Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batubara adalah suatu lapisan yang padat, yang pembentukannya atau
penyebarannya secara horizontal dan vertikal, dan merupakan suatu lapisan
yang bersifat heterogen. Karena sifat batubara yang heterogen maka pada
(eksplorasi pemborannya) Recovery harus memenuhi syarat maksimal 90%
yang diambil, bila kurang dari 90% maka tidak Refresentatif dan penyebaran
batubara menunjukkan perbedaan kwalitas maka penyebaran batubara sangat
mempengaruhi kwalitas.
Berdasar proses terjadinya batubara terbagi menjadi dua yaitu : Proses
biokimia yakni proses penghancuran oleh bakteri-bakteri anaerobic terhadap
kayu-kayuan (sisa tumbuhan) senhingga terbentuk gel atau biasa disebut gelly.
Bakteri anaerobic bakteri yang hidup pada tempat (air) yang kurang
mengandung oksigen padaair kotor, contohnya pada daerah rawa-rawa. Proses
termodinamika yakni proses perubahan beat menjadi lapisan batuabara oleh
adanya panas dan tekanan, juga proses dari luar seperti proses geologi
(perlipatan dll) Penggunaan batubara sebagai sumber energi akan
menghasilkan abu yaitu berupa abu layang (fly ash) maupun abu dasar (bottom
ash). Kandungan abu layang sebesar 84 % dari total abu batubara. Produksi abu
layang batubara dunia yang diperkirakan tidak kurang dari 500 juta ton per
tahun dan ini diperkirakan akan bertambah. Hanya 15 % dari produksi abu
layang yang digunakan. Sisa dari abu layang cenderung sebagai reklamasi
(Tanaka dkk., 2002). Hal ini dapat menimbulkan pengaruh yang buruk
terhadap lingkungan.
Oleh karena itu masalah abu layang batubara harus segera diselesaikan agar
tidak terjadi penumpukan dalam jumlah yang besar baik di Indonesia maupun
di dunia. Salah satu alternatif untuk memanfaatkan abu layang batubara
adalah dengan mengubah abu layang tersebut menjadi zeolit. Zeolit dapat
dimanfaatkan untuk beragam kegunaan seperti katalis, absorben, sumber
kation penyaring molekul (Smart dkk., 1993) dan yang tidak kalah
pentingnya lagi adalah sebagai builder detergent (Hui dkk., 2006). Abu
layang didapatkan sebagai mineral yang terdapat pada batubara. Selama
pembakaran batubara, sebagian dari mineral melebur menjadi partikel abu
layang yang dapat membentuk fase kristal seperti kuarsa dan mulit yang
masih berada pada batubara, meskipun fase gelas menutupi permukaan
aluminosilikat. Abu layang batubara mengandung silika dan alumina, yang
dapat diubah ke dalam zeolit melalui proses pelarutan fase gelas pada
komponen alkali. Fase gelas sangat penting dalam pembentukan zeolit karena
memiliki kelarutan yang sangat tinggi di dalam larutan alkali (Inada dkk.,
2005). Komponen utama dari abu layang terdiri dari SiO 2 dan Al2O3 dengan
beberapa kristal seperti kuarsa (SiO2) dan mulit (2SiO2.3Al2O3), hematit (-
Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4).

1.2 Tujuan
Mengetahui proses pembentukan batubara
Mengetahui pemanfaatan batubara jenisnya
Mengetahui berbagi macam pemanfaatan batubara dalam dunia industri.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengelompokan Jenis Batubara Berdasarkan Pemanfaatannya


2.1.1 Batubara Untuk Bahan Bakar
Sebagai bahan bakar, batubara dapat dimanfaatkan untuk mengubah air
menjadi upa didalam suatu ketel uap atau boiler PLTU, untuk membakar bahan
pembuat klinker dipabrik semen, dan sebagai bahan bakar di industri-industri
kecil. Pada hakikatnya, semua batubara dapat dibakar, tetapi pemanfaatannya
sebagai bahan bakar tertentu perlu dipenuhi berbagai persyaratan tertentu pula.
Misalnya, sebagai baha bakar di PLTU diperlukan batubara yang mempunyai
kandungan ash <30%. Ketel yang memanfaatkan batubara halus dapat didesain
agar bisa membakar batubara dengan kandungan ash lebih tinggi lagi,
katakanlah 50%. Akan tetapi, dengan kandungan ash yang demikian besar
dapat menimbulkan banyak masalah dalam pengoperasiannya. Bahkan pada
pembakaran batubara yang mengandung ash <30% pun masih banyak
menimbulkan masalah pada ketel karena dapat menyebabkan erosi dan kerak
pada tabung uap.

Umumnya, pembuatan sebuah ketel suatu PLTU dirancang untuk


membakar batubara dengan spesifikasi yang telah ditentukan, sesuai dengan
sifat batubara yang akan menjadi makanannya. Spesifikasi ini kadang-
kadang mempunyai nilai rentang yang agak panjang sehingga dapat
menampung batubara lebih dari satu sumber. Itulah sebabnya mengapa sewaktu
masih dalam tahapan eksplorasi dan studi kelayakan tambang, berbagai
parameter penting sebagai penentu tersebut dalam sampel inti bor sudah mulai
ditentukan. Jadi, suatu PLTU dibangun menurut spesifikasi batubara yang akan
membakarnya, bukan sebaliknya (kecuali jika PLTU sudah ada dan perlu
tambahan pasokan, harus dicari batubara yang mempunyai spesifikasi sama
dengan spesifikasi batubara yang digunakan dalam perancangan ketel tersebut).
Umumnya, batubara harus cukup untuk memasok PLTU selama 30 tahun,
karena umur PLTU sekitar tiga puluh tahunan. Bila batubara pasokan tersebut
masih kurang, maka harus dicari batubara yang sifatnya sama dengan
spesifikasi ketel PLTU tersebut. Semua PLTU yang direncanakan dibangun di
Indonesia, satu unitnya berkapasitas 50 400 MW. Untuk yang berkapasitas
>200 MW, umumnya dipakai cara pulverised fuel, sedangkan untuk yang
kapasitasnya lebih kecil digunakan cara fluidised bed combustion ataupun
pembakaran pada panggangan (grate firing).

Demikian pula dengan pabrik semen dewasa ini. Semuanya harus


menggunakan bahan bakar batubara, dan yang telah dibangun sebelum
Peraturan Presiden ditetapkan, harus mengganti bahan bakar minyaknya
dengan batubara. Untuk keperluan tersebut harus dibangun kiln untuk
membakar batubara yang didesain dengan spesifikasi tertentu, seperti halnya
PLTU. Hanya untuk pabrik semen, persyaratan yang diminta lebih ringan bila
dibandingkan dengan yang diminta untuk PLTU.
Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar telah mulai dirintis dalam
industri kecil, seperti pabrik kertas, pabrik gula, pabrik bata, pabrik genteng,
dan pabrik kapur. Hal ini terutama untuk memanfaatkan batubara dengan
cadangan kecil.

Pada saat ini, Indonesia telah mencoba memanfaatkan batubara untuk


menggantikan minyak tanah sebagai bahan bakar tidak berasap (smokeless
fuel) di rumah tangga. Untuk keperluan tersebut, batubara dikarbonisasikan
pada suhu rendah, digerus dan diberi bahan perekat, kemudian dicetak dan
dibentuk menjadi briket batubara. Di Victoria-Australia, bahan untuk briket
batubara berasal dari batubara peringkat (rank) rendah yang mengandung
moisture tinggi, misalnya lignit yang mengandung mositure >60%.

2.1.2 Batubara Untuk Kokas

Kokas ialah residu padat yang tertinggal bila batubara dipanaskan tanpa
udara sampai sebagian zat yang mudah menguapnya hilang. Batubara kokas
adalah batubara yang bila dipanaskan tanpa udara sampai suhu tinggi akan
menjadi lunak, terdevolatilasasi, mengembang, dan memadat kembali
membentuk material yang porous. Material ini merupakan padatan kaya karbon
yang disebut kokas.

Kebanyakan kokas digunakan dalam pembuatan besi dan baja karena


memberikan energi panas dan sekaligus bertindak sebagai zat pereduksi
(reduktor) terhadap bijih besi yang dikerjakan didalam tanur suhu tinggi atau
tungku pembakaran (blast furnace). Kokas untuk keperluan tersebut, umumnya
padat dan relatif kuat, dihasilkan dari batubara tertentu., baik tunggal maupun
campuran, dalam oven kokas (coke oven). Residu hasil karbonisasi yang
merupakan material serbuk yang tidak berlubang atau massanya menggumpal
disebut char. Bahan ini dapat dibuat briket dan digunakan sama seperti kokas
(kokas jenis ini disebut sebagai formed coke) atau langsung dipakai sebagai
elektroda karbon.

Umumnya, ada dua istilah yang dapat membingungkan kita, yaitu


istilah caking dan coking. Caking ialah kemampuan batubara untuk
meleleh ketika dipanaskan dan kembali membentuk residu yang koheren ketika
didinginkan. Syarat mutlak untuk batubara kokas ialah batubara itu harus
meleleh membentuk cake jika dipanaskan. Tidak semua caking coal adalah
cooking coal. Coking digunakan untuk menerangkan bahwa batubara tersebut
cocok untuk dibuat kokas. Walaupun begitu, keterangan ini berlawanan dengan
definisi klasifikasi batubara hard coal menurut ISO yang mendefinisikan
caking kebalikan dari coking. Caking menunjukkan penggumpalan
(agglomeration) dan pengembangan (swelling). Selama dipanaskan (index
crucible swelling number dan Roga), sedangkan coking menunjukkan
penggumpalan dan pengembangan selama pemanasan lambat (dilatation atau
Gray-King coke type). Hal ini menimbulkan kerancuan dalam pemakaian
kedua istilah tersebut.

Batubara yang dapat dibuat kokas harus mempunyai peringkat dan tipe
tertentu. Sebagian zat organik dalam batubara mempunyai peranan dalam sifat-
sifat pelelehan tadi. Dalam batubara kokas yang prima, yaitu yang membentuk
kokas metalurgi yang sangat baik, harus dicapai suatu perbandingan yang
optimal antara zat yang reaktif dan zat yang inert (tidak meleleh).

Berbagai parameter yang menentukan batubara kokas (peringkat dan


jenisnya telah memenuhi syarat), termasuk kokas metalurgi, ialah kandungan
ash tidak terlalu tinggi, hampir tidak mengandung sulfur dan fosfor, serta zat
yang mudah menguapnya dalam kokas harus kecil. Untuk menentukan sifat-
sifat batubara kokas digunakan crucible swelling number, Gray King coke type,
plastisitas dan fluiditas.

2.1.3 Batubara Konversi

Batubara konversi ialah batubara yang dimanfaatkan tidak sebagai


bahan bakar padat, tetapi energi yang dikandungnya, disimpan dalam bentuk
lain, yakni gas dan cairan. Pengubahan batubara dapat dilakukan melalui dua
cara, yaitu melalui pembuatan gas atau gasifikasi (gasification) dan pencairan
batubara atau likuifaksi (coal liquefaction).

Dalam proses gasifikasi, semua zat organik dalam batubara diubah


kedalam bentuk gas, terutama karbon monoksida, karbon dioksida, dan
hidrogen. Gas-gas ini kemudian dapat pula diubah menjadi bahan-bahan kimia,
seperti pupuk dan metanol.

Proses likuifaksi bertujuan mengubah batubara menjadi minyak.


Penelitian yang dilakukan SASOL di Afrika Selatan yang telah berhasil
mengubah batubara menjadi minyak (gasolin, diesel, jet fuel), gas maupun
bahan kimia lain melalui pembuatan gas. Cara langsung ialah dengan
menghidrogenasikan batubara (rasio atom hidrogen/karbon = 0,7) sehingga
menjadi minyak (rasio atom hidrogen hidrogen/karbon >1.2).

2.2 Pemanfaatan Batubara


Batubara menjadi salah satu sumber energi terbaik yang bisa didapatkan
dengan sumber yang lebih mudah. Selain itu ketersediaan batubara bersifat
panjang dan bertahan dalam waktu lama sehingga mendukung berbagai macam
proyek industri dan juga ekonomi. Berikut ini adalah beberapa manfaat
batubara yang perlu kita ketahui.

1. Sumber Tenaga Pembangkit Listrik

Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama pada pembangkit listrik
di beberapa negara seperti China, India, Australia, Jepang, Jerman dan
beberapa negara lain. Batubara menjadi bahan bakar yang dikonversikan ke
dalam bentuk uap panas dan menjadi sumber tenaga pembangkit listrik.
Batubara akan dihancurkan dengan mesin penggiling dan berubah menjadi
bubuk halus kemudian akan dibakar dalam sebuah mesin dengan sistem ketel
uap. Uap akan ditampung dalam sebuah tempat khusus dan disalurkan ke
turbin yang berisi kumparan magnet. Selanjutnya kumparan magnet yang
bergerak cepat akan menghasilkan listrik. Bahkan proses ini akan diulang
sebanyak dua kali sehingga sangat hemat. Tenaga listrik yang dihasilkan
mencapai tegangan sekitar 400 ribu Volt.

2. Industri Produksi Baja

Sebuah industri yang menghasilkan baja bergantung sepenuhnya pada


ketersediaan sumber batubara. Baja memiliki fungsi yang sangat penting dalam
kehidupan kita seperti berbagai macam perlengkapan industri yang terbuat dari
baja, produk kesehatan seperti perlengkapan kesehatan, peralatan pertanian,
model transportasi dan berbagai macam produk lain yang membutuhkan baja.

Produksi baja mentah banyak memakai metalurgi batubara dari bahan batubara
kokas. Produksi baja melibatkan karbon dan bahan besi. Karbon diperlukan
untuk memanaskan bahan besi dan mengolahnya menjadi baja. Karbon dari
batubara menghasilkan panas tinggi sehingga mendukung produksi batubara.
Seperti halnya manfaat tembaga dan manfaat bauksit, pemanfaatan batu bara
pada produksi baja juga akan menimbulkan efek samping.

3. Bahan Bakar Cair

Batubara ternyata juga bisa dirubah dalam bentuk bahan bakar cair dan
sangat efektif untuk menggantikan bahan bakar minyak. Pada dasarnya
pengolahan batubara menjadi bahan bakar cair akan merubah batubara bubuk
atau bongkahan yang di larutkan dalam suhu tinggi. produk batubara cair dapat
dimurnikan dengan proses ulang dan bisa menghasilkan bahan bakar minyak
dengan kualitas yang lebih baik dari bahan bakar minyak yang didapatkan dari
kilang minyak secara langsung. Negara yang sudah memakai sistem ini adalah
Afrika. Afrika bisa mengatasi kekurangan sumber minyak dengan
memanfaatkan batubara.

4. Industri Produksi Semen

Batubara menjadi salah satu bahan bakar utama dalam produksi semen.
Semen merupakan salah satu material untuk pembuatan produk kontruksi
seperti rumah, gedung atau produk lain. Semen terbuat dari campuran antara
kalsium karbonat, oksida besi, oksida aluminum dan silica. Batubara menjadi
bahan bakar untuk mengolah berbagai bahan mentah tersebut dan merubahnya
menjadi semen. Batubara terbukti bisa menghasilkan suhu tinggi hingga 1500
derajat Celcius.

5. Industri Produk Aluminum

Batubara menjadi bahan bakar yang mendukung industri aluminum.


Bahan ini diperoleh sebagai hasil sampingan dari proses oksidasi besi pada
industri baja. Batubara mendukung proses pengolahan oksidasi besi yang
menghasilkan panas tinggi. Baja yang dihasilkan dari olahan besi akan
dipisahkan sesuai dengan kualitas. Dan selanjutnya produk yang tidak memiliki
syarat baja tertentu akan diolah kembali menjadi aluminum. Gas dan panas
kokas dari batubara bisa memisahkan beberapa produk baja sehingga bisa
mendapatkan produk aluminum yang dipakai untuk berbagai industri seperti
pertanian, peralatan dapur, kontruksi dan berbagai industri lain.

6. Batubara Menghasilkan Produk Gas

Batubara yang masih berada dalam tanah ternyata juga bisa


menghasilkan gas secara langsung. Proses ini memakai sebuah teknologi
canggih untuk mengambil gas yang dihasilkan oleh batubara murni.
selanjutnya produk gas yang dihasilkan akan diolah di tempat pertambangan
dan bisa menjadi beberapa produl seperti untuk bahan bakar industri,
pembangkit listrik tenaga gas, produk gas hidrogen dan solar. China, Australia,
India, Jepang dan Indonesia menjadi negara yang menggunakan metode
teknologi perubahan gas batubara murni ke beberapa aplikasi industri.

7. Industri Pabrik Kertas

Batubara juga menjadi bahan bakar utama untuk menjalankan sebuah


industri kertas. Kertas terbuat dari komponen utama berupa sel serat dari kayu.
Sel serat dari kayu hanya bisa didapatkan dari proses rumit yang mampu
memisahkan bagian serat dengan ukuran tertentu. Batubara menghasilkan
panas yang stabil dalam sebuah mesin pengolahan serat untuk industri bahan
baku kertas. Jadi tanpa batubara mungkin beberapa produk dari kertas tidak
akan bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Industri Bahan Kimia

Batubara yang telah melewati berbagai macam proses bisa


menghasilkan industri sampingan yang ternyata berguna untuk kehidupan
manusia. Hasil olahan batubara menjadi sumber energi bisa menghasilkan
produk bubuk batubara yang sangat halus dengan ukuran skala kecil. Produk
sampingan ini bisa digunakan untuk memproduksi beberapa bahan lain seperti
cairan fenol dan benzena. Produk ini penting untuk beberapa industri kimia.

9. Industri Farmasi

Batubara ternyata juga memiliki peran yang sangat penting dalam


industri farmasi. Berbagai macam produk kimia yang dihasilkan dari olahan
sampingan batubara bisa menjadi bahan utama dalam produksi obat-obatan.
Berbagai macam bentuk bahan kimia telah melewati proses pemurnian dengan
teknologi canggih sehingga bisa dimanfaatkan menjadi obat-obatan. Industri
ini telah melewati berbagai macam sertifikasi sehingga sangat aman untuk
mendukung produks farmasi.

10. Produksi Bahan Metanol

Metanol merupakan salah satu bahan bakar cair yang sangat penting
untuk menggerakkan berbagai macam industri. Hasil dari metanol sebenarnya
didapatkan dari proses pemurnian batubara yang masih berada dalam tanah
menjadi gas. Hasil sampingan berupa zat cair tertentu kemudian akan
dimurnikan kembali hingga mampu membuat produk metanol.

11. Produksi Naftalen

Naftalen adalah sejenis bahan kimia cair khusus yang didapatkan dari
hasil olahan batubara. Ini adalah hasil kedua dari pengolahan batubara dalam
bentuk bongkahan. Batubara yang telah dihancurkan akan menghasilkan bahan
sampingan berupa bubuk yang sangat halus. Kemudian bubuk ini akan
dimurnikan dengan proses ulang sehingga bisa menghasilkan produk naftalen.

12. Produksi Fenol

Fenol merupakan salah satu produk bahan bakar minyak yang


didapatkan dari hasil pengolahan batubara. Fenol dihasilkan dari tar batubara
yang berbentuk bubuk halus. Berbagai macam industri kimia memakai produk
fenol untuk menjalankan industri mereka. Fenol mampu menghemat
pemakaian komposisi bahan kimia yang biasanya didapatkan dari minyak
murni. Jadi hasil sampingan olahan batubara sangat mendukung proses industri
fenol dan industri bahan kimia lain.

13. Produksi Benzena

Benzena menjadi salah satu komponen bahan bakar cair yang sangat
penting dalam menggerakkan transportasi dunia. Benzena didapatkan dari hasil
pengolahan ulang batubara yang bisa menghasilkan bubuk halus. Pengolahan
benzena biasanya akan didaur ulang dari batubara yang didapatkan dari
pertambangan atau pembangkit listrik.

14. Produksi Garam Amoniak

Garam amoniak dihasilkan dari sebuah industri pengolahan batubara.


Uap atau gas yang dikeluarkan dari oven untuk menampung kokas
menghasilkan garam amoniak. Produk ini penting untuk menjadi bahan khusus
dari beberapa industri kimia seperti pupuk pertanian atau produk bahan kimia
lain. Jadi uap pembakaran batubara sangat berperan untuk menghasilkan
produk garam amoniak.

15. Produksi Asam Nitrat

Asam nitrat menjadi komponen bahan kimia dalam pengolahan produk


industri bahan kimia. Asam nitrat adalah hasil olahan sampingan lain yang
didapatkan dari produk gas oven kokas batubara. Batubara yang melewati
proses pembakaran pada beberapa industri akan menghasilkan bahan kokas
batubara. Hasil kokas inilah yang akan dirubah menjadi asam nitrat untuk
industri kimia.

16. Produksi Produk Pupuk Pertanian


Produksi pupuk pertanian selalu membutuhkan gas khusus atau
pembakaran khusus dari batubara. Bahkan beberapa macam produk kimia yang
digunakan untuk membuat pupuk pertanian adalah hasil olahan sampingan dari
sisa pembakaran batubara. Berbagai produk olahan sampingan akan
dimurnikan dengan perlengkapan khusus sehingga bisa membentuk produk
atau bahan pembuatan pupuk kimia. Beberapa zat penting seperti asam nitrat
dan garam amoniak.

17. Komponen Bahan Sabun

Pabrik yang mengolah produk sabun juga membutuhkan bahan khusus


yang didapatkan dari hasil olahan sampingan batubara. Produk ini didapatkan
dari hasil sampingan olahan batubara yang telah melewati proses pembakaran,
pemurnian hingga produk akhir. Proses ini memang tidak secara langsung
menghasilkan produk khusus komponen sabun. Beberapa produk ini juga
penting untuk produksi beberapa zat pelarut dan pengikat aroma pada produk
sabun.

18. Komponen Produk Aspirin

Aspirin menjadi salah satu jenis produk farmasi yang sangat penting
dalam dunia medis. Berbagai jenis obat yang mengandung aspirin mampu
meredakan rasa sakit dan meringankan berbagai keluhan terhadap penyakit.
Dalam proses pengolahan aspirin ternyata memerlukan beberapa komponen
yang didapatkan dari hasil pembakaran batubara. Proses pengolahan produk
khusus ini biasanya dilakukan oleh pabrik bahan kimia dan bukan oleh pabrik
farmasi.

19. Produksi Zat Pelarut

Beberapa jenis zat pelarut memiliki peran yang penting dalam produksi
bahan sabun, bahan kimia dan farmasi. Zat pelarut ternyata juga didapatkan
dari proses pengolahan batubara seperti proses gasifikasi atau pengambilan gas
secara langsung dari sumber batubara. Zat ini didapatkan dari uap khusus yang
dihasilkan dalam proses pengambilan gas. Zat pelarut yang digunakan dalam
beberapa industri saat ini ternyata hanya bisa didapatkan dari proses
pengolahan batubara.

20. Produksi Zat Pewarna

Zat pewarna sintetis yang digunakan oleh beberapa industri seperti


garmen, bahan kimia dan pewarna khusus untuk produk kimia ternyata juga
didapatkan dari hasil pengolahan batubara. Zat pewarna didapatkan dari proses
batubara yang telah digiling hingga menjadi bubuk berukuran kecil. Produk
bubuk ini akan diolah kembali dan dicampur dengan beberapa bahan pembuat
warna khusus. Bubuk pewarna yang digunakan oleh produksi zat pewarna
sintetis dan didapatkan dari pengolahan batubara terbukti memiliki tingkat
keamanan dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan bahan komponen lain.

21. Produksi Plastik

Batubara memiliki peran yang sangat penting untuk mendukung


industri plastik. Batubara menjadi bahan khusus yang digunakan untuk
pembakaran beberapa komponen biji plastik. Bahan bakar dari batubara
memiliki panas khusus sehingga sangat baik untuk mendukung produk dan
kualitas plastik. Beberapa pewarna untuk plastik juga didapatkan secara
langsung dari produk olahan batubara.

Manfaat batu bara dalam bentuk briket adalah sebagai berikut :

Cadangan minyak bumi sebagai bahan bakar yang semakin menipis


membuat kita harus sedia payung sebelum hujan dengan cara mencari
sumber energi lain untuk dimanfaatkan, yakni salah satunya batu bara.
Kemudahan teknologi sederhana yang memungkinkan batu bar bisa
dibentuk menjadi briket untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar
lternatif.
Di dalam bumi indonesia banyak tersedia batu bara yang bisa dijadikan
briket.
Selain bisa menggantikan bahan bakar minyak,juga bisa menggantikan
peranan bakar untuk memasak.
Manfaat batu bara-batu bara di indonesia
Batu bara di negri ini banyak ditemukn di cekungan tersier yang
terletak di paparan sunda yang memiliki nilai ekonomis. Secara umu7m
batu bara bisa dikelompokkan berdasarkan umurnya. Batu bara di
indonesia terjadi pada masa Eosen atau yang berad di lapisan tersier
bahwa yang berumur lebih kurang 45 juta tahun. Dan miosen yang
terbentuk kurang lebih 20 juta tahun yang lalu. Pengukuran tersebut
berdasarkan sekala waktu geplogi. Batu bara di Eosean dan Miosean
terbentuk dari adanya endapan gambut di zaman purba. Bahkan banyak
diantaranya yang berbentuk kubah gambut diatas permukaan air tanah.
Kubah gambut tersebut terbentuk seiring dengan terbawanya mineral-
mineral anorganik yang masuk kedalam sistem dan akhirnya
terbentuklah lapisan batu bara yang berkadar atau mengandung banyak
sulfur dan abu. Hal tersebut axim terjadi pada batu bara Miosen.
Polemik bahaya dan manfaat batu bara meskipun bermanfaat
dan ekonomis, kini pemakaian batu bara masih terus dikaji dampaknya,
terutama penggunaan batu bara sebagai bahanbakar. Pasalnya, abu batu
bara yang dibakar menghasilkan polutan yang berbahaya bagi alam
danbagi alam dan kesehatan manusia.
Bagi kesehatan, abu batu bara yang terhirup akan menetap di
paru-paru dan menimbulkan gejala batuk yang tidak kunjung sembuh,
sesak napas, tenggorokan kering, dan menyebabkan infeksi infeksi
saluran pernapasan. Selain itu, abu batu bara juga membuat mata terasa
panas dan terbakar, menyebabkan sakit kepala dan migrain, serta
menimbulkan alergi pada kulit. Pada ibu hamil dan anak-anak,
kandungan merkuri pada abu batu bara dapat mengganggu
perkembangan syaraf janin dan anak-anak. Adapun sisa pembakaran
batu bara ditengarai mengandung arsenik, cadmium, dan tembaga.
Ketiga zat tersebut berpotensi meracuni manusia, menyebabkan ginjal,
dan memicu kanker.
Limbah batu bara juga dapat membahayakan alam. Asap yang
mengepul dari pembakaran batu bara menghasilkan kkarbon dioksida,
metana, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida yang dapat memperparah
efek rumah kaca di bumi. Pertambangan batu bara pun meninggalkan
lubang menganga dan gas yang terus menguap. Hal ini sering kali
terjadi pada pertambangan batu bara liar. Adapun perusahaan
pertambangan batu bara besar yang mematuhi peraturan AMDAL
biasanya melakukan penanaman kembali diatas lubang tambang batu
bara.
Caranya, lubang menganga tambang batu bara diisi dengan
tanah yang dicampur dengan kompos limbah perkebunan dan pertanian
disekitar tambang. Terkadang alang-alang dan serbuk gergaji pun
ditambambahkan kedalamnya. Dalam 1,5 bulan, mikroba akan tumbuh
didalam tanah tersebut, memperkaya tanah dengan unsur hara dan
membuatnya cukup gembur untuk ditanami. Penanaman pepohonan
pun kembali bisa dilakukan. Biasanya pihak perusahaan tambang batu
bara menanam pepohonan besar, guna menciptakan kembali hutan yang
telah mereka ambil isi perutnya. Dengan demikian, manfaat batu bara
tetap bisa diambil tanpa harus merusak linkkungan.
Analisis Kualitas batu bara berdasarkan nilai HGI dengan
standar ASTM

No. Sampel Lokasi HGI


1 PIXIANG Seluang (BengkuluTengah) 44
2 SLWP Seluang (BengkuluTengah) 42
3 DMH (Selatan) Talo (Puguk) (Seluma) 43
4 ATB Taba Lagan (Bengkulu Tengah) 43
5 ATU Taba Lagan (Bengkulu Tengah) 47
6 Firman Ketahun Ketahun (Bengkulu Utara) 56
7 DMH (Utara) Talo (Puguk) (Seluma) 46
8 Pondok Kelapa Pondok Kelapa (Bengkulu Utara) 49
9 Taba Penanjung Desa Lubuk Sinih (BengkuluTengah) 58
10 Sungai Pasar Baru-Kembang Sri
(Kota Bengkulu-Bengkulu Tengah) 68
Perbedaan nilai HGI disebabkan oleh proses pembentukan batubara itu
sendiri misalnya yaitu faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda
sesuai dengan zaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya,
ditambah dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh
tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung
kemudian akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya berbeda-
beda.
Kualitas dari setiap endapan batubara ditentukan oleh suhu dan tekanan
serta lama waktu pembentukan. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah
menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda
(lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown coal ). Batubara muda adalah
batubara dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat pengaruh
suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batubara
muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitasorganiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-
bituminus (subbituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung
hingga batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga
membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi
yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus
berlangsung hingga membentuk antrasit. Dalam proses pembatubaraan,
maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari
setiap unsur utama pembentuk batubara.
Semakin tinggi tingkat pembentukan batubara, maka kadar karbon akan
meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat
pembentukan batubara secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau
kualitas batubara, maka batubara dengan tingkat pembentukan batubara rendah
disebut pula batubara bermutu rendah seperti lignite dan subbituminus
biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti
tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon
yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu
batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan
semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang
sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya
juga semakin besar.
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini, nilai HGI memiliki
kesesuaian makna dengan kekerasan batubara (coaI hard) dari suatu jenis
batubara. Semakin tinggi nilai HGI suatu batubara maka semakin rapuh
batubara tersebut atau semakin mudah untuk dihancurkan, sedangkan semakin
rendah nilai suatu HGI batubara maka semakin keras atau semakin bagus
kualitas batubara tersebut.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hasil analisis berdasarkan nilai HGI yang paling tinggi terdapat di Kota
Bengkulu Kab. Bengkulu Tengah di sepanjang sungai Pasar Baru-
Kembang Sri pada sampel dengan nilai HGI 68 dan merupakan kualitas
batubara yang paling rendah di Provinsi Bengkulu.
Hasil analisis berdasarkan nilai HGI paling rendah terdapat di daerah
Seluang Kab. Bengkulu Tengah sampel SLWP dengan nilai HGI 42, dan
merupakan kualitas batubara yang paling baik di Provinsi Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai