejahtera III

Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan
sosial psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan
materi dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan
telah terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.

Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan


atau yayasan atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).

Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan,


sandang, dan papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan
yang dimiliki barulah dikatakan makmur dan sejahtera

D. PERAN PERAWAT DALAM PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA

Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan


sejahtera tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat
mempunyai beberapa peran antara lain :

1. Pemberi informasi

Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu,
khususnya yang berkaitan dengan kesehatan.

2. Penyuluh

Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan


dan tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan
baik kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.

3. Pendidik

Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga


dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat
hares mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh
yang positif tentang kesehatan.

4. Motivator

Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif


dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang.
Dalam hal inilah perawat berperan sebagai motivator.

5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi


setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada
keluarga khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dan pada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.

6. Penghubung keluarga dengan sektor terkait. Adakalanya masalah kesehatan


yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor penyebab yang murni dari
kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain. Dalam hal ini perawat harus
menghubungi sektor terkait.
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi
Asuhan Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Pelayanan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan
bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses
keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah
dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut
dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta
penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas
pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan
"SENCE OF ETHICS ".

8. Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan


kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya

9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang
akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di
atas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi
dan kondisi yang dihadapi.

E. MASALAH DAN TINDAK LANJUT

Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga sejahtera


masih banyak ditemukan hambatan/masalah antara lain :

a. Faktor Keluarga :

Keluarga menolak kehadiran perawat

Ketidak-percayaan masyarakat terhadap perawat

Adat istiadat

Ekonomi

Dan lain-lain.

b. Faktor Perawat

Secara kuantitas jumlah perawat masih kurang

Secara kualitas, belum optimal Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan perawat
yang berbeda-beda, kemauan menambah ilmu pengetahuan masih kurang,
kepercayaan diri yang kurang.

Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga sering
diabaikan oleh masyaakat

Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE CORPS")


yang kurang.
Masih ada perawat yang bekerja di luar wewenangnya sebagai perawat

Dan lain-lain.

Untuk menanggulangi masalah/hambatan di atas, khususnya ditujukan kepada


diri sendiri (perawat) antara lain :

1. Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan kekuatan


yang dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan tantangan apa
yang akan dihadapi.

2. Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang keras
untuk menambah ilmu pengetahuan

3. Menunjukkan "eksistensi" perawat sebagai "mitra dokter" Menyadari dan


mencari upaya-upaya koordinasi dan kolaborasi Meningkatkan rasa sesama Corps

4. Dan yang terpenting adalah "menghargai diri sendiri"

5. Perubahan pendidikan keperawatan

6. Mentaati kode etik keperawatan.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara operasional Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN telah menyusun


rumusan kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari tingkat kemampuan setiap
keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Rumusan tahapan
kualitas keluarga tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap prasejahtera

2. Keluarga sejahtera tahap I

3. Keluarga sejahtera tahap II

4. Keluarga sejahtera tahapIII

B. SARAN

Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam manajemen


keperawatan sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan Keperawatan kepada
individu, keluarga maupun masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://tripunk.blogdetik.com/?p=103

statistikaterapan.files.wordpress.com/.../pengertian- keluarga -sejahtera...


KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. A. Pengertian keluarga dan pengertian keperawatan keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu
atap dan keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan, 1988).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Marilynn M. Friedman, 1998).

Keluarga adalah dua orang atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Salvicion G
Balion dan Aracelis Maglaya, 1989).

Dari ketiga pengertisn diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua
orang atau lebih yang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, ikatan darah yang
tinggal dalam satu rumah dan saling berinteraksi satu sama lain dalam perannya
masing-masing untuk menciptakan atau mempertahankan suatu budaya.

Keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan melalui


praktik keperawatan dengan sasaran keluarga (Suprajitna, 2004).

1. B. Tipe atau jenis keluarga

Menurut Frieman (1998) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga tradisional dan
keluarga non tradisional.

1) Tipe keluarga tradisional terdiri dari :

a) Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.
b) Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, bibi dan
paman.

c) Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal
dalam satu rumah tanpa anak.

d) Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.

e) Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

f) Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
sudah lanjut usia.

2) Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :

a) Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup
dalam satu rumah.

b) Orang tua (ayah, ibbu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.

c) Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup bersama
dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.

1. C. Struktur keluarga

Menurut Friedcman (1998), struktur keluarga terdiri dari :

1) Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki
kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika pengirim
pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan berkualitas,
dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi, berkomunikasi
sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat menerima pesan
dengan baik jika dapt menjadi pendengan yang baik, memberi umpan balik dan
dapat memvalidasi pesan yang diterima.

2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi


sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.

3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan


mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate
power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.

4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.
1. D. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan


kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai
peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :

1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota
masyarakat dari lingkungannya.

2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai peran
mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat


perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.

1. E. Fungsi keluarga

Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :

1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.

2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui


individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.

3) Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk


mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk


memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)


adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga dibidang kesehatan.

Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :


1) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang produktif
yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber
daya keluarga.

2) Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.

3) Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab yang


besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan
dewasanya.

4) Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.

5) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi


kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap
penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.

6) Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan
mengamalkan ajaran agama.

7) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan


yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.

8) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi juga


tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh,
diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi anak-
anak.

9) Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk


pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar
rumah.

Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatin
dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbun dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Sedangka asuh,
yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selalu terpelihara sehingga diharapkan mereka menjadi anak-anak yang sehat
baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan
pendidikan anak sehingga siap menadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.

1. F. Tahap-tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangan keluarga

Menurut friedman (1998), tahap perkembangan keluarga berdasarkan siklus


kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :

1) Keluarga baru (beginning family), yaitu perkawinan dari sepasang insan yang
menandakan bermulanya keluarga baru. Keluarga pada tahap ini mempunyai
tugas perkembangan, yaitu membina hubungan dan kepuasan bersama,
menetapkan tujuan bersam, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial dan merencanakan anak atau KB.

2) Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family), yaitu dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Mempunyai tugas
perkembangan seperti persiapan bayi, membagi peran dan tanggungjawab,
adaptasi pola hubungan seksual, pengetahuan tentang kehamilan, persalinan
dan menjadi orang tua.

3) Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama
yang berumur 30 bulan sampai dengan 6 tahun. Mempunyai tugas
perkembangan, yaitu membagi waktu, pengaturan keuangan, merencanakan
kelahiran yang berikutnya dan membagi tanggungjawab dengan anggota
keluarga yang lain.

4) Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13
tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu menyediakan aktivitas
untuk anak, pengaturan keuangan, kerjasama dalkam memnyelesaikan masalah,
memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan sistem komunikasi keluarga.

5) Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertam 13 tahun
sampai dengan 20 tahun. Tugas pekembangan keluarga ini adalah menyediakan
fasilitas kebutuhan keluarga yang berbeda, menyertakan keluarga dalam
bertanggungjawab dan mempertahankan filosofi hidup.

6) Keluarga denagn anak dewasa, yaitu keluarga dengan anak pertama,


meninggalkan rumah dengan tugas perkembangan keluarga, yaitu menata
kembali sumber dan fasilitas, penataan yanggungjawab antar anak,
mempertahankan komunikasi terbuka, melepaskan anak dan mendapatkan
menantu.

7) Keluarga usia pertengahan, yaitu dimulai ketika anak terakhir meninggalakan


rumah dan berakhir pada saat pensiun. Adapaun tugas perkembangan, yaitu
mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggungjawab pada semua
tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan, mempertahankan
kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

8) Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari
salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
satu pasangan meninggal dunia. Adapun tugas perkembangan keluarga ini, yaitu
menghadapi pensiun, saling rawat, memberi arti hidup, mempertahankan kontak
dengan anak, cucu dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai