Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PERILAKU KEORGANISASIAN
Kasus Motivasi

Oleh :
I Kadek Suadnyana ( 1406205084 )

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Udayana
2015
BAB I
KASUS
Sumber daya yang paling penting bagi suatu organisasi adalah orang yang

memberikan kerja, bakat, kreatifitas, dan semangat kerjanya untuk tujuan organisasi. Untuk

mencapai tujuan organisasi sesuai dengan yang dicita-citakan, perlu adanya kinerja dan

kerjasama yang baik antar sesama anggota organisasi. Untuk menjaga semangat kerja

tersebut diperlukan adanya motivasi yang tinggi dalam diri masing-masing anggota.

Manajemen mutu yang baik tidak efektif bila pegawai tidak termotivasi dan tidak bekerja

dengan sepenuh hati, maka organisasi akan berjalan lamban dan tidak ada produktivitas

kinerja yang tinggi. (Hendro, 2011 : 351)


Berdasarkan pengamatan penulis selama mengikuti Praktek Lapangan Mahasiswa

Pendidikan pada Subag Program di Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat, masih ada

sebagian pegawai yang belum memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya.
Kurangnya motivasi pegawai Subag Program dapat dilihat dari fenomena berikut :
1. Masih ada pegawai yang meninggalkan jam kerja dalam waktu yang cukup lama,

padahal tidak ada keperluan pribadi yang mendadak, apalagi pada saat pimpinan

tidak ada ditempat kerja.


2. Adanya beberapa pegawai yang melimpahkan pekerjaannya kepada pegawai

honorer yang terlewat batas.


3. Adanya pegawai yang mendelegasikan tugasnya kepada karyawan lain yang

belum mengetahui subtansi dari tugas tersebut, terutama tugas teknis yang

berkaitan langsung dengan pendidikan.


Kurangnya motivasi pegawai dapat dilihat pada saat jam kerja berlangsung. Pada saat

jam kerja, masih ada pegawai yang meninggalkan ruangan dalam waktu yang cukup lama,

padahal tidak ada keperluan yang mendesak. Hal ini dapat dicontohkan kepada salah satu

pegawai yang penulis amati. Pada saat pimpinan ada tugas dinas keluar kota, masih ada
pegawai yang keluar meninggalkan pekerjaan dan kembali ke kantor pada saat jam pulang.

Hal tersebut juga dilakukan pegawai pada saat pimpinan tidak ada ditempat kerja.
Selain contoh diatas, kurangnya motivasi pegawai dapat dilihat pada saat pekerjaan

sedang berlangsung. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, masih ada pegawai yang

melimpahkan pekerjaannya kepada pegawai honorer yang terlewat batas. Pekerjaan tersebut

diberikan kepada pegawai honerer tanpa adanya pembagian kerja yang jelas, bahkan ada

beberapa pekerjaan yang dilakukan sendiri oleh pegawai honorer tanpa adanya bantuan dari

pegawai yang bersangkutan.

Kurangnya motivasi pegawai juga dapat dilihat dengan adanya pegawai yang

mendelegasikan tugasnya kepada karyawan lain yang belum mengetahui substansi dari tugas

tersebut, terutama tugas teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Hal ini dapat

penulis contohkan pada saat adanya monitoring dan evaluasi sekolah berpotensi, dimana

dalam monitoring dan evaluasi tersebut bertujuan untuk menilai sekolah yang bersangkutan

apakah sekolah tersebut telah sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.


Pada saat melakukan monitoring dan evaluasi kebeberapa sekolah yang ada di

Sumatera Barat, penulis menyaksikan sendiri masih ada pegawai yang tidak mengerti tentang

instrument penilaian dari moitoring tersebut, padahal monitoring tersebut berguna untuk

bahan laporan dan aspirasi dari sekolah yang bersangkutan. Hal ini harus ditangani oleh

orang yang paham dengan standar nasional pendidikan.


Selain itu, juga ditemukan adanya pegawai yang mendelagasikan monitoring tersebut

kepada pegawai lain, padahal pegawai yang ditunjuk tersebut juga tidak memahami

instrument penilaian dari monitoring dan evaluasi sekolah tersebut, parahnya lagi pimpinan

juga ikut mendelegasikan pekerjaan itu kepegawai lain, sehingga bawahan tidak segan

melakukan hal yang sama.


Berdasarkan fenomena yang disebutkan diatas maka penulis berkesimpulan bahwa

masih ada sebagian pegawai Subag Program yang belum memiliki motivasi tinggi dalam

bekerja. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, untuk itu perlu diupayakan perbaikan dan

peningkatan motivasi kerja untuk pegawai Subag Program di Dinas Pendidikan Provinsi

Sumatera Barat agar dapat melaksanakan tugas dengan jujur, amanah dan bertanggung

jawab.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Kasus
Berdasarkan pengamatan dan analisa saya dari kasus diatas , ada beberapa faktor yang

menyebabkan kurangnya motivasi pegawai. Saya membaginya dalam 2 faktor :


1. Faktor Intrinsik (dari pegawai)
a. Kurangnya kesadaran pegawai akan arti penting keberadaan dan kinerja dari pegawai

itu sendiri.
b. Kurang adanya rasa tanggung jawab pegawai terhadap pekerjaan.
c. Kurang adanya kerjasama yang positif dalam pembagian kerja antar sesama pegawai.
d. Kurangnya pengetahuan pegawai tentang substansi pekerjaan tertentu.

2. Faktor Ekstrinsik (Pimpinan)


a. Kurangnya pengawasan dari pemimpin.
Pengawasan penting dilakukan untuk memastikian apakah pekerjaan yang

dilaksanakan dengan efektif dan efesien. Pimpinan belum sepenuhnya mengawasi

bagaimana kerja yang dilakukan oleh pegawai. Sehingga hal ini sehingga
mempengaruhi motivasi dan kinerja pegawai untuk melakukan pekerjaan dengan

baik.
b. Kurangnya ketegasan pemimpin
Sempurnanya tujuan suatu organisasi tidak terlepas dari pengaruh dan gaya

kepemimpinan seorang pemimpin. Hal ini termasuk ketegasan pemimpin dalam

menyikapi perilaku pegawai yang melalaikan suatu pekerjaan. Berdasarkan

pengamatan saya terhadap kasus diatas motivasi pegawai juga dipengaruhi kurangnya

ketegasan pemimpin dalam menegur bawahan, sehingga pegawai tidak maksimal

dalam bekerja. Peningkatan motivasi kerja pegawai juga dipengaruhi oleh sosok

pemimpin yang harus diteladani. Berdasarkan analisa saya adanya unsur kesengajaan

dari pemimpin yang sengaja melalaikan tugas yang diberikan kepadanya, terutama

masalah teknis yang berkaitan langsung dengan pendidikan. Sehingga karyawanpun

tidak segan mengikuti tindakan yang dicontohkan oleh pemimpin.

B. Alternatif Penyelesaikan Kasus


Berdasarkan penyebab kasus di atas, maka alternatif penyelesaian yang dapat saya

berikan adalah sebagai:


1. Meningkatkan kesadaran pegawai akan arti pentingnya keberadaan mereka melalui

pembinaan dan pengarahan.


2. Melakukan evaluasi pada kinerja masing-masing karyawan, dan memperbaiki kesalahan

yang selama ini terjadi.


3. Meningkatkan kesadaran pegawai akan mulianya tujuan pendidikan Republik Indonesia

melalui pembinaan oleh ahli dan pakar pendidikan yang mempunyai sosok keteladanan.
4. Memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan tugas tertentu terutama yang berkaitan

dengan substansi tugas yang diberikan dengan mendatangkan Pakar pendidikan.


5. Pimpinan meningkatkan fungsi manajemen (Planning, Organizing, Actuating,

Controlling) dalam melaksanakan tugas yang telah diamanahkan.


6. Meningkatkan kompetisi kerja dengan memberikan penghargaan kepada karyawan yang

bekerja dengan baik.


7. Meningkatkan ketegasan pimpinan dalam pembagian tugas dan memberikan sanksi

sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh pegawai.


8. Mencari solusi dengan berkonsultasi dengan Pakar Pendidikan.
9. Dalam hal peningkatan motivasi yang berhubungan dengan substansi dari suatu

pekerjaan. Dinas Pendidikan Sumatera Barat sebaiknya bekerjasama dengan lembaga

pendidikan yang mengetahui seluk-beluk majemen pendidikan. Lembaga Pendidikan

yang direkomendasikan adalah Universitas Negeri Padang, melalui Jurusan Administrasi

Pendidikan

C. Penyelesaian Kasus
Berdasarkan alternatif- alternatif penyelesaian kasus yang saya dikemukaan di

atas,saya menyimpulkan bahwa semua alternatif baik digunakan untuk meningkatkan

motivasi kerja pegawai Subag Program. Namun agar penyelesaian kasus ini optimal

dilakukan harus ada penyelsaian kasus yang bertahap, terarah dan kontinue. Alternatif paling

utama untuk dilakukan yaitu : Memberikan contoh keteladanan kepemimpinan seorang

pemimpin untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai.


Menurut Robbine yang dikutip dari Hasiabuan (2009:219) motivasi adalah suatu

kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah

dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu.

Selanjutnya menurut Mangkunegara dikutip dari Novita (2007:47) motivasi adalah kondisi

yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang

berhubungan dengan lingkungan kerja.


Pimpinan di Subag Program harus berusaha menumbuhkan motivasi kerja pegawai

dan mampu menciptakan kondisi-kondisi yang menyenangkan bagi pegawai serta

memberikan kemungkinan bagi para pegawai untuk memmenuhi kebutuhannya. Banyak


keuntungan yang bisa diperoleh jika pimpinan mampu menumbuhkan moitivasi kerja

pegawai. Hal itu akan mempermudah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan
Untuk mencapai tujuan dengan baik, pimpinan di Subag Program diharapkan bisa

menjaga motivasi karyawannya, karena motivasi memiliki peran penting karena dengan

adanya motivasi dalam diri pegawai akan berpengaruh terhadap hasil kerja. Seorang

pemimpin harus berwibawa dalam melaksanakan tugasnya, karena apa yang dilakukan oleh

pimpinan akan dicontoh oleh bawahannya. Dengan memberikan contoh yang baik, pegawai

diharapkan dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan kecakapan dan kemampuan yang

dimilikinya.
Pemberian motivasi kepada karyawan akan berhasil jika dilakukan oleh orang yang

dekat dengan yang bersangkutan, hal yang dapat mendukung adanya motivasi kerja seorang

pagawai yaitu adanya contoh keteladanan yang diberikan oleh pimpinan. Untuk itu Pimpinan

Subag Program sebaiknya menjadi orang pertama yang wajib melakukannya karena

pimpinan merupakan sosok yang dijadikan sebagai pembimbing, pengarah, dan membina

karyawan.
Hal ini bukan berarti Pimpinan (Kepala Subag program) orang yang tidak pandai

memimpin atau orang yang tidak pantas memimpin, bukan itu. Justru ada sisi baik yang

ditonjolkan oleh Kepala Subag Program. Namun dalam memberikan teguran perlu dilakukan

dengan tegas, sesuai dengan kecil/besarnya kesalahan pegawai. Motivasi selalu ada dalam

diri seseorang dan akan menjadi sumber energi yang kuat untuk mencapai kesuksesan

organisasi. Ada pegawai yang konsisten memperbaiki diri dan ada juga yang tidak.
Dengan contoh keteladanan yang diberikan pimpinan, pegawai akan terpacu untuk

memperbaiki kualitas kerja sehingga terciptanya energi baru dan energi tersebut akan tertular

ke karyawan lain. Hal inilah yang membuat faktor keteladanan begitu penting dalam

menciptakan kinerja yang efektif dan efesien.


D. Saran
Ada beberapa saran yang dapat saya berikan diantaranya :
1. Diharapkan kepada Kasubag Program agar dapat lebih meningkatkan ketegasan dan

memberikan keteladanan yang positif dalam memimpin pegawai.


2. Diharapkan hendaknya Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat sebagai

pimpinan utama melakukan pengawasan secara tegas dan bertanggung jawab.


3. Kepada seluruh pegawai diharapkan dapat menjaga semangat dan kualitas kerjanya agar

lebih baik lagi.

Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/8167689/STUDY_KASUS_Motivasi_Kerja_Pegawai_di_Din
as_Pendidikan_Provinsi_Sumatera_Barat

Winanrdi (2011). Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta : Raja


Granfindo

Anda mungkin juga menyukai