Anda di halaman 1dari 15

PERAWATAN KULIT PADA BAYI DAN ANAK

Andi Fitri, Rohana Sari Suaib

I. PENDAHULUAN
Sebagai suatu organ, kulit mempunyai beberapa fungsi penting untuk
kelangsungan hidup dan dapat dijadikan indikator kesehatan secara menyeluruh.
Kelainan kulit pada bayi akan dapat menyebabkan beban psikologis bagi orangtua
dan sangat penting bagi dokter untuk mampu membedakan kelainan kulit yang
mencemaskan dengan kelainan kulit biasa pada BBL.1
Perawatan kulit bayi baru lahir harus ditanggapi dengan serius. Sebagai
organ terbesar dalam tubuh, proses pembentukan kulit secara kompleks dimulai
sekitar seminggu setelah pembuahan, dan terus berkembang selama kehamilan
dan kelahiran berikutnya. Bayi premature memiliki kulit imatur dan berada pada
risiko mordibitas karena perkembangan kulit berkurang dan belum sempurna
integritas stratum korneum dan barier pelindung kulit.2
Perawatan kulit bayi baru lahir, bayi dan anak-anak harus diusahakan agar
integritas kulit mereka terjaga, mencegah toksisitas dan menghindari kulit dari
paparan bahan kimia yang berbahaya. Fungsi barier kulit yang efektif sangat
penting bagi bayi yang baru lahir. Pengoptimalan perawatan kulit sangat penting
dan dapat meminimalkan mordibitas dan mortalitas yang terkait dengan masalah
pada masa neonatus. Selain itu perlu diingat aspek khusus dari kulit bayi dan
anak-anak untuk mencegah dan menghindari risiko yang terkait dengan produk
oles pada kelompok usia ini.3
II. ANATOMI KULIT SECARA HISTOPATOLOGIK
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu : 4
1. Lapisan epidermis : terdiri atas stratum korneum , stratum lusidium ,
stratum granulosum , stratum spinosum , stratum basalis
a. Stratum korneum : atau disebut lapisan tanduk yaitu suatu lapisan kulit
yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati,
tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
b. Startum lusidium : terdapat langsung dibawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang

1
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak
lebih jelas di telapak tangan dan kaki.
c. Stratum granulosum : atau disebut lapisan keratohialin merupakan 2
atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti diantaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin.
Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum
juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum spinosum : atau disebut stratum Malphigi atau prickle cell
layer yang terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal
yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti
terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin
gepeng bentuknya. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat
jembatan-jembatan antar sel ( interceluller bridge ) yang terdiri atas
protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antara jembatan-
jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus
Bizzozero. Diantara sel-sel spinosum terdapat pula sel Langerhans.
Sel- sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.
e. Stratum basalis : terdiri atas sel-sel berbentuk kubus( kolumnar) yang
tersusun vertical pada perbatasan dermo-epidermal bebrbaris seperti
pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang
palinng bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi
reproduktif. Lapisan ini terdiri dari atas dua jenis sel yaitu :
Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik
inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh
jembatan antar sel.
Sel pembentuk melanin ( melanosit ) atau clear cell merupakan
sel-sel yang berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan
inti gelap dan mengandung butir-butir pigmen ( melanosomes).
2. Lapisan dermis : adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa
padat dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar
dibagi dua bagian yaitu :

2
a. Pars papilare : yaitu bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare : yaitu bagian dibawahnya yang menonjol kea rah
subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar ( matriks ) lapisan ini
terdiri dari cairan kental asam hailuronat dan kondroitin sulfat,
dibagian ini terdapat pula fibroblast. Serabut kolagen dibentuk oleh
fibroblas, membentuk ikatan bundle yang mengandung hidroksiplorin
dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat lentur dengan bertambah
umur menjadi kurang larut sehingga makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, membentuk
amorf dan mudah mengembang dan lebih elastis.
3. Lapisan subkutan : adalah kelanjutan dermis terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel-sel lemak merupakan sel
bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang
bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan
yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut
panikulus adiposa , berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Tebal
tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di
abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan
penis sangat sedikit. Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak
dibagian atas dibagian atas dermis ( pleksus superficial ) dan yang terletak
di subkutis ( pleksus profunda ). Pleksus yang didermis bagian atas
mengadakan anastomosis dibagian ini pembuluh darah berukuran lebih
besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah
bening.
Adneksa Kulit
1. Kelenjar keringat ( glandula sudorifera )
Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-
kecil terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar
apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih
kental. Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu

3
kehamilan dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran
kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung dipermukaan
kulit. Terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak ditelapak
tangan dan kaki dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa
factor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik , factor panas, dan stress
emosional. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik,
terdapat di aksila, aerola mame, pubis, labia minora dan saluran telinga
luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir masih
kecil, tetapi pada pubertas mulai membesar dan mengeluarkan sekret.
Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat dan glukosa, biasanya
pH sekitar 4-6,8.
2. Kelenjar sebasea : terletak diseluruh permukaan kulit kecuali telapak
tangan dan kaki. Kelenjar inin disebut kelenjar holokrin karena tidak
berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekompensisi sel-sel
kelenjar. Kelenjar sebasea biasanya terdapat di samping akar rambut
dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut ( folikel rambut ).
Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester
dan kolestrol. Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen. Pada anak-
anak jumlahnya sedikit dan pada pubertas menjadi lebig besar dan
banyak serta mulai berfungsi secara aktif.
3. Kuku : adalah bagian terminal stratum korneum yang menebal. Bagian
kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku, bagian yang
terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari tersebut badan
kuku. Dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas.
4. Rambut terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit ( akar rambut ).
Ada 2 macam tip rambut yaitu lanugo yang merupakan rambut halus,
tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut terminal
yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai
medulla dan terdapat pada orang dewasa.
III. PERKEMBANGAN KULIT DAN FISIOLOGI KULIT NEONATUS
Epidermis terbentuk di minggu ketiga masa janin dan mulanya terdiri atas
dua lapisan , peridermis di sebelah luar dan lapisan basal di dalam. Peridermis
dilengkapi dengan mikrovili absorptif dan substansi yang ditransfer secara aktif
antara cairan amnion dan jaringan janin. Lapisan itu biasanya terlepas jauh

4
sebelum anterm, namun kadang-kadang lapisan itu menetap sebagai selubung
bertanduk sehingga dinamakan collodion baby. Lapisan basal atau
germinativum membentuk lapisan epidermis yang terdiri atas lapisan-lapisan yang
berbeda dan terjadi deferensiasi sempurna secara luas ketika stratum korneum
mengalami keratinisasi pada bulan keenam masa janin. Janin yang sangat
premature memiliki epidermis tipis, kurang berkeratinisasi dan oleh sebab itu
rentan terhadap kehilangan banyak air dari kulit. Kelenjar sebasea aktif sejak
pertengahan kehamilan dan sekresinya beserta residu peridermis membentuk
vernix caseosa. Vernix caseosa menghasilkan lapisan abu-abu pada kulit neonatus
dan mungkin memiliki perlengkapan bakterisida. Bayi anterm mampu berkeringat
2-5 hari setelah lahir, tapi mungkin pada premature terjadi keterlambatan 2 3
minggu.5
Selain itu, lapisan superficial epidermis yaitu stratum korneum dengan sel
tanduknya yang bertindak sebagai barier terhadap lewatnya substansi dari dalam
maupun luar kulit. Dermis dengan kandungan kolagen tinggi, menyebabkan kulit
elastik dan fleksibel. Banyaknya pembuluh darah dan kelenjar keringat penting
untuk mengontrol temperature tubuh.5
Pada saat lahir, selaput tebal dengan bahan seperti keju,verniks c aseosa,
yang terdiri dari sel epidermis yang terkelupas dan bahan sebasea menutupi
permukaan kulit dan mempermudah kelahiran melalui saluran lahir. Pada bayi
cukup bulan, stratum korneum lebih tebal , dermis lebih tipis , dan kelenjar
keringat (ekrin) kurang begitu aktif daripada orang dewasa. Deskuamasi stratum
korneum yang tebal terjadi dengan cepat dalam beberapa hari pertama, sedangkan
normalisasi ketebalan dermis dan fungsi ekrin serta pengecilan kelenjar sebasea
merupakan proses yang lebih bertahap. Fungsi pelindung pada bayi cukup bulan
sebanding atau melebihi kulit dewasa. Pembentukan stratum korneum dimulai
pada minggu ke-20 kehidupan janin disekitar folikel rambut dan berlanjut ke arah
sefalokaudal. Bayi premature dengan umur kehamilan kurang dari 33 minggu
mempunyai epidermis dan stratum korneum yang lebih tipis, dan mempunyai
kulit yang lebih permeable, sebagaimana diukur melalui kehilangan air transkutan
dan peningkatan absorpsi bahan-bahan yang dioleskan secara topical. Sementara
defek ini sebanding dengan derajat prematuritas, fungsi pelindung menjadi normal
dalam 2-3 minggu sesudah lahir pada bayi yang paling premature sekalipun.

5
Fungsi pelimdung tidak terganggu pada bayi yang kecil menurut kehamilan. Kulit
neonatus agaknya lebih mudah melepuh daripada kulit dewasa, mungkin
disebabkan imaturasi kolagen dermis atau karena jumlah unsur zona membrane
basal secara imunologis terdapat mulai umur kehamilan 18-19 minggu. Bayi
premature tidak berkeringat sedangkan kebanyakan bayi cukup bulan akan
berkeringat setidaknya pada daerah kepala pada stress termal yang cukup.6
Kulit memiliki banyak fungsi penting bagi kelangsungan hidup manusia
seperti modulasi kehilangan air trans epidermal, perlindungan dari dehidrasi,dan
masuknya air yang berlebihan serta pemeliharaan elektrolit homeostasis,
termoregulasi, sebagai sensasi sentuhan, pertahanan antimikroba, perlindungan
dari agen lingkungan luar, trauma dan radiasi UV.7
Kulit terdiri dari epidermis, demis, dan lapisan subkutan. Epidermis terdiri
dari tidak hanya keratinosit tapi juga melanosit. Sementara dermis mengandung
kolagen, serat elastic, pembuluh darah, struktur sensorik, dan fibroblast, Lapisan
subkutan dibentuk terutama oleh lipocytes. Kulit adalah organ dinamis yang
mengalami perubahan terus menerus sepanjang hidup. Sebagian besar bayi
premature kurang mempunyai vernix caseosa. Dimana vernix caseosa berfungsi
untuk mempertahankan hidrasi kulit saat lahir dan berpotensi menfasilitasi
pembentukan mantel asam, penurunan pH kulit yang terjadi dalam beberapa
minggu setelah lahir.7
Sebuah bukti menunjukkan bahwa stratum korneum mulai berkembang
di kehamilan sekitar 24 minggu dengan fungsi barier semakin jelas antara 32-34
minggu. Pematangan sempurna stratum korneum mungkin terjadi pada saat 8-10
minggu tergantung usia kehamilan saat lahir. Gangguan pada pengembangan
stratum korneum dan fungsi barier terkait terhadap beberapa kemungkinan risiko
untuk infeksi nosokomial.2
Saat lahir kulit bayi yang baru lahir hampir mempunyai kolonisasi steril
dan selanjutnya dari kulit sangat penting untuk membantu melindungi terhadap
bakteri yang berpotensi berbahaya. GarciaGonzalez dan Rivera-Rueda
menyatakan bahwa kolonisasi terjadi dalam 2-7 hari,tapi mungkin berbeda
tergantung pada paparan. Formasi normal stratum korneum adalah tergantung
pada lingkungan yang asam. Kulit mempunyai kadar basa saat lahir dengan pH>

6
6, tetapi dalam waktu kurang lebih empat hari dimana 'Mantel asam' telah
berkembang menghasilkan pH kulit <5,0.2
Meskipun kulit bayi baru lahir yang sehat memiliki komponen struktural
yang mirip dengan orang dewasa. Namun terdapat beberapa perbedaan struktrual
seperti jumlah lapisan sel ( sekitar 15-20) dan ketebalan stratum korneum (sekitar
15mm) yang sebanding dengan kedua kelompok usia. Kohesi dan adhesi kulit
bayi baru lahir belum sepenuhnya berkembang, dengan demikian hubungan trans
epidermal junction lebih lemah daripada kulit orang dewasa. Produksi melanin
masih kurang dan pH permukaan kulit bayi lebih tinggi daripada kulit dewasa.7

IV. PERAWATAN KULIT PADA BAYI DAN ANAK


Perawatan khusus untuk kulit bayi sangat penting karena perbedaan
komposisi antara bayi dan dewasa dimana stratum korneum 30% lebih tipis dan
epidermis 20% lebih tipis pada bayi. Hal ini cenderung dapat meningkatkan
permeabilitas dan kekeringan pada kulit. Semua agen topikal yang digunakan
pada kulit bayi dapat memiliki efek yang lebih khusus sebagai perbandingan dari
permukaan tubuh bayi dengan berat badan lebih tinggi bila dibandingan dengan
orang dewasa. Kulit bayi rentan terhadap peningkatan kehilangan air trans-
epidermal ( TEWL) dan mengurangi hidrasi startum korneum sehingga
menghasilkan indikator kurang efektifnya fungsi sawar kulit. Hal ini disebabkan
bayi memiliki lipid yang kurang, melanin, dan factor pelembab alami
dibandingkan dengan kulit dewasa. Bayi juga memiliki peninggian pH pada
permukaan kulit (keasaman rendah) yang menghasilkan peningkatan aktivitas
protease. Dimana protease ini memecah korneodesmosomes yaitu elemen ikat
yang mendukung startum korneum. Barier kulit bayi berkembang dengan cukup
pada saat lahir untuk menahan lingkungan diluar uteri, tapi barier terus berada
dalam keadaan transisi di awal-awal tahun kelahiran.8
Fisiologi pH kulit pada bayi berkisar antara 4-6. Keasaman permukaan
kulit sangat penting untuk fungsi fisiologis kulit. Penurunan keasaman stratum
korneum bias berdampak negative pada fungsi fisiologis kulit seperti
permeablitias barier , kinerja dari stratum korneum, kapasitas antimikroba. Produk
perawatan kulit untuk dewasa (produk yang dioles maupun yang dibilas) harus
diformulasikan dengan pH sampai 4 yang bisa menormalisasikan keterkaitan

7
antara umur dengan peningkatan pH kulit. Dengan demikian dapat membantu
meningkatkan fisiologi kulit dan kesehatan kulit.9
pH asam pada permukaan kulit yang terlihat pada orang dewasa dan
remaja (pH <5) memiliki efek perlindungan terhadap mikroorganisme. Pada bayi
baru lahir memiliki pH permukaan kulit cenderung netral, yang secara signifikan
mengurangi perlindungan terhadap pertumbuhan mikroba yang berlebihan. Hal ini
juga dapat meningkat kehilangan air transepidermal, dan sinyal perubahan fungsi
barier epidermis.3
lipid epidermal mempunyai peran penting dalam mempertahankan
fungsi sawar kulit dan integritas kulit. Namun, kadar lemak kulit bayi lebih rendah
karena rendahnya aktivitas kelenjar sebaceous. Di sisi lain, kulit bayi memiliki air
yang tinggi . Dalam ilmu keperawatan, hydrolipid secara bertahap digantikan oleh
lipid epidermal nonglandular, sehingga kurang efektif dalam melindungi kulit.
Selain itu, pelindung barier lipid mungkin tidak direproduksi dengan cara buatan,
sehingga perawatan maksimum diperlukan bukan untuk menghancurkan barier
ini. Kerusakan terjadi terutama dengan penggunaan produk bahan kimia yang
tidak pantas.3
Dermis dari bayi baru lahir memiliki kolagen kurang matur daripada
orang dewasa karena mengandung konsentrasi tinggi dari proteoglikan, Hal itu
membuat kadar air yang lebih tinggi. Perbedaan lainnya antara kulit pada bayi
baru lahir, dan anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa adalah ketebalan
stratum korneum lebih tipis, peningkatan jumlah rambut vellus folikel, kapasitas
buffer yang lebih rendah dan lebih tinggi perbandingan volume permukaan / body.
Semakin muda anak, maka akan terlihat lebih jelas karakteristik tersebut, sehingga
pada bayi prematur lebih besar terjadi kerentanan terhadap agen eksternal yang
berpotensi membahayakan bayi, peningkatan kehilangan cairan transepidermal,
kurangnya kemampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan peningkatan
penyerapan perkutaneus yang mengarah ke toksisitas sistemik yang lebih besar.
Oleh karena itu sangat sensitif terhadap kelenjar sekresi yang berlebihan (keringat
dan sebum), debu rumah tungau, bakteri hadir dalam lingkungan eksternal,
kotoran terkumpul di daerah popok (feses dan urine), oklusi oleh bahan popok,
dan cuaca ekstrim.3

8
Segera setelah melahirkan, bayi baru lahir secara sederhana dapat di lap
atau di cuci dengan air. Vernix caseosa yang berlebihan dapat di lap tapi secara
umum sebaiknya dibiarkan pada kulit. Bahkan jika vernix caseosa tetap bertahan,
maka sarung tangan bebas latex harus terus dipakai saat menangani bayi. Mandi
pertama harus ditunda sampai setelah tanda-tanda vital telah stabil. Mandi rutin
dapat dimulai sebelum tali pusat telah jatuh , tapi lebih baik ditunggu sampai
jatuh. Tali pusat secara teratur dibersihkan dengan Chlorhexidine 4% dalam 10
hari pertama kehidupan sampai tali pusat jatuh dan telah terbukti mengurangi
risiko infeksi dan risiko kematian neonatal di Negara Nepal dan biasanya
mungkin bermanfaat didaerah dimana pusat infeksi. Bila dibandingkan dengan
dengan kain atau spon cuci, mandi telah terbukti memiliki beberapa keunggulan.
Dimana bayi umumnya lebih tenang saat mandi dibandingkan dengan dibersihkan
dengan kain. Mandi juga berhubungan dengan mengurangi kehilangan panas
daripada dibersihkan dengan kain. Mandi dimalam hari dapat membantu untuk
menenangkan bayi dan meningkatkan kualitas tidur. Membersihkan dengan kain
selama 4 minggu pertama kehidupan telah terbukti dengan peningkatan
kehilangan air trans-epidermal dan mengurangi hidrasi stratum korneum
dibandingkan dengan mandi. Pembersih sebaiknya dihindari dan pemandian
dengan air hangat adalah yang terbaik di minggu pertama kehidupan. 7
Rekomendasi menurut WHO bahwa mandi pertama diberikan 6 jam setelah
kelahiran karena ada risiko hipotermia sesaat dan setelah mandi. Namun menurut
Behring bahwa tidak ada perbedaan signifikan suhu antara anak yang dimandikan
1 jam setelah kelahiran dengan anak yang dimandikan 4 sampai 6 jam setelah
kelahiran.10
Frekuensi mandi menurut Konsensus umum dalam literatur adalah
bahwa sering (misalnya setiap hari) mandi harus dikurangi karena akan berpotensi
untuk mempengaruhi pematangan mantel asam dan menyebabkan iritasi dan
pengeringan kulit. Franck et al Menyarankan bahwa bayi prematur yang stabil
dapat dimandikan setiap empat hari tanpa meningkatkan risiko infeksi, dan bukti
tambahan menunjukkan bahwa bayi sebaiknya tidak dimandikan setiap hari, tapi
2-3 kali seminggu jika perlu, untuk mengurangi potensi iritasi kulit, penyerapan
bahan kimia dan perubahan pH.2

9
Penggunaan produk mandi sintetis umum digunakan untuk perawatan
kulit neonatal berisi bahan kimia yang dapat mempengaruhi pH kulit dan menjadi
potensi iritasi untuk kulit. Tupker et al menunjukkan bahwa penggunaan sabun
tidak perlu karena dapat berpotensi menyebabkan pengeringan kulit. Pandangan
ini didukung oleh NICE yang menyarankan agar penggunaan produk pembersihan
termasuk tisu bayi untuk bayi selama bulan pertama kehidupan tidak perlu
digunakan. Demikian pula, Asosiasi Perempuan Kesehatan, Obstetri dan Neonatal
Keperawatan dan National Association of Neonatal Perawat menyarankan bahwa
hanya boleh menggunakan air untuk bayi mandi <32 minggu kehamilan Cetta et
al dan Tupker et al setuju bahwa tingkat iritasi kulit tergantung pada panjanan
kontak dengan produk mandi dan frekuensi mandi. Mengingat semua informasi
yang tersedia berkaitan dengan mandi, konsensus dalam Trent Utara Neonatal
Network bahwa fisiologis bayi yang stabil dimandikan 2-3 kali seminggu di air
biasa saja. Produk Mandi tidak lagi tersedia di sebagian besar unit, dan
Penggunaannya tidak dipromosikan.2
Sabun mengandung campuran ester asam lemak. Sabun tradisional
mempunyai deterjen yang bagus, emulsi dan produksi busa yang cukup tetapi bisa
membuat iritasi dan alkalin pH nya dapat menghancurkan bagian superficial dari
lapisan lemak dari kulit bayi dan menyebabkan kulit menjadi kering sehingga
harus dihindari. Sabun Gliserin dimana kandungan gliserin bisa berpotensi
humektan, dapat berpotensi untuk menjadi kering dan iritasi. Syndets (deterjen
sintetik) atau istilah sabun tanpa sabun tidak mempunyai kekurangan yang ada
pada sabun sehingga bisa menjadi pilihan yang bagus karena mengandung
surfaktan dengan efek deterjen yang bagus dan mempunyai pH asam yang sedikit
atau bisa meminimalkan iritasi. Meskipun bagus, namun tidak perlu digunakan
secara berlebihan. Agen pembersih yang ideal harus cair, ringan, bebas pewangi,
dengan pH netral atau sedikit asam, tidak menyebabkan iritasi pada kulit atau
mata bayi atau mengubah pelindung mantel asam dari permukaan kulit Sebuah
efek perlindungan tambahan untuk kulit
bayi dan anak dapat dicapai dengan menggunakan cairan
agen pembersih yang mengandung emolien. Meskipun ini adalah rekomendasi
rutin, namun studi tentang penggunaan bahan pembersih yang masih terbatas.

10
Mengenai shampoo, ada formula standar untuk pediatrik, yaitu amfoter, agen
nonionik. Apabila bayi mempunyai rambut pendek, tipis dan rapuh, tidak perlu
untuk menggunakan shampoo. Hal- hal yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan shampoo bayi adalah harus lembut, hanya sedikit deterjen, pH rendah
dan mengurangi risiko iritasi mata atau kulit. Perlu dicatat bahwa bahan
mengandung sabun, dan terus kontak dengan kulit dapat merusak barier, dan
menyebabkan dermatitis kontak. Sabun antiseptik dan lotion juga harus
dihindari.10
Beberapa kandungan alami didalam bahan herbal yang tidak mempunyai
efek samping terhadap kulit bayi dan balita selain memberikan dan memperkaya
nutrisi dan mineral yang berguna untuk kulit seperti Bala Oil, Almond Oil,
Coconut Oil, Sunflower Oil, Turmeric, Aloe, Greentea, Neem.10
Banyak produk yang dirancang untuk digunakan oleh anak-anak
memiliki zat yang berpotensi beracun dan berbahaya bagi kulit bayi yang baru
lahir. Bahkan label yang mengandung frase seperti "diuji secara dermatologis "
atau "pH seimbang" atau "bahan organik yang alami" tidak menjamin keselamatan
bahan.3
Meskipun kulit bayi baru lahir, masih imatur. Namun substansi alcohol
ini dapat menyebabkan perdarahan nekrosis pada bayi prematur bila digunakan
sebagai antiseptik pada kulit. Selain itu, alkohol yang ada dalam larutan
pembersih dapat menyebabkan luka bakar pada kulit, terutama di bayi baru lahir
dengan berat lahir rendah, sehingga hal ini harus dihindari.3
Di laporkan bahwa clorexedine murni 0,5% efektif sebagai agen
antiseptik topikal dan dianggap menjadi alternatif yang lebih aman jika tidak
menggunakan alkohol untuk digunakan pada bayi baru lahir.3
Penggunaan solusion yodium dalam kulit neonatus dapat menghasilkan
penutupan lapisan yang signifikan dan menyebabkan hipotiroidisme serius.
Sehingga paparan bayi yang baru lahir terhadap solusion ini harus dihindari sebisa
mungkin. Jika paparan terjadi, maka kadar hormon tiroid harus diukur terutama
pada bayi prematur yang permeabilitas kulitnya lebih tinggi dan tiroidnya masih
imatur.3

11
Tetracaine gel, anestesi topikal lain tidak menyebabkan
methemoglobinemia, tetapi dapat menyebabkan dermatitis pada bayi prematur.
Propylene glycol bahan yang banyak dalam emolien, dapat menyebabkan rasa
terbakar dan iritasi kulit, terutama jika digunakan pada konsentrasi yang lebih
besar dari 5%. Selain itu, bahan lainnya juga harus dihindari di bayi yang baru
lahir, bayi dan anak-anak, seperti:
Sodium lauryl sulfate (SLS): adalah bahan iritan yang ampuh untuk
merusak barier lipid, menyebabkan peradangan dan kerusakan lapisan
kulit ketika dikombinasikan dengan produk lain seperti triclosan, ia
cenderung untuk mematuhi kulit selama berjam-jam atau hari.
Sodium laureth sulfate (SLES) dan amonium laureth sulfate: adalah agen
yang dapat menghasilkan busa dalam produk seperti pasta gigi, shower
gel, mandi busa. Sebagai bahan iritan yang dapat merusak protein dan
menyebabkan ulkus oral.
Methylisothiazolinone: Ditemukan di shampoo dan kondisioner, telah
dikaitkan dengan cacat neurologis.
Parabens (metil paraben, propil paraben, etil paraben dan butylparaben):
ditemukan dalam shampoo dan lotion untuk bayi sebagai pembersih.
Ternyata dapat menyebabkan dermatitis kontak dan ruam kulit.
Dalam kebersihan bayi dan anak-anak, produk yang mengandung parfum
dan pewarna juga harus hati-hati dihindari (karena risiko kontak
dermatitis), serta aditif karena meniru aroma dan warna buah dan permen.3

Emollient adalah emulsi yang mengandung lipid dimana dapat


melembutkan kulit dan mengembalikan elastisitas dan homeostasis , pencegahan
kehilangan air transepidermal. Emulsi ini mengisi ruang kosong antara
corneocytes yang mengfasilitasi pertumbuhan secara teratur terhadap startum
korneum. Oleh karena itu, humektan (menarik air ke kulit) dan Oklusi (mencegah
air daei penguapan). Emollient lubrikat dan pelembab pada kulit dapat melindungi
dari kinerja dari stratum korneum dan barrier kulit serta merawat kulit kering.3
Anatomi dan fisiologi kulit bayi berbeda secara signifikan dari kulit orang
dewasa hanya pada saat minggu pertama setelah kelahiran. Pada dasarmya, kulit

12
dari anak kecil bisa dinilai sama dasarnya dengan orang dewasa. Oleh karena itu,
saat ini tidak ada hasil konsensus atau difinisi ilmiah atau pemisahan kelompok
umur pada bayi dan anak-anak untuk penilaian produk kosmetik yang aman.11
Disarankan bahwa produk perawatan kulit harus menunjukkan pH < 5,5
untuk tidak menganggu pH fisiologis dari kulit. Namun menurut literature, ada
hubungan peningkatan pH kulit dengan bertambahnya usia yang menyebabkan
fungsi stratum korneum terganggu dan mengurangi kapasitas buffer. Oleh karena
itu, produk perawatan kulit usia dewasa harus diformulasikan sehingga
menormalkan ketergantungan umur dari peningkatan pH kulit untuk memperbaiki
stratum korneum yang terganggu.9
Setiap produk harus tetap dalam kondisi baik, beberapa pertimbangan
tertentu yang harus dibuat untuk jenis suatu bahan karena beberapa dari bahan
tersebut dapat menimbulkan risiko atau membahayakan bayi baru lahir. Selain itu,
jenis bahan tertentu harus digunakan hanya dalam situasi yang tepat.
Bedak : memiliki fungsi sebagai penyerap, pelindung, dan mengeringkan
dan meminimalkan gesekan. Yang paling sering digunakan adalah bedak
(magnesium silikat), seng dan titanium oksida, kaolin dan pati.
Penggunaan bedak tidak dianjurkan pada bayi, terutama bedak dan bedak
tepung, karena meningkatkan risiko gangguan inhalasi yang dapat
menyebabkan iritasi seperti pneumonitis dengan pembentukan granuloma
dan fibrosis paru.
Lemak atau lipofilik eksipien: memiliki sifat oklusif dan dapat menjadi
cair atau minyak (manis minyak almond, parafin cair), semipadat (lanolin,
petroleum jelly) atau padat (parafin padat dan lilin) .Bahan ini tidak boleh
digunakan bila adanya inflamasi atau penyakit kulit atau lipatan kulit
eksudatif karena adanya bedak oklusif.
Suspensi: terdiri dari kombinasi cairan dan bedak. Diindikasikan untuk
pengobatan eksudatif dan penyakit kulit intertriginous.
Emulsi: adalah kombinasi dari dua komponen non-larut - air dan minyak.
Menurut ke fase terdispersi, ada dua jenis sistem: air dalam minyak (W /
O) atau minyak-dalam-air (O / A) emulsi, dimana agen ini menyatu, dan
menjadi komposisi yang dapat mengiritasi kulit bayi yang baru lahir. Jika

13
fase air lebih dari 45%, O / emulsi W diperoleh (seperti sebagai krim dan
lotion), akan lebih cair. Jika memang kurang dari 45%, fase lanjutan
menjadi berminyak dan memiliki w / o emulsi (seperti krim atau salep),
yang greasier dan lebih oklusif. Ketika ada kebutuhan untuk penggunaan
terapi O / W emulsi pada bayi dan anak-anak, emulsi ini harus digunakan
dalam dermatitis akut dan eksudatif dalam lipatan, di mana oklusi yang
disebabkan oleh greasier maka emulsi tidak dianjurkan. Di emulsi sisi W /
O lainnya, didominasi oklusifkekuasaan, harus digunakan pada bayi dan
anak-anak ketika pengobatan diperlukan, seperti dalam kasus-kasus kulit
kering,xerosis dan eksim kronis, karena memungkinkan penyerapan lebih
baik pada produk aktif.3
Adapun 10 Rekomendasi utama dalam perawatan bayi adalah sebagai
berikut :
1. Membiarkan vernix caseosa diserap kedalam kulit , jangan digosok.
2. Hanya memandikan bayi premature atau bayi yang sakit saat fungsi
fisiologisnya stabil.
3. Jika dibutuhkan, mandikan bayi dengan baik ketika temperaturenya
dalam rentan yangmwe wajar sekitar 2-4 jam setelah dipindahkan, tapi
sebaiknya tundalah mandi pertama bayi sampai hari kedua atau ketiga
untuk membantu maturasi (kematangan) kulit.
4. Pastikan suhu air mandi berkisar 37oC . gunakan thermometer air
mandi.
5. Hindari bayi dari produk pembersih mandi bayi ataupun pembersih
lain sampai bayi setidaknya berusia 1 bulan dan menggunakan air
biasa membersihkan kulit bayi
6. Mandikan bayi 2-3 kali seminggu
7. Gunakan kualitas popok yang bagus untuk bayi. Gantilah popok kotor
secara berkala dan bersihkan daerah popok dengan air biasa tanpa
pewangi atau tissue bayi tanpa alcohol
8. Cek area popok sesering mungkin dan gunakan ointment atau lotion
pada popok untuk melidunginya dan tidak mengandung antiseptik
ataupun pewangi.
9. Hindari penggunaan ointment atau lotion untuk meningkatkan
penampilan kulit.

14
10. Pastikan tali pusat tetap bersih dan kering. Biarkan terkena udara
sesering mungkin.2

V. PENUTUP
Pengoptimalan perawatn kulit sangat penting dan dapat meminimalkan
mordibitas dan mortalitas yang terkait dengan masalah pada masa neonatus.
Selain itu perlu diingat aspek khusus dari kulit bayi dan anak-anak untuk
mencegah dan menghindari risiko karena tidak tepatnya perawatan kulit bayi baru
lahir, bayi dan anak seperti kebersihan, mandi, penggunaan produk pembersih,
produk oles, dan toxic perkutaneus.3

15

Anda mungkin juga menyukai