PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional yang dikembangkan secara bertahap sejak Indonesia merdeka
sudah dapat dirasakan hasilnya secara nyata. Tingkat sosial ekonomi masyarakat
meningkat, khususnya sektor pendidikan dan pendapatan masyarakat. Di bidang
ekonomi, pembangunan nasional juga telah berhasil meningkatkan proporsi golongan
ekonomi kelas menengah keatas. Kelompok ini mempunyai tuntutan yang sama yaitu
ditingkatkannya mutu pelayanan publik (public service) oleh pemerintah termasuk
dibidang kesehatan (Muninjaya, 2004).
Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang
diperlukan setiap orang. Hal ini telah disadari sejak berabad-abad yang lalu, dari betuk
pelayanan kesehatan oleh murid-murid Aesculapius yang dikenal dengan persaudaraan
Aesculapiad di Yunani, yang merupakan kumpulan para ahli kedokteran modern pada
zamannya dengan Aesculapius sebagai gurunya dan Hippocrates dengan sumpahnya
untuk menjunjung tinggi profesi kedokteran. Dan seterusnya sampai saat ini para ahli
kedokteran dan kesehatan senantiasa berusaha meningkatkan mutu dirinya, profesinya,
maupun peralatan kedokterannya demikian pula, kemampuan manajerial kesehatan,
khususnya manajemen mutu pelayanan kesehatan juga ditingkatkan (Wijono, 1999).
Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa
kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pelayanan keperawatan yang memiliki
kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit dipandang perlu untuk
melakukan evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan (Nursalam, 2011).
Dalam perkembangannya, Berry, Parasuraman dan Zeithamal menyederhanakan dari
kesepuluh dimensi menjadi lima factor dominan yang berhubungan dengan dimensi
kepuasan. Kelima faktor tersebut terdiri: Reability (kehandalan) merupakan kemampuan
untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan
memuaskan. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta sifatnya
yang dapat dipercaya sehinnga pelanggan dapat terbebas dari risiko. Tangible (bukti
langsung) meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi.
Emphaty yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada
pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk dihubungi.
1
Responsivenses (daya tanggap) yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan
ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik (Muninjaya, 2004).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat mengetetahui dan memahami mengenai penilaian mutu
pelayanan.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami definisi mutu.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami penilaian mutu pelayanan
keperawatan.
3. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami indikator penilaian.
4. Mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami kepuasan pelanggan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
A. DEFINISI MUTU
Mutu adalah faktor kepuasan mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentu
pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan
atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya,
mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik
atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar
yang kompetitif.
Mutu produk dan jasa adalah seluruh gabungan sifat-sifat produk atau jasa pelayanan
dari pemasaran, engineering, manufaktur, dan pemeliharaan di mana produk atau jasa
pelayanan dalam penggunaanya akan bertemu dengan harapan pelanggan. Demikian
pengertian mutu yang dikemukakan oleh DR. Armand V. Feigenbaum, seorang pakar
mutu yang pernah menjabat Ketua International Academy of Quality, dan Presiden The
American Society for Quality Control. Pendapatnya amat berpengaruh terhadap
peningkatan mutu di Jepang, Amerika dan negara lain (Wijono, 1999).
Jadi kesimpulannya, mutu adalah seluruh gabungan sifat produk dan jasa yang
menjadi faktor kepuasan bagi pelanggan.
B. PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
Menurut Sabarguna (2009) mutu pelayanan kesehatan menjadi sulit diukur, karena
hasil yang terlihat merupakan resultan dari berbagai faktor yang berpengaruh. Walaupun
demikian secara jelas dapat dibedakan komponen itu adalah:
1. Struktur
Sarana fisik, perlengkapan dan peralatan organisasi dan manajemen, keuangan,
sumber daya manusia dan sumber daya yang lain.
2. Proses
Sarana kegiatan dokter, kegiatan perawat, kegiatan administrasi pasien.
3. Out come
Out come jangka pendek seperti sembuh dari sakit, cacat dan lain-lain. Out com
jangka panjang seperti kemungkinan-kemungkinan kambuh, kemungkinan sembuh
di masa datang.
3
akreditasi dalam meningkatkan mutu rumah sakit dengan indikator pemenuhan
standar pelayanan yang ditetapkan Kementrian Kesehatan RI. ISO 9001:2001 adalah
suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas yang bertujuan
menjamin kesesuaian dari suatu proses pelayanan terhadap kebutuhan persyaratan
yang dispesifikasikan oleh pelanggan dan rumah sakit. Interaksi profesional selalu
memperhatikan asas etika terhadap pasien, yaitu:
a. Berbuat hal yang baik (beneficence) terhadap manusia khususnya pasien, staf
klinis dan nonklinis, masyarakat dan pelanggan secara umum.
b. Tidak menimbulkan kerugian (nonmaleficence) terhadap manusia.
c. Menghormati manusia (respect for persons) menghormati hak otonomi,
martabat, kerahasiaan, berlaku jujur, terbuka dan empati.
d. Berlaku adil (justice) dalam memberikan pelayanan.
C. INDIKATOR PENILAIAN
Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari aspek yang berpengaruh. Aspek berarti
termasuk hal-hal yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap penilaian.
Keempat aspek itu adalah seperti berikut:
1. Aspek klinis, yaitu menyangkut pelayanan dokter, perawat dan terkait dengan teknis
medis.
2. Efisiensi dan efektifitas, yaitu pelayanan yang murah, tepat guna, tidak ada diagnosa
dan terapi berlebihan.
3. Keselamatan pasien, yaitu upaya perlindungan terhadap pasien, misalnya
perlindungan jatuh dari tempat tidur, kebakaran.
4
h. Kesalah teknis operasi
i. Komplikasi pembedahan
j. Perbedaan antara diagnosa pra bedah dengan penemuan patologi anatomi pasca
bedah
k. Operasi ulang untuk menanggulangi penyulit
l. Infeksi pasca bedah
m. Kematian karena operasi
n. Reaksi obat
o. Komplikasi pengobatan intra vena
p. Reaksi transfusi
5
c. Kritik dalam kolom surat pembaca koran
d. Pengaduan mal praktek
(Sabarguna, 2009)
Keterangan:
Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari
kali hari dalam satu satuan waktu.
Jumlah hari per satuan waktu. Kalau di ukur per satu bulan, maka jumlahnya
28 31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
Keterangan:
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien
keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
6
Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode waktu.
Keterangan:
Jumlah TT: Jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
Hari perawatan: jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan
mati.
Jumlah pasien keluar: jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang,
mutasi lari, atau meninggal.
7
pengekangan fisik baik isolasi maupun pengikatan dalam satu periode waktu
tertentu disertasi lama pelaksanaanya.
Tabel 1
Pengekangan Pasien di Ruang MPKP
Bulan :...........................
Jumlah
8
Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau
muncul selama dalam perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit jiwa angka ini di
ukur melalui penghitungan jumlah pasien scabies dalam satu periode waktu
tertentu.
Di MPKP pengukuran angka scabies dilakukan oleh kepala ruangan yang
dibuat setiap bulan dengan cara menghitung jumlah pasien yang mengalami
scabies dalam satu periode satuan waktu tertentu (satu bulan).
Tabel 2
Rekapitulasi Mutu Umum
3. Kondisi Pasien
a. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana.
Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh kepala ruangan, pada status setiap
pasien yang telah pulang atau meninggal dan hasil audit di buat rekapan dalam
satu bulan.
b. Survey masalah keperawatan
Survey masalah keperawatan adalah survey masalah keperawatan dengan
standar NANDA untuk pasien baru/her opname yang dilakukan untuk satu
periode waktu tertentu (satu bulan).
c. Survey kepuasan pasien, pelanggan, perawat dan tenaga kesehatan lain
9
Survey kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang
yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk
yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang.
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan
pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain.
10
Melalui proses akreditasi rumah sakit dapat :
D. KEPUASAN PELANGGAN
Philip Kotler dalam bukunya:Marketing Management, memberikan definisi tentang
kepuasan pelanggan (custom satisfaction):Kepuasan adalah tingkat keadaan yang
dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau
outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan sesorang.
11
5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assuramce).
Ketetapan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.
6. Keandalan dan keterampilan (reability) petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan.
Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku pengguna jasa pelayanan
kesehatan atau sebagai pelanggan RS/Puskesmas adalah untuk mengetahui sejauh mana
tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction index-CSI). CSI dapat digunakan oleh
pihak manajemen RS/Puskesmas untuk:
1. Alat kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatkan kinerja RS/Puskesmas.
2. Alat untuk menyusun strategi pemasaran produk pelayanan. Unit-unit pelayanan
(unit produksi) yang paling sering menerima keluhan pasien harus mendapat
pelatihan dari pihak manajemen untuk memperbaiki mutu pelayanan.
3. Alat untuk memantau dan mengendalikan aktivitas sehari-hari staf memberikan
pelayanan kepada pasien.
4. Alat untuk mencapai misi yang telah ditetapkan oleh RS/Puskesmas yaitu
memperoleh kepercayaan masyarakat melalui kepuasan pasien dan keluarganya.
(Muninjaya, 2004)
12
4. Pendekatan proses
Hasil yang dikehendaki bisa dicapai dengan lebih efisien bila kegiatan dan sumber
daya terkait dikelola sebagai suatu proses.
5. Pendekatan sistem pada manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan proses yang saling terkait sebagai
sistem memberi sumbangan untuk efektivitas dan efisiensi organisasi dalam
mencapai sasarannya.
6. Perbaikan berkesinambungan
Perbaikan berkesinambungan terhadap kinerja organisasi secara menyeluruh
hendaknya dijadikan sasaran tetap sebuah organisasi.
7. Pendekatan fakta pada pengambilan keputusan
Keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi yang tepat.
8. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok
Hubungan antara organisasi dan pemasoknya yang saling bergantung dan saling
menguntungkan meningkatkan kemampuan keduanya untuk menciptakan hasil.
(Hadi, 2007)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mutu adalah faktor kepuasan mendasar dari pelanggan. Mutu adalah penentu
pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Penilaian mutu
terdiri dari input, proses, output/outcome. Indikator mutu pelayanan rumah sakit dapat
dilihat dari aspek yang berpengaruh yaitu, aspek klinis, efisiensi dan efektifitas,
keselamatan pasien, kepuasan pasien.
Kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan
harapan. Tujuan utama melakukan analisa kepuasan pasien selaku pengguna jasa
pelayanan kesehatan atau sebagai pelanggan RS/Puskesmas adalah untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction index-CSI).
B. SARAN
13
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, diharapkan
kepada rekan-rekan dapat memberikan saran yang menunjang untuk kesempurnaan
makalah ini.
14