Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA

OLEH :

ADE IRAWAN
004STYJ16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS
MATARAM
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang menyebabkan
sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit kronik. Asma mempunyai awitan
pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak asma mendapat gejala pertama sebelum usia 4-5
tahun. Pada suatu waktu selama masa anak akan mendapat gejala dan tanda yang sesuai
dengan asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak yang menderita
sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit diobati, biasanya lebih bersifat
menahun daripada musiman. Yang menyebabkan ketidakberdayaan dan secara nyata
mempengaruhi hari-hari sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-hari. Sungguh
merupakan hal yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa bermain dan
beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini tentunya
membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan, pengobatan dan pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus terlebih lagi pada
anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari dalam bermain dan beraktivitas
dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang
multidisipliner. Dalam pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai
tenaga profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan
kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian, tanda dan gejala,
serta pencegahan secara mandiri maupun secara kolaboratif dengan berbagai pihak.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi asma ?
2. Apa saja etioogi asma ?
3. Bagaimana Manifestasi klinik asma ?
4. Bagaimana patofisiologi asma ?
5. Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada asma ?
6. Bagaimana Pentalaksanaan pada asma ?
1.2 TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang asma dan memahami apa yang hrus di lakukan
seorang perawat untuk menangani asma .
Tujuan khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
kompikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan asma

1.3 MANFAAT PENULISAN


Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :
1. Mengetahui tentang definisi asma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit asma.
3. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus asma yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial
dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Bailon dan Maglaya, 1978 ).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI,1988 ).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah terdiri
dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau
jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain, keluarga
berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial
(suami, istri, anak, kakak dan adik) dan mempunyai tujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis, dan sosial anggota.
2. Tipe Keluarga
a. Tradisional :
a) The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
b) The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
f) The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
g) Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar
kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h) Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
j) Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living alone / single-adult family: keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati.

b. Non-Tradisional
a) The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
c) Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
f) Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
h) Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
i) Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama
(Friedman, 1998):
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
a) Membina hubungan intim yang memuaskan
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak
pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a) Persiapan menjadi orang tua.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi.
4. Keluarga Sebagai Unit Keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 1998 ) adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah masalah dalam kelompoknya.
c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu
angota keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lain.
d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota
keluarganya yang menderita hipertensi.
e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi
anggota keluarga yang menderita sakit hipertensi.

5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Sehat- Sakit

Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga


menurut H. L Bloom yaitu :

1) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah dengan
cara menghindari adanya stres

2) Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :

- Kebiasaan merokok

- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam

- Pola diet tidak teratur

- Bila sakit tidak segera berobat

Status sosial budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus hipertensi
adalah :

- Menghindari kebiasaan merokok

- Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .

- Menjaga berat badan dan olah raga yang teratur

- Melakukan konril yang teratur

3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat hipertensi

4) Faktor keturunan

Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetik.

B. KONSEP TEORI
1. DEFINISI ASMA
Asma adalah gangguan jalan nafas reaktif kronis termasuk obstruksi jalan nafas episodik
dan obstruksi jalan nafas reversible akibat bronkospasme, peningkatan sekresi mucus, dan
edema mukosa (kapita selekta penyakit, 2002).
Asma adalah sebuah penyakit radang kronik pada saluran pernafasan dimana banyak sel-
sel dan elemennya berperan.
Asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Asma alergik (Ekstrinsik)
Merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang, debu, ketombe.
Bentuk asma ini biasanya di mulai dari kanak kanak.
b. Idiopatik atau nonalergik asma (Intrinsic)
Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik, saluran nafas atas, aktifitas,
emosi/stress dan polusi lingkungan akan mencetuskan serangan. Bentuk asma ini
biasanya di mulai ketika dewasa > 35 tahun.
c. Asma Campuran
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Di karakteristikan dengan bentuk ke dua
jenis asma alergik dan ideopatik atau nonalergik (Soemantri, 2009

2. ETIOLOGI
a. Zat allergen
Adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat menimbulkan serangan asma
misalnya debu rumah, tengau debu rumah( dermatophagoides pteronissynus), spora,
jamur, bulu kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut, dan sebagainya.
b. Infeksi saluran pernapasan ( respiratorik )
Infeksi saluaran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza merupakan
salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma. Diperkirakan, dua
pertiga penderita asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluaran
pernapasan. (sundaru 1991)
c. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat.
Sebagin penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila melakukan olaharaga atau
aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani ( exercise
induced asma -EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan
jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
d. Perubahan suhu udara (udara dingin, panas, kabut)
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
e. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik / kendaraan, asap rokok,
asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
f. Memiliki kecenderungan alergi obat-obatan
Beberapa klien denga asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penisilin,
salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.
g. Riwayat keluarga (factor genetic) Orang tua menderita asma
h. Lingkungan pekerajan
Lingkungan kerja merupakan factor pencetus yang menyumbang 2- 15% klien dengan
asma.( sundaru,1991 ). Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan Asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
i. Emosi dan stress
j. Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan Asma yang sudah ada. Disamping gejala Asma yang timbul harus
segera diobati penderita Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi
maka gejala belum bisa diobati.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Serangan tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas
b. Wheezing
c. Ekspirasi lebih panjang
d. Kontraksi otot-otot bantu pernapasan
e. Hypoksemia dan sianosis
f. Keletihan

4. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asma timbul karena seseorang yang atopi terpapar dengan
allergen yang ada di lingkungan dan membentuk immunoglobulin (Ig) E, allergen yang
masuk akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting sel (APC),
allergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B
dengan dilepaskannya interlukin 2 (IL-2) untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil
yang ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang, maka orang itu sudah
disensitisasi atau baru menjadi rentan. Jika terpapar 2 kali atau lebih dengan allergen
yang sama allergen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada dalam permukaan
mastosit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan
perubahan di dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel, dan melepaskan mediator-
mediator kimia yang meliputi histamine, slow releasing suptance of anaphylaksis (SRS-
A), eosinofilik chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A), dan lain-lain. Mediator
tersebut menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu: kontraksi otot-otot polos baik
saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme,
peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang
menambah semakin menyempitnya saluran nafas. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa
dan peningkatan produksi mucus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi,
distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi
gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada
tahap yang sangat lanjut.

5. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila
terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang
lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.
b. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma udara, juga dikenal sebagai emfisema
mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum. Pertama
dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik
atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke
dalam rongga dada .

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Analisa Gas Darah ( AGD / astrup ).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karna terdapt hipoksia, hiperkapnea, dan
asidosis respiratorik.
b. Sputum
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian diikuti
kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
c. Sel eosinophil
Sel eosinofil pada klien dengan status asma dapat mencapai 1000 1500 / mm3 .
sedangkan hitung eosinofil normal antara 100 200/mm3 .Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukan pengobatan telah tepat.
d. Pemerikasaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/ mm3 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
e. Pengukuran fungsi paru ( Spirometri )
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum menurun, tapi bila
serangan asma makin berat FVC akan turun karena sebagian udara yang harus
dikeluarkan terjebak dalam paru-paru.
7. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pola pemeliharaan kesehatan
Gejala Asma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga
pasien dengan Asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang
memungkinkan tidak terjadi serangan Asma
2. Pola nutrisi dan metabolic
Perlu dikaji tentang status nutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalam memenuhi kebutuhnnya. Serta pada pasien sesak, potensial sekali
terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dispnea
saat makan, laju metabolism serta ansietas yang dialami pasien.
3. Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk, konsistensi,
frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.
4. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien, seperti olahraga, bekerja, dan
aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya Asma.
5. Pola istirahat dan tidur
Perlu dikaji tentang bagaiman tidur dan istirahat pasien meliputi berapa lama pasien
tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami pasien. Adanya
wheezing dan sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat pasien.
6. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri pasien dan
akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami pasien sehingga kemungkinan
terjadi serangan Asma yang berulang pun akan semakin tinggi.
7. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala Asma sangat membatasi pasien untuk menjalankan kehidupannya secara
normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya berhubungan dengan orang lain.
8. Pola reproduksi dan seksual
Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan pasien. Masalah ini akan menjadi
stresor yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan Asma.
9. Pola persepsi diri dan konsep diri
Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat
menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah
juga akan menjadi stresor dalam kehidupan pasien.
10. Pola mekanisme dan koping
Stres dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan Asma
maka prlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap
kehidupan pasien serta cara penanggulangan terhadap stresor.
11. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini di dunia dipercayai dapat
meningkatkan kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadap Tuhan Yang Maha
Esa serta pendekatan diri pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang
konstruktif (Perry, 2005 & Asmadi 2008).
12. Pemeriksaan penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
utama atau imunitas Cemas berhubungan dengan kurangnya tingkat pengetahuan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
Tujuan : jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil : jalan napas bersih, sesak berkurang, batuk efektif, mengeluarkan
secret

Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda vital dan auskultasi bunyi napas
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
napas
b. Berikan pasien untuk posisi yang nyaman.
Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
c. Pertahankan lingkungan yang nyaman
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
d. Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi air hangat.
Rasional : Membantu mempermudah pengeluaran sekret
e. Dorong atau bantu latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasional : Memberikancara untuk mengatasi dan mengontrol
dispnea,mengeluarkan sekret.
f. Dorong atau berikan perawatan mulut
Rasional : higiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah
bau mulut
g. Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer
Rasional : menurunkan kekentalan sekret dan mengeluarkan sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan : pola napas kembali efektif
Kriteria hasil : Pola napas efektif, bunyi napas normal kembali, batuk berkurang
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal napas
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan napas
c. Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi
Rasional : memudahkan dalam ekspansi paru dan pernapasan
d. Kolaborasi pemberian oksigen
e. Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas

D. CATATA PERKEMBANGAN

Nama : Hari/Tanggal :

Jam :
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan
banyak sel dan Elemenya.Inflamasi kronik menyebabkan peningatan
hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala epidosik berulang berupa
sesak nafas,dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini
hari.Epidosik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
luas,bervariasi dan seringk Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan
mengi.
Pada beberapa keadaan, batuk merupakan satu - satunya gejala.
Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari Serangan asma biasanya
bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai dengan
pernapasan lambat, mengi, laborius. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien selalu lebih susah dan panjang
dibanding inspirasi, yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan
menggunakan setiap otot - otot aksesories pernapasan. Jalan napas yang
tersumbat menyebabkan dispnea. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi
segera menjadi lebih kuat. Sputum, yang terdiri atas sedikit mukus
mengandungmasa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah.
Tanda selanjutnya termasuk sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat dan
gejala gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia dan
tekanan nadi.

2. SARAN
a. Dengan mengetahui gejala-gejala awal sirosis hepatis kita dapat mengantisipasi dari awal jka
terjadi tanda-tanda gangguan system pencernaan pada pasien ataupun orang terdekat kita.
b. Dengan mengetahui penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat mencegah lebih awal
sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1023/MENKES/SK/XI/2008. Pedoman pengendalian penyakit asma. Jakarta : Depkes RI.

Wilson, B.D.J (2008). Respiratory nursing (a core curriculum). New York: Springer
Publishing Company.

John, Esther c & Elliott Daly D. (2006). Patofisiologi (aplikasi pada praktek
keperawatan). Jakarta: ECG.

Mangunegoro, H. dkk. (2004). Asma pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Williams, Lippincott & Wilkins. (2002). Kapita selekta penyakit dengan implikasi
keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.

http://duniakeperawatan92.blogspot.com/2014/02/asma.html

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitiistian-6715-2-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai