Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tumbuh Kembang Anak


2.1.1 Pengertian Pertumbuhan
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ atau individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu
terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Pertumbuhan (Growth) Berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bias diukur dengan
ukuran berat (kg/gr) atau ukuran panjang (meter/centimeter) (Soetjiningsih, 2005).
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran ukuran tubuh yang meliputi BB, TB,
LK, LD, dan lain-lain atau bertambahnya jumlah dan ukuran sel sel pada semua
sistem organ tubuh (Vivian nanny, 2010). pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
jumlah dan ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran
dan berat seluruh bagian tubuh (supartini, Yupi, 2004)
Adanya multiplikasi dan pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut
terjadi sejak adanya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga
dewasa. Jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan fisik seseorang,
yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran
berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. (IDAI, 2006)
Pertumbuhan pada masa anak-anak mengalami perbedaan yang ervariasi
sesuai dengan bertambahnya usia anak. Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai
dari arah kepala ke kaki. Kematangan pertumbuhan tubuh pada bagian kepala
berlangsung lebi dahulu, kemudian secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh
bagian bawah (Nursalam, 2002).
Soetjiningsih (2002), menjelaskan bahwa pada umumnya pertumbuhan
mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu :
1. perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi dan dewasa.
2. hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru yang ditandai dengan
lepasnya gigi susu dan timbulnya gigi permanen, hilangnya refleks primitif,
pada masa bayi, timbulnya tanda seks sekunder, dan perubahan lainnya.
3. kecepatan pertumbuhan tidak teratur yang ditandai dengan adanya masa-masa
tertentu, yaitu masa prenatal, bayi, dan adolensi dimana terjadi pertumbuhan
cepat dari masa pra sekolah dan masa sekolah, dimana pertumbuhan
berlangsung lambat.
Kalau tiap organ diukur beratnya, maka kemajuan atau pola pertumbuhan
akan berbeda-beda. Ada organ yang menunjukkan permulaan petumbuhan sangat
dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula ada yang
mempunyai pola yang sangat cepat, sehingga dalam waktu yang sangat pendek
telah mencapai bentuk organ biasa, sedangkan yang lain pola pertumbuhannya
sangat perlahan sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada umur yang sudah
lanjut (Sediaoetama, 2004).
Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat
badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu, gambaran
tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak yang
sedang dalam proses tumbuh (Depkes RI, 2002).
Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut
gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang
dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari
penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan
gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak
tersebut akan kurus, pendek, atau gemuk (Depkes RI, 2002).
Pertumbuhan seorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai
umur dewasa, karena sudah sangat lambat, sehinga dapat diabaikan. Disini tubuh
sudah akan tidak banyak lagi menambah bahan baru kepada sel atau jaringan,
tetapi hanya menggantikan bahan-bahan yang telah rusak atau aus terpakai
(Sediaoetama, 2004).
A. Instrumen/penilaian pertumbuhan

Penilaian pertumbuhan anak mencakup penimbangan berat badan dan pengukuran


panjang atau tinggi badan dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan. Tujuan
penilaian pertumbuhan adalah menentukan apakah anak tumbuh secara normal atau
mempunyai masalah pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah pertumbuhan yang
perlu ditangani.
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin sejak
anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara
komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta
mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut juga anak usia dini. Melalui deteksi dini
dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya
pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi
yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian menggunakan
alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan
dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
menilai kecepatan pertumbuhan.
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian pertumbuhan fisik
adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang
lengan, proporsi tubuh, dan panjang tungkai. Menurut Pedoman Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Balita (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997) dan Narendra (2003) macam-
macam penilaian pertumbuhan fisik yang dapat digunakan adalah:
1. Pengukuran Berat badan (BB)

Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan


keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju
Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan
dilakukan interfensi jika terjadi penyimpangan. Pada bayi, pengukuran berat badan
dengan menggunakan baby scale. Namun jika tidak ada, berat badan bayi dapat
diketahui dengan cara menimbang bayi bersama dengan ibunya, kemudian hasilnya
dikurangi dengan berat badan ibunya.

Gambar 2. Timbangan berat badan bayi


Prosedur penimbangan bayi yaitu:
a. Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar
b. Pastikan jarum timbangan menunjuk angka nol
c. Timbang bayi telanjang, anak yang lebih besar dengan pakaian minimal
d. Baca dan catat berat badan sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum
timbangan
2. Pengukuran Panjang Badan atau tinggi badan

Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan
anak untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak telentang.
Sedangkan mengukur tinggi anak berdiri tegak.
a. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan telentang
b. Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran
dilakukan dengan berdiri tegak
Pada penelitian MGRS/WHO 2005, tinggi badan lebih pendek sekitar 0,7 cm
dibandingkan dengan panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam
menyusun standar pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di
Buku Grafik Pertumbuhan Anak. Oleh karena itu, penting untuk mengkoreksi hasil
bila pengukuran tidak dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur.
a. Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka
ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan
b. Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan dan diukur panjangnya
(telentang) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan.
Peralatan yang diperlukan untuk mengukur panjang badan adalah papan ukur
panjang badan (infantometer). papan ukur panjang badan yang harus ditempatkan di
atas permukaan yang rata, misalnya di meja. Berikut gambar pengukuran panjang
badan anak.

Gambar 3. Pengukuran panjang badan


Hal yang perlu di ingat dalam mengukur pajang anak yaitu pastikan sepatu
anak, kaus kaki, dan hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi diukur telanjang, alasi
papan pengukur dengan menggunakan kain kering untuk menghindari cedera. Jika
ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat
sambil menunggu pengukuran. Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus
membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur
anak
3. Pengukuran Lingkar Kepala Anak (PLKA)

PLKA adalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak maka
perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter
occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar.
Tabel 1. Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala berdasarkan kurva
WHO 2005 untuk anak laki-laki
Usia Berat Tinggi Lingkar Kepala
1 bulan 3.3-6.0 kg 51.0-57.5 cm 34.5-39 cm
2 bulan 4.3-7.2 kg 54.5-62.5 cm 36-41 cm
3 bulan 5.1-8.0 kg 57.5-65.0 cm 37-43 cm
4 bulan 5.7-8.6 kg 60.0-68.0 cm 38.5-44 cm
5 bulan 6.0-9.2 kg 62.0-70.0 cm 40-45 cm
6 bulan 6.4-9.7 kg 63.5-72.5 cm 40.5-46 cm
7 bulan 6.8-10.2 kg 65.0-73.5 cm 41-47 cm
8 bulan 7.0-10.6 kg 66.5-75.0 cm 42-48 cm
9 bulan 7.2-10.6 kg 68.0-76.0 cm 42.5-48.5 cm
10 bulan 7.4-11.3 kg 69.0-78.0 cm 43-49 cm
11 bulan 7.6-11.6 kg 70.0-79.0 cm 43.5-49.5 cm
12 bulan 7.8-11.8 kg 71.0-80.5 cm 45-50.5 cm
15 bulan 8.4-12.7 kg 74.5-84.0 cm 45-50.5 cm
18 bulan 8.9-13.5 kg 77.3-88.5 cm 45.5-51.5 cm
2 tahun 9.9-15.0 kg 81.5-93.0 cm 46-52 cm
2.5 tahun 10.7-16.7 kg 85.5-98.0 cm 47-52.5 cm
3 tahun 11.4-18.0 kg 89.0-103.0 cm 48-53 cm
3.5 tahun 12.2-19.5 kg 97.5-107.0 cm 48-53 cm
4 tahun 12.9-20.9 kg 95.5-111.0 cm 48-53 cm
4.5 tahun 13.6-22.3 kg 98.0-114.0 cm 48.5-53 cm
5 tahun 14.3-23.8 kg 101.0-119.0 cm 48.5-53.5 cm

Tabel 2. Berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala berdasarkan kurva
WHO 2005 untuk anak perempuan

Usia Berat Tinggi Lingkar Kepala


1 bulan 3.2-5.6 kg 50.0-58.0 cm 33-39 cm
2 bulan 4.0-6.6 kg 53.0-61.5 cm 35-40 cm
3 bulan 4.6-7.5 kg 56.0-64.0 cm 36-42 cm
4 bulan 5.1-8.2 kg 58.0-66.5 cm 37.5-43 cm
5 bulan 5.5-8.2 kg 62.0-70.0 cm 39-44 cm
6 bulan 5.8-9.2 kg 61.5-70.0 cm 39.5-45 cm
7 bulan 6.1-9.6 kg 63.0-72.0 cm 40-46 cm
8 bulan 6.3-10.0 kg 64.5-73.5 cm 41-46.5 cm
9 bulan 6.5-10.4 kg 65.5-75.0 cm 41.5-47 cm
10 bulan 6.8-10.8 kg 67.0-76.5 cm 42-47.5 cm
11 bulan 7.0-11.0 kg 68.0-78.0 cm 42.5-48 cm
12 bulan 7.2-11.3 kg 69.0-79.0 cm 43-48.5 cm
15 bulan 7.6-12.2 kg 72.0-83.0 cm 44-49.5 cm
18 bulan 8.2-13.0 kg 75.0-86.0 cm 44.5-50 cm
2 tahun 9.2-14.6 kg 80.0-92.0 cm 45-50.5 cm
2.5 tahun 10.1-16.3 kg 84.0-97.0 cm 45.5-51 cm
3 tahun 11.0-17.8 kg 88.0-102.0 cm 46-51.5 cm
3.5 tahun 11.8-19.5 kg 91.5-107.0 cm 46.5-52 cm
4 tahun 12.5-21.1 kg 94.5-111.0 cm 47-52.6 cm
4.5 tahun 13.2-22.8 kg 97.5-115.0 cm 47.5-53 cm
5 tahun 14.0-24.3 kg 100.5-119.0 cm 47.5-53 cm
Sumber : Anonim, 2010
Selain parameter tersebut di atas, untuk menilai pertumbuhan anak dibutuhkan
pula KMS (Kartu Menuju Sehat), yaitu kartu yang memuat data serta grafik
pertumbuhan anak serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan
memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya dari sejak lahir sampai berusia 5
tahun (Nursalam, 2005). Adapun fungsi KMS berdasarkan WHO ;
1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan seorang anak
tumbuh normal atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak
mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil resiko
anak mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak
sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan beresiko mengalami gangguan
pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan
kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A,
pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak
seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila diare
Untuk pemantauan pertumbuhan balita di masyarakat telah dikembangkan Kartu
Menuju Sehat (KMS) balita laki-laki dan perempuan berdasarkan standar pertumbuhan
WHO 2005. rujukan pertumbuhan dikembangkan menggunakan data dari satu negara
dengan mengukur contoh anak-anak yang dianggap sehat, tanpa memperhatikan cara
hidup dan lingkungan mereka. WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS)3 telah
dirancang untuk menyediakan data yang menggambarkan bagaimana anak-anak harus
tumbuh, dengan cara memasukkan kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan
kesehatan, dan tidak merokok). MGRS menghasilkan standar pertumbuhan yang bersifat
preskriptif (bagaimana anak seharusnya tumbuh optimal), berbeda dengan acuan/rujukan
(reference) sebelumnya yang bersifat deskriptif (gambaran bagaimana anak tumbuh). Pada
KMS baru telah dirancang ulang untuk anak Indonesia yang dibedakan menurut jenis
kelamin, dicantumkan 12 tahapan perkembangan motorik berdasarkan kesepakan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Gambar 4. KMS dan Grafik pertumbuhan Anak Laki-laki dan perempuan 0-24 bulan
2.1.2 Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil proses pematangan (Soetjiingsih, 2005). Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan atau fungsi semua system organ tubuh sebagai akibat bertambahnya
kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh (Vivian nanny, 2010).
perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari
tingkat yang paling rendah ketingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui
proses maturasi dan pembelajaran (Supartini, Yupi :2004). Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematanagan (soetjiningsih : 2005)
Perkembangan (development) adalah berkembangnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organ-organ, dan system organ yang
berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjinigsih, 2002).
Prinsip-prinsip perkembangan pada anak akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Perkembangan melibatkan perubahan
Tujuan perubahan perkembangan ialah realisasi diri atau pencapaian
kemampuan genetik atau aktualisasi diri yaitu upaya untuk menjadi orang
yang terbaik secara fisik dan mental. Ini merupakan dorongan untuk
melakukan apa saja yang sesuai baginya untuk merasa bahagi dan puas, orang
harus diberikan kesempatan untuk memenuh dorongan tersebut. Beberapa
jenis perubahan yang terjadi dalam dalam perkembangan adalah :
Perubahan ukuran, termasuk disini perubahan fisik dalam tinggi, berat
organ dalam dan sekeliling serta perubahan dalam memori, penalaran,
persepsi, dan imajinasi kreatif.
Perubahan proporsi, anak-anak bukanlah miniatur orang dewasa dalam
proporsi fisiknya. Mereka juga tidak memiliki miniature mental orang
dewasa. Kemampuan imajinatif mereka berkembang lebuh baik daripada
kemampuan penaarannya, sehingga sedangkan yang terjadi pada orang
dewasa justru sebaliknya.
Hilangnya cirri lama,misalnya kelenjar thymus setelah pubertas dan rambut
serta gigi bayi, kehilangan kegunaaannya, cirri itu secara bertahap
mengalami atrofi, seperti halnya beberapa ciri bawaan psikologis dan
perilaku seperti gerak dan bicara bayi serta imajinasi yang sangat luas.
Mendapatkan ciri baru, seperti ciri fisik yang baru termasuk gigi tetap dan
karakteristik jenis kelamin primer dan sekunder, ciri mental yang baru
termasuk perhatian dalam seks, standar moral, dan keyakinan agama.
2. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya
Petunjuk ilmiah pertama yang penting dari pentingnya tahun-tahun awal
berasal dari penelitian Freud tentang kesulitan penyesuaian kepribadian.
Kesulitan seperti itu dikatakan Freud dapat dilacak sampai ke suatu
pengalaman yang tidak menyenangkan di masa kanank-kanak. Kondisi yang
mempengaruhi dasar awal perkembangan pada anak adalah :
Hubungan antarpribadi yang menyenangkan, hubungan yang
menyenangkan terutama dengan anggota keluarga akan mendorong anak
mengembangkan kecendrungan menjadi terbuka dan menjadi lebih
berorientasi kepada orang lain
Keadaan emosi, ketiadaan hubungan emosional akibat penolakan anggota
keluarga atau perpisahan dengan orang tua, seringkali menimbulkan
gangguan kepribadian. Sebaliknya pemuasan emosional mendorong
perkembangan kepribadian.
Metode melatih anak, anak-anak yang dibesarkan orang tua yang permisif
ketika besar cenderung kehilangan rasa tanggung jawab, mempunyai
kendali emosional yang buruk, dan sering berprestasi rendah dalam
melakukan sesuatu. Mereka yang dibebaskan oleh orang tua yang
demokratik atau sedikit otoriter penyesuaian pribadi dan sosialnya lebih
baik. peran yang dini, anak pertama yang seringkali diharapkan
bertanggung jawab di rumah dan menjaga anak yang lebih kecil dapat
mempunyai kepercayaan diri yang lebih besar daripada saudaranya yang
lahir sesudahnya tetapi mungkin juga mempunyai kecendrungan ntuk
mengembangkan kebiasaan memerintah sepanjang hidupnya.
Struktur keluarga di masa kanak-kanak, seorang anak yang berasal dari
sebuah keluarga yang besar, siap dan perilakunya cenderung otoriter,
sedangkan yang berasal dari keluarga yang bercerai atau berpisah.
Rangsangan lingkungan, lingkungan yang merangsang merupaka salah satu
pendorong perkembangan kemampuan anak yang diturunkan. Bercakap-
cakap dengan bayi atau menunjukkan gambar bercerita pada seorang anak
prasekolah mendorong minat dalam belajar berbicara dan keingina untuk
mambaca. Lingkungan yang merangsang mendorong perkembangan fisik
dan mental yang baik, sedangkan lingkungan yang tidak merangsang
menyebabkan perkembangan anak di bawah perkembangannya.
3. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Proses kematangan intrinsik adalah terbukanya karakteristik yang
secara potensial ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu.
dalam fungsi filogenetik yaitu fungsi umum ras, misalnya merangkak, duduk,
dan berjalan, perkembangan berasal dari proses kematangan. Sesungguhnya
latihan hanya memberi sedikit keuntungan. Sebaliknya mengendalikan
lingkungan dengan cara memngurangi kesempatan berlatih akan menghalangi
perkembangan. Berbeda halnya dalam fungsi ontogenik yaitu fungsi khas
individu misalnya berenang, melempar bola, naik sepeda, atau menulis
diperlukan latihan. Tanpa latihan, perkembangan tidak akan terjadi.
Kecendrungan yang diwariskan tidak dapat matang sepenuhnya tanpa
dukungan lingkungan.
4. Pola perkembangan dapat diramalkan
Studi longitudinal mengenai kecerdasan telah mengungkapkan bahwa
pola perkembangan mental dapat diramalkan seperti halnya pola
perkembangan fisik. Hasil beberapa studi longitudinal meliputi berbagai
segmen daur hidup sejak bayi hingga usia 50 tahun menunjukkan bahwa
bagian utama dari pertumbuhan mental muncul pada saat bayi berkembang
paling cepat, yaitu selama 16 hingga 18 tahun pertama. Juga terdapat pola
perkembangan yang dapat diramalkan untuk berbagai fungsi kecerdasan,
seperti daya ingat dan penalaran, yang merupakan kecerdasan umumnya.
5. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan

Tidak saja pola perkembangan dapat diramalkan, tetapi ia mempunyai


karakteristik tertentu yang sama dan dapat diramalkan. Studi perkembangan
telah menunjukkan bahwa terdapat sejumlah karakteristk yang dapat
diramalkan, diantaranya adalah :
Ukuran kematangan, pada usia yang agak awal kita dapat meramalkan
bagaimana keadaan fisik seseorang ketika ia dewasa nanti.
perencanaan pendidikan, dapat didasarkan atas bakat ketarampilan
kecerdasan awal anak.
persiapan untuk tahapan berikutnya, pada setiap tahapan perkembangan
anak dapat disiapkan untuk tahapan berikutnya.
perencanaan pekerjaan, perkembangan fisik, kecerdasan, dan kepribadian
awal memberi petunjuk tentang apa saja yang dapat dikerjakan anak ketika
ia dewasa. Petunjuk ini dapat digunakan orang tua dan guru untuk
merencanakan pendididkan bagi pekerjaan anak kelak.
adopsi, karena pola awal perkembangan fisik dan mental dapat meramalkan
perkembangan di masa datang, hal itu dapat digunakan sebagai pedoman
memilih bayi untuk di adopsi.
6. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak
mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri.
Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap dan langkah demi
langkah, sedangkan yang lain bergerak dengan kecepatan melonjak. Beberapa
diantaranya menunjukkan sedikit penyimpangan, sedangkan pada yang lain
banyak terjadi penyimpangan. Perbedaan perkembangan ini dipengaruhi oleh
sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah
seseorang mempunyai dorongan intelektual yang kuat, dan apakah seseorang
mempunyai kesempatan untuk mengalami dan belajar.
7. Periode pola perkembangan
Walaupun perkembangan berlangsung secara berkesinambungan,
terdapat bukti bahwa pada berbagai usia ciri bawaan tertentu lebih menonjol
daripada yang lain karena perkembangannya terjadi lebih cepat.Oleh karena
itu dimungkinkan untuk menandai periode utama yang ditunjukkan oleh jenis
perkembangan tertentu yang membayangi lainnya. Karena adanya variasi
individual, batas usia untuk periode ini hanya dapat diramalkan secara kasar.
Dalam pola perkembangan, beberapa periode ditandai oleh keseimbangan
dan yang lain oleh ketidakseimbangan. Pada yang pertama, anak
menyesuaikan diri dengan baik dan mudah ditangani. Sedangkan pada yang
kedua penyesuaian tampaknya terganggu oleh kondisi dari dalam atau oleh
faktor lingkungan.
8. Adanya harapan sosial dalam periode perkembangan
Dalam setiap kelompok budaya, pengalaman telah menunjukkan
bahwa pada orang dapat mempelajari pola perilaku dan keterampilan tertentu
dengan lebih mudah dan berhasil pada usia-usia tertentu ketimbang saat
lainnya. Kelompok ini kemudian mengharapkan setiap individu bersikap
sesuai dengan waktu perkembangan ini. Harapan sosial dikenal juga dengan
tugas perkembangan. Berikut ini adalah tujuan tugas perkembangan :
Tugas perkembangan ini bertindak sebagai pedoman untuk membantu para
orangtua dan guru guna mengetahui apa yang harus dipelajari anak pada
usia tertentu.

Tugas perkembangan menimbulkan kekuatan motivasi bagi anak-anak


untuk belajar hal-hal yang diharapkan masyarakat dari mereka pada usia
tersebut.

Tugas perkembangan menunjukkan pada para orang tua dan gru tentang apa
yang diharapkan dari mereka di masa mendatang. Dengan demikian mereka
menyadari perlunya menyiapkan anak untuk menghadapi harapan baru
tersebut.

9. Setiap bidang perkembangan mengandung bahaya yang potensial


Walaupun pola perkembangan bergerak normal, kadang-kadang pada
setiap usia terdapat bahaya di beberapa bidang perkembangan yang
mengganggun pola normal ini. Beberapa hal ini berasal dari lingkungan
sedangkan yang lain timbul dari dalam diri. Terlepas dari asalnya, bahaya ini
dapat mempengauhi usaha penyesuaian fisik, psikologis dan sosialyang
dilakukan seorang anak. Akibatnya, mereka mengubah pola perkembangan
sehingga menghasilkan suatu daerah mendatar dimana tidak terjadi pergerakan
maju atau menyebabkan kemunduran ketahapan yang lebih rendah. Bila hal
ini terjadi, anak itu menghadapi masalah penyesuaian dan dikatakan
mempunyai penyesuaian yang buruk atau tidak matang.
C. Kebahagiaan bervariasi pada berbagai pola perkembangan
Sesuai dengan tradisi, masa anak-anak merupakan periode kehidupan yang
paling membahagiakan. Tradisi ini telah dipertegas dengan hal lain, bahwa masa
kanak-kanak seharusnya bahagia, waktu yang bebas dan aman untuk menjamin
penyesuaian yang baik dalam hidup kedewasaan. Dewasa ini, terdapat banyak bukti
yang menunjukkan bahwa keyakinan tersebut tidak benar dan bagi banyak anak , hal
itu justru berlawanan. Studi mengenai kebahagiaan di masa kanak-kanak telah
mengungkapkan bahwa bagi beberapa anak, masa kanak-kanak adalah saat bahgia,
sedangkan bagi yang lain merupakan masa yang tidak bahagia. Laporan retrospektif
mengenai kebahagiaan pada berbagai usia yang dilakukan orang dewasa telah
menunjukkan hasil yang serupa. Beberapa orang dewasa ingat bahwa masa kanak-
kanak merupakan masa yang paling bahagia dalam kehidupan mereka. Sebaliknya
laporan retrospektif dari beberapa orang dewasa telah menunjukkan bahwa ingatan
yang tidak menyenangkan membayangi kebahagiaannya dan bahwa mereka tidak
ingin kembali ke masa kanak-kanak. (Hurlock, E.B. 2005)

2.2 Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam
prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola dari pertumbuhan dan
perkembangan setiap anak. Prinsip prinsip tersebut antara lain :
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek kematangan
susunan saraf pusat pada manusia, dimana semakin sempurna atau kompleks
kematangan saraf maka semakin sempurna pula proses pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dewasa.
2. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu mencapai
proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaian tersebut tidak memiliki
kecepatan yang sama antara individu yang satu dengan yang lain.
3. Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola yang khas yang dapat terjadi
mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau juga mulai dari kemampuan
yang sederhana hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks sampai
mencapai keempurnaan dari tahap pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat,2008).

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan oleh faktor bawaan dan
faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor bawaan adalah sifat yang diturunkan
oleh kedua orangtuanya, misalnya: bentuk wajah, warna kulit, tinggi badan, dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor lingkungan adalah pengaruh luar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut, misalnya: kesehatan, gizi, pola asuh,
pendidikan, dan lain sebagainya (Depdiknas, 2006). Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :

1. Faktor Internal
Gen yang terdapat di dalam nucleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil percobaan antara gen ini
dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam
transmisi sifat-sifat herediter. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai
peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat
diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih
banyak mempengaruhi intelegensi dibandingkan dengan lingkungan. Sifat-sifat emosional
seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen banyak dipengaruhi oleh lingkungan
dibandingkan dengan hereditas.
a. Jenis kelamin
Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan
tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran
normal normal tersendiri. Wanita menjadin dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi
pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
b. Ras atau bangsa
Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunytai tendensi
lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga
bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
Italia.
c. Keluarga
Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek
sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.

d. Umur
Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa
adolesensi.
1. Faktor eksternal (pranatal dan pascanatal)
a. Faktor Prenatal
Gizi (defisiensi vitamin, jodium dan lain)
Mekanis (pita amniotic, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidramnion)
Toksin kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-
lain)
Endokrin (diabetes mellitus pada ibu, hormone yang dimakan, umur tua
dan lain-lain)
Radiasi (sinar rontgen, radium dan lain-lain)
Infeksi
Imunitas (eritoblastosis fetalis, kernicterus)
Anoksia embrio (gangguan fungsi plasenta)
b. Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala. Asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak. (DepKes RI,2005)
c. Faktor Pascanatal
Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif)
Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital)
Lingkungan fisik dan kimia
Psikologis
Endokrin
Keadaan social-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Obat-obatan
Musim
Stimulasi (penyediaan alat mainan, sosialisasi anak)
(Wahidiyat, 2007)

2.4 Perkembangan Anak Balita


Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak
selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas,
kesadaran social, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian
juga dibentuk pada masa ini. (Soetjiningsih, 2004).
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan
rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat
perhatian. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi
antara anak dengan orang tuanya/orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan
optimal bila interaksi social diusahakan sesusai dengan kebutuhan anak pada berbagai
tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih didalam kandungan. Sedangkan
lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak.
(Soetjiningsih, 2004) Frakenburg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Developmental
Screening Test) mengemukan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita yaitu :
1. Personal social (kepribadian/tingkah laku social). Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Fine motor adaptive (gerakan motoric halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan
untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll.
3. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
4. Gross motor (perkembangan motoric kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (Soetjiningsih, 2004)

2.5 Perkembangan Motorik Anak


2.5.1 Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar
dan berlatih. Pada usia 4-5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin
meningkat dan menjadi lebih tepat (Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak,2010).
2.5.2 Pengertian Motorik Kasar
Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh menggunakan otot-otot besar,
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh motorik kasar di perlukan agar anak dapat
duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan sebagainya (Sunardi dan
Sunaryo,2007). Menurut Endang Rini (2007) bahwa aktivitas yang menggunakan
otot-otot besar diantaranya gerakan keterampilan non lokomotor, gerakan lokomotor
dan gerakan manipulatif
. gerakan nonlokomotor adalah aktivitas gerak tanpa memindahkan tubuh ke tempat
lain. Contoh : mendorong, melipat, menarik dan membungkuk. Gerakan lokomtor
adalah aktivitas gerak yang memindahkan tubuh satu ke tempat lain. Contohnya,
berlari, melompat jalan dan sebagainya, sedangkan gerakan manipulatif adalah
aktivitas gerak manipulasi benda. Contohnya, melempar, menggiring, menangkap
dan menendang.
Berikut adalah tabel kemampuan anak usia 4-5 tahun dan usia 5-6 tahun menurut
Departemen Kesehatan RI (2005), yaitu:

Usia 4-5 tahun Usia 5-6 tahun

Melompat satu kaki Berjalan lurus


Berdiri dengan satu kaki Berdiri tegak dengan satu
selama 6 detik kaki selama 11 detik
Menggambar tanda silang Menggambar orang dengan
Menggambar lingkaran 6 bagian
Menggambar orang dengan 3 Menggambar orang lengkap
bagian tubuh Menggambar segi empat
Menangkap bola kecil
Mampu mengancing baju dengan kedua tangan
Menggosok gigi tanpa Berpakaian sendiri tanpa
dibantu dibantu

2.5.3 Manfaat Perkembangan Motorik


Menurut Elizabeth B Hurlock (2003) manfaat yang penting dalam
mempelajari perkembangan motorik adalah:
1. Kesehatan yang baik
Kesehatan yang baik bergantung pada latihan penting bagi perkembangan dan
kebahagiaan anak. Apabila koordinasi motorik sangat jelek sehingga prestasi
anak berada dibawah standart kelompok sebaya, maka anak hanya memperoleh
kepuasan yangs sedikit demi kegiatan fisik dan kurang termotivasi untuk
mengambil bagian.
2. Katarsis emosional
Melalui latian yang berat, anak dapat melepaskan tenaga yang tertahan dan
membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan dan keputus-asaan. Kemudian
mereka dapat mengundurkan diri, baik secara fisik maupun psikologis.
3. Kemandirian
Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar kebahagiaan dan rasa
percaya diri atas dirinya. Ketergantungan menimbulkan kekecewaan dan
ketidakmampuan diri.
4. Hiburan diri
Pengendalian motorik anak memungkinkan anak berekecimpung dalam
kegiatan yang akan menimbulkan kesenangan baginya meskipun tidak ada teman
sebaya.
5. Sosialisasi
Perkembangan motorik yang baik turut mempengaruhi penerimaan anak dan
menyediakan kesempatan untuk memepelajari keterampilan sosial. Keunggulan
perkembangan motorik memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan.
6. Konsep diri
Pengendalian motorik menimbulkan rasa aman secara fisik, yang akan
melahirkan perasaan aman secara psikologis. Rasa aman secara psikologis pada
giliranyan menimbulkan rasa percaya diri yang umumnya akan mempengaruhi
perilaku.
3 Akibat Keterlambatan Motorik
Koordinasi motorik pada masa kanan-kanan dapat berpengaruh pada aspek
psikologis dan aspek fisik. Keterlambatan motorik dapat berpengaruh pada 6 hal
yaitu :
1. Rasa rendah diri
2. Kecemburuan terhadap anak lain
3. Kekecewaan terhadap orang dewasa
4. Penolakan sosial
5. Ketergantungan
6. Malu
(Hurlock,2003)
2.6 Denver II
2.6.1 Pengertian Denver II
Denver II adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnosik atau tes IQ. Denver-II
memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini
mudah dan cepat (15-20 menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang tinggi. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST
secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anak-anak
prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada follow up
selanjutnya ternyata 89 % dari keompok Denver-II abnormal mengalami
kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak
dapat mengidentifikasi lebih separoh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg
melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan
pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut
dinamakan Denver II.
2.6.2 Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang
kemudian pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehingga
terdapat 125 tugas perkembangan. tugas perkembangan itu disusun berdasarkan
urutan perkembangan dan diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor
perkembangan, yang meliputi Personal social (perilaku sosial), Fine motor
adaptive (gerakan motorik halus), Language (bahasa) dan Gross motor (gerakan
motorik kasar).
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Setiap
tugas (kemampuan) digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang horizontal
menurut umur, dalam lembar Denver II. Pada umumnya pada waktu tes, tugas
yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara 25-30 tugas
saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.

2.6.3 Alat yang digunakan


1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warnamerah-
kuning-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas
dan pensil.
2. Lembar formulir Denver II
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara penilaiannya.

Prosedur Denver II terdiri dari tahap, yaitu:


1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6
bulan, 9-12 bulan ,18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.

Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II ini,umur anak perlu


ditetapkan terlebih dahulu dengan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan
untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke
bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari di bulatkan ke atas.

2.7 Cara Pemeriksaan Denver II


Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun.
Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir Denver II.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan dan tidak dapat dites.

2.8 Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian,
apakah lulus (Passed=P), gagal (Fail=F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity=N.O). Kemudian ditarik garis berdasarkan umur
kronologis yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir Denver
II. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam :
Lebih (Advanced)
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada
kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut).
Normal
Melewati, gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara
presentil ke 25 75.
Peringatan (Caution)
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis
diatas atau diantara presentil ke-75 dan ke-90
Keterlambatan (Delayed)
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh kearah kiri garis usia kronologis,
penolakan ke kiri dari usia juga dapat dianggap sebagai keterlambatan, karena
alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas
tertentu (Saryono , 2010).
2.9 Kesimpulan dari Interpretasi Denver II
1. Abnormal
- Bila didapat 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor / lebih.
- Bila dalam satu sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan padasektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
2. Suspect
- Bila ada 1 sektor di dapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia. Tidak dapat di tets.
- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal
atau meragukan.
3. Unstable
- Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil test menjadi abnormal
atau meragukan.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas. (Saryono, 2010).

2.10 Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME)


Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah pemeriksaan untuk menemukan
secara dini yang salah satunya adalah adanya masalah mental emosional. Bila penyimpangan
mental emosional terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Tujuan deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah adalah untuk
mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau masalah mental emosional pada anak
prasekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap enam bulan
pada anak yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrinning/pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan adalah Kuesioner Masalah
Mental Emosional (KMME) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali problem mental
emosional anak yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Berikut adalah gambaran umum dari
pertanyaan Kuisioner Masalah Mental Emosional.
a. Seringkali terlihat marah.
b. Menghindar dari teman-teman atau keluarganya.
c. Berperilaku merusak dan menentang terhadap lingkungan sekitar.
d. Perasaan ketakutan atau kecemasan yang berlebihan.
e. Konsentrasi yang buruk.
f. Perilaku kebingungan.
g. Perubahan pola tidur.
h. Perubahan pola makan.
i. Keluhan sakit kepala, sakit perut, atau keluhan fisik lainnya.
j. Mengeluh putus asa.
k. Kemunduran perilaku.
l. Perbuatan yang berulang-ulang.
Cara melakukan pemeriksaan deteksi dini mental emosional dengan menggunakan
KMME adalah sebagai berikut.
a. Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak.
b. Catat jawaban YA, kemudian hitung jawaban YA.
Interpretasinya adalah bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional. Intervensi yang dilakukan oleh penguji adalah sebagai berikut.
a. Bila jawaban YA hanya 1 (satu):
Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh Yang
Mendukung Perkembangan Anak.
Lakukan evaluasi setelah 3 (tiga) bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah
Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak.
b. Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih:
Rujuk ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang
anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan mental emosional yang
ditemukan. (Depkes, 2005)

Anda mungkin juga menyukai